• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih baik. Olahraga adalah kegiatan gerak tubuh yang sering dilakukan untuk mendapatkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih baik. Olahraga adalah kegiatan gerak tubuh yang sering dilakukan untuk mendapatkan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia memiliki keinginan yang dinamis selalu bergerak dan ingin berubah menjadi lebih baik. Olahraga adalah kegiatan gerak tubuh yang sering dilakukan untuk mendapatkan kesehatan dan kebugaran tubuh. Dalam ungkapan Men Sana en Corporesano yang berarti di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, memberikan makna bahwa ada keterkaitan antara badan yang sehat dengan jiwa (mental) yang kuat. Olahraga dipandang sebagai perilaku gerak yang tidak hanya berorientasi pada tujuan jasmani semata, namun juga aspek rohani. Hal ini merupakan media yang tepat untuk mengeksresikan ‘body and mind” secara harmonis (Osterhoudt 1973, dalam Husdarta 2010).

Olahraga menurut Wann (1997) adalah aktivitas yang melibatkan kekuatan (power) dan keterampilan (skills), kompetisi, strategi, atau kesempatan yang dilakukan untuk kesenangan, kepuasan atau pencapaian pribadi yang meliputi olahraga terorganisasi, olahraga rekreasional, dan olahraga sebagai hiburan. Olahraga juga terbagi sebagai olahraga permainan dan tim (dalam Adi 2007), yaitu olahraga yang dimainkan oleh beberapa orang sebagai salah satu kesatuan tim, menggunakan lapangan yang cukup besar, dan saling bertanding untuk mengalahkan tim yang lain.

Terdapat banyak sekali bentuk dan jenis olahraga, salah satunya adalah sepakbola.

Sepakbola adalah olahraga yang dimainkan oleh 11 orang terdiri dari 10 pemain dan 1 penjaga gawang dengan cara menendang bola untuk memasukkan ke gawang lawan (Hermawan & Nopembri, 2011). Olahraga si kulit bundar ini seakan sudah menjadi olahraga universal milik dunia, siapa saja , dimana saja, dan kapan saja bisa memainkan olahraga ini.

Hampir semua negara ini mempunyai kesebelasan sepakbola yang kuat dan tangguh. Tidak dapat dipungkiri bahwa sepakbola adalah permainan yang paling digemari oleh masyarakat di

(2)

seluruh penjuru dunia (Milanovic, Sporis, Trajkovic, & Fiorentini, 2011), tidak hanya di lapangan rumput saja akan tetapi juga dimainkan di lorong gang, halaman rumah, maupun di rumah (Saryono, 2006).

Saat ini sedang gencar-gencarnya dilakukan pembinaan atlet sepakbola dalam negeri.

Para atlet muda dilatih dan dibentuk baik secara fisik, sikap maupun mentalnya. Hal ini untuk menciptakan sebuah kompetisi yang kompetitif dan diisi oleh tim-tim sepakbola yang berkualitas dan profesional. Baik dalam hal pembinaan pemain usia muda maupun dalam teknis pelaksanaan kompetisinya. Prestasi olahraga sebuah negara dapat dilihat dari suksesnya penyelenggaraan kompetisi di dalam negerinya. Hal ini dimaksudkan agar pemain-pemain dalam negeri dapat bersaing dan menyerap pengalaman selama bertanding.

Prestasi olahraga sangat ditentukan oleh performa yang ditunjukkan atlet dalam suatu kompetisi. Faktor yang penting sekarang ini untuk dipertimbangkan dalam menunjang pembinaan, dan peningkatan prestasi atlet adalah faktor psikologis (Cox, 2012). Harsono dalam Gunarsa (1996), mengungkapkan bahwa penampilan puncak seseorang atlet 80%

dipengaruhi oleh aspek mental, dan sisanya berasal dari aspek yang lain. Latihan fisik yang dilakukan dengan mengikuti arahan dan prosedur yang benar akan sia-sia tanpa menyertakan latihan mental. Dalam olahraga, latihan mental sama pentingnya dengan latihan fisik, dan ini menekankan bahwa faktor psikologis atlet untuk mengembangkan prestasi sangatlah penting (Unestahl, 1986).

Dalam wawancara tanggal 14 Juli 2014 dengan salah satu pemain Porab Balecatur, Angga Kusuma Bastian mengatakan bahwa berdasarkan pengalaman selama mengikuti kompetisi yaitu ketika memasuki arena pertandingan mengalami detak jantung yang berdebar- debar, ada perasaan takut dengan lawan yang dirasa lebih baik, serta ketakutan kemungkinan mengalami cedera. Dia juga melihat kondisi dan kecenderungan yang sama dengan pemain- pemain yang lain bahwa mereka kurang siap untuk pertandingan, merasa cemas menghadapi sebuah pertandingan dan kemungkinan tidak dapat menampilan performa yang baik di

(3)

lapangan. Untuk menumbuhkan kemampuan atlet dibutuhkan latihan yang intensif dan berkesinambungan sehingga mampu di aplikasikan di dalam pertandingan dan merasa siap baik secara fisik maupun mental. Kesiapan mental perlu dibangun untuk menumbuhkan kepercayaan diri pemain, menjaga motivasi dan semangat untuk bermain di dalam sebuah kompetisi. Banyaknya persaingan dengan kualitas dan tingkat kemampuan yang berbeda-beda dari tiap pemain menjadikan kesiapan mental bertanding pemain sama pentingnya dengan kesiapan fisik. Kesiapan fisik adalah kondisi dimana atlet sudah terkondisikan dengan latian yang sesuai dengan program yang diberikan oleh pelatih untuk mendapatkan performa yang diinginkan sehingga berguna ketika pertandingan. Selain itu, Satiadarma (2000) menjelaskan bahwa masa persiapan adalah masa yang sangat menentukan karena masa ini adalah masa transisi dari periode latihan ke periode pertandingan. Jika transisi berlangsung baik atlet akan tampil dengan baik kelak di dalam pertandingan. Sebaliknya, jika masa transisi ini berlangsung kurang baik, atau atlet mengalami masalah pada periode ini, besar kemungkinan ia akan mengalami masalah yang cukup serius ketika bertanding.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) mendefinisikan kesiapan sebagai kesanggupan melaksanakan atau menjalankan. Berasal dari kata siap yang kemudian mendapat awalan ke- dan akhiran –an, yang bermakna kata kerja yang mengindikasikan untuk siap melakukan sesuatu. Slameto (1995) kesiapan berarti keseluruhan kondisi seseorang yang siap memberikan respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi.

Dalam menghadapi pertandingan atlet perlu melakukan persiapan-persiapan yang matang. Seorang atlet juga perlu meningkatkan kemampuan kreativitasnya dengan mengembangkan berbagai alternatif baru sebagai respon untuk menghadapi lawan tandingnya dalam suatu situasi. Cratty (dalam Setyobroto, 1989) yang menegaskan bahwa kesiapan mental memiliki peranan penting dalam mencapai prestasi yang tinggi. Prestasi yang tinggi dapat diraih dengan mengerahkan mobilisasi total seluruh energi yang dimiliki.

(4)

Orlick dan Parlington (dalam Jones dan Hardy, 1999) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penampilan atlet menunjukkan bahwa dari tiga faktor-faktor kesiapan utama yang dinilai oleh atlet yaitu : mental, fisik, dan teknik, ternyata kesiapan mental menunjukkan hubungan yang secara statistik signifikan dengan hasil akhir yang dicapai dalam olimpiade.

Berdasarkan wawancara sederhana dengan pemain PS Kalasan tanggal 16 Juli 2014, Padmono menyatakan bahwa selama dia mengikuti kompetisi, latihan rutin dan pemahaman karakter bermain dari tiap-tiap pemain menjadi hal yang penting. Padmono menyebutkan kebersamaan dan rasa saling percaya antar pemain menjadi salah satu faktor yang menjadi kekuatan tim. Tanggung jawab yang diberikan oleh pelatih dan kepercayaan dari rekan-rekan satu tim memberikan motivasi dan semangat bertanding yang kuat selama mengarungi jalannya pertandingan di dalam kompetisi sepakbola. Pelatih PS Kalasan, Marjuki di lain kesempatan mengatakan bahwa ketika bermain di dalam suatu pertandingan pemain harus memiliki visi dan misi yang jelas. Visi bermain yang baik ditunjang dengan misi untuk meraih kemenangan dengan cara yang sportif dapat dicapai dengan latihan yang terpadu.

Menghadapi tim lawan yang berbeda karakteristiknya di tiap pertandingan mengharuskan pemain untuk siap fisik maupun mentalnya.

Hasil penelitian Singer (dalam Husdarta, 2010) menjelaskan bahwa ada dua gejala yang berkaitan dengan kesiapan dan berpengaruh pada penampilan atlet yaitu tidak adanya kesiapan atau under readiness, yakni berhubungan dengan kurangnya motivasi untuk memperbaiki diri, seperti latihan, dekat dengan anggota tim, maupun pelatih, sedangkan gejala yang lain adalah penuh dengan kesiapan atau over readiness yakni terlalu kuatnya motivasi untuk memenangkan pertandingan atau ketakutan untuk bermain buruk, dan ketakutan menghadapi kekalahan. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kesiapan adalah suatu proses dimana latihan fisik dan mental harus berjalan beriringan dan agar tidak terjadi over readiness, dan under readiness karena akan

(5)

memiliki pengaruh yang negatif terhadap penampilan sebelum dan sesudah bagi atlet dalam menghadapi pertandingan

Seringkali kita melihat berbagai persiapan pertandingan dilakukan dengan waktu yang mepet dengan pelaksanaan pertandingan. Sehingga terkesan membentuk sebuah tim sepakbola karbitan. Cara-cara instan dalam mempersiapkan diri untuk bertanding seperti sudah menjadi hal yang lazim di dunia persepakbolaan lokal bahkan nasional. Padahal untuk membentuk sebuah tim yang dipersiapkan dengan baik untuk memenangkan pertandingan dan memiliki target juara seharusnya memiliki tahap-tahap tertentu dalam masa latihan, persiapan, dan pertandingan. Kesiapan bertanding didefinisikan sebagai aspek abstrak yang dapat berupa daya penggerak dan pendorong untuk mewujudkan kemampuan fisik, teknik, taktik maupun psikologis/mental atlet dalam menghadapi pertandingan (Suharno, 1983). Selain itu kesiapan bertanding akan diperoleh melalui latihan yang rutin, berisikan materi, teori dan praktek yang jelas dengan menggunakan metode dan aturan sehingga tujuan dapat tercapai tepat pada waktunya (Sukadiyanto, 2005).

Frester (dalam Budiono, 1995) menunjukkan bahwa 85% dari kelompok atlet top dari jenis olahraga yang memerlukan kelenturan menyatakan tidak dapat menerapkan dengan optimal kemampuan fisik dan teknik yang mereka miliki karena beban mental yang amat besar. Menghadapi suatu pertandingan olahraga, mental atlet perlu dipersiapkan dengan matang. Semua usaha yang telah ditempuh dalam latihan dan pembinaan fisik dan teknik akan menjadi sia-sia jika tidak dapat dilaksanakan di dalam pertandingan.

Kondisi di lapangan tidak selalu semanis yang diharapkan. Teori di atas kertas menjadi tidak mutlak dengan situasi di lapangan. Berbagai hal menjelang kompetisi bergulir mulai dari minimnya dana, waktu persiapan tim yang mepet dengan jadwal kompetisi, menyebabkan tim kurang maksimal dalam masa-masa persiapan. Pelatih beserta managemen pun harus memutar otak dan menyusun taktik dan strategi serta target yang realistis dengan melihat komposisi kemampuan pemainnya. Berkaca pada penampilan U-19

(6)

yang dilatih oleh Indra Sjafrie, Penasehat Teknis Badan Tim Nasional (BTN) PSSI, Rudi Keltjes mengungkapkan tim nasional U-19 gagal di Piala Asia U-19 karena mereka kurang fokus dan disiplin.

“Menurut saya, kegagalan mereka kemarin di Piala Asia U-19 karena para pemain tampil tidak fokus dan disiplin, mungkin kendala itu muncul karena mereka jenuh saat persiapan Piala Asia U-19,” lanjutnya. (www.timnas.com, 2014).

Target yang realistis dengan kondisi pemain juga mempengaruhi beban mental yang dibawa oleh pemain di lapangan. Mental atlet yang kurang baik, misalnya resah atau cemas, biasanya akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir dengan tenang, daya konsentrasi dan koordinasinya juga akan terganggu (Setyobroto, 1989).

Faktor psikologis atlet seperti kepercayaan diri misalnya, seorang pemain tidak akan bisa memperlihatkan semua kemampuannya di atas lapangan hijau tanpa memiliki rasa percaya diri. Begitu juga dengan permainan sebagai tim tidak akan bisa terjalin dengan baik apabila hubungan antar pemain tidak harmonis (Scheunemann, 2005). Menurut Weinberg dan Gould (dalam Satiadarma, 2000) rasa percaya diri (self confidence) di beberapa situasi tertentu, sekalipun seorang atlet telah memperoleh prestasi yang baik selama latihan, pada saat pertandingan atlet tersebut tidak mampu tampil baik. Efektivitas gerakannya menjadi menurun, sebaliknya ia tampil sangat kaku. Atlet ini mungkin menghadapi masalah kurang percaya diri, karenanya ia menjadi ragu-ragu dalam mengambil keputusan, menentukan momentum yang tepat untuk melakukan serangan, kehilangan konsentrasi pada saat bertahan dan tidak berani mengubah strategi karena dipengaruhi oleh kecemasan. Hackfort (dalam Satiadarma, 2000) menjelaskan bahwa baik kelebihan maupun kekurangan rasa percaya diri seringkali menimbulkan perilaku kompensasi misalnya menutupi kecemasan dengan berlaku santai secara berlebihan. Seringkali pemain menjadi lengah dan bertindak seakan-akan meremehkan kekuatan lawan.

(7)

Mampu membangkitkan rasa percaya diri tim dan mengejar ketertinggalan. Mencetak tiga gol di sebuah pertandingan final kelas dunia dan menang secara dramatis di babak adu penalti adalah suatu kemampuan sikap mental yang luar biasa bagi sebuah tim, khususnya bagi para pemain. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam sebuah pertandingan sepakbola pemain harus memberikan kemampuaan terbaik hingga akhir pertandingan. Konsentrasi, rasa percaya diri yang proporsional dan tidak menganggap remeh lawan adalah mutlak dilakukan oleh pemain di dalam sebuah tim.

Seorang atlet yang memiliki rasa percaya diri yang baik, percaya bahwa dirinya akan mampu menampilkan kinerja olahraga seperti yang diharapkan (Satiadarma, 2000). Menurut Sudarwati (2007), kepercayaan diri juga dapat mempengaruhi usaha dan ketahanan seseorang dalam menghadapi situasi yang mengancam, tantangan yang sulit, serta hal-hal yang berisiko tinggi untuk gagal. Kepercayaan diri merupakan kunci terhadap optimisme, perubahan tingkah laku yang positif, dan pencapaian tujuan.

Senada dengan hal tersebut (Astriani, 2010) adanya pengaruh kepercayaan diri seorang pemain terhadap penampilan diatas lapangan juga memiliki signifikansi positif.

Kepercayaan diri merupakan landasan bagi penampilan puncak (peak performance) atlet dalam situasi kompetitif. Semakin tinggi tingkat kepercayaan diri seorang atlet, maka semakin tinggi pula penampilan terbaik yang ditampilkan oleh atlet tersebut. Gould, Weiss &

Weinberg (1995) menerangkan dalam penelitiannya bahwa seseorang ataupun sebuah tim yang memiliki kemampuan mental yang baik akan mempengaruhi kecemasan, ketidaksiapan, dan situasi-situasi negatif yang mempengaruhi performansi dalam kompetisi ditambah dengan makin banyaknya orang yang berpengaruh seperti teman sesama pemain, pelatih, manager, yang mampu memberikan suatu kondisi untuk siap dalam kompetisi.

Berdasarkan beberapa penjelasan yang diuraikan penulis menyimpulkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kesiapan bertanding bagi seorang atlet. Bagaimana seorang atlet membentuk kesiapan fisik dan membangun mental bertanding, semangat dan

(8)

motivasi selama mengikuti kompetisi sepakbola. Akan tetapi penulis akan memfokuskan diri pada kepercayaan diri pemain tersebut. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara kepercayaan diri dengan kesiapan bertanding. “Hubungan antara kepercayaan diri pemain dengan kesiapan menghadapi pertandingan pada atlet sepakbola di daerah Sleman.”

B. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kepercayaan diri pemain dengan kesiapan menghadapi pertandingan pada atlet sepakbola di daerah Sleman.

C. MANFAAT 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa sumbangan pengetahuan tentang kesiapan bertanding di bidang psikologi olahraga, khususnya cabang olahraga sepakbola.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat kesiapan bertanding atlet sehingga saat akan menjalani pertandingan merasa memiliki fokus, siap, dan bertanding penuh percaya diri khususnya atlet sepakbola di daerah Sleman.

Referensi

Dokumen terkait

Lakukan kamprotan halus dengan campuran semen dan pasir yang telah di ayak/saring pada bagian beton yang telah di waterproofing untuk melindungi lapisan waterproofing

Pihak bank dan Otoritas Jasa Keuangan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menjalankan proses penyelesaian pengaduan dan penyelesaian sengketa melalui mediasi model

Penampakan singkapan batugamping di Lintasan Gua Pawon pada bagian bawah runtunan stratigrafi yang kebanyakan telah terpengaruh oleh kekar dan penggerusan batuan (a), lokasi Gua

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian tarif berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan dengan tarif yang berlaku saat ini, untuk mengetahui kesesuaian tarif

diri kita sebagai persembahan yang hidup dan kudus kepada Allah: Ya Allah, Tri Tunggal, terimalah syukur kami, atas karya kuasa-Mu yang telah menyelamatkan kami, Negara

Menurut Susanto (dalam Muharrar & Verayanti, 2013: 44) mengatakan bahwa montase adalah sebuah karya yang dibuat dengan cara memotong objek-objek gambar dari

Perhitungan indeks RCA bertujuan untuk menjelaskan kekuatan dayasaing komoditas nenas dan pisang Indonesia secara relatif terhadap produk sejenis dari negara lain (dunia) yang juga

Apabila pemain yang hadir pada hari pertandingan tidak sama dengan data yang diterima panitia, pemain tersebut tidak diperbolehkan bermain.. Jika cuaca hujan,