• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

11

LANDASAN TEORI

2.1 Permukiman Kumuh

Berdasarkan Dinas Tata Kota DKI tahun 1997 dalam Gusmaini (2012) dikatakan bahwa permukiman kumuh merupakan permukiman berpenghuni padat, kondisi sosial ekonomi umumnya rendah, jumlah rumah sangat padat, ukurannya di bawah standar, prasarana lingkungan hampir tidak ada, tidak memiliki persyaratan teknis dan kesehatan, umumnya dibangun di atas tanah negara atau milik orang lain, tumbuh tidak terencana dan biasanya berada di pusat-pusat kota.

Menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) permukiman kumuh memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Kondisi perumahan kepadatan tinggi dan ukuran relatif kecil.

1. Atap rumah di permukiman kumuh biasanya dari bahan yang sama dengan dinding.

2. Kualitas rumah ada yang tidak permanen.

3. Kerapatan bangunan tinggi dan tidak teratur.

4. Prasarana jalan yang sangat terbatas kalaupun ada berupa gang-gang sempit yang berliku-liku.

5. Tidak ada saluran drainase dan penampungan sampah.

2.2 Relokasi

Relokasi adalah sebuah proses di mana permukiman masyarakat, aset dan infrastruktur publik dibangun kembali di lokasi lain (JHa et al, 2010). Sehingga dari definisi tersebut didapatkan bahwa penduduk, sarana dan prasarana yang ada di lokasi tapak lama dipindahkan ke tapak baru.

Ridlo (2001) mengemukakan bahwa prosedur yang dapat ditempuh dalam pelaksanaan relokasi yaitu:

a. Pendekatan yang interaktif pada masyarahat yang terkena relokasi dalam rangka menginformasikan rencana program relokasi tersebut

b. Pembangunan forum diskusi warga sebagai wadah untuk menggali respon, aspirasi warga, dan peran serta masyarakat, dalam proyek peremajaan. Kegiatan forum diskusi ini dilakukan mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan program

(2)

c. Penyusunan rencana penempatan lokasi rumah tinggal baru dengan memperhatikan aspirasi warga

d. Setelah dilakukan pemindahan warga ke lokasi baru, perlu dilakukan bimbingan dan pembinaan kepada warga agar dapat menyesuaikan dengan lingkungan permukiman yang baru.

Dari poin-poin di atas peneliti hanya mengambil beberapa point yang memiliki keterkaitan atau pun dapat memepengaruhi bentuk arsitektral yaitu, pembangunan forum diskusi warga sebagai wadah untuk menggali respon dan aspirasi warga, hal ini dilakukan untuk mengetahui ruang-ruang apa saja yang nantinya dibutuhkan oleh penduduk rumah susun tersebut.

2.3 Rumah Susun

Berdasarkan UU No. 16 tahun 1985 rumah susun diartikan sebagai bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda, dan tanah bersama.

Salah satu kriteria yang tertera dalam SNI bahwa untuk merencanakan bangunan rumah yang memenuhi persyaratan teknis kesehatan, keamanan, dan kenyamanan adalah mengetahui karakteristik nilai sosial budaya yang membentuk kegiatan berkeluarga dan kemasyarakatan. Sehingga dalam perancangan bangunan rumah susun diperlukan karakteristik penduduk yang akan meninggali rumah susun tersebut.

Berdasarkan kegiatan yang terjadi didalam rumah hunian, yaitu; tidur (ruang tidur), masak, makan (dapur), mandi (kamar mandi), duduk (ruang duduk/ruang tamu), kebutuhan udara segar per orang dewasa per jam 16 - 24 dan per anak- anak per jam 8 - 12 , dengan pergantian udara dalam ruang sebanyak-banyaknya 2 kali per jam dan tinggi plafon rata-rata 2,5 m, maka luas lantai per orang (Acuan dari Data Artapakk, Neufert, Ernst, Jilid I-II) :

(3)

Ada beberapa model unit rumah susun. Luas unit mulai dari 18 sampai 50 .

Tabel 1 Tipe Unit Rumah Susun

Sumber: Rosfian (2009)

2.3.1 Kebutuhan Sarana dan Prasarana

Data yang didapat dari Badan Standarisasi Nasional (BNS) yang membahas tentang Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan didapatkan bahwa sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam suatu kawasan perumahan adalah sebagai berikut:

1. MCK

Pada kasus lingkungan perumahan dengan kondisi tertentu, dimana masyarakat belum mampu menyiapkan sarana mandi, cuci, buang air, dalam rumah tinggalnya

(4)

masing-masing, dapat dilengkapi dengan sarana pelayanan umum MCK bersama.

Ketentuan pembangunan MCK bersama adalah :

satu jamban / unit dan satu kamar mandi/unit melayani 12 KK ≈ 60 orang sarana dan prasarana air bersih, saluran pembuangan, peresapan, septitanc luas minimal bangunan 3.0 x 7.0 ≈ 21.0

luas minimal lahan 6.0 x 7.0 ≈ 42.0

lokasi terletak di pusat lingkungan tingkat 250 penduduk (RT).

Acuan hitungan diambil dari:

- Pedoman Teknis Pelaksanaan Pembangunan Komponen Prasarana dan Sarana Dasar (PSD), Perbaikan Lingkungan Perumahan Kota, Buku 2, Direktorat Bina Teknik, Ditjen Cipta Karya, 1996.

- SNI 03-2399-1991 tentang Tata cara perencanaan bangunan MCK umum

1. Kebutuhan sarana pemerintahan dan pelayanan umum

Tabel 2 Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum

Sumber: SNI 03-1733-2004 pada 16 Maret 2015

2. Sarana pendidikan dan pembelajaran

Dasar penyediaan sarana pendidikan adalah untuk melayani setiap unit administrasi pemerintahan baik yang informal (RT, RW) maupun yang formal (KeluraHan, Kecamatan), dan bukan didasarkan semata-mata pada jumlah penduduk yang akan dilayani oleh sarana tersebut.

Dasar penyediaan sarana pendidikan ini juga mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai

(5)

konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.

Perencanaan sarana pendidikan harus didasarkan pada tujuan pendidikan yang akan dicapai, dimana sarana pendidikan dan pembelajaran ini akan menyediakan ruang belajar harus memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, serta sikap secara optimal. Oleh karena itu dalam merencanakan sarana pendidikan harus memperhatikan:

a) berapa jumlah anak yang memerlukan fasilitas ini pada area perencanaan;

b) optimasi daya tampung dengan satu shift;

c) effisiensi dan efektifitas kemungkinan pemakaian ruang belajar secara terpadu;

d) pemakaian sarana dan prasarana pendukung;

e) keserasian dan keselarasan dengan konteks setempat terutama dengan berbagai jenis sarana lingkungan lainnya.

Tabel 3 Kebutuhan Program Ruang Minimum

Sumber: SNI 03-1733-2004 pada 16 Maret 2015

Tabel 4 Kebutuhan Sarana Pendidikan dan dan Pembelajaran

(6)

Sumber: SNI 03-1733-2004 pada 16 Maret 2015

3. Sarana kesehatan

Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Dasar penyediaan sarana ini adalah didasarkan jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut.

Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.

Tabel 5 Kebutuhan Sarana Kesehatan

Sumber: SNI 03-1733-2004 pada 16 Maret 2015

4. Sarana peribadatan

Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat penghuni yang bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan jumlah fasilitas peribadatan yang akan dibangun baru dapat dipastikan setelah lingkungan perumahan dihuni selama beberapa waktu. Pendekatan perencanaan yang diatur adalah dengan memperkirakan populasi dan jenis agama serta kepercayaan dan kemudian merencanakan alokasi tanah dan lokasi bangunan peribadatan sesuai dengan tuntutan planologis dan religius.

Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Hal ini dapat terkait

(7)

dengan bentukan grup bangunan / blok yang nantinya lahir sesuai konteks lingkungannya. Penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani area tertentu.

Tabel 6 Kebutuhan Sarana Peribadatan

Sumber: SNI 03-1733-2004 pada 16 Maret 2015

5. Sarana perdagangan dan niaga

Sarana perdagangan dan niaga ini tidak selalu berdiri sendiri dan terpisah dengan bangunan sarana yang lain. Dasar penyediaan selain berdasarkan jumlah penduduk yang akan dilayaninya, juga mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit- unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan / blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.

Tabel 7 Jenis Sarana Perdagangan dan Niaga

Sumber: SNI 03-1733-2004 pada 16 Maret 2015

6. Sarana kebudayaan dan rekreasi

Sarana kebudayaan dan rekreasi merupakan bangunan yang dipergunakan untuk mewadahi berbagai kegiatan kebudayaan dan atau rekreasi, seperti gedung pertemuan, gedung serba guna, bioskop, gedung kesenian, dan lain-lain. Bangunan dapat sekaligus berfungsi sebagai bangunan sarana pemerintahan dan pelayanan

(8)

umum, sehingga penggunaan dan pengelolaan bangunan ini dapat berintegrasi menurut kepentingannya pada waktu-waktu yang berbeda.

Tabel 8 Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi

Sumber: SNI 03-1733-2004 pada 16 Maret 2015

7. Sarana ruang terbuka , tanaman dan lapangan olah raga

Ruang terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang mempunyai arti sebagai suatu lansekap, taman atau ruang rekreasi dalam lingkup urban.

Perandan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) ditetapkan dalam Instruksi Mendagri no. 4 tahun 1988, yang menyatakan "Ruang terbuka hijau yang populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam pemanfataan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan.

Tabel 9 Sarana Ruang Terbuka , Tanaman dan Lapangan Olah Raga

Sumber: SNI 03-1733-2004 pada 16 Maret 2015

8. Prasarana/utilitas – jaringan persampaHan

Tabel 10 Kebutuhan Prasarana Persampahan

Sumber: SNI 03-1733-2004 pada 16 Maret 2015

(9)

9. Prasarana/utilitas – jaringan jalan

Lingkungan perumahan harus disediakan jaringan jalan untuk pergerakan manusia dan kendaraan, dan berfungsi sebagai akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat. Dalam merencanakan jaringan jalan, harus mengacu pada ketentuan teknis tentang pembangunan prasarana jalan perumahan, jaringan jalan dan geometri jalan yang berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan jalan pergerakan kendaraan dan manusia, dan akses penyelamatan dalam keadaan darurat drainase pada lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satu pedoman teknis jaringan jalan diatur dalam Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan (Sistem Jaringan dan Geometri Jalan), Dirjen Cipta Karya, 1998.

Tabel 11 Klasifikasi Jalan

Sumber: SNI 03-1733-2004 pada 16 Maret 2015

10. Prasarana/utilitas – jaringan drainase

Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan drainase sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan/ perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan drainase lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satu ketentuan yang berlaku adalah SNI 02-2406- 1991 tentang Tata cara perencanaan umum drainase perkotaan.

(10)

Tabel 12 Bagian Jaringan Drainase

Sumber: SNI 03-1733-2004 pada 16 Maret 2015

11. Prasarana/utilitas – jaringan air bersih

Secara umum, setiap rumah harus dapat dilayani air bersih yang memenuhi persyaratan untuk keperluan rumah tangga. Untuk itu, lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan/ perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan air bersih lingkungan perumahan di perkotaan.

Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:

a) Penyediaan kebutuHan air bersih

1) Lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan

2) apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem penyediaan air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah atau sambungan halaman.

b) Penyediaan jaringan air bersih

1) Harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan rumah;

2) pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass;

dan

3) pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan menggunakan GIP.

c) Penyediaan kran umum

1) satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa;

2) radius pelayanan maksimum 100 meter;

3) kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari; dan

4) ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.

d) Penyediaan hidran kebakaran

(11)

1) untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter;

2) untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter;

3) jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter;

4) apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-sumur kebakaran; dan

5) perencanaan hidran kebakaran mengacu pada SNI 03-1745-1989 tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung.

12. Prasarana/utilitas – jaringan air limbah

Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan / perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan air limbah lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satunya adalah SNI-03-2398-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan, serta pedoman tentang pengelolaan air limbah secara komunal pada lingkungan perumahan yang berlaku.

13. Prasarana/utilitas – jaringan listrik

Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:

a) Penyediaan kebutuHan daya listrik

1) setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya listrik dari PLN atau dari sumber lain; dan

2) setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum 450 VA per jiwa dan untuk sarana lingkungan sebesar 40% dari total kebutuHan rumah tangga.

b) Penyediaan jaringan listrik

1) disediakan jaringan listrik lingkungan dengan mengikuti hirarki pelayanan, dimana besar pasokannya telah diprediksikan berdasarkan jumlah unit hunian yang mengisi blok siap bangun;

2) disediakan tiang listrik sebagai penerangan jalan yang ditempatkan pada area damija (daerah milik jalan) pada sisi jalur hijau yang tidak menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar (lihat Gambar 1 mengenai bagian-bagian pada jalan);

(12)

3) disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan umum;

4) adapun penerangan jalan dengan memiliki kuat penerangan 500 lux dengan tinggi > 5 meter dari muka tanah;

5) sedangkan untuk daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau kegiatan lain yang bersifat permanen karena akan membahayakan keselamatan;

2.4 Karakteristik Penduduk Permukiman Kumuh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indoneia (KBBI), karakteristik adalah mempunyai sifat khas sesuai dng perwatakan tertentu. Sedangkann arti dari penduduk adalah orang atau orang-orang yg mendiami suatu tempat (kampung, negeri, pulau, dsb). Sehingga dapat disimpulkan karakteristik penduduk permukiman kumuh adalah orang-orang yang mempunyai sifat kekhasan yang bertempat tinggal di permukiman kumuh

Ada pun diidentifikasi yang dapat membantu untuk mengetahui karakteristik penduduk yang bertempat tinggal di permukiman kumuh adalah sebagai berikut (Eny Endang Surtiani:2006):

1. Kondisi sosial

Dengan mengidentifikasi tingkat pendidikan masyarakat maupun jenis pekerjaan mereka yang akan mempengaruhi kondisi lingkungan serta kondisi bangunan yang mereka huni. Selain itu juga melihat kepadatan penduduk, status hunian dan kepemilikan, dan jumlah penghuni yang tinggal di kawasan permukiman tersebut yang berpengaruh terhadap kondisi lingkungan.

2. Kondisi ekonomi

Yaitu untuk mengetahui kondisi perekonomian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka seHari-Hari serta dalam mengalokasikan dana untuk perbaikan rumah dan lingkungan mereka dengan melihat data tingkat pendapatan mereka dan jenis pekerjaan masyarakat.

Dari identifikasi di atas ada beberapa indentifikasi yang perlu dilakukan dalam ruang lingkup artapakktur.

1. Kondisi sosial

(13)

Mengidentifikasi kepadatan pendududuk untuk menentukan besaran bangunan yang diperlukan. Mengidentifikasi jumlah penghuni dalam hunian, hal ini dapat mempengaruhi besaran hunian.

2. Kondisi ekonomi

Mengidentifikasi jenis pekerjaan karena hal ini dapat mempengaruhi bentuk hunian mereka.

2.5 Studi Perbanding

Tabel 13 Studi Banding No Kriteria Rumah Susun

Bendungan Hilir 2

Rumah Susun Jatinegara

Rumah Susun Marunda 1 Bangunan

Sumber: www.jual-

apartment.com Sumber:

www.kaskus.co.id

Sumber:

www.solusiproperti.com

2 Sirkulasi 3 meter untuk motor dan mobil.

1.6 meter – 2 meter untuk koridor double loaded

1.2 meter – 1.5 meter untuk koridor double loaded

1 meter – 1.5 meter untuk pedestrian 1.6 meter – 2 meter untuk koridor double loaded

3 Ruang terbuka hijau

Ada 1 area ruang terbuka hijau

Tidak ada Tidak ada

4 Fasilitas PAUD

Parkir motor dan mobil

Masjid Area dagang

PAUD

Posko kesehatan Koperasi

Kantin Masjid

Lapangan bermain Lapangan olahraga Musholla

Area dagang Kantin Sekolah 5 Pembuangan

sampah

Ada Ada Ada

6 Air bersih Ada,

menggunakan PAM

Ada, menggunakan PAM

Ada, belum PDAM

7 Toilet Ada di tiap unit Ada di tiap unit Ada di tiap unit

(14)

No Kriteria Rumah Susun Bendungan Hilir 2

Rumah Susun Jatinegara

Rumah Susun Marunda 8 Bangunan Tiap unit memiliki

ventilasi ke arah ruang luar

Tiap unit memiliki ventilasi ke arah ruang luar

Tiap unit memiliki ventilasi ke arah ruang luar

9 Tipe unit Tipe 21 Tipe 30 Tipe 45

Sumber: Hasil Olah Pribadi

Dari hasil studi banding, didapatkan bahwa rumah susun sudah memiliki toilet di tiap unitnya dan hanya terdiri dari satu tipe unit saja. Tidak semua rumah susun memiliki ruang terbuka hijau. Fasilitas di rumah susun bermacam-macam tergantung kebutuhan.

(15)

2.6 Kerangka Berpikir

TOPIK

Environment sustainable, healthy, and livable human

settlement

LATAR BELAKANG Banyaknya permukiman kumuh yang tidak layak huni

dan berada di tempat yang tidak sesuai peruntukannya

JUDUL

Relokasi Permukiman Kumuh di Kebayoran Lama

TUJUAN Mengurangi permukiman kumuh di DKI Jakarta dengan

peremajaan permukiman kumuh

PERMASALAHAN Banyaknya peremajaan yang

yang tidak tepat sasaran karena tidak memperHatikan

karakteristik penduduk permukiman kumuh

ANALISA Aspek manusia Aspek bangunan Aspek lingkungan

KONSEP PERENCANAAN

SKEMATIK DESAIN

PERANCANGAN

Tinjauan lokasi

Peraturan perundang- undangan

Dinas tata kota

Studi pustaka

Tinjauan lokasi

Studi pustaka

Tinjauan lokasi

Peraturan pemerintah

Dinas tata kota

Studi pustaka

(16)
(17)

27

Gambar

Tabel 1 Tipe Unit Rumah Susun
Tabel 2 Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Tabel 3 Kebutuhan Program Ruang Minimum
Tabel 5 Kebutuhan Sarana Kesehatan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Untuk padatan dianalisa dengan Scanning Electron Microscopy (SEM) dan X-Ray Flouroscense (XRF ) , dan untuk liquidnya dianalisa menggunakan Spektrofotometer UV-Vis.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, tahap pertama yang harus dilakukan adalah mendefinisikan permasalahan yang ada, kemudian melakukan analisa dan desain

IPA peneliti mengambil judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Pembelajaran Pair Cheks di SD Negeri Randuacir

Uji potensi sebagai tabir surya dari fraksi etil asetat kulit batang tanaman bangkal dilakukan secara in vitro dengan menentukan nilai SPF (Sun Protection Factor)

Kontak langsung dengan saliva pasien atau darah yang terinfeksi dapat menyebabkan masuknya mikroorganisme melalui luka atau dermatitis pada kulit. Semprotan atau aerosol

Tingkat kemampuan berfikir abstraksi peserta didik pada suatu kelas berbeda- beda. Berpikir abstrak dalam hal ini adalah suatu kemampuan menemukan cara- cara dalam

Berdasarkan uraian sebagaimana terungkap dalam poin 1, 2, 3 dan 4 di atas, maka terhadap kemungkinan respon dan berdampak negatif di masa yang akan datang terhadap operasional

Berikan penjelasan kepada pasien tentang bagaimana penggunaan peralatan medis yang tepat.. Evaluasi kemampuan pasien dalam menggunakan peralatan medis