BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
1. Pengertian BPJS Kesehatan
Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional BPJS merupakan sebuah lembaga hukum untuk perlindungan sosial dalam menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak sekaligus dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia.
Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak, dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarkan program jaminan sosial di Indonesia.BPJS dibentuk dengan tujuan untuk memenuhi hak setiap orang atas jaminan sosialyang memberi perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (UU No.24 Tahun 2011 Tentang BPJS).
Menurut UU No.24 Tahun 2011 Tentang BPJS, dibentuk 2 BPJS yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan yang sudah mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014.sedangkan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian.
2. Dasar Hukum
a. UU No. 40 Tahun 2004 tentang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
b. UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
3. Tugas BPJS menurut UU No.24 Tahun 2011 Tentang BPJS
BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Dalam melaksanakan fungsinya, BPJS bertugas untuk melakukan dan atau menerima pendaftaran peserta, memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja, menerima bantuan iuran dari pemerintah, mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta, mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial, membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial, memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat,
4. Wewenang BPJS
Menurut UU No.24 Tahun 2011 Tentang BPJS menyatakan bahwa wewenang BPJS antara lain menagih pembayaran iuran, menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai, melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional, membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh pemerintah, membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan, mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya, melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan sosial.
5. Kepesertaan BPJS Kesehatan
Kepesertaan menurut Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan, yaitu :
a. Peserta BPJS dibagi menjadi dua yaitu peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan dan peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan.
1) PBI (yang selanjutnya disebut Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan, yaitu PBI adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan Undang-undang SJSN yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur melalui Peraturan Pemerintah. Peserta PBI Jaminan Kesehatan yaitu orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.
2) Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan terdiri atas:
a) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan anggota keluarganya.
b) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan anggota keluarganya.
c) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya.
b. Peserta Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya
Peserta pekerja penerima upah dan anggota keluarganya termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan anggota keluarganya terdiri atas pegawai negeri sipil. Pegawai negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya yang
ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Peserta pekerja penerima upah dan anggota keluarganya lainnya adalah anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, pegawai pemerintah non pegawai negeri, pegawai swasta, pekerja yang tidak termasuk nomor 1 sampai dengan nomor 6 yang menerima upah.
c. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan anggota keluarganya terdiri atas:
1) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri.
2) Pekerja yang tidak termasuk nomor 1 yang bukan penerima upah. d. Bukan Pekerja dan anggota keluarganya
Bukan pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas investor, pemberi kerja, penerima pension, veteran, perintis kemerdekaan, janda, duda, atau anak yatim piatu dari veteran atau perintis kemerdekaan, bukan pekerja yang tidak termasuk nomor 1 sampai dengan nomor 5 yang mampu membayar iuran.
e. Penerima pensiun terdiri atas:
1) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun.
2) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun.
3) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun.
4) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada nomor 1, 2 dan 3 yang mendapat hak pensiun.
5) Penerima pensiun selain nomor 1, 2 dan 3.
6) Janda, duda atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada nomor 5 yang mendapat hak pensiun. f. Anggota keluarga meliputi istri/suami yang sah, anak kandung, anak
tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah, sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.
g. Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah dan anak angkat yang sah dengan kriteria:
1) Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri.
2) Belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.
3) Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang lain.
4) Anggota keluarga yang lain meliputi anak ke 4 (empat) dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua.
6. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan Menurut Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
a) Pelayanan kesehatan meliputi semua fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, fasilitas kesehatan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan termasuk fasilitas kesehatan penunjang yang terdiri atas: laboratorium; instalasi farmasi Rumah Sakit; apotek; unit transfusi darah/Palang Merah Indonesia; optik; pemberi pelayanan Consumable Ambulatory Peritonial Dialisis (CAPD); dan praktek Bidan/Perawat atau yang setara.
b) Pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama terdiri atas pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama, pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama, pelayanan kesehatan gigi, pelayanan kesehatan oleh bidan dan perawat.
c) Pelayanan Kesehatan oleh Bidan dan Perawat di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
1) Dalam hal di suatu kecamatan tidak terdapat dokter berdasarkan penetapan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dapat bekerja sama dengan praktik bidan dan/atau perawat sesuai dengan kewenangannya.
2) Pemberian pelayanan kesehatan oleh Bidan dan Perawat dalam hal suatu kecamatan tidak terdapat dokter meliputi pelayanan bidan dan perawat dengan cakupan pelayanan bidan dan perawat sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.
3) Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam pertolongan persalinan, kondisi gawat darurat atau pasien dengan kondisi khusus di luar kompetensi dokter atau dokter gigi fasilitas Kesehatan tingkat pertama.
B. Persepsi 1. Pengertian
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra atau juga disebut sebagai proses sensori (Walgito, 2010). Persepsi adalah proses penerimaan informasi dan pemahaman tentang linkungan, termasuk penetapan informasi untuk membentuk pengkatogerian dan penafsiran (Shane dan Glinow, 2000 dalam Simbolon, 2008)
Menurut Robbins (2008), persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Persepsi adalah kemampuan otak dalam menterjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indra manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu positif atau negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata. Persepsi pasien BPJS Kesehatan terhadap pelayanan keperawatan adalah pandangan pasien BPJSKesehatan terhadap proses pelayanan keperawatan kepada pasien BPJS selama dirawat dirumah sakit apakah perawat sudah melakukan peran dan fungsinya dalam merawat pasien BPJS (Sugihartono, 2007).
2. Proses Persepsi
Proses persepsi diawali dari suatu objek yang menghasilkan stimulus yang akan mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus yang diterima oleh reseptor akan dilanjutkan oleh saraf sensorik yang disebut proses fisiologis. Kemudian terjadi proses di otak, sehingga individu menyadari apa yang diterima oleh reseptor. Proses tersebut dinamakan proses fisiologis. Tahap terakhir dari persepsi adalah individu menyadari tentang apa yang diterima oleh reseptor (Sunaryo, 2004).
3. Syarat Terjadinya Persepsi ‘
Menurut Sunaryo (2004), syarat terjadinya persepsi adalah: a. Adanya objek yang dipersepsi
b. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatupersiapan dalam mengadakan persepsi.
c. Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus
d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yangkemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Wagito (2010), menyatakan bahwa dalam persepsi individu menorganisasikan dan menginterprestasikan stimulus yang diterimanya sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang bersangkutan. Berkaitan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu:
a. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang memperpersepsikan tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan b. Alat indra, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus disamping itu juga harus ada syaraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.
d. Teori kepribadian implisit (implisit personaliti theory)
Teori kepribadian implisit mengacu pada teori kepribadian individual yang diyakini seseorang dan yang mempengaruhi bagaimana persepsinya kepada orang lain. Setiap orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang suatu sifat berkaitan dengan sifat lainnya, konsep ini merupakan teori yang dipergunakan orang ketika membentuk kesan orang lain.
e. Ramalan yang dipenuhi sendiri (self fulfilling prophecy)
Ramalan yang dipenuhi sendiri bila seseorang membuat ramalan atau merumuskan keyakinan yang menjadi kenyataan karena seseorang membuat ramalan itu dan bertindak seakan-akan ramaln itu benar. Dengan perangkat psikologis yang mereka sendiri sehingga konsep dari diri yang baik akan menghantarkan mereka pada keberhasilan dan konsep diri yang tidak menguntungkan akan mengantarkan mereka pada kegagalan.
f. Aksentuasi perseptual
Aksentasi perseptual membuat kita melihat apa yang kita harapkan dan apa yang ingin kita lihat.
g. Primasi Resensi
Implikasi praktis dari efek primary resensi ini adalah bahwa kesan pertama yang tercipta tampaknya paling penting. Melalui kesan pertama ini orang lain akan menyaring tambahan informasi untuk merumuskan gambaran tentang seseorang yang mereka persepsikan.Primary resensi mengacu pada relatif stimulus sebagai akibat urutan kemunculannya. Jika yang muncul pertama lebih besar pengaruhnya dinamakan mengalami efek primasi. Jika yang muncul
kemudian mempunyai pengaruh yang lebih besar, dinamakan mengalami efek resensi.
h. Konsistensi
Konsistensi merupakan keadaan mengacu pada kecenderungan untuk merasakan apa yang memungkinkan seseorang dapat mencapai keseimbangan atau kenyamanan psikologis diantara berbagai sikap dan hubungan antara mereka.
i. Stereotyping
Stereotyping merupakan keadaan yang mengacu pada kecenderungan untuk mengembangkan dan mempertahankan persepsi yang tetap dan tidak merubah mengenai sekelompok manusia dan menggunakan persepsi ini untuk mengevaluasi anggota sekelompok tersebut, dengan mengabaikan karakteristik individual yang unik.
5. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi
Menurut Walgito (2010), menyatakan bahwa ada tiga faktor yang berperan dalam persepsi yaitu:
a. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenaialat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang berlangsung mengenai syaraf penerima yangbekerja sebagai reseptor, namun sebagian terbesar stimulus yang dari luar individu. b. Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
c. Perhatian
Diperlukan adanya perhatian untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu
persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau sekumpulan obyek (Walgito, 2010).
Bagan 2.1 Proses Persepsi Robbins (2008) C. Keperawatan
1. Pengertian
a. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakanbagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiatkeperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, danmasyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proseskehidupan manusia.
b. Praktik keperawatan adalah tindakan perawat melalui kolaborasi denganklien dan atau tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhankeperawatan pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan yang dilandasidengan substansi keilmuan khusus, pengambilan
Faktor-faktor dalam diri si pengarti: 1. Sikap 2. Motifasi 3. kepentingan 4. Minat 5. Harapan 6. pengalaman Faktor-faktor dalam situasi: - Waktu - Keadaan kerja - Keadaan sosial PERSEPSI
Faktor-faktor dalam diri target: - Sesuatu yang baru
- Gerakan - Suara - Ukuran - Latar belakan - Kedekatan - Kemiripan
keputusan danketerampilan perawat berdasarkan aplikasi prinsip-prinsip ilmu biologis,psikolologi, sosial, kultural dan spiritual.
c. Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktikkeperawatan yang diberikan kepada klien di sarana pelayanan kesehatandan tatanan pelayanan lainnya, dengan menggunakan pendekatan ilmiahkeperawatan berdasarkan kode etik dan standar praktik keperawatan.
d. Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikankeperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui olehPemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan(UU RI No. 23 Tahun 1992).
2. Peran dan Fungsi Perawat
Menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan tahun 1989 dalam Bustami (2011), peran perawat, antara lain :
a. Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar dapat direncanakan dan dilakukan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia serta dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat perlu menerapkan keterampilan berfikir kritis dan pendekatan sistem untuk penyelesaian masalah serta pembuatan keputusan keperawatan dalam konteks pemberian askep yang komprehensif dan holistik berlandaskan aspek etik dan legal.
b. Sebagai Advokat
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberian pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya. Hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
c. Sebagai Edukator
Perawat memberikan edukasi dengan tujuan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien sesudah dilakukan pendidikan kesehatan menjadi lebih baik.
d. Sebagai Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien.
e. Sebagai Kolaborator
Dalam menangani pasien perawat melaksanakan fungsi interdependen yaitu melakukan kolaborasi bersama tenaga kesehatan yang lain dengan menjalankan peran sebagai kolaborator.Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
f. Sebagai Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
g. Sebagai Pembaharu Atau Peneliti
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan. Melakukan penelitian sederhana keperawatan dengan cara menumbuhkan kuriositas, mencari
jawaban terhadap fenomena klien, menerapkan hasil kajian dalam rangka membantu mewujudkan Evidence Based Nursing Practice (EBNP).
Peran perawat menurut hasil Lokakarya Keperawatan tahun 1983 dalam Bustami (2011), antara lain :
a. Pelaksana Pelayanan Keperawatan
memberikan asuhan keperawatan baik langsung maupun tidak langsung dengan metode proses keperawatan
b. Pendidik dalam Keperawatan
mendidik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat serta tenaga kesehatan yang berada di bawah tanggung jawabnya.
c. Pengelola pelayanan Keperawatan
mengelola pelayanan maupun pendidikan keperawatan sesuai dengan manajemen keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan
d. Peneliti dan Pengembang pelayanan Keperawatan
Mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian, serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan
Menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan tahun 1989 dalam Bustami (2011), fungsi perawat, antara lain :
a. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana dalam perawat dalam melaksanakan tugas dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia
b. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatanya atas pesan atau interuksi dari perawat lain
c. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu dengan tim lainnya. Bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam memberikan pelayanan hal ini juga melibatkan dokter ataupun yang lainya.
D. Kerangka Teori
Keterangan : --- : yang diteliti
Bagan 2.2. Kerangka Teori
Sumber : Robbins (2008), Konsorsium Ilmu Kesehatan (1989)
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui peniltian yang akan dilakukan (Nursalam, 2008). Kerangka konsep dari penelitian ini adalah
Bagan 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Pasien BPJS Kesehatan .
Persepsi pasien rawat inap peserta BPJS tentang pelayanan perawat 1. Peran perawat 2. Fungsi perawat Faktor-faktor dalam diri si pengarti: 1. Sikap 2. Motifasi 3. Kepentingan 4. Minat 5. Harapan 6. Pengalaman Faktor-faktor dalam situasi: 1. Waktu 2. Keadaan kerja 3. Keadaan sosial Persepsi Faktor-faktor dalam diri target: 1. Sesuatu yang baru 2. Gerakan 3. Suara 4. Ukuran 5. Latar belakan 6. Kedekatan Kemiripan Pelayanan tenaga kesehatan (perawat)