• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA: STUDI KASUS PELAKSANAAN SISTEM AMONG DI SEKOLAH DASAR NEGERI TIMBULHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSEP PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA: STUDI KASUS PELAKSANAAN SISTEM AMONG DI SEKOLAH DASAR NEGERI TIMBULHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL."

Copied!
272
0
0

Teks penuh

(1)

i

KONSEP PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA: STUDI KASUS PELAKSANAAN SISTEM AMONG DI SEKOLAH DASAR NEGERI

TIMBULHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Muhammad Soffan Nuri NIM 11108244013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)

fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan

manusia tidak mengetahui.

(Terjemahan Q.S. Ar-Ruum ayat 30)

Didiklah anak-anak kamu, sesungguhnya mereka diciptakan untuk menghadapi zaman yang berbeda dengan zaman kamu ini.

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Sebuah karya terbaik ini sebagai ungkapan pengabdian cinta yang tulus dan penuh kasih untuk:

Allah SWT yang telah memberi anugerah sepanjang hidupku dan senantiasa mencurahkan rahmat serta hidayah-Nya.

Ayah dan Ibunda tercinta (Asrofi dan Nur Rohmiyati), terima kasih atas dukungan yang telah kalian berikan, terima kasih atas doa-doa yang tiada henti engkau panjatkan untukku, semoga tetesan butir-butir keringatmu membuahkan keberhasilandan kebahagiaan untukku.

Almamater UNY tercinta.

(7)

vii

KONSEP PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA: STUDI KASUS PELAKSANAAN SISTEM AMONG DI SEKOLAH DASAR NEGERI

TIMBULHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

Oleh

Muhammad Soffan Nuri NIM 11108244013

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan sistem among dan menemukan faktor pendukung serta faktor penghambat dalam pelaksanaan sistem among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Subjek penelitian ini meliputi kepala sekolah, 6 orang guru kelas dan 4 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2015. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian dengan alat bantu berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model Miles dan Huberman yaitu data collection, data display, data reduction dan drawing/verification. Teknik pengujian keabsahan data dengan trianggulasi sumber, trianggulasi teknik, dan cross check.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur hanya untuk-Mu ya Rabb

penggenggam hati, jiwa, dan raga ini, yang telah memberikan keteguhan hati serta semangat sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara: Studi Kasus Pelaksanaan Sistem Among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul”. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan meski dengan kekurangan dan keterbatasan pengalaman.

Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan perhatian, bantuan, bimbingan, motivasi, dan arahan serta nasehat kepada penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.

2. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I. selaku Ketua Jurusan PSD Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin dan tanda tangan dalam proses penyusunan skripsi ini.

(9)

ix

4. Bapak dan ibu dosen PGSD yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang bermanfaat selama proses perkuliahan sebagai bekal di masa sekarang dan yang akan datang.

5. Sahabat-sahabatku di Prodi PGSD angkatan 2011, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu, terima kasih atas kerjasama dan persahabatan selama ini. 6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu-satu.

Sebagai hasil karya manusia, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 15 Desember 2015

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 9

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara 1. Pengertian Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara ... 11

2. Tujuan Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara ... 16

3. Asas Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara ... 17

B. Tinjauan tentang Konsep Sistem Among 1. Pengertian Sistem Among ... 22

2. Sistem Among dalam Pembelajaran ... 29

(11)

xi

D. Kerangka Pikir ... 33

E. Pertanyaan Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 35

B. Setting Penelitian ... 36

C. Subjek Penelitian ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

E. Instrumen Penelitian ... 40

F. Teknik Pengujian Keabsahan Data ... 41

G. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 44

2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 53

C. Pembahasan 1. Pelaksanaan Sistem Among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo ... 93

2. Faktor Pendukung, Faktor Penghambat, dan Strategi dalam Memanfaatkan Faktor Pendukung serta Mengurangi Faktor Penghambat Pelaksanaan Sistem Among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo ... 104

D. Keterbatasan penelitian ... 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 109

B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 113

(12)

xii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Ruangan di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo ... 49 Tabel 2. Data Nama Guru dan Karyawan Sekolah Dasar Negeri

Timbulharjo ... 52 Tabel 3. Rincian Siswa di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo ... 53 Tabel 4. Data Pendidikan Terakhir Guru Sekolah Dasar Negeri

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Komponen Komponen dalam Analisi Data (Interactive

Model) oleh Miles dan Huberman ... 41

Gambar 2. Denah Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo 44 Gambar 3. Trilogi Tamansiswa ... 55

Gambar 4. Piagam dan Peraturan Besar Tamansiswa tentang Pelaksanaan Sistem Among ... 57

Gambar 5. Siswa Bersalaman dengan Guru Sebelum Memasuki Kelas 65 Gambar 6. Guru (JK) Menasehati Siswa yang Mencontek dalam Mengerjakan Tugas ... 66

Gambar 7. Siswa Bermain Sepak Bola Ketika Istirahat di Halaman Sekolah ... 68

Gambar 8. Siswa Mengobrol di Depan Kelas ... 68

Gambar 9. Pembinaan Kepala Sekolah Melalui Upacara Bendera ... 74

Gambar 10. Siswa Berpakaian Rapi dan Bersih ... 78

Gambar 11. Pengkondisian Berpakaian Rapi dan Sopan melalui Poster . 78 Gambar 12. Kegaduhan Kelas ketika Ditinggal oleh Guru ... 86

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Pedoman Observasi Berkaitan dengan Pelaksanaan

Sistem Among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo ... 118

Lampiran 2. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah Berkaitan dengan Pelaksanaan Sistem Among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo ... 121

Lampiran 3. Pedoman Wawancara Guru Berkaitan dengan Pelaksanaan Sistem Among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo ... 123

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Siswa Berkaitan dengan Pelaksanaan Sistem Among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo ... 125

Lampiran 5. Hasil Observasi Berkaitan dengan Pelaksanaan Sistem Among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo ... 127

Lampiran 6. Transkrip Wawancara Kepala Sekolah Berkaitan dengan Pelaksanaan Sistem Among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo ... 137

Lampiran 7. Transkrip Wawancara Guru Berkaitan dengan Pelaksanaan Sistem Among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo ... 141 Lampiran 8. Transkrip Wawancara Siswa Berkaitan dengan Pelaksanaan Sistem Among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo ... 165

Lampiran 9. Display Data Hasil Penelitian ... 172

Lampiran 10. Jadwal Pembina Upacara Bendera ... 225

Lampiran 11. Daftar Hadir Rapat Sekolah ... 227

Lampiran 12. Piagam dan Peraturan Besar Persatuan Tamansiswa ... 228

Lampiran 13. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan ... 255

Lampiran 14. Surat Izin Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta ... 256

Lampiran 15. Surat Izin Pemerintah Kabupaten Bantul ... 257

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

(16)

2

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Mempertimbangkan tujuan dan fungsi pendidikan yang begitu mendasar dalam pembentukan sifat, watak dan kepribadian bangsa maka diperlukan perhatian dan penanganan secara tepat dan serius.

Sementara itu Dinas Dikpora Prov. DIY (http://dikpora.jogjaprov.go.id) menjelaskan pemahaman atas falsafah Hamemayu Hayuning Bawana, Golong Gilig, Nyawiji Greget, sengguh ora mingkuh perlu dilakukan dalam pendidikan baik formal maupun informal. Pemahaman falsafah di atas diperlukan sebagai suatu bagian dari proses penguatan jati diri dan pembentukan watak atau karakter manusia berbudaya yang mampu mengembangkan kebudayaan dalam kehidupannya sekarang dan yang akan datang, serta mampu menjadi pendorong pengembangan budaya lain di lingkungannya. Hal ini akan memunculkan manusia berbudaya yang berwatak satriya untuk kebaikan, keutamaan, kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.

(17)

3

mampu mempertahankan dan mengembangkan budaya lokal guna menghadapi persaingan global.

Ki Hadjar Dewantara (2001: 04) mengungkapkan bahwa pendidikan secara umum yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya yaitu pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sedangkan pengajaran adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan serta memberi kecakapan kepada anak-anak yang dapat memberi faedah buat hidup anak-anak baik lahir maupun batin. Dari uraian tersebut, pendidikan mempunyai tujuan untuk membantu manusia menemukan hakikat kemanusiaannya yaitu pendidikan harus mampu mewujudkan manusia seutuhnya yang berdasarkan asah, asih, dan asuh.

Unsur asah mengandung pengertian bahwa tujuan pendidikan tidak terlepas dari unsur-unsur kognitif dalam tujuan pendidikan. Pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan intelektual menjadi fokus dari unsur asah. Unsur asah lebih menitikberatkan pada pemikiran peserta didik dalam pemecahan masalah yang dihadapi termasuk kreativitas dan kemandirian.

(18)

4

keluarga, sosial maupun ekonomi. Prinsip utama dalam proses ini adalah tidak adanya kepribadian yang sama yang dimiliki oleh peserta didik, masing-masing peserta didik memiliki keunikan tersendiri. Oleh sebab itu seorang pendidik harus mempunyai teknik, metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan kepribadian peserta didik.

Unsur asuh lebih mengarah kepada unsur pembinaan dan pembimbingan partisipatif. Proses pembelajaran dalam hal ini menitikberatkan pada pelatihan dalam pembelajaran. Dalam proses pembimbingan ini sangat diperlukan ketelatenan serta kesabaran. Di samping itu, perbedaan individual juga tidak dapat dipisahkan dalam unsur asuh.

(19)

5

tumbuh dalam diri peserta didik sendiri dalam mencapai kemandirian. Berdasarkan hal tersebut, Bartolomeus Samho (2013: 104) menegaskan bahwa seharusnya pendidikan menjadikan peserta didik yang sehat mental, sehat fisik, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan bertanggugjawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain.

Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa pendidikan hanya suatu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya peserta didik yang terletak di luar kecakapan atau kehendak pendidik. Peserta didik sebagai makhluk, sebagai manusia, dan sebagai benda hidup akan tumbuh dan hidup sesuai dengan kodratnya. Uraian tersebut bisa diartikan sebagai proses memanusiakan manusia yang tidak dibatasi dalam bentuk formal maupun non formal. Pendidikan tidak hanya transfer of knowledge tetapi peserta didik juga harus mengetahui serta memahami potensi yang ada pada diri peserta didik.

(20)

6

Surabaya memberikan sanksi kepada Kepala Sekolah SD Gadel 2 yaitu Sukatman dan dua orang pendidik yakni Fatkhur Rachman dan Suprayitno.

Sementara itu, di lingkungan pendidikan juga masih terdapat kekerasan terhadap peserta didik yang melibatkan oknum pendidik. Salah satunya kekerasan yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik yang terjadi di Tangerang. Seperti yang diberitakan oleh Sindonews (http://metro.sindonews.com), seorang peserta didik mengalami kekerasan dengan cara dijewer oleh seorang pendidik. Peristiwa itu terjadi pada Senin, 2 Maret 2015 di SDN 8 Nerogtog, Kota Tangerang. Akibat tindakan yang dilakukan oleh pendidik tersebut, peserta didik harus menerima lima jahitan di telinganya dan mengalami trauma.

Di lain sisi masih terjadi kejahatan terhadap peserta didik terutama kejahatan pelecehan seksual yang cukup memprihatinkan di lingkungan sekolah. Seperti yang diberitakan oleh Kompas (http://megapolitan.kompas.com), salah satu kasus kejahatan pelecehan seksual terjadi di lingkungan Jakarta International School (JIS), Jakarta Selatan. Awalnya kasus kejahatan pelecehan seksual ini hanya melibatkan para petugas kebersihan Jakarta International School (JIS) namun dalam penyidikan pihak Polda Metro Jaya juga menetapkan dua pendidik yaitu Neil Bentleman dan Ferdinant Tjiong sebagai tersangka.

(21)

7

segala kebutuhan yang diperlukan untuk perkembangan peseta didik dapat terpenuhi. Kerja sama yang baik dari berbagai pihak akan membuat kegiatan pendidikan dan implementasi unsur asah, asuh dan asih dapat berjalan dengan baik tanpa ada ketimpangan beban di pihak orang tua maupun sekolah khususnya pendidik.

Selain ketiga kasus di atas, juga masih terdapat permasalahan di dunia pendidikan yang terjadi di beberapa sekolah di Kabupaten Bantul. Permasalahan pertama terjadi di Sekolah Dasar Negeri X. Seorang pendidik melakukan kekerasan terhadap peserta didiknya dengan cara dijewer dan dipukul. Hal itu terjadi dikarenakan peserta didik susah untuk diatur oleh pendidik. Hal ini menyebabkan pendidik terpancing emosinya sehingga melakukan kekerasan tersebut. Menurut penuturan beberapa pendidik di Sekolah Dasar Negeri X, pendidik tersebut mempunyai karakteristik suka humor akan tetapi jika sudah menyangkut hal yang serius maka tidak bisa dianggap sebagai humor lagi.

(22)

8

tersebut tidak bisa menerima perlakuan itu dan langsung menghubungi salah satu media tanpa konfirmasi terlebih dahulu ke pihak sekolah. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara kekeluargaan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di sekolah tersebut, kondisi yang berbeda peneliti temukan di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo. Peneliti melihat pelaksanaan unsur asah, asih dan asuh di sekolah itu. Unsur asah dibuktikan dengan adanya kegiatan kepramukaan. Kegiatan kepramukaan ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas serta kemandirian dan juga melatih peserta didik dalam memecahkan masalah. Unsur asih terlihat ketika terdapat peserta didik yang mengalami masalah terhadap pemahaman materi pembagian pecahan campuran. Pendidik dengan telaten membimbing peserta didik memahami materi pembagian pecahan campuran. Sementara itu, unsur asuh terlihat ketika proses kegiatan belajar mengajar. Pendidik meminta beberapa peserta didik untuk mengerjakan soal-soal latihan yang ditulis di papan tulis. Hal tersebut mempunyai tujuan supaya peserta terlatih tampil di depan umum sehingga tidak mengalami nervous.

(23)

9

melaksanakan nilai-nilai unsur asah, asih dan asuh di dalam lingkungan pendidikan serta proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan mengangkat judul “Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara: Studi Kasus Pelaksanaan Sistem Among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul”

B. Fokus Penelitian

Dalam penelitian di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo ini, peneliti memfokuskan pada:

1. Pelaksanaan sistem among.

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan sistem among.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan fokus masalah di atas, maka rumusan masalah yang dapat peneliti ajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan sistem among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo?

(24)

10 D. Tujuan Penelitian

Penelitian di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan proses pelaksanaan sistem among.

2. Menemukan faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan sistem among.

E. Manfaat Penelitian

Secara rinci, manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah keilmuan mengenai pelaksanaan sistem among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo yang dapat dijadikan referensi pada dunia pendidikan dan penelitian-penelitian berikutnya yang relevan. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, hasil dari penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam pendidikan terutama pada pelaksanaan sistem among.

b. Bagi siswa, hasil dari penelitian ini dapat mengurangi faktor penghambat pelaksanaan sistem among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo.

(25)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara 1. Pengertian Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengungkapkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yan diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Ki Soeratman (1983: 12) megungkapkan bahwa pendidikan adalah usaha kebudayaan yang bermaksud memberi bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga anak agar dalam kodrat pribadinya serta pengaruh lingkunganannya, mereka memperoleh kemajuan lahir batin menuju ke arah adab kemanusiaan. Sementara itu Ki Hadjar Dewantara (1962: 14-15) juga mengungkapkan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak, dalam rangka kesempurnaan hidup dan keselarasan dengan dunianya. Pendidikan itu membentuk manusia yang berbudi pekerti, berpikiran (pintar, cerdas) dan bertubuh sehat.

(26)

12

yang pelaksanaannya dipengaruhi oleh garis kodrati peserta didik dan lingkungan yang mengelilinginya.

Dari definisi pendidikan di atas terdapat dua kata kunci utama yaitu; tumbuhnya jiwa raga anak dan kemajuan anak lahir batin. Dari dua kata kunci utama tersebut dapat dimaknai bahwa manusia bereksistensi ragawi (raga) dan rokhani (jiwa). Ki Soeratman (1982: 215) mempertegas pengertian jiwa dalam budaya bangsa meliputi ngerti (cipta), ngrasa (rasa), dan nglakoni (karsa).

Ki Hadjar Dewantara (1962: 17) juga menegaskan bahwa pendidikan itu suatu tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Hal ini berarti bahwa hidup tumbuhnya anak-anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak para pendidik. Anak itu sebagai makhluk, sebagai manusia, sebagai benda hidup teranglah hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu agar dapat memperbaiki kelakuannya hidup dan tumbuhnya itu. Berdasarkan hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Ki Hadjar Dewantara ingin:

1. menempatkan anak didik sebagai pusat pendidikan,

2. memandang pendidikan sebagai suatu proses yang dengan demikian bersifat dinamis, dan

(27)

13

Ki Hadjar Dewantara (Fudyartanta, 1998: 175-177) mempunyai pandangan pendidikan (mendidik dan mengajar) yang luas mengenai pendidikan antara lain:

1. “Pendidikan dan pengajaran itu untuk tiap-tiap bangsa berujud pemeliharaan buat mengembankan benih turunan dari bangsa itu agar dapat tumbuh dengan serat lahir batinnya. ...”

2. “Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk

perikehidupan bersama ialah memerdekakan manusia sebagai anggota dari pesatuan (rakyat). ...”

3. “Pendidikan : Umumnya berarti daya upaya untuk memajukan

bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect), dan tumbuh anak, ...”

4. “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajkan

perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), fikiran (intelect) dan jasmani anak-anak. ...”

5. “Pendidikan nasional ialah pendidikan yang berdasarkan garis hidup bangsanya (kulturil nasional) dan ditujukan untuk keperluan perikehidupan (maatschappelijk) yang dapat mengangkat derajat negeri dan rakyatnya, ...”

6. “Pendidikan budi pekerti harus menggunakan syarat-syarat sesuai dengan roh kebangsaan menuju ke arah keluhuran dan kesucian hidup batin, serta ketertiban dan kedamaian hidup lahir, ...”

Dengan demikian pendidikan yang dimaksud oleh Ki Hadjar Dewantara memperhatikan keseimbangan cipta, rasa, dan karsa tidak hanya sekedar proses alih ilmu pengetahuan saja atau transfer of knowledge tetapi sekaligus pendidikan juga sebagai proses transformasi nilai (transformation of value). Dengan kata lain pendidikan adalah proses pembetukan karakter manusia agar menjadi sebenar-benar manusia.

(28)

14

sehingga terjebak pada pencapaian target sempit, sehingga perwujudan karakter bangsa yang baik menjadi terabaikan.

Sementara itu, Bartolomeus Samho dan Oscar Yasunari (2010: 27) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dasar-dasar pendidikan barat dirasakan Ki Hadjar Dewantara tidak tepat dan tidak cocok untuk mendidik generasi muda Indonesia karena pendidikan barat bersifat regering (perintah), tucht (hukuman), orde (ketertiban). Karakter pendidikan semacam ini dalam praktiknya merupakan suatu perkosaan atas kehidupan batin anak-anak. Akibatnya anak-anak rusak budi pekertinya karena selalu hidup di bawah paksaan atau tekanan. Menurutnya cara mendidik semacam itu tidak akan bisa membentuk seseorang hingga memiliki kepribadian.

Ki Hadjar Dewantara (Moesman Wiryosentono, 1989: 97) memandang adanya tiga lingkungan pendidikan yang memiliki peranan besar dalam proses tumbuh kembangnya seorang anak. Semua ini disebut Tri Pusat Pendidikan. Tri Pusat Pendidikan ini besar pengaruhnya terhadap pembentukan karakter seseorang. Tri Pusat Pendidikan memandang adanya pusat-pusat pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat dan gerakan pemuda.

(29)

15

2. Lingkungan sekolah, dikenal sebagai pendidikan formal yang berlangsung di sekolah di bawah pimpinan guru. Lingkungan sekolah merupakan tempat penyampaian ilmu pengetahuan. Selain itu lingkungan sekolah juga menjadi perantara keluarga dan anak-anaknya dengan masyarakat.

3. Lingkungan masyarakat dan gerakan pemuda, dikenal sebagai pendidikan non-formal dimana peserta didik berlatih berbagai keterampilan, memperluas hidup kemasyarakatan, berorganisasi dan belajar hidup menghadapi masa depan yang lebih mantap. Lingkungan masyarakat dan gerakan pemuda juga berfungsi untuk melakukan penguasaan diri yang diperlukan dalam pembentukan watak.

(30)

16

keselarasan nilai yang dikembangkan terhadap kehidupan anak didik pada segi kognitif, afektif, konatif, kreativitasnya dan segi fisik sehingga peserta didik tidak akan mengalami hambatan dalam perkembangannya.

Pandangan yang demikian itu, membuat Ki Hadjar Dewantara tidak memandang perguruan atau sekolah sebagai lembaga yang memiliki orientasi mutlak dalam proses pembentukan karakter anak. Justru Ki Hadjar Dewantara memandang pendidikan sebagai suatu proses yang melibatkan unsur-unsur lain di luar sekolah. Tiap-tiap pusat harus mengetahui kewajibannya masing-masing, atau kewajibannya sendiri-sendiri dan mengakui hak pusat-pusat lainnya yaitu lingkungan keluarga untuk mendidik budi pekerti dan perilaku sosial. Lingkungan sekolah sebagai balai wiyata bertugas mencerdaskan cipta, rasa, dan karsa secara seimbang. Sedangkan lingkungan masyarakat dan gerakan pemuda untuk melakukan penguasan diri dalam pembentukan watak dan karakter.

2. Tujuan Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara

Tujuan pendidikan Tamansiswa tercantum dalam Piagam dan Peraturan Besar Tamansiswa Keputusan Kongres XX Persatuan Tamansiswa 2011 pasal 13 yaitu:

(31)

17

Berdasarkan hal tersebut dapat dijelaskan bahwa membangun manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah melalui pendidikan mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sehingga mampu meningkatkan pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara. Membangun manusia merdeka lahir batin maksudnya melalui pendidikan para lulusan mampu hidup disipiin, berpikir dan berbuat positif, dan menggunakan hak asasinya seimbang dengan kewajibannya. Membangun manusia yang luhur akal budinya maksudnya melalui pendidikan lulusan akan selalu berpikir positif, berperasaan halus, peka, tenggang rasa serta mampu mengendalikan diri. Membangun manusia yang cerdas dan berketerampilan maksudnya melalui pendidikan lulusan mampu memutuskan segala masalah secara cepat dan tepat, serta memiliki kecakapan hidup sesuai bakat dan kemampuannya. Membangun manusia yang sehat jasmani dan rohani maksudnya melalui pendidikan lulusannya akan sehat jasmani dan rohani, kebal dalam menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan jasmani dan rohani. Rumusan tersebut menjadi pedoman kegiatan pendidikan Tamansiswa dalam semua tingkatannya.

3. Asas Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara

(32)

18

asas pendidikan yang dikenal dengan sebutan Pancadharma yaitu kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan.

a. Kodrat Alam

(33)

19

disengaja dan sistematik. Pengembangan kemampuan berpikir manusia secara disengaja itulah yang dipahami dan dimengerti sebagai pendidikan. Sesuai dengan kodrat alam, pendidikan adalah tindakan yang disengaja dan direncanakan dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik yang dibawa sejak lahir.

b. Kemerdekaan

Fudyartanta (1998: 151) mengungkapkan bahwa asas kemerdekaan mengandung arti bahwa kehidupan hendaknya sarat dengan kebahagiaan dan kedamaian. Dalam khasanah pemikiran Ki Hadjar Dewantara asas kemerdekaan berkaitan dengan upaya membentuk peserta didik menjadi pribadi yang memiliki kebebasan yang bertanggungjawab sehingga menciptakan keselarasan dengan masyarakat. Asas ini bersandar pada keyakinan bahwa setiap manusia memiliki potensi sebagai andalan dasar untuk menggapai kebebasan yang mengarah ke kemerdekaan. Oleh karena itu, pendidikan harus luas dan luwes. Luas berarti memberikan kesempatan yang selebar-lebarnya kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi-potensi dirinya seoptimal mungkin, sementara luwes berarti tidak kaku dalam pelaksanaan metode dan strategi pendidikan. Hal tersebut dipertegas Ki Soeratman (1983: 11) bahwa syarat pokok adanya tiap usaha pendidikan adalah keyakinan.

(34)

20 1) Percaya pada diri sendiri

2) Dapat mengatur atau mengendalikan diri sendiri 3) Dapat menentukan nasibnya sendiri

4) Berjiwa demokratis

5) Dapat menhormati kemerdekaan orang lain

6) Dapat secara bersama-sama mempertahankan kemerdekaan yang hendak dirusak pihak lain

7) Dapat bersama-ama dengan orang lain memelihara tertib-damainya hidup bersama

8) Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku dan bertumbuh di masyarakat

9) Dapat berbuat sesuatu yang berguna tidak hanya bagi diri pribadi, lingkungan keluarga, juga terhadap masyarakat

10) Dapat berlaku jujur terhadap dirinya, masyarakat, dan Tuhan 11) Berani bertindak untuk memperbaiki keadaan

12) Tegas dan bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan 13) Teguh dalam pendirian dan ikhlas dalam berbuat

14) Arif dan bijaksana dalam bertindak dan mengambil keputusan 15) Hidup sederhana dan seang berhemat

16) Memiliki rasa arga diri dan rasa malu untuk berbuat pelanggaran Dalam dunia pendidikan kemerdekaan merupakan syarat untuk dapat membantu perkembangan potensi dari peseta didik. Peserta didik akan berkembang menjadi pribadi yang kuat dan merdeka. Hal ini berarti bahwa peserta didik akan merdeka dalam cipta, rasa dan karsa sehingga dapat berkarya secara merdeka. Kemerdekaan itu tidak terlepas dari batasan-batasan yang ada di lingkungan sekitar.

c. Kebudayaan

(35)

21

bahwa manusia sanggup mengatasi segala rintangan dan kesukaran dalam hidup. Dalam konteks itu pula, pendidikan perlu dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai budaya sebab kebudayaan merupakan ciri khas manusia.

d. Kebangsaan

Fudyartanta (1998: 152) mengungkapkan bahwa asas kebangsaan merupakan ajaran Ki Hadjar Dewantara yang amat fundamental sebagai bagian dari wawasan kemanusiaan. Ki Soeratman (1983:12) juga menegaskan bahwa kebangsaan merupakan syarat untuk mencapai kemajuan lahir batin dan mengharuskan pendidikan bersendi kepada peradaban bangsa sendiri. Asas ini hendak menegaskan bahwa seseorang harus merasa satu dengan bangsanya dan di dalam rasa kesatuan tersebut tidak boleh bertentangan dengan rasa kemanusiaan. Dalam konteks itu pula, asas ini diperjuangkan Ki Hadjar Dewantara untuk mengatasi segala perbedaan dan diskriminasi yang dapat tumbuh dan terjadi berdasarkan daerah, suku, keturunan atau pun keagamaan.

e. Kemanusiaan

(36)

22

menegaskan bahwa manusia di Indonesia tidak boleh bermusuhan dengan bangsa-bangsa lain. Asas ini boleh dipandang sebagai asas yang mendamaikan hudup, kehidupan maupun penghidupan umat manusia

B. Tinjauan tentang Konsep Sistem Among 1. Pengertian Sistem Among

(37)

23

Pengertian sistem among dapat dilihat pada pasal 12 Piagam dan Peraturan Besar Persatuan Taman Siswa yang dirumuskan sebagai berikut (Fudyartanta, 1986: 12):

a. Pendidikan Tamansiswa dilaksanakan menurut sistem Among yaitu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan dua dasar, yaitu:

1) Kodrat Alam, sebagai syarat untuk mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya.

2) Kemerdekaan, sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir batin peseta didik agar dapat memiliki pribadi yang kuat dan dapat berfikir serta bertindak merdeka. Sistem tersebut menurut berlakunya juga disebut sistem “Tutwuri Handayani”.

b. Menurut sistem tersebut, setiap pamong (guru) sebagai pemimpin dalam proses pendidikan melaksanakan beberapa hal sebagai berikut:

1) Tutwuri handayani 2) Ing madya mangun karsa 3) Ing ngarsa sung tuladha.

Berdasarkan hal di atas dapat dijelaskan bahwa sistem among berjiwa kekeluargaan dan bersendikan pada kodrat alam dan kemerdekaan. Sistem among memberikan kebebasan kepada anak-anak. Kebebasan itu tidak bebas seluas-luasnya tetapi dibatasi oleh aturan yang ada di lingkungannya. Kebebasan tersebut akan bisa menjadi kebahagiaan jika bisa menyatukan diri dengan kodrat alam. Oleh karena itu, peserta didik harus dapat berkembang sewajarnya dengan arahan pamong yang melaksanakan tut wuri handayani, ing madya mangun karsa dan ing ngarsa sung tuladha.

Lebih lanjut Ki Suratman (1990: 22) menjelaskan pengertian tut wuri handayani sebagai berikut.

a. Ing ngarsa sung tuladha secara harfiah berarti bahwa pemimpin (guru) itu di depan hendaknya memberi contoh. ...

(38)

24

memberikan motivasi agar semua bisa mempersatukan segala gerak dan perilakunya secara serentak ditunjukan untuk mencapai cita-cita bersama. c. Tutwuri handayani berarti bahwa pemimpin itu harus sanggup memberi kemerdekaan kepada para pengikutnya (peserta didik) dengan perhatian sepenuhnya untuk memberikan petunjuk dan pengarahannya, ...

Sementara itu M. Ngalim Purwanto (2011: 63) mengungkapkan bahwa dalam sistem among setiap pamong sebagai seorang pemimpin dalam proses pendidikan diwajibkan bersikap Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani.

a. Ing Ngarsa Sung Tuladha

Ki Muchammad Said Reksohadiprodjo (1989: 47) mengemukakan Ing Ngarsa berarti di depan atau orang yang lebih berpengalaman dan atau lebih berpengatahuan dan tuladha berarti memberi contoh, memberi teladan. Hal senada juga dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto (2011: 63) bahwa Ing Ngarsa Sung Tuladha artinya jika pendidik sedang berada di depan maka hendaknya memberikan contoh teladan yang baik terhadap peserta didiknya. Jadi, Ing Ngarsa Sung Tuladha mengandung makna sebagai pamong atau pendidik adalah orang yang lebih berpengetahuan dan berpengalaman hendaknya mampu menjadi contoh yang baik atau dapat dijadikan sebagai figur utama bagi peserta didik.

b. Ing Madya Mangun Karsa

(39)

25

mengabdikan diri kepada kepentingan umum, kepada cita-cita yang luhur. Ki Iman Sudiyat (1989: 191) juga mengungkapkan bahwa Ing Madya Mangun Karsa adalah peranan pamong untuk selalu

membangkitkan semangat kepada anak. Sementara itu M. Ngalim Purwanto (2011: 63) mengemukakan bahwa Ing Madya Mangun Karsa berarti jika pendidik sedang berada di tengah-tengah peserta didiknya maka hendaknya pendidik dapat mendorong kemauan atau kehendak peserta didik dan membangkitkan hasrat peserta didik untuk berinisiatif dan bertindak. Jadi, Ing Madya Mangun Karsa mengandung makna bahwa pamong atau pendidik sebagai pemimpin hendaknya mampu menumbuhkembangkan minat, hasrat dan kemauan anak didik untuk dapat kreatif dan berkarya guna mengabdikan diri kepada cita-cita yang luhur dan ideal.

c. Tut Wuri Handayani

(40)

26

berarti mengikuti dari belakang dan Handayani berarti mendorong, memotivasi atau membangkitkan semangat. Jadi, Tut Wuri Handayani mengandung makna bahwa pendidik diharapkan mampu melihat, menemukan dan memahami bakat atau potensi-potensi yang timbul dan terlihat pada peserta didik sehingga selanjutnya dapat dikembangkan dengan cara memberikan motivasi atau dorongan ke arah pertumbuhan dan perkembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh peseta didik. Selain itu, dengan Tut Wuri Handayani ini peserta didik akan aktif bekerja sendiri atau bekerjasama dengan peserta didik lainnya.

Aplikasi Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa dan Tutwuri Handayani di dalam dunia pendidikan secara lengkap dijelaskan

sebagai berikut:

a. Ing ngarsa sung tuladha, umumnya dapat diberlakukan terhadap peserta didik dini (1-7 tahun) dengan pemberian contoh dan pembiasaan.

b. Ing madya mangun karsa diterapkan untuk peserta didik yang dianggap sudah mulai dapat berfikir (7-14 tahun), yaitu peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dengan berbagai kegiatan belajar yang telah diprogram dan direncanakan secara lebih sistematis. Walaupun dalam berbagai praktik, tuntunan ini masih dapat dikembangkan untuk usia peserta didik setelah umur 14 tahun, akan tetapi pada dasarnya tuntunannya sudah harus mengalami perubahan sehubungan dengan perubahan watak dasarnya peserta didik.

c. Tutwuri handayani, suatu tuntunan budaya kepemimpinan yang dalam praktik pendidikan dapat memberikan peluang bagi peserta didik yang sudah memiliki tingkat kemandirian, kesadaran sosial, dan proses pembentukan budi pekerti (14-21 tahun) untuk melakukan inisiatif kegiatan berdasarkan pada karakter dan jati diri peserta didik. Tuntunan ini dalam praktik pendidikan masa kini disebut pendidikan eksploratif (Wuryadi, 2009: 19).

(41)

27

perkembangan peserta didik. Seorang pamong harus menjadi teladan, memberikan kebebasan kepada peserta didik dan juga membangkitkan semangat peserta didiknya. Dengan menerapkan metode among secara tepat maka kegiatan belajar mengajar dapat menjadi hidup, demokratis dan bersemangat. Selain itu, Ki Suratman (1983: 03) mengungkapkan bahwa semboyan-semboyan Suci Tata Ngesti Tunggal, Tut Wuri Andayani dan Mengabdi kepada Sang Anak merupakan pegangan bagi pamong-pamong dalam melaksanakan tugasnya.

H. Fuad Ihsan (1987: 52) mengungkapkan bahwa pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang metode yang sesuai dengan sistem pendidikan di bangsa kita ini adalah sistem among. Sistem among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada unsur asih, asah dan asuh. Metode ini secara teknik pengajaran meliputi kepala, hati dan panca indera. Lebih lanjut diungkapkan bahwa sistem among merupakan gagasan otentik putra Indonesia, yang digali dari kearifan lokal. Sistem among ini dapat manjadi unggulan dalam pendidikan di Indonesia dalam menghadapi persaingan pendidikan antar negara.

a. Asah

(42)

28 b. Asih

J. Sumardianta (2013: 02) mengungkapkan bahwa asih berarti kelemahlembutan cinta pendidik yang merawat murid (nurturing love) dalam pembelajaran. Tidak akan pernah terbesit dalam imbalan dan apapun.

c. Asuh

J. Sumardianta (2013: 02) mengungkapkan bahwa asuh maknanya inti kegiatan pendidikan pedagogi. Hal ini yang menjadikan belajar itu bukan ada karena paksaan tetapi lebih kepada kebutuhan yang dibutuhkan oleh peserta didiknya. Oleh karena bedasarkan kebutuhan, seorang peserta didik akan selalu ingat untuk apa belajar ini nantinya di masa depannya.

Dalam pelaksanaan pendidikan Ki Hadjar Dewantara (Ki Suratman, 1991: 52) menggunakan sistem among sebagai perwujudan konsepsi dalam menempatkan anak sebagai sentral proses pendidikan. Sistem among tersebut mengemukakan 2 dasar yaitu:

1. Kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir batin hingga dapat hidup merdeka (dapat berdiri sendiri). 2. Kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan

dengan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya.

(43)

29

kemajuan. Oleh karena itu, anak-anak harus dapat berkembang sewajarnya dengan arahan pamong.

Lebih lanjut Ki Iman Sudiyat (1987: 03) mengungkapkan bahwa hakekat pamong dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Guru-pengajar yang mendidik;

2. Pendidik yang membentuk dan membina cipta-rasa-karsa anak/peserta didik senafas-seirama dengan kodrat-bakat-pembawaan anak/peserta tersebut;

3. Pembina jiwa merdeka-bersahaja, integritas insan budaya melalui contoh-teladan konkrit berwahana Ajaran Trilogi Kepemimpinan : “Ing Ngarsa Sung Tuladha” – “Ing Madya Mangun Karsa” – “Tut Wuri Handayani” bersumberkan Kepribadian si Pamong.

2. Sistem Among dalam Pembelajaran

(44)

30

mengembangkan dirinya secara wajar melalui pengalaman, pemahaman, dan usahanya sendiri.

Dalam Majelis Ibu Pawiyatan Tamansiswa dan Tim Sistematisasi Ajaran Hidup Tamansiswa (1979: 18-19) ada lima pedoman pelaksanaan sistem among dalam pembelajaran, yaitu:

a. Sistem among adalah perwujudan dari sikap dan laku yang dijiwai asas kekeluargaan, kemerdekaan dan pengabdian dengan mengingat kodrat dan iradat serta menempatkan peserta didik sebagai objek dan juga subjek.

b. Sistem among membangkitkan jiwa merdeka dan rasa tanggung jawab dengan menjalin hubungan batin antara guru dan peserta didik atas dasar saling menghargai.

c. Sistem among menumbuhkan dan membuka kesempatan bagi peserta didik dan guru untuk berkreasi dan berprestasi serta membina kemampuan diri yang berguna bagi dirinya, bangsanya dan manusia pada umumnya.

d. Sistem among menciptakan suasana gembira dalam belajar dan bekerja sehingga menarik dan menyenangkan bagi peserta didik dan guru.

e. Sistem among merupakan kebulatan sikap dan laku yang tercermin dalam tutwuri handayani, ing madya mangun karsa, dan ing ngarsasung tuladha. Dalam sistem among, pendidik harus memiliki jiwa among yaitu kekeluargaan, manusawi dan bijaksana. Ki Suratman (1991: 10) megungkapkan bahwa salah satu cermin guru dalam sistem among adalah bersikap laku among. Beberapa sikap laku among adalah sebagai berikut: a. Memperlakukan peserta didik sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaannya.

b. Menempatkan peserta didik sebagai subjek dan objek dalam proses pendidikan.

c. Memperhatikan sifat kodrati peserta didik sesuai dengan tahap-tahap perkembangan raga dan jiwanya.

d. Selalu siap untuk menjadi teladan dalam segala perilaku berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila.

e. Bersikap tutwuri handayani

(45)

31

Ki Suratman (1990: 35) mengungkapkan bahwa dalam sistem among pribadi dan peran guru sangat penting karena gurulah yang akan bersikap laku among. Sikap laku among itulah yang merupakan ciri dan mewarnai sistem tersebut. Melalui sikap laku among peserta didik diharapkan dapat mengembangkan kreativitas sesuai aspirasinya dan dapat memperkuat rasa percaya diri akan kemampuannya. Dengan demikian pamong akan bertindak demokratis dan peserta didik akan menjadi manusia yang merdeka pikirannya dan merdeka perbuatannya. Sementara itu untuk pengawasannya Van Meter dan Van Horn (H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho, 2008:214) mengungkapkan bahwa pengawasan dan kontrol dilakukan dari struktur yang ada di atas terhadap struktur yang ada di bawahnya. Namun, dalam pelaksanaanya terkadang terdapat kendala dalam mengupayakan tujuan sehingga hasil yang didapat kurang memuaskan.

C. Penelitian yang Relevan

(46)

32

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan pada penelitian tersebut mengungkap bahwa proses implementasi kebijakan sistem among di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta belum dapat dimplementasikan secara sungguh-sungguh. Sementara itu faktor pendukung proses implementasi kebijakan sistem among di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta yaitu adanya trilogi Kepemimpinan Tamansiswa yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tutwuri Handayani; sarana dan prasarana yang mendukung; pengembangan teknologi informasi; mata pelajaran Ketamansiswaan dan Budi Pekerti; dan pendekatan kekeluargaan. Faktor penghambat proses implementasi kebijakan sistem among di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta yaitu sosialisasi kurang efektif, pengaruh perkembangan zaman dan lingkungan luar, tidak ada asrama, kurangnya minat masyarakat, adanya sistem kuota dalam penerimaan siswa baru. Strategi penyelenggara dalam memanfaatkan faktor pendukung dan mengurangi faktor penghambat yaitu sosialisasi dilakukan secara rutin, bimbingan, pengarahan dan home visit kepada para siswa, promosi dari sekolah untuk menarik minat masyarakat, menjalin kerjasama dengan orang tua dan instansi terkait.

(47)

33

dikemas dengan sistematis. Hal tersebut dapat digunakan peneliti sebagai referensi untuk menyusun kajian pustaka dalam penelitian ini.

D. Kerangka Pikir

Pendidikan sistem among dirasa keberadaannya mulai luntur. Hal ini ditandai dengan adanya peserta didik yang tidak disiplin dan kurang sopan. Selain itu juga masih kurangnya kajian-kajian mengenai pelaksanaan sistem among tersebut. Masalah-masalah di lingkungan pendidikan tersebut tidak bisa terlepas dari peran serta pendidik sebagai pamong. Pamong sebagai pendidik mempunyai tugas membentuk dan membina cipta, rasa dan karsa peserta didik sesuai dengan kodrat serta bakat dari pembawaan peserta didik. Cara membentuk dan membina cipta, rasa dan karsa dengan menggunakan sistem among. Sistem among ini berdasarkan pada unsur asih, asah dan asuh. Teknik pengajaran meliputi kepala, hati dan panca indera. Selain itu, komponen-komponen sistem pendidikan yang terdiri dari tujuan pendidikan, peserta didik, pendidik, materi, alat dan metode, serta lingkungan juga berpengaruh dalam pelaksanaannya. Dengan menerapkan sistem among secara tepat maka kegiatan belajar mengajar dapat menjadi hidup, demokratis dan bersemangat.

(48)

34

dapat menyusun strategi penyelenggaraan guna mengurangi faktor penghambat tersebut.

E. Pertanyaan Penelitian

Dari uraian kerangka berfikir di atas maka peneliti mengajukan pertanyaan sebagai berikut.

1. Bagaimana pelaksanaan sistem among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo?

a. Apa dasar pelaksanaan sistem among?

b. Bagaimana pelaksanaan sistem among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo?

c. Apakah sistem among telah dilaksanakan dengan baik dan sunguh-sungguh?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan sistem among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo?

a. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan sistem among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo?

(49)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang datanya disajikan dalam uraian kata-kata. Lexy J. Moleong (2009: 6) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khususnya yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Jika dilihat dari permasalahan yang diteliti, penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 73) mengungkapkan bahwa penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi, atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif.

(50)

36

bahwa studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program atau situasi sosial.

Lincoln dan Guba (Dedy Mulyana, 2004: 201) mengungkapkan bahwa penggunaan studi kasus sebagai suatu metode penelitian kualitatif memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

1. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti.

2. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca kehidupan sehari-hari.

3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden.

4. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi penilaian atau transferabilitas.

Penelitian studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui suatu hal secara mendalam. Peneliti menggunakan metode studi kasus untuk mengungkapkan lebih dalam informasi dan gambaran pelaksanaan sistem among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo melalui uraian kata-kata. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian pelaksanaan sistem among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo merupakan penelitian deskriptif kualitatif jenis studi kasus.

B. Setting Penelitian

(51)

37

sekolah ini sangat mudah untuk dicari. Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo terletak di Jalan Parangtritis km 08, tepatnya di Pedukuhan Tembi, Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

C. Subjek Penelitian

Sugiyono (2009: 216) mengungkapkan bahwa subjek penelitian merupakan orang-orang pada situasi sosial tertentu yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut. Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan beberapa cara salah satunya purposive yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Subjek dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai hal diteliti. Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif disebut dengan informan. Dalam penelitian ini subjek yang dijadikan sebagai sumber informasi adalah kepala sekolah, 6 orang guru serta 4 siswa di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo.

(52)

38 D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Djam’an Satori dan Aan Komariah (2011: 103) yang mengungkapkan bahwa pengumpulan data tidak lain adalah suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian. Sementara itu, Sugiyono (2013: 308-109) juga mengungkapkan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang normal (natural setting), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta (participan observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Observasi

Nasution (Sugiyono, 2009: 226) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2010: 203) mengungkapkan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.

(53)

39

observasi non partisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen (Sugiyono, 2013:204). Hal ini dikarenakan peneliti hanya datang sebagai seorang pengamat yang melakukan kegiatan pencatatan serta menuliskan semua peristiwa yang terjadi dalam pelaksanaan sistem among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo.

Observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung kondisi yang terjadi di lapangan yaitu pelaksanaan sistem among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo. Melalui observasi diperoleh data kualitatif mengenai kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan sistem among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo. Dalam observasi ini yang diamati adalah pelaksanaan sistem among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo. 2. Wawancara

Wawancara digunakan peneliti untuk menemukan permasalahan yang ingin diteliti dan mendalam. Pada penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan wawancara semiterstruktur. Wawancara semiterstruktur merupakan jenis wawancara yang termasuk dalam kategori in-depth interview. Tujuan wawancara semiterstruktur adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya (Sugiyono, 2013: 319).

(54)

40 3. Dokumentasi

Sugiyono (2013: 329) mengungkapkan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Pada penelitian, ini peneliti menggunakan dokumentasi foto dan dokumentasi administrasi. Dokumentasi foto berupa foto pelaksanaan sistem among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul dan objek lain yang berhubungan. Dokumen administratif berupa pengumpulan dokumen administratif guru dan sekolah yang berhubungan dengan sisrem among yaitu Piagam dan Peraturan Besar Tamansiswa.

.

E. Instrumen Penelitian

Suharsimi Arikunto (2010: 203) mengungkapkan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Lebih lanjut Sugiyono (2013: 305) juga mengungkapkan bahwa dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat dalam penelitian adalah peneliti itu sendiri.

(55)

41 F. Teknik Pengujian Keabsahan Data

Teknik pengujian keabsahan data dalam penelitian ini adalah trianggulasi teknik, yaitu membandingkan antara hasil observasi, hasil wawancara, dan dokumentasi. Di samping itu, peneliti juga menggunakan trianggulasi sumber dan cross check.

G. Teknik Analisis Data

[image:55.595.155.490.450.574.2]

Pelaksanaan analisis data dapat dilakukan saat masih di lapangan atau setelah data terkumpul. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2013: 337) mengungkapkan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas analisis data yaitu pengumpulan data, data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

Gambar 1. Komponen dalam Analisi Data (Interactive Model) oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2013: 338)

1. Pengumpulan Data

Pada tahap ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Analisis data dalam penelitian kulitatif

Data collection

Data display

Data reduction

(56)

42

mulai dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu (Sugiyono, 2013: 337).

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berasal dari subjek penelitian yaitu kepala sekolah, 6 orang guru serta 4 siswa di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo. Pelaksanaan wawancara secara terpisah dengan bertatap muka secara langsung dengan subjek satu per satu. Wawancara dengan kepala sekolah, 6 orang guru serta 4 siswa Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo dilaksanakan saat jam istirahat.

2. Data Reduction (Reduksi Data)

Data dirangkum dan dipilih yang sesuai dengan topik penelitian, disusun secara sistematis sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang hasil penelitian. Dalam hal ini peneliti membuat rangkuman tentang aspek-aspek yang menjadi fokus penelitian. Rangkuman tersebut kemudian direduksi/disederhanakan pada hal-hal yang menjadi permasalahan penting. Peneliti melakukan reduksi data dari semua informasi yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Peneliti merangkum, mengambil data yang pokok, dan mengkategorikan

data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data yang berupa

(57)

43 3. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data dalam penelitian kualitatif yang berupa uraian deskriptif yang panjang. Dengan mendisplay data dalam bentuk uraian akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. 4. Conclusion Drawing/verification

(58)

44 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian a. Profil Umum

Lokasi penelitan dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo. Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo merupakan sekolah yang berlokasi di Jalan Parangtritis km 08, tepatnya di Pedukuhan Tembi, Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Letak Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo ini sangat strategis karena berada di pinggir jalan dan dekat dengan perumahan penduduk. Hal ini memudahkan akses siswa ketika berangkat dan pulang sekolah. Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang bernama Ibu Rasminah, S.Pd.SD. Kondisi sekolah cukup kondusif untuk kegiatan pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah denah Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo.

[image:58.595.156.511.520.699.2]

Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo

(59)

45 b. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah

Sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bertugas mendidik generasi penerus bangsa, Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo memiliki visi, misi, dan tujuan sekolah yang hendak dicapai. Adapun visi Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo yaitu “Terwujudnya siswa yang cerdas, berakhlak mulia, dan berkarakter Indonesia”. Untuk mendukung terlaksananya visi tersebut, Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo memiliki misi pendidikan sebagai wujud harapan jangka pendek pelaksanaan pendidikan. Misi yang dimiliki oleh Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo yaitu:

a. Cerdas

1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara intensif untuk mencapai tingkat ketuntasan dan daya serap yang tinggi. 2) Menciptakan proses pembelajaran yang efektif agar bisa

berkembang secara maksimal.

3) Menanamkan kedisiplinan dalam setiap perilaku, membudayakan hidup bersih dan sehat dengan berolahraga. 4) Menanamkan kemampuan menyelesaikan masalah, memupuk

rasa empati dan peduli terhadap sesama dan lingkungannya. b. Berakhlaq mulia

(60)

46

2) Menumbuhkembangkan iman, ilmu dan amal dalam setiap perilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut.

3) Mengintegrasikan pendidikan budi pekerti ke dalam setiap mata pelajaran untuk menciptakan sekolah yang kondusif.

c. Berkarakter Indonesia

1) Menumbuhkembangkan rasa cinta seni dan terampil dalam berkarya sehingga mampu berkreasi.

2) Melaksanakan pendidikan budaya dan karakter bangsa ke dalam pembelajaran baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler sehingga tercipta SDM yang berkarakter Indonesia.

Misi-misi yang dirumuskan oleh Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo di atas diturunkan secara praktis ke dalam tujuan-tujuan sekolah untuk diterapkan langsung melalui kegiatan belajar dan mengajar di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo. Tujuan sekolah yang ada di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo mencakup tujuan jangka panjang 5 tahun mendatang serta tujuan sekolah selama setahun ke depan. Tujuan umum sekolah selama setahun mendatang meliputi:

a. Pencapaian nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) dari 23,49 menjadi 23,61 (dari 3 mata pelajaran yang soalnya dibuat dari pusat)

b. Meningkatkan peringkat sekolah dari 16 ke 13 sekecamatan Sewon c. Meningkatkan pembinaan tim olahraga (sepak bola, catur dan

(61)

47

e. Meningkatkan nilai rata-rata semester

f. Mengembangkan kegiatan di bidang teknologi informasi g. Mewujudkan pembelajaran kearifan lokal

h. Mengembangkan kegiatan dan mengikuti lomba akademik dan non akademik

i. Mengembangkan kegiatan dan mengikuti lomba kegiatan untuk meningkatkan ketaqwaan

j. Meningkatkan kemampuan dan prestasi siswa di bidang seni dan budaya sebagai wujud untuk ikut serta dalam melestarikan budaya bangsa

Selain mempunyai tujuan umum jangkat pendek setahun ke depan, Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo juga mempunya tujuan umum jangka panjang. Adapun tujuan umum sekolah sampai 5 tahun mendatang meliputi:

a. Meningkatkan pencapaian nilai-nilai UN dari 23,13 Tahun 2011/2012 (untuk 3 mata pelajaran yang soalnya dari pusat) pada: 1) Tahun pelajaran 2012/2013 menjadi 23,25

2) Tahun pelajaran 2013/2014 menjadi 23,37 3) Tahun pelajaran 2014/2015 menjadi 23,49 4) Tahun pelajaran 2015/2016 menjadi 23,61 5) Tahun pelajaran 2016/2017 menjadi 23,83

(62)

48

c. Menjuarai lomba akademik/olimpiade akademik yang diselenggarakan tingkat kecamatan, tingkat kabupaten, tingkat provinsi dan tingkat nasional

d. Memiliki tim olahraga (sepak bola, catur dan senam) yang handal dan dapat mempertahankan prestasi di tingkat kabupaten serta merain prestasi di tingkat provinsi

e. Mengoptimalkan potensi keterampilan dan seni

f. Menumbuhkan dan mengembangkan penghayatan serta pengamalan ajaran agama yang intensif sehingga meningkatkan iman dan taqwanya terhadap Tuhan Yang Maha Esa

c. Sarana dan Prasarana

(63)

49

[image:63.595.158.511.336.734.2]

dan praktek. Ruang lain yang dimiliki oleh sekolah ini adalah mushola, tempat beribadah bagi siswa dan guru yang beragama Islam. Mushola biasa digunakan untuk menjalankan sholat Dhuha dan Dhuhur oleh para siswa. Guru PAI mengatur jadawal sholat Dhuha dan Dhuhur berjamaah di mushola sekolah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan iman dan taqwa para siswa. Selain itu, di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo juga terdapat UKS, kamar mandi, kantin sekolah, dapur dan gudang. Untuk lebih jelasnya, sarana dan prasarana yang ada di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo disajikan dalam tabel di bawah ini

Tabel 1. Ruangan di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo No Infrastruktur Jumlah Keterangan

1. Ruang kepala sekolah

1 Ruang kepala sekolah berada di selatan ruang guru dan menghadap ke barat

2. Ruang guru 1 Ruang guru berada di antara ruang kepala sekolah dan ruang kelas 6b serta menghadap ke barat

3. Ruang kelas 13 Ruang kelas 1a, 1b, 1c dan 2a berada di sebelah barat serta mengahap ke timur. Ruang kelas 2b, 3a, 3b, dan 4a berada di sebelah utara serta menghadap ke selatan. Ruang kelas 4b, 5a, 5b, 6a, 6b berada di sebelah timur sebaris dengan ruang guru dan ruang kepala sekolah serta menghadap ke barat

(64)

50

No Infrastruktur Jumlah Keterangan

sebelah barat di samping utara ruang kelas 2a dan menghadap ke timur

5. Ruang komputer 1 Ruang komputer berada di sebelah utara di samping barat ruang kelas 2b dan menghadap ke selatan

6. Ruang UKS 1 Ruang UKS berada di sebelah selatan ruang kelas 1a dan menghadap ke utara

7. Mushola 1 Mushola berada di sebelah selatan tepatnya di depan ruang guru 8. Kamar mandi 8 Kamar mandi dibagi menjadi 2

yaitu kamar mandi siswa dan kamar mandi guru. kamar mandi guru ada 2 dan berada di sebelah timur ruang guru. Kamar mandi siswa ada 6 dengan rincian 4 kamar mandi berada di belakang kantin dan 2 kamar mandi berada di samping kamar mandi guru 9. Kantin 1 Kantin berada di sebalah utara

tepatnya di depan perpustakaan dan menghadap ke selatan

10. Dapur 1 Dapur berada di timur ruang guru tepatnya di samping kamar mandi guru

(65)

51

Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo memiliki sebuah halaman yang cukup luas yang berfungsi sebagai lapangan upacara dan lapangan olahraga. Halaman tersebut dikelilingi pepohonan yang rindang. Sementara itu keadaan gedung Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo cukup baik dan bersih. Gedung Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo dicat dengan warna hijau. Lingkungan sekolah juga bersih. Ini mencerminkan kebersihan dan keindahan. Hal ini terbukti dengan tersedianya bak sampah dan tersedianya alat-alat kebersihan di setiap ruang kelas serta adanya kran untuk mencuci tangan dan menyiram tanaman di depan kelas. Tanaman ini menjadi tanggung jawab para siswa untuk merawatnya. Untuk menjaga kebersihan sekolah, Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo melaksanakan penilaian kebersihan kelas setiap sebulan sekali. Hal ini merupakan upaya para guru untuk melatih para siswa agar menjaga kebersihan lingkungan sekolah khususnya lingkungan kelas. d. Keadaan Guru dan Karyawan

(66)
[image:66.595.155.514.103.643.2]

52

Tabel 2. Data Nama Guru dan Karyawan Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo

No Nama Guru/

Karyawan Agama Jabatan Status

1 RAS Islam Kepala Sekolah PNS

2 SUT Islam Guru Kelas 1a PNS

3 RW Islam Guru Kelas 1b GTT

4 PYM Islam Guru Kelas 1c GTT

5 JK Islam Guru Kelas 2a GTT

6 MAR Islam Guru Kelas 2b PNS

7 MF Islam Guru Kelas 3a PNS

8 EW Islam Guru Kelas 3b GTT

9 QOM Islam Guru Kelas 4a PNS

10 AL Islam Guru Kelas 4b GTT

11 MJ Islam Guru Kelas 5a PNS

12 EP Islam Guru Kelas 5b PNS

13 SUM Islam Guru Kelas 6a PNS

14 SMH Islam Guru Kelas 6b PNS

15 NDL Islam Guru PAI PNS

16 ASR Islam Guru PAI PNS

17 PAI Islam Penjaga PNS

18 AS Islam Guru Penjas GTT

19 AJ Islam Guru Penjas GTT

20 BD Islam Kebersihan PTT

21 PRI Islam TU PTT

22 EPW Islam Pustakawan PTT

23 YNR Islam Penjaga Malam PTT

(67)

53 e. Keadaan Siswa

[image:67.595.155.325.208.527.2]

Siswa Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo berjumlah 332 siswa yang terdiri dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Adapun perincian siswa tersebut adalah:

Tabel 3. Rincian Siswa di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo. No Kelas Jumlah Siswa

1. 1a 23

2. 1b 24

3. 1c 23

4. 2a 24

5. 2b 27

6. 3a 30

7. 3b 30

8. 4a 25

9. 4b 28

10. 5a 33

11. 5b 32

12. 6a 27

13. 6b 28

Jumlah 332

Sumber: Data siswa Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo

2. Deskripsi Hasil Penelitian

a. Pelaksanaan sistem among di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo 1) Pengertian sistem among

(68)

54

pengertian sistem among. Berikut penuturan kepala sekolah (RAS) berkaitan dengan pengertian sistem among.

“Sistem among dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara yang di dalamnya mencakup asah, asih dan asuh. Hal itu digunakan untuk melayani siswa yang mana siswa juga diberi kebebasan dan kemerdekaan berdasarkan kodratnya. Di dalam asah, asih dan asuh terdapat 3 tuntunan yang dijadikan pijakan dalam pendidikan yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani.”

Berdasarkan penuturan di atas, diketahui bahwa kepala sekolah (RAS) menjelaskan Ki Hadjar Dewantara mencetuskan sistem among yang mencakup 3 aspek yaitu asah, asih dan asuh. Sistem among digunakan guru untuk melayani siswa dengan memberikan kemerdekaan untuk tumbuh sesua

Gambar

Gambar 1. Komponen dalam Analisi Data (Interactive Model) oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2013: 338)
Gambar 2. Denah Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo
Tabel 1. Ruangan di Sekolah Dasar Negeri Timbulharjo
Tabel   2.  Data   Nama   Guru   dan   Karyawan   Sekolah  Dasar   Negeri
+7

Referensi

Dokumen terkait