• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KERENTANAN SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Analisis Kerentanan Sosial Ekonomi Kabupaten Magelang Tahun 2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KERENTANAN SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Analisis Kerentanan Sosial Ekonomi Kabupaten Magelang Tahun 2016."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KERENTANAN SOSIAL EKONOMI DI

KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Fakultas Geografi

Oleh:

MUHAMMAD MIZAN E 100 120 023

FAKULTAS GEOGRAFI

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS KERENTAN SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN

MAGELANG TAHUN 2015

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

MUHAMMAD MIZAN E 100 120 023

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Drs. M. Musiyam, M.Tp.

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS KERENTANAN SOSIAL EKONOMI DI

KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

OLEH

MUHAMMAD MIZAN

E 100 120 023

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Geografi

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Jum’at, 27 Mei 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

.

Surakarta, 10 Agustus 2016

Penulis

(5)

ANALISISKERENTANAN SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MAGELANG

TAHUN 2015

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Analisis Kerentanan Sosial Ekonomi Kabupaten Magelang Tahun 2015)”, tujuan penelitian ini untuk mengetahui; (1) Pemetaan distribusi keruangan tingkat kerentanan ekonomi di Kabupaten Magelang, (2) Menganalisis faktor geografi yang berasosiasi dalam tingkat kerentanan ekonomi suatu wilayah di Kabupaten Magelang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif dengan skor akhir adalah Hierarki dengan meggunakan perhitungan AHP (Analisis Hierarki Proses) dengan menggunakan analisis data sekunder dari BPS Kabupaten Magelang. Data yang dikumpulkan terdiri dari; Inflasi, Pendapatan perKapita, Kepadatan Penduduk, Jumlah Penduduk, IPM (Indeks Pembangunan Manusia).

Hasil penelitian menunjukan: Tingkat kerentanan sosial ekonomi Kabupaten Magelang Tahun 2015 terdiri dari 2 kelas yaitu kelas rendah dan kelas sedang dan faktor geografi yang berasosiasi yang menyebabkan rendahnya kualitas sosial ekonomi Kabupaten Magelang Tahun 2015 adalah IPM (Kesehatan, pendidikan, pengeluaran perKapita) berada pada skor sedang dengan tingkat bobot adalah 5x dan 3x lebih penting dari 4 variabel lainnya. Yang kedua adalah Kepadatan Penduduk banyak berada pada skor buruk dan sangat buruk dengan bobot 1/5x – 3x lebih penting dari 4 variabel lainnya.

Kata kunci: Kerentanan sosial ekonomi

Abstract

This study entitled "Socio-Economic Vulnerability Analysis Magelang District 2015)", the purpose of this study to determine; (1) mapping of the spatial distribution of the level of economic vulnerability in Magelang District, (2) analyzing whether the associated factor in the vulnerability of the economy of a region in the district of Magelang. The method used in this research is quantitative with a final score calculation Hierarchy is by using AHP (Analysis Hierarchy Process) using the analysis of secondary data from BPS Magelang regency. Data collected consist of; Inflation, per capita income, population density, Population, HDI (Human Development Index).

The results showed: The level of social and economic vulnerability Magelang District 2015 consists of two classes, namely low class and the class is and the factors associated to the low quality of the socio-economic Magelang regency in 2015 is IPM (health, education, spending per capita) is the score being with the level of 5x and 3x the weight is more important than the other four variables. The second is located on the Population Density many poor or very poor scores with a weight of 1 / 5x - 3x more important than the other four variables.

(6)

PENDAHULUAN

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting

dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis

tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara atau

suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas

perekonomian dapat menghasilkan tambahan pendapatan atau kesejahteraan

masyarakat pada periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau suatu

wilayah yang terus menunjukkan peningkatan menggambarkan bahwa

perekonomian negara atau wilayah tersebut berkembang dengan baik (Amir,

2007).

Dari tinjaun ekonomi Kabupaten Magelang tahun 2014, pertumbuhan

ekonomi menurut harga konstan Kabupaten Magelang masih berada di bawah

provinsi jawa tengah dan nasional, yaitu 5,06% untuk Kabupaten Magelang,

5,47% untuk Jawa Tengah dan 5,46% untuk nasional. Pertumbuhan PDRB

Kabupaten Magelang menurut harga harga konstan (2000) hingga tahun 2014

dalam kurun waktu 14tahun terjadi kenaikan sebesar 188,04% atau terjadi

kenaikan 1,88 kali sedangkan kenaikan implisit sebesar 237,43% atau terjadi

kenaikan sebesar 2,38 kali. Hal menunjukan tidak seimbangnya antara

penghasilan yang di dapat dengan kenaikan harga yang terjadi hal ini bisa

berdampak negatif bagi masyarakat dikarenakan harga yang melambung melebihi

pendapatan daerah. Pada tahun 2014, TPT (tingkat pengangguran terbuka)

Kabupaten Magelang sebesar 7,45 persen, mengalami kenaikan jika

dibandingkan tahun 2013 yaitu sebesar 6,62 persen. Menjadi pekerjaan rumah

khususnya untuk Pemerintah Daerah melihat kenaikan TPT tahun ini, bagaimana

mencari solusi yang tepat untuk angka TPT ini bahwa ada 7 orang yang sedang

mencari kerja di tiap 100 penduduk usia kerja. (BPS Kabupaten Magelang)

Tinjauan faktor sosial Kabupaten Magelang seperti IPM (indeks

pembangunan manusia) Kabupaten Magelang berada pada angka 66,35%, angka tersebut tergolong ‘tengah/sedang” dan jika dibandingkan dengan kabupaten dalam Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Magelang berada pada urutan ke-25.

(7)

tinggi menurut klasifikasinya, dari 21kecamatan, 11 dianataranya berada dalam

kondisi tinggi, dan 10 sisanya adalah sedang. Begitu pula dengan jumlah

penduduk, dari 21kecamatan, 19kecamatan memiliki jumlah penduduk yang padat

dan 2 sisanya cukup padat. Hal tersebut dapat memicu berbagai permasalahan,

diantaranya adalah kerentanan sosial ekonomi, yang mana wilayah yang memiliki

kerentanan sosial ekonomi yang cukup tinggi akan mengalami berbagai

permasalahan seperti konflik sosial, kriminalitas, kemiskinan, gii buruk, dll. (BPS,

Kabupaten Magelang)

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif dengan skor akhir

adalah Hierarki dengan meggunakan perhitungan AHP (Analisis Hierarki Proses)

dengan menggunakan analisis data sekunder dari BPS Kabupaten Magelang.

Adapun penjelasan Metode AHP (analitic hierarki process), yaitu:

Metode “pairwise comparison” AHP mempunyai kemampuan untuk

memecahkan masalah yang diteliti multi obyek dan multi kriteria yang berdasar

pada perbandingan preferensi dari tiap elemen dalam hierarki.

Langkah-langkahnya yaitu:

1. Tetapkan permasalahan, kriteria dan sub kriteria (jika ada), dan alternative

pilihan

Tabel.2.1 Penilaian AHP Analisis Sosial Ekonomi Kabupaten Magelang

No Kriteria Sub Kriteria

(8)

4 IPM (indeks dari Rp. 3.500.000,00 s/d Rp. 5.000.000,00 per bulan, (3)- pendapatan rata-rata antara Rp. 2.500.000,00 s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan, (4)- pendapatan antara Rp. 1.500.000 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan,(5)- dibawah Rp. 1.500.000 per bulan (BPS, 2010)

Sumber: Penulis, 2016.

2. Membentuk matrik Pairwise Comparison, kriteria.

Membentuk matrik Pairwise comparison kriteria. Langkah awal

adalah melakukan penilaian perbandingan antar kriteria:

a. IPM 3x (sedikit lebih penting) dari implisit, 5x

(lebih penting) dari pendapatan perKapita, 3x (sedikit lebih penting)

kepadatan penduduk, 5x (lebih penting) dari jumlah penduduk.

b. Implisit 5x (lebih penting) dari pendapatan perKapita, 5x (lebih

penting) dari kepadatan penduduk, 3x (sedikit lebih penting) dari

jumlah penduduk.

c. Pendapatan perKapita 3x (sedikit lebih penting) dari kepadatan

penduduk dan 5x (lebih penting) dari jumlah penduduk.

d. Kepadatan penduduk 3x (sedikit lebih penting) dari jumlah

penduduk.

Tabel 2.2 Pairwise Comparison

(9)

IPM IPM 3x (sedikit lebih penting) dari implisit,

5x (lebih penting) dari pendapatan perKapita,

3x (sedikit lebih penting) kepadatan

penduduk, 5x (lebih penting) dari jumlah

penduduk.

Implisit

Implisit 5x (lebih penting) dari pendapatan

perKapita, 5x (lebih penting) dari kepadatan

penduduk, 3x (sedikit lebih penting) dari

jumlah penduduk

Pendapatan

Pendapatan perKapita 3x (sedikit lebih

penting) dari kepadatan penduduk dan 5x

(lebih penting) dari jumlah penduduk.

Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk 3x (sedikit lebih

penting) dari jumlah penduduk.

Jumlah Penduduk Berada dibawah 4 kriteria

Sumber: Penulis, 2016.

Diagram 2.0 Bobot Kriteria Dalam Menentukan Kerentanan Sosial

(10)

3. Menentukan rangking kriteria dalam bentuk vector prioritas (disebut juga eigen

4. Kemudian membagi kelas kerentanan sosial ekonomi dengan rumus

Pembagian kelas = ����� � �������−����� � � � �ℎ 3

= −

3 = 33,333333333

Tabel. 2.4 Pembagian Kelas Kerentanan Sosial Ekonomi

Kerentanan sosial ekonomi

0 - 33,3333333333333 Tinggi

33,3333333333334 -

66,6666666666667

Sedang

66,6666666666668 - 100 Rendah

Sumber: Penulis, 2016.

HASILDANPEMBAHASAN

3.1Distribusi Perseberan Kerentanan Sosial Ekonomi Kabupaten Magelang

(11)

Tabel 3.1 Distribusi (Persebaran) Tingkat Kerentanan Sosial Ekonomi Kabupaten

10. Candimulyo Sedang

11. Mertoyudan Sedang

12. Tempuran Rendah

13. Kajoran Sedang

14. Kaliangkrik Sedang

15. Bandongan Sedang

Dari 21 kecamatan di Kabupaten Magelang, 19 kecamatan mengalami

tingkat kerentanan sosial ekonomi “sedang” dan 2 kecamatan dengan tingkat

kerentanan rendah. Tidak terdapat kecamatan yang mengalami tingkat kerentanan

(12)

-waktu menjadi “rendah” dikarenakan buruknya faktor penompang ekonomi seperti masih tinggi-nya tingkat inflasi di Kabupaten Magelang yaitu sebesar

237,43% atau terjadi kenaikan sebesar 2,38 kali dalam kurun waktu 14 tahun

sedangkan PDRB hanya mengalami peningkatan 188% atau terjadi kenaikan

sebesar 1,8kali saja.

3.2Analisis Faktor Kabupaten Magelang tahun 2015

3.2.1 Analisis Faktor Ekonomi

1. Laju PDRB ADHK dan Implisit:

Tingkat pertumbuhan PDRB ADHK dari tahun dasar (2000) hingga tahun

2014 jauh lebih rendah dari laju implisit dengan selang waktu yang sama, yaitu

237,43% atau terjadi kenaikan sebesar 2,38 kali dalam kurun waktu 14 tahun

untuk implisit sedangkan PDRB hanya mengalami peningkatan 188% atau terjadi

kenaikan sebesar 1,8kali saja Hal ini membuktikan nilai jual

barang dan jasa selalu naik lebih

masyarakat sehingga kemiskinan terus meningkat tiap tahunnya

tinggi dari pendapatan atau gaji.

Tabel 3.5 Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Kabupaten Magelang Tahun 2014

(13)

09. Sawangan 16,22 3,83 12,39

membuktikan bahwa tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Magelang cukup

tinggi. hal ini dapat memicu dampak negatif jika tidak di tangani sedini mungkin,

seperti; persaingan lapangan pekerjaan, persaingan untuk mendapatkan

permukiman, meningkatntya jumlah kemisikinan, dan rendahnya kesempatan

pendidikan.

1. Pendapatan perKapita

Tabel 3.6 Pendapatan perKapita Kabupaten Magelang Tahun 2014

Kecamatan Pendapatan

per-Kapita Skor Kelas Definisi

01. Salaman 2.551.101 0,0744 III Sedang

02. Borobudur 4.265.642 0,0992 II Baik

03. Ngluwar 3.588.221 0,0992 II Baik

04. S a l a m 4.433.095 0,0992 II Baik

(14)

06. D u k u n 2.282.994 0,0496 IV Buruk

07. Muntilan 4.642.528 0,0992 II Baik

08. Mungkid 3.535.087 0,0992 II Baik

09. Sawangan 2.714.502 0,0744 III Sedang

10. Candimulyo 2.714.502 0,0744 III Sedang

11. Mertoyudan 2.300.455 0,0496 IV Buruk

12. Tempuran 7.631.058 0,124 I Sangat baik

13. Kajoran 5.122.749 0,124 I Sangat baik

14. Kaliangkrik 3.597.370 0,0992 II Baik

15. Bandongan 2.679.357 0,0744 III Sedang

16. Windusari 3.665.548 0,0992 II Baik

17. Secang 4.159.649 0,0992 II Baik

18. Tegalrejo 2.408.489 0,0496 IV Buruk

19. Pakis 2.914.754 0,0744 III Sedang

20. Grabag 3.173.206 0,0744 III Sedang

21. Ngablak 6.322.085 0,124 I Sangat baik

Sumber: Penulis, 2015.

Pendapatan perKapita Kabupaten Magelang perKecamatan cukup baik,

terdapat 4 kecamatan tertinggi (sangat baik), yaitu; ngablak, kajoran, tempuran

dan srumbung. Dan terdapat 3 kecamatan dengan pendapatan terendah (buruk),

yaitu; tegalrejo, mertoyudan dan dukun. Dari hasil tersebut, pendapatan perKapita

sudah baik walaupun terdapat 3 kecamatan yang pendapatan perKapita-nya

rendah. Namun hal tersebut tidak dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan

penduduk, dikarenakan hanya sebagian masyarakat tertentu yang dapat

menikmatinya.

3.2.2 Analisis Faktor Sosial

(15)

Tabel 3.7 Jumlah Penduduk Kabupaten Magelang Tahun 2014

Kecamatan Jumlah

Penduduk Skor Kelas Definisi

01. Salaman 68.656 0,0444 V sangat buruk

Jumlah penduduk kecamatan-kecamatan di Kabupaten Magelang masih

sangat tinggi, tidak terdapat kecamatan yang memiliki penduduk rendah dan

bahkan sedang. Dari 21 kecamatan, 19 diantaranya memiliki jumlah penduduk

(16)

Kecamatan dengan jumlah penduduk yang tinggi akan mengalami berbagai

masalah jika kualitas SDM rendah, Beberapa dampak sosial ekonomi yang

ditimbulkan dari jumlah penduduk tinggi, antara lain:

1. meningkatnya kebutuhan akan berbagai fasilitas sosial;

2. meningkatnya persaingan dalam dunia kerja sehingga mempersempit lapangan

dan peluang kerja;

3. meningkatnya angka pengangguran (bagi mereka yang tidak mampu bersaing);

serta

4. meningkatnya angka kriminalitas.

Tabel 3.8 Kepadatan Penduduk Kabupaten Magelang Tahun 2014

Kecamatan Kepadatan

Penduduk Skor Kelas Definisi

(17)

19. Pakis 771 0,0444 III Sedang

20. Grabag 1.096 0,0296 IV Buruk

21. Ngablak 882 0,0444 III Sedang

Kecamatan dengan skor definisi buruk adalah 11 kecamatan, dan sisanya adalah sedang. Tidak terdapat yang memiliki skor baik dan sangat baik. Hal ini

membuktikan bahwa tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Magelang cukup

tinggi. hal ini dapat memicu dampak negatif jika tidak di tangani sedini mungkin,

dampak yang akan terjadi adalah sama dengan jumlah penduduk yang tinggi.

adapun cara meminimalisir adalah: memeratakan persebaran penduduk diikuti

dengan pemerataan fasilitas sosial ekonomi di wilayah yang memiliki jumlah

penduduk yang rendah serta meningkatkan kualitas SDM sehingga masyarakat

dapat menghadapi permasalahan yang terjadi dalam ruang lingkup sosial

ekonomi.

4 KESIMPULAN DAN SARAN

4.1KESIMPULAN

1. Terdapat 19 kecamatan di Kabupaten Magelang pada tahun 2015 sedang

mengalami kerentanan sosial ekonomi sedang, Namun hal tersebut dapat saja

menjadi tinggi dikemudian hari dikarenakannya tingkat implisit di Kabupaten

Magelang

2. Asosiasi terbesar dalam skoring kerentanan sosial ekonomi adalah IPM (Indeks

Pembangunan Manusia) hal ini ini karena IPM terdiri langsung dari 3 unsur,

yaitu; Pendidikan, Kesehatan, dan Angka Ketergantuungan masyarakat. Bobot

untuk IPM sendiri adalah 49%.

3. Jumlah penduduk kecamatan-kecamatan di Kabupaten Magelang masih sangat

tinggi, tidak terdapat kecamatan yang memiliki penduduk rendah dan bahkan

sedang. Dari 21 kecamatan, 19 diantaranya memiliki jumlah penduduk sangat

tinggi, dan 2 sisanya adalah tinggi

4. Pendapatan perKapita Kabupaten Magelang perKecamatan cukup baik,

terdapat 4 kecamatan tertinggi (sangat baik), yaitu; ngablak, kajoran, tempuran

(18)

yaitu; tegalrejo, mertoyudan dan dukun. Dari hasil tersebut, pendapatan

perKapita sudah baik walaupun terdapat 3 kecamatan yang pendapatan

perKapita-nya rendah. Namun hal tersebut tidak dapat mencerminkan tingkat

kesejahteraan penduduk, dikarenakan hanya sebagian masyarakat tertentu yang

dapat menikmatinya.

5. Tingkat pertumbuhan PDRB ADHK dari tahun dasar (2000) hingga tahun 2014

jauh lebih rendah dari laju implisit dengan selang waktu yang sama, yaitu

237,43% atau terjadi kenaikan sebesar 2,38 kali dalam kurun waktu 14 tahun

untuk implisit sedangkan PDRB hanya mengalami peningkatan 188% atau

terjadi kenaikan sebesar 1,8kali saja

6. Menurut kepadatan penduduk, 11 kecamatan di Kabupaten Magelang

mengalam tingkat kepadatan yang tinggu. hal ini dapat memicu dampak negatif

jika tidak di tangani sedini mungkin, seperti; persaingan lapangan pekerjaan,

persaingan untuk mendapatkan permukiman, meningkatntya jumlah

kemisikinan, dan rendahnya kesempatan pendidikan.

7. Kualitas SDM masih sangat rendah dikarenakan fasilitas pendidikan masih

kurang

8. Solusi sosial ekonomi terbaik untuk mengatasi kerentanan sosial ekonomi

adalah dengan meningkatkan kualitas SDM, fasilitas pendidikan, kesehatan,

menerapkan sistem ekonomi syariah, memberikan pelatihan khusuh skill

sebelum berkerja, memberikan modal pada pelaku wirausaha kreatif dan

meningkatkan keamanan lingkungan.

4.2 SARAN

Agama sangat diperlukan dalam mengatasi permasalahan sosial ekonomi,

seperti SDM yang buruk, Inflasi yang tinggi, kriminalitas, seperti yang dikutip dalam buku “sharia economics” penulis Muhaimin Iqbal; dan dari refrensi buku lainnya untuk mengatasi ekonomi yang buruk adalah:

1. Zakat, infaq, shadaqoh.

2. Membersihkan/sucikan hati dengan menghidupkan majelis ilmu agama guna

(19)

3. Melaksanakan perintah islam: memotong hewan qurban dan membagikannya

kepada masyarakat yang kurang mampu

4. Menciptakan bank tanpa riba

5. Mengganti patokan uang dari dollar menjadi dinar, dll.

Jika hal tersebut dilaksanakan insyaa Allah, kualitas sosial ekonomi kita

akan menjadi kualitas yang baik, dari segi ekonomi yg membaik/stabil. Serta

(20)
(21)

DAFTAR PUSTAKA

Ardina, Putri. 2014. Economic Crisis Resilient City Case Study : Bandung

Bappeda. 2015. Badan perencaan pembangunan boyolali, bappeda.

Magelangkab.go.id

BNPB. 2012. Badan nasional penanggulangan bencana, Bnpb.go.id

BPPSDMK. 2015. Badan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya

manusia kesehetan, http://bppsdmk.depkes.go.id/

BPS. 2016. BPS Kabupaten Magelang, Magelang.bps.go.id

Chapra, Umer. 2000. Islam dan pembangunan ekonomi. International institute of

islamic thought and islamic research institute

Fuzaily. 2013. Lingkar setan kemiskinan, http://p3k-nara. blogspot.co.id /2013/03/

lingkarankemiskinan.html

Indarto. 2014. Sistem informasi geografis. Graha Ilmu

Iqbal, muhaimin. (2013). Sharia economics 2.0. Republika

kuncoro, mudjarat. Ekonomika pembangunan teori, masalah dan kebijakan edisi

ke-4. Gramedia

Gambar

Tabel.2.1 Penilaian AHP Analisis Sosial Ekonomi Kabupaten Magelang
Tabel 2.2 Pairwise Comparison
Tabel 2.3 Rangking Kriteria
Tabel 3.1  Distribusi (Persebaran) Tingkat Kerentanan Sosial Ekonomi Kabupaten
+5

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa kelas IV SD Negeri 124 Pekanbaru

Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kurangnya keberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu,

Perancangan Apartemen ini mempunyai tujuan yaitu mencari dan merumuskan masalah yang berkaitan dengan penyediaan hunian / apartemen yang berkarakter kepemudaan melalui

These are (1) collection of formal data about the study area; (2) recognition of common patterns in the study area and across study areas; (3) developing and testing theo- ries

Pada hari Senin, 27 Februari 2017 pukul 11.15 WIB peneliti menuju ke lokasi penelitian yang ke dua yaitu MI Al-Ifadah Kaliwungu Ngunut Tulungagung. Peneliti

Seseorang akan menjadi pemimpin yang baik apabila memilki kelebihan-kelebihan tersebut daripada para anggotanya, (b)teori Sifat yaitu sifat-sifat yang positif

Tingkat bagi hasil dan komunikasi pemasaran terpadu secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menabung pada Bank Muamalat

Penelitian Sudiarta (2005) menyatakan bahwa transportasi yang membuka akses obyek wisata ke perkotaan memberikan pengaruh pada jumlah wisatawan, namun tidak mengamati