• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI GERAK DAN TARI DI TK FIRST ONE SCHOOL MEDAN T.A 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI GERAK DAN TARI DI TK FIRST ONE SCHOOL MEDAN T.A 2013/2014."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK

USIA 5-6 TAHUN MELALUI GERAK DAN TARI

(DUDIDUDIDAM DAN MINUM SUSU)

DI TK FIRST ONE SCHOOL MEDAN

T.A 2013/2014

SKRIPSI

OLEH :

MASNI B NAPITUPULU

NIM. 109113034

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

2.1.1 Kecerdasan Kinestetik ...………..… 9

2.1.1.1 Pengertian Kecerdasan ……….. 9

2.1.1.2 Kecerdasan Kinestetik ……….. 10

2.1.1.3 Perkembangan Kinestetik Anak Usia 5-6 tahun …… 13

(7)

2.1.2.10Karakteristik Gerak dan Tari ……….. 23

2.1.2.11Menciptakan Tari Anak ……….. 25

2.1.2.12Hubungan Gerak dan Tari ……….. 26

2.2 Kerangka Berfikir ………. 28

2.3 Hipotesis Penelitian Tindakan ………. 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………..………... 30

3.1 Jenis Penelitian ……….……….... 30

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ………….……….. 30

3.3 Subyek dan Obyek Penelitian ……….. 30

3.4 Operasional Variabel ……… 30

3.5 Desain Penelitian ……….. 32

3.6 Prosedur Penelitian ……….. 33

3.7 Alat Pengumpulan Data ………... 36

3.8 Teknik Analisis Data ……… 38

3.9 Jadwal Kegiatan ………... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 42

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………. 42

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan ………. 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 55

5.1 Kesimpulan ……… 55

5.2 Saran ………... 56

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Observasi Kecerdasan Kinestetik

Anak Usia 5-6 Tahun………. 37

Tabel 3.2 Tabel interpretasi kecerdasan kinestetik anak …..………….. 39

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ……… 40

Tabel 4.1 Tabel Tingkat Kecerdasan Kinestetik………. 45

Tabel 4.2 Tabel Tingkat Kecerdasan Kinestetik Anak Pada Siklus I…. 46

Tabel 4.3 Tabel Tingkat Kecerdasan Kinestetik Anak Pada Siklus II…. 46

Tabel 4.4 Persentase Peningkatan Rata-rata Kecerdasan Kinestetik

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Desain Penelitian Kelas ………. 31

Gambar 2. Diagram Batang Perkembangan Kognitif Anak Siklus I…... 47

Gambar 2. Grafik Tingkat Kecerdasan Kinestetik Anak Pada Siklus II … 52

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

dan dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut anak perlu mendapat pembinaan sejak dini,

mengingat pada tahap inilah terjadi awal pembentukan dasar kepribadian anak. Dimana

pengalaman-pengalaman yang didapat anak sejak lahir merupakan landasan pembentukan

kepribadian anak di masa yang akan datang.

Anak usia dini sebagai masa kanak-kanak awal yang mengacu pada usia prasekolah untuk

membedakan dengan masa ketika anak harus menghadapi tugas-tugas pada saat mengikuti

pendidikan formal. Selain usia prasekolah masa kanak-kanak awal disebut juga sebagai usia

bermain karena anak dini menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain.

Usia lima tahun pertama adalah masa emas untuk perkembangan anak, karena pada usia ini

anak mengalami masa peka dan kritis. Masa peka (sensitive periode), merupakan periode dimana

anak telah mencapai kesiapan untuk belajar. Walaupun banyaknya ransangan yang diterima

anak, mereka tidak dapat belajar sampai perkembangan mereka siap untuk belajar. Hal ini berarti

bahwa belajar dapat dilaksanakan bila kematangan anak telah tiba. Sebaliknya, jika anak telah

siap untuk belajar tetapi tidak mendapat kesempatan atau dorongan untuk melakukannya maka

minat mereka akan hilang.

Pengalaman masa kanak-kanak dapat mempengaruhi perkembangan otak. Jika sejak dini

anak mendapat rangsangan yang tepat dalam meningkatkan perkembangan intelegensi, emosi,

(11)

kurang mendapat rangsangan, masa ini akan menjadi awal keburukan pada perkembangan anak

usia dini.

Rangsangan yang diberikan berguna untuk menunjang perkembangan jasmani dan rohani

anak yang akan ikut menentukan keberhasilannya dalam mengikuti jenjang pendidikan

selanjutnya. Pada umumnya anak usia dini mempunyai rasa ingin tahu dan inisiatif yang lebih

besar, makin percaya diri, memiliki minat yang lebih besar terhadap lingkungan dan lebih aktif

dalam proses sosialisasi. Untuk meningkatkan perkembangan anak secara optimal sesuai dengan

tahapan perkembangannya, maka merupakan kewajiban kita memasukkan anak ke salah satu

lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak.

Pendidikan TK sebagai sub sistem pendidikan nasional memiliki peranan penting dan sangat

strategis dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Keberadaannya bukan saja sangat

membantu mempercepat kesempatan anak bangsa memasuki dunia pendidikan, tetapi juga

sangat membantu keberhasilan proses pendidikan pada jenjang selanjutnya. Hal ini

dimungkinkan apabila pendidikan TK berhasil menumbuh kembangkan perilaku dan

kemampuan dasar yang dimiliki anak, termasuk jasmani dan rohaninya.

Program dan materi pendidikan yang diberikan, demikian juga dengan model pendidikan

yang digunakan haruslah yang dapat menumbuhkan rasa senang dan rasa nyaman, juga yang

mampu merangsang pertumbuhan dan perkembangan semua potensi yang dimiliki anak. Dalam

mengupayakan terwujudnya hasil pendidikan yang sesuai dengan pendidikan, penyelenggaraan

proses pendidikan TK, baik program maupun materi demikian juga model pendidikannya

haruslah sinkron dan mendukung pencapaiannya.

Frobel dalam Wardi (2005:27) menyatakan:

(12)

kesempatan dalam suasana bebas sehingga anak mampu berkembang sesuai potensinya masing-masing. Melalui suasana merdeka atau bebas anak akan memperoleh kesempatan mengembangkan daya fantasia atau daya khayalnya, terutama daya cipta untuk membentuk sesuatu dengan kekuatan fantasi anak.

Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978:32) masa kanak-kanak merupakan masa yang ideal

untuk mempelajari keterampilan tertentu. Ia menyebutkan tiga alasan: Pertama, Anak-anak

senang mengulang-ulang sehingga mereka dengan senang hati mau mengulang suatu aktivitas

sampai mereka terampil melakukannya. Kedua, anak-anak bersifat pemberani sehingga tidak

terhambat oleh rasa takut kalau dirinya mengalami rasa sakit atau diejek teman-temannya,

sebagaimana ditakuti anak yang lebih besar. Ketiga, anak-anak mudah dan cepat belajar karena

tubuh mereka masih sangat lentur dan keterampilan yang dimiliki baru sedikit sehingga

keterampilan yang baru dikuasai tidak mengganggu keterampilan yang sudah ada.

Kemampuan-kemampuan itu berkembang dalam urutan yang dapat di prediksi, meskipun berbeda anak,

berbeda pula karakteristiknya

Musfiroh T (2008:51) menyatakan, “Dibandingkan dengan anak usia 4-5 tahun, anak usia

5-6 tahun lebih mampu memahami sudut pandang orang lain serta mampu menfokuskan diri

pada berbagai aspek permasalahan. Mereka dapat menggunakan pemahaman tentang ukuran dan

pecahan masalah”. Dalam pemecahan masalah anak mengasah kecerdasan –kecerdasan yang

dimiliki.

Salah satu contoh kecerdasan ialah kecerdasan kinestetik yang berkaitan dengan kemampuan

menggunakan gerak seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaannya serta

keterampilan mempergunakan tangan untuk mencipta atau mengubah sesuatu dan memiliki nilai

estetika. Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi,

keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan, dan keakuratan menerima

(13)

Demikian dalam kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik anak, pemerintah

mulai memperhatikan setiap tumbuh kembang anak. Seperti yang tertulis dalam Peraturan Mentri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan

Anak Usia Dini yang mengatakan tingkat pencapaian anak usia 5-6 tahun yaitu

Dapat melaksanakan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan dan kelincahan. Melakukan koordinasi gerakan kaki-tangan kepala dalam menirukan tarian atau senam. Melakukan permainan fisik dengan aturan. Terampil menggunakan tangan kanan dan tangan kiri. Melakukan kegiatan kebersihan.

Anak yang cerdas dalam gerak-kinestetik terlihat menonjol dalam kemampuan fisik (terlihat

lebih kuat, lebih lincah) dari pada anak-anak seusianya. Mereka cenderung suka bergerak, tidak

biasa duduk diam berlama-lama, mengetuk-ngetuk sesuatu, suka meniru gerak atau tingkah laku

orang lain yang menarik perhatiannya, dan senang pada aktivitas yang mengandalkan kekuatan

gerak seperti memanjat, berlari, melompat, berguling. Selain itu, anak yang cerdas dalam

gerak-kinestetik suka menyentuh barang-barang. Mereka suka bermain tanah liat dan menunjukkan

minat yang tinggi ketika di beri tugas yang berkaitan dengan keterampilan tangan.

Anak yang memiliki kecerdasan gerak-kinestetik memiliki koordinasi tubuh yang baik.

Gerakan-gerakan mereka terlihat seimbang, luwes, dan cekatan. Mereka cepat menguasai

tugas-tugas motorik halus seperti menggunting, melipat, menjahit, menempel, merajut, menyambung,

mengecat, dan menulis. Secara artistik anak mampu menari dan menggerakkan tubuh dengan

luwes dan lentur.

Gerak merupakan gejala paling primer dari manusia dan gerak merupakan media yang

paling tua dari manusia. Untuk merefleksikan keinginan-keinginannya atau merupakan bentuk

pernyataan spontan dan gerak batin manusia. Sebagai contoh : bayi yang baru lahir, sebagai bukti

(14)

tidak dapat berkomunikasi lewat bahasa, maka ia akan menggunakan gerak-gerak yang

bermakna sebagai pengganti bahasa.

Gerak dan tari digambarkan sebagai salah satu cara yang dapat mengembangkan maupun

merangsang kecerdasan kinestetik, karena gerak dan tari dilakukan oleh seluruh anggota tubuh

dan juga memiliki nilai keindahan. Pada umumnya anak-anak selalu menyenangi apa yang

pernah dilihat, secara tidak sadar atau spontanitas menirukan gerak sesuai dengan apa yang

dilihat anak. Bentuk gerak yang sesuai dengan karakteristik tari anak-anak, pada umumnya

gerakan yang tidak sulit dan sederhana sekali. Bentuk gerak-gerak yang lincah, cepat dan seakan

menggambarkan kegembiraannya.

Dengan jelas sekali, anak-anak usia 5-6 tahun mampu melakukan gerakan secara simbolis.

Mereka bisa menciptakan sebuah tarian, sandiwara lucu, atau suatu permainan untuk

mengungkapkan perasaan dan pengalaman mereka. Yaitu melalui imajinasi dan pikiran yang

terlibat untuk bergerak kreatif, dengan mengontrol keterampilan motorik.

Berdasarkan hasil pengamatan di TK First One School diketahui bahwa strategi

pembelajaran yang digunakan memberikan perlakuan yang sama kepada semua anak, tanpa

melihat perbedaan kecerdasan masing-masing anak. Salah satu penyebabnya adalah lingkungan

belajar yang kurang mendukung dan mengoptimalkan kecerdasan kinestetik anak. Kurangnya

kepedulian dan ketertarikan guru dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik anak. Menurut hasil

pengamatan, terdapat 30% intensitas kegiatan anak yang tidak suka belajar dengan terlibat secara

langsung, artinya anak hanya duduk dan diam saja. Dan terlihat hanya 4 orang saja yang tingkat

kecerdasan kinestetiknya sangat baik. Sehingga tidak meningkatkan rasa ingin tahu anak.

(15)

Sehingga anak usia 5-6 tahun senang dengan kegiatan fisik yang melatih keseimbangan,

ketangkasan seperti: menari dan bermain peran.

Berdasarkan permasalahan di atas, dan menurut pendapat ahli bahwa gerak dan tari dapat

meningkatkan kecerdasan kinestetik anak usia dini dikarenakan anak senang dengan kegiatan

melalui gerakan, maka pada kesempatan ini Peneliti ingin melakukan penelitian tindakan (Action

Research) untuk mengetahui sejauh mana hasil “Upaya Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik

Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Gerak dan Tari (Dudidudidam dan Minum Susu) di TK

First One School Medan”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kecerdasan kinestetik anak yang belum berkembang.

2. Kurangnya pemahaman pendidik dan orang tua dalam meningkatkan kecerdasan

kinestetik anak.

3. Anak masih bersifat pasif ketika diminta ikut dalam melaksanakan kegiatan yang

berhubungan dengan kinestetik tubuh.

4. Media yang digunakan kurang menarik dan kurang bervariasi dalam meningkatkan

kecerdasan kinestetik.

1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka dibuatlah pembatasan masalah

(16)

Kinestetik Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Gerak Dan Tari (Dudidudidam dan Minum Susu) Di Tk

First One School Medan Ta 2013/2014”.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :“Apakah Gerak dan Tari (Dudidudidam dan

Minum Susu) dapat Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia 5-6 Tahun di TK First One

School Medan TA 2013/2014?”

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik Anan Usia 5-6 Tahun di TK First One School

Medan

2. Untuk meningkatkan keterampilan pendidik dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik

anak.

3. Untuk menerapkan gerak dan tari dalam meningkatkan kecerdasan anak.

1.6 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap

pembelajaran di TK, terutama pada pengembangan kecerdasan kinestetik anak melalui gerak dan

tari.

2. Manfaat Praktis

(17)

a. Sebagai masukan dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik melalui gerak dan tari.

b. Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan sebagai bahan masukan bagi peneliti lain

terutama tentang pendidikan anak usia dini.

c. Bagi penulis dapat memperoleh pengalaman langsung melakukan kegiatan gerak dan tari

(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan data penelitian yang dilakukan terhadap upaya meningkatkan kecerdasan kinestetik anak usia 5-6 tahun melalui gerak dan tari di TK First One School. Maka kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Dengan penerapan gerak dan tari dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik usia 5-6 tahun

2. Hasil Observasi dan refleksi pada siklus I setelah adanya gerak dan tari sebagai upaya meningkatkan kecerdasan kinestetik anak hanya memiliki skor rata-rata umum sebanyak 2,20% tergolong cukup dimana ada 4 (16%) orang anak tergolong sangat baik, sebanyak 6 orang anak (24%) tergolong baik, sebanyak 6 orang anak (24%) tergolong cukup baik. Hal ini menunjukkan kegiatan gerak dan tari yang dilakukan pada siklus I dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik anak, namun masih kurang optimal karena masih ada 9 orang anak (36%) yang tergolong cukup baik dan 6 orang anak (24%) yang tergolong kurang baik. Sehingga perlu dilakukan tindakan yang lebih baik pada siklus II.

(19)

4.2 Saran

1. Dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik anak hendaknya ditingkatkan melalui gerak dan tari. Dan menggunakan alat dan media pembelajaran.

2. Kepada guru hendaknya menggunakan gerak dan tari dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik anak.

3. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan feedback untuk meningkatkan kecerdasan gerak anak dengan gerak dan tari

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Hurlock, E. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Hamzah & Kuadrat. (2010). Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi

Aksara.

Kamtini & Wardi H. (2005). Bermain Melalui Gerak dan Lagu Di Taman Kanak- Kanak.

Jakarta: Depdiknas.

Lwin, M, Dkk. (2008), Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan.

Yogyakarta: Indeks.

Musfiroh T. (2008). Bredekamp & Copple. Jakarta: Pustaka.

Mutiah, D. (2010). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Noorlaila, I. (2010). Panduan Lengkap Mengajar PAUD. Yogyakarta: Pinus.

Nuhel, B. (2012). Pengertian Kecerdasan Intrapersonal. (Online), dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58. 2009. Tentang Standar Pendidikan Anak

Usia Dini. Jakarta : Depdiknas.

Seefeldt, C. & A. Barbara. (2008). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.

Soefandi & Ahmad. (2009). Strategi Mengembangkan Potensi Kecerdasan Anak. Jakarta: Bee

Media.

Sudjana, (2002). Metode Statistik. Bandung: Tarsito

Sudijono, (2008). Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Grafindo

Yus, Anita. (2011). Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Zubair, A. (2008). Mengenal Dunia Permainan Anak. Yogyakarta: Banyu Media.

(21)
(22)

RIWAYAT HIDUP

1. Latar Belakang Keluarga

a. Nama : Masni B Napitupulu

b. Tempat/Tanggal Lahir : Sipoldas, 04 April 1989

c. Nama Ayah : S. Napitupulu

d. Nama Ibu : T. Lubis

e. Pekerjaan Ayah : Wiraswasta

f. Pekerjaan Ibu : Wiraswasta

g. Alamat Orang Tua : Pematang Siantar

2. Riwayat Pendidikan Formal

a. Pendidikan Dasar di SD Negeri 1 Sipoldas, Panei Tongah, Lulus Tahun 2001

b. Pendidikan Lanjutan di SLTP Negeri 1 Panei Tongah, Lulus Tahun 2004

c. Pendidikan Menengah di SMA Negeri 3 Pematang Siantar, Lulus Tahun 2007

d. Tahun 2009 lulus ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri Medan (SNMPTN) diterima pada program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.

Penulis melaksanakan Program Pelaksanaan Lapangan Terpadu (PPLT) di TK AN-NISA Medan. Dan pada akhir kuliah penulis melaksankan penelitian dengan judul “Upaya

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Observasi Kecerdasan Kinestetik
Gambar 1. Desain Penelitian Kelas ……………………………………….     31

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan adanya hubungan yang signifikan antara reflektansi dan TSS (R²= 0.574) pada panjang gelombang ini (620-670 nm) maka dapat dijadikan untuk menduga apakah kelimpahan

Scaffolding strategy in tlu s research was implemented to 15 (fifteen) Paragraph Writing students of English Language Education Study Program of Sanata Dharma

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SD.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

[r]

Pendidikan bagi manusia merupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu dilaksanakan, sebab dengan proses pendidikan manusia akan dapat mengembangkan semua potensi dalam

(1) Bidang Pengembangan Produk Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan pembinaan usaha jasa, sarana pariwisata, dan pengusahaan obyek dan daya tarik

Hasil penelitian menunjukan bahwa bagas batang sorgum manis dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam pembuatan bioetanol, karena berdasarkan data yang diperoleh