• Tidak ada hasil yang ditemukan

d adp 0609106 chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "d adp 0609106 chapter5"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

MODEL ALTERNATIF IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERBASIS KEWILAYAHAN DI

KABUPATEN INDRAMAYU

A. Pengertian Model

Model adalah kerangka kerja formal yang mewakili ciri-ciri pokok dari suatu sistem yang kompleks dengan mengambil beberapa hubungan sentral. Model juga dapat dikatakan sebagai suatu konstruksi dari suatu konsep yang digunakan sebagai pendekatan untuk memahami suatu realitas. Oleh karenanya, model merupakan penyederhanaan dari elemen-elemen dasar realita yang begitu kompleks dengan kata lain abstraksi terhadap elemen tersebut terhadap apa yang akan kita terapkan.

Dengan perkataan lain, model bukanlah suatu realitas kehidupan, karena realitas kehidupan ini tidaklah linier, sementara model merupakan suatu pendekatan untuk memahami atau mendekati realitas. Karenanya model merupakan abstraksi RLS (Rea Life System), dan bukanlah RLS yang sebenarnya (Sanusi dalam Danim, 1998:25 1).

(2)

Lebih lanjut dikatakan bahwa tujuan dari mengonstruksi model adalah untuk memahami kenyataan atau realita dengan jalan mengorganisasi dan menyederhanakan. Jadi, model mewakili realita, tetapi ia bukan realita.

Dengan demikian adanya suatu model akan memudahkan bagi suatu individu atau organisasi untuk melakukan berbagai terobosan-terobosan dalam penyelenggaraan kegiatan pribadi atau organisasi. Untuk itu, suatu model harus didukung oleh kriteria, menurut Johnsson (1993:2) ada empat kategori model, yaitu: (1) Cognitive Models (Human Concept); (2) Normative Models (Purpose Oriented); (3) Descriptive Models (Behavior Oriented), dan (4) Functional Models (Action and Control oriented).

Kriteria di atas mengungkapkan bahwa suatu model harus menggambarkan adanya persepsi atau ide-ide dalam suatu keputusan, adanya gambaran fungsi-fungsi, tujuan atau proses, adanya orientasi tingkah laku, dan adanya tindakan nyata yang berorientasi pada pengawasan terhadap fungsi-fungsi dalam pelaksanaan model yang efektif.

(3)

pembandingan yang berulang kali dengan dunia nyata (real world) melalui titik-titik kontak tersebut haruslah membuat model menjadi robust. Kemudian barulah model itu dapat dijadikan sebagai suatu dasar untuk memahami dunia nyata dan untuk merancang kebijakan-kebijakan yang dapat mengubah dunia nyata tersebut.

Dalam hubungannya dengan pembentukan struktur model mengikuti metode ilmiah terdahulu, model yang dibangun melalui analisis struktural (berdasarkan pendekatan systems thinking) dimungkinkan untuk mempunyai titik kontak yang banyak. Dalam paradigma systems thinking, struktur fisik ataupun struktur pengambilan keputusan di atas diyakini dibangun oleh unsur-unsur yang saling-bergantung dan membentuk suatu lingkar tertutup (closed-loop atau

feedback loop). Hubungan unsur-unsur yang saling bergantung itu merupakan hubungan sebab-akibat umpan-balik dan bukan hubungan sebab-akibat searah (Senge, 1990). Lingkar umpan-balik ini merupakan blok pembangun (building block) model yang utama. Dan konsep ini telah melekat dalam sebagian besar dasar-dasar ilmu sosial dan teori sistem (Richardson, 1991).

Kriteria di atas mengungkapkan bahwa suatu model harus menggambarkan adanya persepsi atau ide-ide dalam suatu keputusan, adanya gambaran fungsi-fungsi, tujuan atau proses, adanya orientasi tingkah laku, dan adanya tindakan nyata yang berorientasi pada pengawasan terhadap fungsi-fungsi dalam pelaksanaan model yang efektif.

(4)

dimaksud adalah pendekatan atau pola Implementasi Kebijakan Pengembangan Pendidikan Berbasis Kewilayahan di Kabupaten Indramayu.

Proses model tersebut harus dapat mengungkapkan kemampuan pemimpin dan personil Dinas Pendidikan serta pihak-pihak terkait (stakekolders) dalam melahirkan program-program yang sesuai dengan kebutuhan organisasi dan tuntutan masyarakat. Dengan kata lain, model tersebut dalam sistem pengelolaan Dinas Pendidikan dalam kajian ini adalah suatu pendekatan pemberdayaan berbagai sumber daya satuan pendidikan dan sumber daya lingkungan dengan mengikutsertakan berbagai pihak terkait melalui penyusunan, pelaksanaan dan pengawasan berbagai kegiatan dalam pengembangan Pendidikan di Kabupaten Indramayu.

B. Asumsi dan Unsur Model

Winarno Surahmad (1985:107) menjelaskan, bahwa “anggapan dasar atau postulat atau asumsi adalah suatu titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik itu”. Memperhatikan pernyataan tersebut, hasil penelitian

dan pembahasan penelitian ini, maka asumsi yang mendasari model konseptual, yaitu :

a. Pelaksanaan pengembangan pendidikan sangat menentukan peningkatan Angka Melek Huruf (AMH) di Kabupaten Indramayu;

(5)

c. Peningkatan Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) sangat menentukan peningkatan Indeks Pendidikan di Kabupaten Indramayu; d. Peningkatan Indeks Pendidikan sangat menentukan peningkatan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) sebagai indikator keberhasilan pembangunan dalam kerangka Otonomi Daerah di Kabupaten Indramayu (United Nations Development Program-UNDP) melalui Laporan Pembangunan Manusia (Human Development Report-HDR) (NHDR-1990).

Berdasarkan asumsi tersebut dapat diketengahkan unsur-unsur yang harus ada dalam suatu model alternatif melalui Pembanguan Pendidikan Berbasis Kewilayahan di Tingkat Kabupaten (Studi Implementasi Kebijakan Pendidikan Pendidikan di Kabupaten Indramayu dalam Konteks Otonomi Daerah).

(6)

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa visi dan misi merupakan suatu pedoman atau arah yang harus ada dalam suatu organisasi yang menggambarkan kondisi ideal dan strategi yang dilakukan oleh organisasi pada masa datang dan dapat terwujud jika organisasi mampu memberdayakan sumber daya organisasi dan lingkungan.

Gambaran masa depan yang diinginkan agar Pemerintah Kabupaten Indramayu dapat eksis, antisipatif dan inovatif dalam melaksanakan tujuan yang ingin dicapai, Pemerintah Kabupaten Indramayu menetapkan visi dan misinya, sebagai berikut :

Visi : Terwujudnya masyarakat Indramayu yang Religius, Maju, Mandiri dan Sejahtera disingkat ”INDRAMAYU REMAJA“.

Misi : “Sapta Karya Mulih Harja”, yaitu:

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia berbasis nilai agama dan budaya;

2. Meningkatkan kinerja pemerintah daerah yang mandiri dan bebas KKN; 3. Pemantapan struktur perekonomian masyarakat dan pengembangan potensi

daerah;

4. Pemerataan dalam peningkatan sarana dan prasarana wilayah serta prasarana dasar pemukiman;

(7)

Pemaparan visi dan misi Dinas Pendidikan, hendaknya mengacu terhadap visi dan misi pemerintah daerah, sehingga di dalam pelaksanaannya terjadi saling menguatkan untuk menumbuhkan dan mewujudkan masyarakat Indramayu yang religius, maju, mandiri dan sejahtera.

Berkaitan dengan visi dan misi tersebut di atas, sebagai salah satu langkah operasional yang diyakini dapat memecahkan permasalahan pokok yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Indramayu sebagaimana tertuang dalam salah satu misinya, yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia berbasis nilai agama dan budaya, maka Dinas Pendidikan membuat visi dan misi yang dianggap relevan dengan visi dan misi pemerintah daerah dan strategis dengan kondisi pendidikan di Kabupaten Indramayu saat ini, serta sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Untuk menunjang tercapainya visi dan misi Pemerintah Kabupaten Indramayu, Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu menetapkan visi dan misinya, sebagai berikut:

Visi : “Terwujudnya Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu yang mampu menciptakan Sumber Daya Manusia yang beriman dan bertaqwa serta berbudi luhur, handal dan profesional”.

(8)

C. Konstelasi Model

Siagian (2000: 16-17) dalam merumuskan suatu strategi, manajemen puncak harus memperhatikan berbagai faktor yang sifatnya kritikal.

1. Strategi berarti menentukan misi pokok suatu organisasi karena manajemen puncak menyatakan secara garis besar apa yang menjadi pembenaran keberadaan organisasi, filosofi yang bagaimana yang akan digunakan untuk menjamin keberadan organisasi tersebut dan sasaran yang ingin dicapai. 2. Dalam merumuskan dan menetapkan strategi, manajemen puncak

mengembangkan profil tertentu bagi organisasi. Profil dimaksud harus menggambarkan kemampuan yang dimiliki dan kondisi internal yang dihadapi oleh organisasi yang bersangkutan.

3. Pengenalan tentang lingkungan dengan mana organisasi akan berinteraksi, terutama situasi yang membawa suasana persaingan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh organisasi apabila organisasi yang bersangkutan ingin tidak hanya mampu melanjutkan eksistensinya, akan tetapi juga meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerjanya.

4. Suatu strategi harus merupakan analisis yang tepat tentang kekuatan yang dimiliki oleh organisasi, kelemahan yang mungkin melekat pada dirinya, berbagai peluang yang mungkin timbul dan harus dimanfaatkan serta ancaman yang diperkirakan akan dihadapi.

(9)

6. Menjatuhkan pilihan pada satu alternatif yang dipandang paling tepat dikaitkan sasaran jangka panjang yang dianggap mempunyai nilai yang paling stratejik dan diperhitungkan dapat dicapai karena didukung oleh kemampuan dan kondisi internal organisasi.

7. Suatu sasaran jangka panjang pada umumnya mempunyai paling sedikit empat ciri yang menonjol, yaitu : (1) sifatnya yang idealistik; (2) jangkauan waktunya jauh ke masa depan; (3) hanya bisa dinyatakan secara kualitatif; dan (4) masih abstrak. Dengan ciri-ciri seperti itu, suatu strategi perlu memberikan arah tentang rincian yang perlu dilakukan. Artinya, perlu ditetapkan sasaran antara dengan ciri-ciri: (a) jangkauan waktu ke depan spesifik; (b) praktis dalam arti diperkirakan mungkin dicapai; (c) dinyatakan secara kuantitatif; dan (d) bersifat konkret.

8. Memperhatikan pentingnya operasionalisasi keputusan dasar yang dibuat dengan memperhitungkan kemampuan organisasi di bidang anggaran, sarana, prasarana dan waktu.

9. Mempersiapkan personil yang memenuhi persyaratan bukan hanya arti kualifikasi teknis, akan tetapi juga keperilakuan serta mempersiapkan sistem manajemen sumber daya manusia yang berfokus pada pengakuan dan penghargaan harkat dan martabat manusia dalam organisasi.

10. Teknologi yang akan dimanfaatkan yang karena peningkatan kecanggihannya memerlukan seleksi yang tepat.

(10)

arti menggunakan struktur yang hierarkikal dan peramidal, atau akan menggunakan struktur yang lebih datar dan mungkin berbentuk matriks. 12. Menciptakan suatu sistem pengawasan sedemikian rupa sehingga daya

inovasi, kreativitas dan diskresi para pelaksana kegiatan operasional tidak “dipadamkan”.

13. Sistem yang dilakukan berdasarkan serangkaian kriteria rasional dan objektif. 14. Menciptakan suatu sistem umpan balik sebagai instrumen yang ampuh bagi

semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan strategi yang telah ditentukan itu untuk mengetahui apakah sasaran terlampaui, hanya sekadar tercapai atau mungkin bahkan tidak tercapai.

(11)

Gambar 5.1.

Model Implementasi Kebijakan Pendidikan Berbasis Kewilayahan di Kabupaten Indramayu Dalam Konteks Otonomi Daerah

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

PENINGKATAN IPM KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT STRATEGI

PEMBANGUNAN PENDIDKAN

Gambar

Gambar 5.1.

Referensi

Dokumen terkait

Plating umumnya diindikasikan pada fraktur humerus dengan kanal medulla yang kecil, fraktur proksimal dan distal shaft humerus, fraktur humerus dengan ekstensi

Dengan adanya gejala tersebut, maka penelitian ini hanya dibatasi pada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap mutu proses pembelajaran pasca sertifikasi yaitu

13 Rumah Zakat adalah sebuah Lembaga Amil Zakat Nasional yang memfokuskan pada pengelolaan zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf secara lebih profesional dengan

Hasil kreasi Memuat gambar, keterangan gambar, tulisan tentang cara kerja peredaran darah manusia, dan sesuai dengan materi atau teori Hanya memuat 3 dari 4 hasil yang

Pertemuan secara kelembagaan juga menjadi bagian penting dalam mengatasi hambatan komunikasi, setiap kegiatan yang berhubungan dengan komunikasi, FJS dan Pemkot Salatiga

Proses pembuatan pakan ikan adalah runtut kerja atau tahapan yang dilakukan dalam pembuatan mesin pencetak pakan ikan dari baja provil menjadi barang jadi atau mesin yang

Peran istri dalam membantu suami mencari nafkah menjadikan istri melakukan peran ganda dalam rumah tangganya.Kontribusi istri nelayan terhadap pendapatan rumah tangga

Dalam hasil penelitiannya, Namkung dan Jang (2010) juga menjelaskan bahwa pelanggan yang senang cenderung untuk tetap loyal dengan perusahaan dan memberitahu orang