• Tidak ada hasil yang ditemukan

D IPA 1103399 chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "D IPA 1103399 chapter1"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 tahun 2007 mengatur tentang standar

nasional kualifikasi dan kompetensi guru, dimana ditentukan bahwa setiap guru wajib

memenuhi standar kualitas akademik dan kompetensi. Standar kompetensi guru

dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama yaitu kompetensi pedagogik,

kepribadian, sosial dan profesional. Kompetensi pedagogik diantaranya ialah menguasai

karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial emosional,

moral, spiritual, latar belakang sosial budaya, potensi, dan mengidentifikasi kesulitan belajar

peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. Kompetensi profesional diantaranya ialah

mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. Pengembangan materi

pembelajaran secara kreatif diantaranya ialah memilih dan mengolah materi pembelajaran

yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

Tujuan program pendidikan bagi tenaga pendidik dalam bidang MIPA yaitu memiliki:

landasan pengetahuan; keterampilan teknis, serta nilai dan sikap profesional dalam

merancang, melaksanakan, mengelola kegiatan belajar mengajar; mengembangkan

sumber-sumber belajar; mengevaluasi hasil belajar, serta memecahkan masalah-masalah profesi di

lapangan dalam konteks pengajaran bidang studinya (Kurikulum UPI, 2011). Perspektif ini

memandang kapasitas guru bukan sebagai gudang fakta dan ide-ide tetapi sebagai "sumber

dan pencipta pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk pembelajaran (Cohen dan

Ball, 1999). Mempersiapkan calon guru sebagai guru yang profesional fokusnya adalah pada

substansinya, apa yang perlu dipelajari calon guru dan bagaimana cara terbaik agar mereka

dapat didorong untuk mempelajarinya. Pengetahuan dan pemahaman inti yang harus dimiliki

calon guru ialah: pengetahuan siswa dan bagaimana siswa belajar dan berkembang dalam

konteks sosial, pengetahuan dan pemahaman tentang materi subjek dan tujuan kurikulum,

serta pemahaman mengajar dengan memperhatikan konten dan keberagaman peserta didik

(Hammond, 2005).

Kompetensi guru yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini ialah

(2)

memperhatikan karakteristik dan tingkat perkembangan siswa. Kemampuan

mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran dan hasil-hasil pengembangan materi

ajar secara kreatif dari mata pelajaran yang diampunya, berkaitan dengan kemampuan

menulis. Secara singkat dapat dinyatakan bahwa guru perlu memiliki kemampuan menulis.

Permasalahannya ialah bagaimana LPTK mempersiapkan calon guru agar memiliki

kompetensi menulis atau bagaimana LPTK mempersiapkan calon guru agar menjadi guru

yang baik sekaligus menjadi penulis yang baik. Untuk menentukan apa yang harus diajarkan

pada mahasiswa calon guru, bagaimana cara mengajarkannya, dan keterampilan apa yang

perlu dimiliki calon guru, harus mengacu pada fakta-fakta empiris. Salah satu hal penting dari

pendidikan guru adalah bahwa guru harus dapat membantu semua siswa memenuhi standar

akademik yaitu standar kompetensi lulusan sesuai dengan level dan mata pelajarannya.

Keterampilan menulis mahasiswa calon guru perlu dikembangkan dengan baik untuk

membantu mereka mampu menulis materi ajar dari mata pelajaran yang diampunya,

membantu mereka melaporkan hasil penelitian dan inovasi pembelajaran yang dilakukannya

di sekolah pada kegiatan seminar atau menulis artikel pada jurnal, dan mampu membimbing

para siswanya dalam menulis karya ilmiah remaja. Keterampilan menulis materi ajar fisika

seperti lembar kerja siswa, modul, catatan pengajaran, instruksi praktikum, dan buku

pelajaran sangat penting dikuasai guru. Materi ajar fisika yang ditulis oleh guru untuk para

siswanya diharapkan uraiannya akan kontekstual dan dapat mengakomodasi siswanya yang

sangat beragam.

Pada kenyataannya kondisi yang diharapkan sesuai dengan standar kompetensi guru

belum tercapai. Observasi pada peserta Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)

menunjukkan bahwa banyak guru tidak memiliki keterampilan menulis materi ajar yang baik.

Fakta tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap tugas menulis perangkat pembelajaran

yang dibuat peserta PLPG. Keadaan tersebut diperkuat dengan fakta bahwa di Indonesia

sangat jarang sekali ada buku pelajaran fisika untuk sekolah menengah yang penulisnya

adalah seorang guru fisika. Upaya pemerintah untuk mendorong para guru menulis materi

ajar (buku ajar) telah dilakukan melalui program menulis buku ajar (e book) dengan imbalan cukup besar, namun sangat sedikit yang memanfaatkannya. Materi ajar fisika seperti buku

pelajaran dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan di sekolah pada umumnya

merupakan hasil membeli dari penerbit yang menawarkannya. Buku pelajaran fisika bagi

(3)

pembacanya memiliki kemampuan yang sama untuk memahami pokok bahasan yang

diuraikan, padahal kenyataannya siswa memiliki kesulitan yang berbeda-beda dalam

mempelajari fisika. Hal itu ditunjukkan oleh penelitian Nguyen dan Meltzer (2003), Flores,et

al (2004), Beichner (1994). Kekurangan lainnya dari buku pelajaran fisika yang ditulis oleh

penulis bukan guru ialah menganggap bahwa lingkungan tempat siswa belajar dan

lingkungan tempat siswa tinggal semuanya sama, sehingga uraian materi pelajarannya tidak

bersifat kontekstual. Khususnya di Indonesia yang wilayahnya berupa ribuan pulau-pulau,

bentang alam yang beragam, suku-suku bangsa yang sangat beragam latar belakang budaya

dan bahasanya, sangat penting sekali buku ajar fisika yang kontekstual. Buku pelajaran fisika

yang ditulis secara kontekstual dan dapat mengakomodasi keragaman siswa, hanya akan

dihasilkan apabila penulisnya adalah guru fisika.

Pengetahuan dan keterampilan menulis pada kurikulum di salah satu LPTK di

Bandung hanya dibekalkan dalam perkuliahan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia dengan

bobot masing-masing 2 sks. Menulis pada deskripsi kedua mata kuliah tersebut hanya satu

subtopik saja dari sejumlah topik yang diajarkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan

pengampu mata kuliah tersebut diperoleh fakta bahwa pengetahuan dan keterampilan menulis

tidak sempat dibekalkan kepada mahasiswa. Perkuliahan Bahasa Inggris dan Bahasa

Indonesia lebih menekankan pada topik lainnya yang dianggap lebih penting. Dengan

demikian dukungan yang disediakan untuk membantu mahasiswa mengembangkan

kemampuan menulis sangat sedikit. Pengetahuan konten fisika yang sesuai dengan yang akan

diajarkan di sekolah menengah dibekalkan pada matakuliah Fisika Sekolah atau Kapita

Selekta. Deskripsi matakuliah Fisika Sekolah III konten fisikanya sama dengan kurikulum

fisika SMA kelas XII, matakuliah Fisika sekolah II konten fisikanya sama dengan kurikulum

fisika SMA kelas XI.

Untuk memperoleh gambaran bagaimana keterampilan menulis para mahasiswa di

LPTK, maka dilakukan studi pendahuluan. Studi dilakukan dengan cara memberikan tugas

menulis pada 32 orang mahasiswa peserta perkuliahan Gelombang Optik dan 24 orang

mahasiswa perkuliahan Listrik Magnet pada semester dua tahun ajaran 2012/2013.

Mahasiswa ditugaskan untuk membuat tulisan suatu sub pokok bahasan fisika sejelas–

jelasnya agar siswa SMA yang akan membacanya mengerti. Hasil analisis terhadap karya

tulis para mahasiswa tersebut menunjukkan bahwa kemampuan merepresentasikan

(4)

penggunaan representasi visual masih bersifat asesoris, dan urutan uraiannya masih belum

baik (lihat Tabel 1). Kesimpulannya bahwa mahasiswa LPTK keterampilan menulis materi

ajar yang menjadi bidangnya masih rendah.

Tabel 1. Analsis kemampuan menulis materi ajar mahasiswa LPTK

Mhs Kelas A (%) B(%) C(%) D(%) E(%) F(%) G(%)

Listrik magnet 26 0 11 15 37 16 15

Gelombang 30 0 13 13 22 22 17

Dengan A ialah kebenaran dan kejelasan konsep, B penggunaan multiple dan multi modus

representasi, C keluasan dan kedalaman uraian, D hirarki tulisan, F gagasan utama, dan G

aturan penulisan.

Pelajaran menulis pada perkuliahan bahasa pada umumnya lebih ditekankan pada

bagaimana cara menulis karangan bebas atau essai. Pelajaran menulis tersebut didasarkan

pada general model of the processes involved in writing (Hayes dan Flower, 1980), dan pada theory of writing expertise (Hayes dan Flower. 1986). Model Hayes dan Flower membedakan antara tiga proses dasar menulis: perencanaan (planning); menjabarkan perencanaan menjadi tulisan (translating plans into text); dan penelaahan (reviewing). Perencanaan meliputi

komponen-komponen mengembangkan gagasan (generating ideas), pengorganisasian

(organisation), dan penyusunan tujuan (goal setting). Penelaahan meliputi komponen-komponen membaca dan mengedit. Translating plans into text ialah proses mengkonversi konten konseptual menjadi suatu bentuk linguistik. Pengetahuan dan keterampilan tersebut

pada kenyataannya tidak serta merta dapat diterapkan untuk menulis materi ajar fisika.

Menulis essay dalam matakuliah bahasa berbeda tuntutan dan penekanannya dengan menulis materi ajar fisika atau ilmu pengetahuan alam lainnya.

Mahasiswa hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan menulis pada pelajaran

Bahasa Indonesia di SMA. Strategi penyusunan teks dalam model proses menulis yang telah

diketahui mahasiswa adalah strategi garis besar (outline), yaitu membuat garis besar teks dalam bentuk urutan dari daftar topik dan subtopik. Setelah garis besar dibuat, penulis harus

menggunakannya untuk membimbing penyusunan kalimat yang akan dimasukkan dalam teks

(5)

saat menulis teks (Hayes, 2006). Sebuah seri penting dari studi oleh Kellogg (1988, 1990)

memberikan informasi lebih lanjut tentang dampak penyusunan strategi tidak hanya pada

sifat teks yang dihasilkan, tetapi juga pada proses penulisan yang mereka hasilkan. Secara

keseluruhan, studi Glynn et al. (1982) dan Kellogg (1988, 1990) menunjukkan bahwa strategi

outline sebenarnya menguntungkan untuk jenis tugas yang sering harus dilakukan siswa di sekolah. Kellogg (1988) mengemukakan, mungkin bahwa strategi ini efektif untuk beberapa

penulis dan untuk beberapa jenis teks.

Kesenjangan yang terjadi antara kompetensi guru sebagaimana dinyatakan pada standar

kompetensi guru dengan fakta kompetensi guru dilapangan yang berkaitan dengan

pengolahan dan pembuatan materi ajar, perlu segera dicarikan solusinya. Penelitian ini

menjadi sangat penting karena berupaya untuk mencari solusi untuk mengatasi kesenjangan

yang ada.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Pengetahuan dan strategi keterampilan menulis yang sudah dipelajari mahasiswa calon

guru (baik pada mata kuliah bahasa maupun mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA)

tampaknya belum memadai, bila diterapkan untuk menulis materi ajar fisika. Dengan

demikian, mahasiswa calon guru membutuhkan bantuan untuk mengembangkan keterampilan

menulis mereka. Teori dan penelitian tentang Writing in the Discipline (WID), Writing to

Learn (WTL) dan Writing Across Curriculum (WAC) menunjukkan bahwa bantuan tersebut

adalah paling efektif, bila diberikan oleh dosen disiplin ilmu dalam konteks belajar materi

subjek. Permasalahannya ialah program pembelajaran seperti apa yang perlu diberikan untuk

membantu mahasiswa calon guru, agar memiliki keterampilan menulis materi ajar?

Pengalaman dan pengamatan menunjukkan bahwa kesulitan yang paling sering dijumpai

ketika mahasiswa akan membuat tulisan, ialah pada proses mentranslasi dari outline menjadi produksi tulisan. Meskipun mahasiswa mampu membuat rancangan tentang apa yang akan

ditulis dalam bentuk outline, namun belum tentu mereka mampu mentranslasinya menjadi produksi tulisan. Pada model umum proses menulis Flower dan Hayes (1980) kesulitan yang

dialami terletak antara tahap perencanaan dan tahap menjabarkan perencanaan menjadi

tulisan. Apabila mau diterapkan dalam belajar menulis materi ajar fisika atau materi ajar IPA

(6)

Pada penelitian ini dicoba dirancang scaffolding antara tahap perencanaan dengan tahap menjabarkan perencanaan menjadi tulisan pada model umum proses menulis dari Hayes dan

Flower (1980), yang diwujudkan dalam bentuk pengembangan program perkuliahan menulis

materi ajar.

Menulis materi ajar fisika berbeda dengan menulis essay dalam pelajaran bahasa. Tulisan materi ajar merupakan representasi konten baik dalam bentuk catatan pengajaran,

modul atau buku teks pelajaran harus dibuat sedemikian rupa, sehingga mudah dipahami oleh

para siswa. Representasi konten yang terdapat dalam buku teks memiliki dampak besar pada

siswa diantaranya: kognisi siswa, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan

mengekspresikan pemahaman kepada orang lain(Bezemer dan Kress, 2008).

Tulisan materi ajar dalam pelajaran sains merupakan salah satu alat komunikasi

antara penulis materi ajar dengan audiensnya. Berkomunikasi dalam sains memerlukan

bahasa khusus dari sains seperti simbol-simbol, komunikasi verbal dan visual. Tulisan materi

ajar fisika yang dihasilkan harus mudah dipahami oleh pembacanya yang dalam hal ini ialah

siswa sekolah menengah, kontekstual, dan dapat mengakomodasi keragaman kesulitan siswa

dalam memahami fisika. Scaffolding yang dirancang dalam penelitian ini bertujuan untuk: 1) meningkatkan kemampuan mahasiswa calon guru dalam menjabarkan perencanaan

(outline) menjadi tulisan; 2) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan merepresentasikan konsep-konsep fisika dengan berbagai modus representasi; dan 3) memperbanyak

kesempatan bagi mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan menulis

materi ajar.

Penelitian dalam WID dan WTL yang telah dilakukan difokuskan pada penggunaan

tugas menulis untuk meningkatkan pemahaman konseptual dari para siswa (Prain, 2006;.

Gunel et al, 2007; Hand, et al, 2009). Pemahaman konseptual pada kurikulum program pre-service guru di Indonesia telah diakomodasi dengan sejumlah mata kuliah bidang studi. Kompetensi yang paling dibutuhkan para calon guru ialah bagaimana menggunakan

pengetahuan konseptual yang telah menjadi long term memorynya, dapat direpresentasikan atau dire-representasikan baik secara lisan maupun tulisan kepada para siswanya kelak.

Untuk menentukan apa yang harus diajarkan pada mahasiswa calon guru, bagaimana

cara mengajarkannya, dan keterampilan apa yang perlu dimiliki calon guru, harus mengacu

(7)

representasi dalam pembelajaran sains diantaranya (Hinrichs, 2004 ; Rosengrant, et al, 2004 ;

Finkelstein, et al, 2005; deLeone dan Gire, 2005; Rosengrant, et al,2005; Meltzer, 2005;

Kohl dan Finkelstein, 2005 ; Rosengrant, et al, 2006; Dancy dan Beichner, 2006; Kohl dan

Finkelstein, 2006 ; Kohl, et al. 2007; Kohl, et al. 2008 ; Prain, et al, 2009). Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa penggunaan multi representasi konsep dalam pembelajaran

sains dapat membantu siswa memahami konsep sains secara mendalam, membantu siswa

dalam memecahkan masalah sains, dan membantu siswa untuk mampu mengajukan

permasalahan. Rekomendasi yang diajukannya ialah pentingnya calon guru fisika memiliki

kemampuan mengembangkan materi pembelajaran dengan menggunakan multi representasi.

Fakta empiris lainnya berupa hasil penelitian tentang penggunaan representasi multi

modus yang digabungkan dengan WTL activity pada pembelajaran fisika diantaranya (Hand, et al, 2009; Atila, 2010) dengan fokus untuk meningkatkan pemahaman konseptual dari

konten yang dipelajari. Penggunaan multi modus representasi untuk mengembangkan

pengetahuan proses dan konsep-konsep ilmiah (Waldrip, et al, 2006; Tang dan Tan, 2011; Blown, dan Tom Brice, 2010). Penggunaan multi modus representasi dari konsep- konsep

dalam pembelajaran untuk mengetahui perspektif guru-guru (Gonzales, et al, 2007; Prain

dan Waldrip, 2008). Fakta-fakta empiris tersebut menunjukkan keunggulan multi representasi

dan multi modus representasi apabila dikombinasikan dengan pendekatan WTL. Untuk itu

scaffolding yang dirancang antara tahap perencanaan dan tahap menjabarkan perencanaan menjadi tulisan diantaranya harus memasukkan peta konsep dan representasi konsep.

Peta konsep digunakan sebagai langkah pertama untuk menjabarkan perencanaan

(berupa outline) menjadi tulisan. Tahap mempelajari peta konsep ini untuk melatih agar tulisan tersusun secara berurutan baik secara deduktif atau induktif. Selain itu sebagai refleksi

diri bagi mahasiswa calon guru apakah konsep-konsep yang tercakup pada pokok bahasan

yang mau ditulisnya itu sudah dipahami atau belum.

Tahap representasi meliputi komponen-komponen: jenis-jenis modus representasi,

translasi antar modus representasi, multi representasi, dan representasi multi modus. Tahap

representasi konsep melatih mahasiswa calon guru untuk memikirkan bagaimana

menjelaskan suatu konsep fisika, agar mudah dipahami oleh siswa sekolah menengah dengan

menggabungkan representasi verbal (tulisan) dan representasi visual. Permasalahan

(8)

keterampilan calon guru fisika dalam menulis materi ajar di prodi pendidikan fisika? Hal itu

berkaitan dengan fakta bahwa membuka mata kuliah baru tidak dapat dilakukan setiap saat,

sebab akan berdampak pada perubahan kurikulum. Keterampilan menulis materi ajar bagi

calon guru fisika perlu ditambahkan pada salah satu matakuliah di Jurusan Pendidikan Fisika.

Materi ajar fisika yang akan dikembangkan ialah materi ajar fisika untuk pembaca siswa

sekolah menengah, untuk itu sangat tepat apabila strategi pembelajaran untuk meningkatkan

keterampilan menulis materi ajar disisipkan pada matakuliah Fisika Sekolah III.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya, belum pernah dilakukan penelitian

tentang pengembangan model umum proses menulis Hayes dan Flower yang diperuntukkan

meningkatkan keterampilan calon guru fisika dalam menulis materi ajar. Hal ini dikaitkan

juga dengan adanya kesenjangan antara kompetensi guru fisika dengan rendahnya

kompetensi guru dalam menulis materi ajar fisika di lapangan. Masalah penelitian ini ialah bagaimana mengembangkan program perkuliahan untuk meningkatkan kompetensi calon guru fisika dalam menulis materi ajar dengan menggunakan multi modus representasi?”.

Rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1) Bagaimanakah karakteristik program perkuliahan Fisika Sekolah III, yang mampu

membantu calon guru meningkatkan keterampilan menulis materi ajar fisika, dengan

menggunakan multi modus representasi?

2) Bagaimanakah keefektifan program perkuliahan yang dikembangkan dalam

meningkatkan pemahaman konseptual, kemampuan membuat translasi antar modus

representasi, kemampuan membuat multi representasi, membantu meningkatkan self

regulated dan keterampilan menulis materi ajar fisika dari para mahasiswa calon

guru?

3) Bagaimanakah perspektif calon guru fisika terhadap penggunaan multi modus

(9)

4) Bagaimanakah persepsi mahasiswa calon guru fisika terhadap program perkuliahan

yang dikembangkan dengan menggunakan representasi multi modus untuk

meningkatkan kompetensi menulis materi ajar?

D. Definisi Operasional

1) Karakteristik program perkuliahan ialah ciri khas perencanaan dan implementasi suatu

program perkuliahan yang membedakannya dari perencanaan dan implementasi

program perkuliahan lainnya namun dengan tujuan yang sama yaitu meningkatkan

kemampuan menulis materi ajar. Secara operasional diukur dengan cara

membandingkan tahapan-tahapan pelaksanaan program, konten, serta proses

pembelajarannya.

2) Keefetifan program pembelajaran ialah sejauh mana program pembelajaran itu dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Secara operasioanal efektivitas

program ditentukan dengan mengukur efektivitas rencana program dan efektivitas

implementasinya. Efektivitas rencana program diukur dengan dengan menggunakan

instrumen four level rating scale dan diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria RISE Evaluation & Development System, Evaluator and Teacher Handbook version 1.0. Efektivitas implementasi program ditentukan dengan mengukur ukuran dampak (effect size). Harga koefisien ukuran dampak selanjutnya diinterpretasikan dengan kriteria Cohen.

3) Kualitas materi ajar fisika ditentukan oleh kebenaran konsep yang ditulis dan

kemudahan tulisan itu dipahami oleh pembaca yang sesuai dengan peruntukkannya,

Materi ajar fisika SMA kelas XII dibatasi pada pokok pokok bahasan untuk semester

satu yang meliputi pokok bahasan kelistrikan dan kemagnetan serta pokok bahasan

gelombang optik. Bentuk materi ajarnya yaitu berupa penjelasan tertulis suatu sub

pokok bahasan. Secara operasional akan diukur dengan menggunakan rubrik penilaian

kualitas materi ajar. Rubrik ini merupakan adaptasi dari rubric for writing evaluation yang dibuat oleh Hand dan kawan kawan.

(10)

menulis materi ajar fisika setelah mereka mempelajarinya dalam perkuliahan fisika

sekolah III. Secara operasional akan diukur dengan cara wawancara semi struktur.

5) Persepsi mahasiswa ialah tanggapan mahasiswa calon guru fisika terhadap

implementasi program pembelajaran fisika sekolah III untuk meningkatkan kompetensi

menulis materi ajar dengan menggunakan multi modus representasi. Secara

operasional akan diukur dengan menggunakan angket serta wawancara semi structure. E.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini ialah menghasilkan program perkuliahan yang memiliki

karakteristik mampu meningkatkan keterampilan calon guru fisika dalam menulis materi

ajar secara efektif. Rancangan program ini dalam implementasinya dapat disisipkan ke dalam

berbagai mata kuliah bidang studi. Dengan demikian akan memperluas kesempatan

mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan menulis materi ajar. Implementasi program

perkuliahan ini dalam prosesnya mampu membantu mahasiswa meningkatkan self-regulated serta menumbuhkan perspektif menjadi penulis materi ajar yang baik.

F. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini sangat penting dilakukan untuk menjembatani kesenjangan antara

rendahnya keterampilan guru fisika sekolah menengah dalam menulis materi ajar dengan

kebutuhan buku pelajaran fisika yang kontekstual dan dapat dipahami oleh siswa yang latar

belakangnya beragam. Penggunaan modus representasi, multi representasi, dan multi modus

representasi sebagai tahapan scaffolding untuk meningkatkan kemampuan calon guru dalam menulis materi ajar juga belum pernah dilaporkan baik pada jurnal maupun prosiding. Hal

itulah yang menjadikan originalitas penelitian ini.

Keberhasilan dalam pengembangan program perkuliahan yang dirancang untuk

membantu meningkatkan keterampilan calon guru dalam menulis materi ajar baik secara

praktis maupun teoritis:

1) Manfaat praktisnya ialah melengkapi kompetensi yang dibekalkan kepada calon guru

fisika yaitu keterampilan menulis materi ajar. Keterampilan menulis materi ajar secara

formal dapat dimasukan kedalam struktur kurikulum Jurusan Pendidikan Fisika. Cara

(11)

kurikulum atau menyisipkan program perkulihan ini kedalam berbagai mata kuliah

bidang studi.

2) Manfaat teoritik ialah mengembangkan program perkuliahan menulis materi ajar bagi

calon guru melalui pendekatan learning to write. Sintak model pembelajaran ini berupa representasi konsep (multi representasi dan multi modus representasi).

Program perkuliahan ini memiliki potensi untuk meningkatkan pemahaman

konseptual fisika secara mendalam selain meningkatkan keterampilan menulis materi

Referensi

Dokumen terkait

PAKET PEKERJAAN : LANJUTAN PEM BANGUNAN PASAR SEM I M ODERN LUBUK SIKAPING.. LOKASI : LUBUK SIKAPING, KABUPATEN

[r]

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan

Manfaat Ekonomi Tidak Langsung (METL) yang sama dengan Sisa Hasil Usaha bagian Anggota (SHUa) dihitung dengan menjumlahkan Sisa Hasil Usaha bagian Jasa Usaha Anggota (SHUaju) dan

Tujuan dari Penulisan Ilmiah ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan serta masalah- masalah yang dihadapi dari aktifitas promosi kartu Pra bayar Mentari pada PT Satelindo GSM,

Hasil penelitian ini antara lain: 1) upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia melalui PPS LU dilaksanakan dalam bentuk pelayanan sosial, ekonomi, spiritual, dan kesehatan;

•Dari jaringan tubuh, gas CO2 diangkut darah menuju jantung untuk dikeluarkan melalui paru-paru bronkiolus → trakea yang panjang → anak tekak mulut → lubang hidung..

PENGARUH LATIHAN ANGKLUNG UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOSIAL ANAK TUNALARAS DI SLB E HANDAYANI BAMBU APUS JAKARTA TIMUR.. U niversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |