BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 tahun 2007 mengatur tentang standar
nasional kualifikasi dan kompetensi guru, dimana ditentukan bahwa setiap guru wajib
memenuhi standar kualitas akademik dan kompetensi. Standar kompetensi guru
dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama yaitu kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial dan profesional. Kompetensi pedagogik diantaranya ialah menguasai
karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial emosional,
moral, spiritual, latar belakang sosial budaya, potensi, dan mengidentifikasi kesulitan belajar
peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. Kompetensi profesional diantaranya ialah
mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. Pengembangan materi
pembelajaran secara kreatif diantaranya ialah memilih dan mengolah materi pembelajaran
yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Tujuan program pendidikan bagi tenaga pendidik dalam bidang MIPA yaitu memiliki:
landasan pengetahuan; keterampilan teknis, serta nilai dan sikap profesional dalam
merancang, melaksanakan, mengelola kegiatan belajar mengajar; mengembangkan
sumber-sumber belajar; mengevaluasi hasil belajar, serta memecahkan masalah-masalah profesi di
lapangan dalam konteks pengajaran bidang studinya (Kurikulum UPI, 2011). Perspektif ini
memandang kapasitas guru bukan sebagai gudang fakta dan ide-ide tetapi sebagai "sumber
dan pencipta pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk pembelajaran (Cohen dan
Ball, 1999). Mempersiapkan calon guru sebagai guru yang profesional fokusnya adalah pada
substansinya, apa yang perlu dipelajari calon guru dan bagaimana cara terbaik agar mereka
dapat didorong untuk mempelajarinya. Pengetahuan dan pemahaman inti yang harus dimiliki
calon guru ialah: pengetahuan siswa dan bagaimana siswa belajar dan berkembang dalam
konteks sosial, pengetahuan dan pemahaman tentang materi subjek dan tujuan kurikulum,
serta pemahaman mengajar dengan memperhatikan konten dan keberagaman peserta didik
(Hammond, 2005).
Kompetensi guru yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini ialah
memperhatikan karakteristik dan tingkat perkembangan siswa. Kemampuan
mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran dan hasil-hasil pengembangan materi
ajar secara kreatif dari mata pelajaran yang diampunya, berkaitan dengan kemampuan
menulis. Secara singkat dapat dinyatakan bahwa guru perlu memiliki kemampuan menulis.
Permasalahannya ialah bagaimana LPTK mempersiapkan calon guru agar memiliki
kompetensi menulis atau bagaimana LPTK mempersiapkan calon guru agar menjadi guru
yang baik sekaligus menjadi penulis yang baik. Untuk menentukan apa yang harus diajarkan
pada mahasiswa calon guru, bagaimana cara mengajarkannya, dan keterampilan apa yang
perlu dimiliki calon guru, harus mengacu pada fakta-fakta empiris. Salah satu hal penting dari
pendidikan guru adalah bahwa guru harus dapat membantu semua siswa memenuhi standar
akademik yaitu standar kompetensi lulusan sesuai dengan level dan mata pelajarannya.
Keterampilan menulis mahasiswa calon guru perlu dikembangkan dengan baik untuk
membantu mereka mampu menulis materi ajar dari mata pelajaran yang diampunya,
membantu mereka melaporkan hasil penelitian dan inovasi pembelajaran yang dilakukannya
di sekolah pada kegiatan seminar atau menulis artikel pada jurnal, dan mampu membimbing
para siswanya dalam menulis karya ilmiah remaja. Keterampilan menulis materi ajar fisika
seperti lembar kerja siswa, modul, catatan pengajaran, instruksi praktikum, dan buku
pelajaran sangat penting dikuasai guru. Materi ajar fisika yang ditulis oleh guru untuk para
siswanya diharapkan uraiannya akan kontekstual dan dapat mengakomodasi siswanya yang
sangat beragam.
Pada kenyataannya kondisi yang diharapkan sesuai dengan standar kompetensi guru
belum tercapai. Observasi pada peserta Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
menunjukkan bahwa banyak guru tidak memiliki keterampilan menulis materi ajar yang baik.
Fakta tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap tugas menulis perangkat pembelajaran
yang dibuat peserta PLPG. Keadaan tersebut diperkuat dengan fakta bahwa di Indonesia
sangat jarang sekali ada buku pelajaran fisika untuk sekolah menengah yang penulisnya
adalah seorang guru fisika. Upaya pemerintah untuk mendorong para guru menulis materi
ajar (buku ajar) telah dilakukan melalui program menulis buku ajar (e book) dengan imbalan cukup besar, namun sangat sedikit yang memanfaatkannya. Materi ajar fisika seperti buku
pelajaran dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan di sekolah pada umumnya
merupakan hasil membeli dari penerbit yang menawarkannya. Buku pelajaran fisika bagi
pembacanya memiliki kemampuan yang sama untuk memahami pokok bahasan yang
diuraikan, padahal kenyataannya siswa memiliki kesulitan yang berbeda-beda dalam
mempelajari fisika. Hal itu ditunjukkan oleh penelitian Nguyen dan Meltzer (2003), Flores,et
al (2004), Beichner (1994). Kekurangan lainnya dari buku pelajaran fisika yang ditulis oleh
penulis bukan guru ialah menganggap bahwa lingkungan tempat siswa belajar dan
lingkungan tempat siswa tinggal semuanya sama, sehingga uraian materi pelajarannya tidak
bersifat kontekstual. Khususnya di Indonesia yang wilayahnya berupa ribuan pulau-pulau,
bentang alam yang beragam, suku-suku bangsa yang sangat beragam latar belakang budaya
dan bahasanya, sangat penting sekali buku ajar fisika yang kontekstual. Buku pelajaran fisika
yang ditulis secara kontekstual dan dapat mengakomodasi keragaman siswa, hanya akan
dihasilkan apabila penulisnya adalah guru fisika.
Pengetahuan dan keterampilan menulis pada kurikulum di salah satu LPTK di
Bandung hanya dibekalkan dalam perkuliahan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia dengan
bobot masing-masing 2 sks. Menulis pada deskripsi kedua mata kuliah tersebut hanya satu
subtopik saja dari sejumlah topik yang diajarkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan
pengampu mata kuliah tersebut diperoleh fakta bahwa pengetahuan dan keterampilan menulis
tidak sempat dibekalkan kepada mahasiswa. Perkuliahan Bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia lebih menekankan pada topik lainnya yang dianggap lebih penting. Dengan
demikian dukungan yang disediakan untuk membantu mahasiswa mengembangkan
kemampuan menulis sangat sedikit. Pengetahuan konten fisika yang sesuai dengan yang akan
diajarkan di sekolah menengah dibekalkan pada matakuliah Fisika Sekolah atau Kapita
Selekta. Deskripsi matakuliah Fisika Sekolah III konten fisikanya sama dengan kurikulum
fisika SMA kelas XII, matakuliah Fisika sekolah II konten fisikanya sama dengan kurikulum
fisika SMA kelas XI.
Untuk memperoleh gambaran bagaimana keterampilan menulis para mahasiswa di
LPTK, maka dilakukan studi pendahuluan. Studi dilakukan dengan cara memberikan tugas
menulis pada 32 orang mahasiswa peserta perkuliahan Gelombang Optik dan 24 orang
mahasiswa perkuliahan Listrik Magnet pada semester dua tahun ajaran 2012/2013.
Mahasiswa ditugaskan untuk membuat tulisan suatu sub pokok bahasan fisika sejelas–
jelasnya agar siswa SMA yang akan membacanya mengerti. Hasil analisis terhadap karya
tulis para mahasiswa tersebut menunjukkan bahwa kemampuan merepresentasikan
penggunaan representasi visual masih bersifat asesoris, dan urutan uraiannya masih belum
baik (lihat Tabel 1). Kesimpulannya bahwa mahasiswa LPTK keterampilan menulis materi
ajar yang menjadi bidangnya masih rendah.
Tabel 1. Analsis kemampuan menulis materi ajar mahasiswa LPTK
Mhs Kelas A (%) B(%) C(%) D(%) E(%) F(%) G(%)
Listrik magnet 26 0 11 15 37 16 15
Gelombang 30 0 13 13 22 22 17
Dengan A ialah kebenaran dan kejelasan konsep, B penggunaan multiple dan multi modus
representasi, C keluasan dan kedalaman uraian, D hirarki tulisan, F gagasan utama, dan G
aturan penulisan.
Pelajaran menulis pada perkuliahan bahasa pada umumnya lebih ditekankan pada
bagaimana cara menulis karangan bebas atau essai. Pelajaran menulis tersebut didasarkan
pada general model of the processes involved in writing (Hayes dan Flower, 1980), dan pada theory of writing expertise (Hayes dan Flower. 1986). Model Hayes dan Flower membedakan antara tiga proses dasar menulis: perencanaan (planning); menjabarkan perencanaan menjadi tulisan (translating plans into text); dan penelaahan (reviewing). Perencanaan meliputi
komponen-komponen mengembangkan gagasan (generating ideas), pengorganisasian
(organisation), dan penyusunan tujuan (goal setting). Penelaahan meliputi komponen-komponen membaca dan mengedit. Translating plans into text ialah proses mengkonversi konten konseptual menjadi suatu bentuk linguistik. Pengetahuan dan keterampilan tersebut
pada kenyataannya tidak serta merta dapat diterapkan untuk menulis materi ajar fisika.
Menulis essay dalam matakuliah bahasa berbeda tuntutan dan penekanannya dengan menulis materi ajar fisika atau ilmu pengetahuan alam lainnya.
Mahasiswa hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan menulis pada pelajaran
Bahasa Indonesia di SMA. Strategi penyusunan teks dalam model proses menulis yang telah
diketahui mahasiswa adalah strategi garis besar (outline), yaitu membuat garis besar teks dalam bentuk urutan dari daftar topik dan subtopik. Setelah garis besar dibuat, penulis harus
menggunakannya untuk membimbing penyusunan kalimat yang akan dimasukkan dalam teks
saat menulis teks (Hayes, 2006). Sebuah seri penting dari studi oleh Kellogg (1988, 1990)
memberikan informasi lebih lanjut tentang dampak penyusunan strategi tidak hanya pada
sifat teks yang dihasilkan, tetapi juga pada proses penulisan yang mereka hasilkan. Secara
keseluruhan, studi Glynn et al. (1982) dan Kellogg (1988, 1990) menunjukkan bahwa strategi
outline sebenarnya menguntungkan untuk jenis tugas yang sering harus dilakukan siswa di sekolah. Kellogg (1988) mengemukakan, mungkin bahwa strategi ini efektif untuk beberapa
penulis dan untuk beberapa jenis teks.
Kesenjangan yang terjadi antara kompetensi guru sebagaimana dinyatakan pada standar
kompetensi guru dengan fakta kompetensi guru dilapangan yang berkaitan dengan
pengolahan dan pembuatan materi ajar, perlu segera dicarikan solusinya. Penelitian ini
menjadi sangat penting karena berupaya untuk mencari solusi untuk mengatasi kesenjangan
yang ada.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Pengetahuan dan strategi keterampilan menulis yang sudah dipelajari mahasiswa calon
guru (baik pada mata kuliah bahasa maupun mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA)
tampaknya belum memadai, bila diterapkan untuk menulis materi ajar fisika. Dengan
demikian, mahasiswa calon guru membutuhkan bantuan untuk mengembangkan keterampilan
menulis mereka. Teori dan penelitian tentang Writing in the Discipline (WID), Writing to
Learn (WTL) dan Writing Across Curriculum (WAC) menunjukkan bahwa bantuan tersebut
adalah paling efektif, bila diberikan oleh dosen disiplin ilmu dalam konteks belajar materi
subjek. Permasalahannya ialah program pembelajaran seperti apa yang perlu diberikan untuk
membantu mahasiswa calon guru, agar memiliki keterampilan menulis materi ajar?
Pengalaman dan pengamatan menunjukkan bahwa kesulitan yang paling sering dijumpai
ketika mahasiswa akan membuat tulisan, ialah pada proses mentranslasi dari outline menjadi produksi tulisan. Meskipun mahasiswa mampu membuat rancangan tentang apa yang akan
ditulis dalam bentuk outline, namun belum tentu mereka mampu mentranslasinya menjadi produksi tulisan. Pada model umum proses menulis Flower dan Hayes (1980) kesulitan yang
dialami terletak antara tahap perencanaan dan tahap menjabarkan perencanaan menjadi
tulisan. Apabila mau diterapkan dalam belajar menulis materi ajar fisika atau materi ajar IPA
Pada penelitian ini dicoba dirancang scaffolding antara tahap perencanaan dengan tahap menjabarkan perencanaan menjadi tulisan pada model umum proses menulis dari Hayes dan
Flower (1980), yang diwujudkan dalam bentuk pengembangan program perkuliahan menulis
materi ajar.
Menulis materi ajar fisika berbeda dengan menulis essay dalam pelajaran bahasa. Tulisan materi ajar merupakan representasi konten baik dalam bentuk catatan pengajaran,
modul atau buku teks pelajaran harus dibuat sedemikian rupa, sehingga mudah dipahami oleh
para siswa. Representasi konten yang terdapat dalam buku teks memiliki dampak besar pada
siswa diantaranya: kognisi siswa, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan
mengekspresikan pemahaman kepada orang lain(Bezemer dan Kress, 2008).
Tulisan materi ajar dalam pelajaran sains merupakan salah satu alat komunikasi
antara penulis materi ajar dengan audiensnya. Berkomunikasi dalam sains memerlukan
bahasa khusus dari sains seperti simbol-simbol, komunikasi verbal dan visual. Tulisan materi
ajar fisika yang dihasilkan harus mudah dipahami oleh pembacanya yang dalam hal ini ialah
siswa sekolah menengah, kontekstual, dan dapat mengakomodasi keragaman kesulitan siswa
dalam memahami fisika. Scaffolding yang dirancang dalam penelitian ini bertujuan untuk: 1) meningkatkan kemampuan mahasiswa calon guru dalam menjabarkan perencanaan
(outline) menjadi tulisan; 2) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan merepresentasikan konsep-konsep fisika dengan berbagai modus representasi; dan 3) memperbanyak
kesempatan bagi mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan menulis
materi ajar.
Penelitian dalam WID dan WTL yang telah dilakukan difokuskan pada penggunaan
tugas menulis untuk meningkatkan pemahaman konseptual dari para siswa (Prain, 2006;.
Gunel et al, 2007; Hand, et al, 2009). Pemahaman konseptual pada kurikulum program pre-service guru di Indonesia telah diakomodasi dengan sejumlah mata kuliah bidang studi. Kompetensi yang paling dibutuhkan para calon guru ialah bagaimana menggunakan
pengetahuan konseptual yang telah menjadi long term memorynya, dapat direpresentasikan atau dire-representasikan baik secara lisan maupun tulisan kepada para siswanya kelak.
Untuk menentukan apa yang harus diajarkan pada mahasiswa calon guru, bagaimana
cara mengajarkannya, dan keterampilan apa yang perlu dimiliki calon guru, harus mengacu
representasi dalam pembelajaran sains diantaranya (Hinrichs, 2004 ; Rosengrant, et al, 2004 ;
Finkelstein, et al, 2005; deLeone dan Gire, 2005; Rosengrant, et al,2005; Meltzer, 2005;
Kohl dan Finkelstein, 2005 ; Rosengrant, et al, 2006; Dancy dan Beichner, 2006; Kohl dan
Finkelstein, 2006 ; Kohl, et al. 2007; Kohl, et al. 2008 ; Prain, et al, 2009). Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa penggunaan multi representasi konsep dalam pembelajaran
sains dapat membantu siswa memahami konsep sains secara mendalam, membantu siswa
dalam memecahkan masalah sains, dan membantu siswa untuk mampu mengajukan
permasalahan. Rekomendasi yang diajukannya ialah pentingnya calon guru fisika memiliki
kemampuan mengembangkan materi pembelajaran dengan menggunakan multi representasi.
Fakta empiris lainnya berupa hasil penelitian tentang penggunaan representasi multi
modus yang digabungkan dengan WTL activity pada pembelajaran fisika diantaranya (Hand, et al, 2009; Atila, 2010) dengan fokus untuk meningkatkan pemahaman konseptual dari
konten yang dipelajari. Penggunaan multi modus representasi untuk mengembangkan
pengetahuan proses dan konsep-konsep ilmiah (Waldrip, et al, 2006; Tang dan Tan, 2011; Blown, dan Tom Brice, 2010). Penggunaan multi modus representasi dari konsep- konsep
dalam pembelajaran untuk mengetahui perspektif guru-guru (Gonzales, et al, 2007; Prain
dan Waldrip, 2008). Fakta-fakta empiris tersebut menunjukkan keunggulan multi representasi
dan multi modus representasi apabila dikombinasikan dengan pendekatan WTL. Untuk itu
scaffolding yang dirancang antara tahap perencanaan dan tahap menjabarkan perencanaan menjadi tulisan diantaranya harus memasukkan peta konsep dan representasi konsep.
Peta konsep digunakan sebagai langkah pertama untuk menjabarkan perencanaan
(berupa outline) menjadi tulisan. Tahap mempelajari peta konsep ini untuk melatih agar tulisan tersusun secara berurutan baik secara deduktif atau induktif. Selain itu sebagai refleksi
diri bagi mahasiswa calon guru apakah konsep-konsep yang tercakup pada pokok bahasan
yang mau ditulisnya itu sudah dipahami atau belum.
Tahap representasi meliputi komponen-komponen: jenis-jenis modus representasi,
translasi antar modus representasi, multi representasi, dan representasi multi modus. Tahap
representasi konsep melatih mahasiswa calon guru untuk memikirkan bagaimana
menjelaskan suatu konsep fisika, agar mudah dipahami oleh siswa sekolah menengah dengan
menggabungkan representasi verbal (tulisan) dan representasi visual. Permasalahan
keterampilan calon guru fisika dalam menulis materi ajar di prodi pendidikan fisika? Hal itu
berkaitan dengan fakta bahwa membuka mata kuliah baru tidak dapat dilakukan setiap saat,
sebab akan berdampak pada perubahan kurikulum. Keterampilan menulis materi ajar bagi
calon guru fisika perlu ditambahkan pada salah satu matakuliah di Jurusan Pendidikan Fisika.
Materi ajar fisika yang akan dikembangkan ialah materi ajar fisika untuk pembaca siswa
sekolah menengah, untuk itu sangat tepat apabila strategi pembelajaran untuk meningkatkan
keterampilan menulis materi ajar disisipkan pada matakuliah Fisika Sekolah III.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya, belum pernah dilakukan penelitian
tentang pengembangan model umum proses menulis Hayes dan Flower yang diperuntukkan
meningkatkan keterampilan calon guru fisika dalam menulis materi ajar. Hal ini dikaitkan
juga dengan adanya kesenjangan antara kompetensi guru fisika dengan rendahnya
kompetensi guru dalam menulis materi ajar fisika di lapangan. Masalah penelitian ini ialah “bagaimana mengembangkan program perkuliahan untuk meningkatkan kompetensi calon guru fisika dalam menulis materi ajar dengan menggunakan multi modus representasi?”.
Rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1) Bagaimanakah karakteristik program perkuliahan Fisika Sekolah III, yang mampu
membantu calon guru meningkatkan keterampilan menulis materi ajar fisika, dengan
menggunakan multi modus representasi?
2) Bagaimanakah keefektifan program perkuliahan yang dikembangkan dalam
meningkatkan pemahaman konseptual, kemampuan membuat translasi antar modus
representasi, kemampuan membuat multi representasi, membantu meningkatkan self
regulated dan keterampilan menulis materi ajar fisika dari para mahasiswa calon
guru?
3) Bagaimanakah perspektif calon guru fisika terhadap penggunaan multi modus
4) Bagaimanakah persepsi mahasiswa calon guru fisika terhadap program perkuliahan
yang dikembangkan dengan menggunakan representasi multi modus untuk
meningkatkan kompetensi menulis materi ajar?
D. Definisi Operasional
1) Karakteristik program perkuliahan ialah ciri khas perencanaan dan implementasi suatu
program perkuliahan yang membedakannya dari perencanaan dan implementasi
program perkuliahan lainnya namun dengan tujuan yang sama yaitu meningkatkan
kemampuan menulis materi ajar. Secara operasional diukur dengan cara
membandingkan tahapan-tahapan pelaksanaan program, konten, serta proses
pembelajarannya.
2) Keefetifan program pembelajaran ialah sejauh mana program pembelajaran itu dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Secara operasioanal efektivitas
program ditentukan dengan mengukur efektivitas rencana program dan efektivitas
implementasinya. Efektivitas rencana program diukur dengan dengan menggunakan
instrumen four level rating scale dan diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria RISE Evaluation & Development System, Evaluator and Teacher Handbook version 1.0. Efektivitas implementasi program ditentukan dengan mengukur ukuran dampak (effect size). Harga koefisien ukuran dampak selanjutnya diinterpretasikan dengan kriteria Cohen.
3) Kualitas materi ajar fisika ditentukan oleh kebenaran konsep yang ditulis dan
kemudahan tulisan itu dipahami oleh pembaca yang sesuai dengan peruntukkannya,
Materi ajar fisika SMA kelas XII dibatasi pada pokok pokok bahasan untuk semester
satu yang meliputi pokok bahasan kelistrikan dan kemagnetan serta pokok bahasan
gelombang optik. Bentuk materi ajarnya yaitu berupa penjelasan tertulis suatu sub
pokok bahasan. Secara operasional akan diukur dengan menggunakan rubrik penilaian
kualitas materi ajar. Rubrik ini merupakan adaptasi dari rubric for writing evaluation yang dibuat oleh Hand dan kawan kawan.
menulis materi ajar fisika setelah mereka mempelajarinya dalam perkuliahan fisika
sekolah III. Secara operasional akan diukur dengan cara wawancara semi struktur.
5) Persepsi mahasiswa ialah tanggapan mahasiswa calon guru fisika terhadap
implementasi program pembelajaran fisika sekolah III untuk meningkatkan kompetensi
menulis materi ajar dengan menggunakan multi modus representasi. Secara
operasional akan diukur dengan menggunakan angket serta wawancara semi structure. E.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini ialah menghasilkan program perkuliahan yang memiliki
karakteristik mampu meningkatkan keterampilan calon guru fisika dalam menulis materi
ajar secara efektif. Rancangan program ini dalam implementasinya dapat disisipkan ke dalam
berbagai mata kuliah bidang studi. Dengan demikian akan memperluas kesempatan
mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan menulis materi ajar. Implementasi program
perkuliahan ini dalam prosesnya mampu membantu mahasiswa meningkatkan self-regulated serta menumbuhkan perspektif menjadi penulis materi ajar yang baik.
F. Signifikansi dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini sangat penting dilakukan untuk menjembatani kesenjangan antara
rendahnya keterampilan guru fisika sekolah menengah dalam menulis materi ajar dengan
kebutuhan buku pelajaran fisika yang kontekstual dan dapat dipahami oleh siswa yang latar
belakangnya beragam. Penggunaan modus representasi, multi representasi, dan multi modus
representasi sebagai tahapan scaffolding untuk meningkatkan kemampuan calon guru dalam menulis materi ajar juga belum pernah dilaporkan baik pada jurnal maupun prosiding. Hal
itulah yang menjadikan originalitas penelitian ini.
Keberhasilan dalam pengembangan program perkuliahan yang dirancang untuk
membantu meningkatkan keterampilan calon guru dalam menulis materi ajar baik secara
praktis maupun teoritis:
1) Manfaat praktisnya ialah melengkapi kompetensi yang dibekalkan kepada calon guru
fisika yaitu keterampilan menulis materi ajar. Keterampilan menulis materi ajar secara
formal dapat dimasukan kedalam struktur kurikulum Jurusan Pendidikan Fisika. Cara
kurikulum atau menyisipkan program perkulihan ini kedalam berbagai mata kuliah
bidang studi.
2) Manfaat teoritik ialah mengembangkan program perkuliahan menulis materi ajar bagi
calon guru melalui pendekatan learning to write. Sintak model pembelajaran ini berupa representasi konsep (multi representasi dan multi modus representasi).
Program perkuliahan ini memiliki potensi untuk meningkatkan pemahaman
konseptual fisika secara mendalam selain meningkatkan keterampilan menulis materi