• Tidak ada hasil yang ditemukan

d adpen 0706006 chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "d adpen 0706006 chapter1"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tidak dipungkiri, bahwa tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia suatu bangsa sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kualitas pendidikan yang dimilikinya. Begitu juga sebaliknya, tinggi rendahnya kualitas pendidikan sangat bergantung pada sumber daya manusia yang berkecimpung dalam dunia pendidikan bangsa itu. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan demikian tanggung jawab dari institusi pendidikan adalah membangun sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang memiliki kemampuan untuk bisa eksis dalam kehidupan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan sebagai berikut.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Bahkan UNECO mencanangkan empat pilar pendidikan pada abad ke-21 yang perlu diterapkan konsepnya dalam pendidikan nasional, yaitu 1) learning to know, atau belajar untuk mengetahui, 2) learning to do, yaitu belajar untuk

(2)

Keempat pilar pendidikan tersebut, Indra Djati Sidi, (2003: 26) menegaskan,

Dari keempat pilar tersebut diperoleh kata kunci berupa’learning how to learn’, sehingga pendidikan tidak hanya berorientasi pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif saja, melainkan juga berorientasi pada bagaimana seorang anak didik bisa belajar dari lingkungan, dari pengalaman dan kehebatan orang lain, dari kekayaan dan luasnya hamparan alam, sehingga mereka bisa mengembangkan sikap-sikap kreatif dan daya berpikir imajinatif.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, jelas memerlukan wahana untuk melaksanakan pendidikan. Salah satu wahana untuk melaksanakan kegiatan pendidikan formal adalah sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat sebagai berikut. Sekolah sebagai institusi (lembaga) pendidikan, merupakan wadah tempat proses pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. Dalam kegiatannya sekolah adalah tempat yang bukan hanya sekedar berkumpul guru dan murid, melainkan berada dalam satu tatanan sistem yang rumit dan saling berkaitan, oleh sebab itu sekolah dipandang sebagai suatu organisasi didesain untuk dapat berkontribusi terhadap upaya peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat suatu bangsa (Fatah, 2000: 1-2)

Pendapat tersebut dipertegas dengan pendapat, “Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat kepala sekolah, guru-guru, pegawai tata usaha, dsb., dan murid-murid, yang memerlukan adanya organisasi yang baik agar jalannya lancar menuju tujuannya (Purwanto, Ngalim, 2000:160).

(3)

Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia guna penyediaan sumber daya manusia yang handal telah, sedang, dan harus terus dilakukan. Berbagai inovasi dan pengembangan program pendidikan telah dilaksanakan, di antaranya penyusunan kebijakan-kebijakan pemerintah dan implementasinya tentang pendidikan dan unsur-unsur yang terkaitnya.

Kebijakan-kebijakan tersebut diantaranya; Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Permen Diknas RI Nomor 11 tahun 2005 tentang Buku Teks Pelajaran, Permen Diknas RI Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Permen Diknas RI Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan, Permen Diknas RI Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permen Diknas No 22 dan 23 tahun 2006, Permen Diknas RI Nomor 13 tentang Standar Kepala Sekolah/ Madrasah, dan Permen Diknas RI Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, serta Undang-undang Dasar RI Tahun 1945 Pasal 31 ayat (4), yang berbunyi “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”.

(4)

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan. Dalam keseluruhan kegiatan di sekolah, guru memegang posisi paling strategis yang langsung bersentuhan dengan peserta didik. Hal ini senada dengan pendapat UNESCO yang dikutip Tilaar (2002: 312) dinyatakan sebagai berikut.

Improving in quality of educational depends on first improving the recruitment, training, social status, and conditions of work of teacher; they need the appropriate knowledge and skills, personal characteristics, professional prospect and motivation if they are to meet the expectation placed upon them.

Adapun kualitas guru yang diharapkan dapat mencetak sumber daya manusia Indonesia tersebut adalah memenuhi kriteria yang distandarkan dalam Permen Diknas Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, guru setidaknya harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Untuk mencapai standar tersebut di atas, kinerja mengajar guru dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru antara lain lingkungan, prilaku manajemen, desain jabatan, penilaian kinerja, umpan balik, dan motivasi.

Pendapat tersebut dikuatkan dengan pendapat Mangkunegara (2001 : 67-68) sebagai berikut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang ialah :

(1) Faktor kemampuan, secara umum kemampuan ini terbagi menjadi dua yaitu kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge dan skill).

(2) Faktor motivasi, motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja.

(5)

timbul akibat dari keinginan diri sendiri untuk mencari, menemukan, dan menjalankan pekerjaan. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang diberikan oleh orang lain, terutama atasan yang bersangkutan.

Motivasi ekstrinsik dapat memiliki pengaruh kuat dan cepat, akan tetapi tidak akan berlangsung lama. Sebaliknya, motivasi intrinsik, sangat memperdulikan mutu kerja akan memiliki pengaruh yang lama dan mendalam karena ia berasal dari dalam diri setiap individu dan tidak dipaksakan dari pihak luar (Soetisna, 2002: 124).

Yang termasuk motivasi ekstrinsik diantaranya adalah penilaian kinerja dari atasan. Hal ini diperkuat dengan pendapat, “Karena egonya, manusia selalu mendambakan keadilan dalam pemberian hadiah maupun hukuman terhadap setiap perilaku yang relatif sama. Bagaimana perilaku bawahan dinilai atasan, akan mempengaruhi semangat kerja mereka” (Hasibuan, 2003: 167).

Hal ini sesuai dengan pendapat Poster (2000: 231), “Ketika kinerja guru dinilai dengan gagasan memperbaiki prakteknya, pelaksanaannya sama dengan pelatihan. Guru adalah seorang partner yang ikhlas yang akan diuntungkan dari latihan tersebut”. Jadi dapat disimpulkan bahwa apabila dilaksanakan sistem penilaian yang baik terhadap guru, maka baik langsung ataupun tidak langsung akan meningkatkan kinerja mengajar guru tersebut.

(6)

pelaksanaan aktivitas belajar-mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan di sekolah”. Menurut Aan Komariah dan Cepi Triana, (2005: 81), “Kepemimpinan memiliki kedudukan yang menentukan dalam organisasi”. Lebih lanjut beliau mengatakan, “Pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya secara efektif dapat menggerakkan personel ke arah tujuan yang dicita-citakan, tetapi ....” (Komariah dan Triana, 2005: 81). Dari pendapat tersebut dinyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dapat mempengaruhi kinerja guru sebagai bawahannya.

Oleh sebab itu seorang kepala sekolah harus memenuhi kriteria Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, baik standar kualifikasi ataupun standar kompetensi bagi kepala sekolah/madrasah. Adapun standar kompetensi kepala sekolah yang harus dimiliki seorang kepala sekolah/madrasah adalah kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial.

Namun secara kenyataan di lapangan kualitas pendidikan kita belum meningkat secara signifikan. Terdapat berbagai indikator yang menunjukkan hal tersebut, diantaranya, kita masih melihat antrian panjang warga negara Indonesia melamar pekerjaan, masih ada keluhan dari beberapa perusahaan yang menyatakan bahwa lulusan suatu sekolah belum bisa memenuhi standar kerja di perusahaan, lulusan sekolah belum mampu bersaing di dunia kerja, dan masih terdapat lulusan sebuah sekolah belum bisa survive di masyarakat.

(7)

program IPS, Madrasah Aliyah Negeri menempati ranking 11 dari 36 sekolah. Sedangkan pada level Provinsi Jawa Barat, Madrasah Aliyah Negeri berada pada posisi 33 antar sekolah dan Madrasah Aliyah. Indikator tersebut membuktikan bahwa Madrasah Aliyah selalu berada di bawah bayang-bayang SMA dalam hal prestasi akademik, walaupun hasil Ujian Nasional bukan satu-satunya tolok ukur keberhasilan pendidikan di sekolah. Bukti lain yang otentik, di Perguruan Tinggi Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta berkualitas, perbandingan mahasiswa yang berlatar pendidikan Madrasah Aliyah dengan SMA sangat timpang, sangat sedikit mahasiswa yang berasal dari Madrasah Aliyah.

Indikator yang tidak kalah penting adalah kepercayaan publik di Kabupaten Sumedang terhadap Madrasah Aliyah dirasakan sangat kurang. Hal ini terbukti dari jumlah siswa yang Madrasah Aliyah jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan siswa SMA. Hal ini membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat kabupaten Sumedang untuk menyekolahkan anaknya ke madrasah aliyah sangat kurang. Namun dari segi akhlak dan moral, Madrasah Aliyah bisa membusungkan dada, dalam kenyataan di lapangan sangat jarang terjadi tawuran pelajar yang dilakukan oleh siswa Madrasah Aliyah.

(8)

kecakapan dan keterampilan, serta akhlak peserta didik, sehingga mereka bisa survive dalam kehidupan di lingkungannya.

Sebelumnya telah diulas, bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang paling dominan dalam pendidikan adalah guru. Guru merupakan pilar utama pendidikan di sekolah. Guru mengemban tugas yang berat, harus mampu dan sanggup menerima tanggung jawab dan kepercayaan yang begitu besar dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas. Sebagai konsekuensinya, guru harus mewujudkan kinerja yang hasilnya bisa diterima oleh masyarakat dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral.

(9)

guru mengalokasikan waktu mengajarnya sesuai dengan alokasi waktu-waktu dalam perencanaan satuan pelajaran.

Berangkat dari latar belakang masalah tersebut di atas, untuk membuktikan bahwa peningkatan kinerja mengajar guru dapat dipengaruhi dengan sistem penilaian kinerja guru dan kompetensi manajerial kepala sekolah, maka penulis berinisiatif untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul Kontribusi Sistem Penilaian Kinerja Guru dan Kompetensi Manajerial Kepala

Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru Madrasah Aliyah di Kabupaten

Sumedang.

1.2 Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, penulis dapat mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kinerja mengajar guru Madrasah Aliyah di Kabupaten Sumedang. Banyak faktor yang mungkin mempengaruhi kinerja mengajar guru Madrasah Aliyah dalam melaksanakan tugas mulianya meningkatkan kualitas pendidikan anak bangsa. Faktor-faktor tersebut teridentifikasi sebagai berikut.

1) Sistem penilaian kinerja guru berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru Madarasah Aliyah, sehingga diperlukan sistem penilaian kinerja baik.

2) Kompetensi manajerial kepala sekolah yang kuat berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru Madrasah Aliyah, sehingga kepala sekolah harus meningkatkan kinerja kepemimpinannya.

(10)

4) Upah atau gaji berpengaruhi terhadap kinerja mengajar guru Madrasah Aliyah.

5) Sarana prasarana dapat mempengaruhi dengan kinerja guru Madrasah Aliyah, oleh sebab itu perlu adanya administrasi sarana prasarana yang baik.

6) Tingkat pendidikan guru Madrasah Aliyah berpengaruh terhadap kinerja mengajarnya, oleh sebab itu perlu ada program peningkatan kualitas personil dengan cara memberi kesempatan untuk melanjutksn studi atau megikuti pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan pekerjaannya.

7) Disiplin kerja guru Madrasah Aliyah mempengaruhi kinerja mengajarnya, sehingga perlu adaya motivator untuk meningkatkan kedisiplinan mereka. 8) Lingkungan madrasah berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru Madrasah

Aliyah, oleh sebab itu perlu diciptakan lingkungan madrasah yang kondusif. Masalah-masalah di atas baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas kinerja guru Madrasah Aliyah yang pada gilirannya akan mempengaruhi hasil dari kinerja guru tersebut.

1.3 Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, penulis merumuskan masalah penelitian ini adalah, “Apakah terdapat pengaruh antara penilaian kinerja guru dan kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru?” Rumusan tersebut diuraikan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.

(11)

2) Bagaimana profil kompetensi manajerial kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Sumedang?

3) Bagaimanakah profil kinerja mengajar guru Madrasah Aliyah di Kabupaten Sumedang?

4) Apakah ada korelasi yang positif antara sistem penilaian kinerja guru, kompetensi manajerial kepala sekolah, dan kinerja mengajar guru?

5) Apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara sistem penilaian kinerja mengaja guru terhadap kinerja mengajar guru?

6) Apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru?

7) Bagaimana kontribusi sistem penilaian kinerja guru dan kompetensi manajerial kepala sekolah secara bersamaan terhadap kinerja mengajar guru?

1.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1.4.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Variabel bebas (independent variable): sistem penilaian kinerja (Performance Appraisal) dan kompetensi manajerial kepala sekolah. Variabel sistem

(12)

subvariabel-subvariabel: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling).

2) Variabel terikat (dependent variable) : kinerja mengajar guru Madrasah Aliyah di Kabupaten Sumedang. Variabel kinerja mengajar guru dijabarkan lagi menjadi subvariabel-subvariabel: perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, refleksi pembelajaran, kompetensi profesional.

1.4.2 Definisi Operasional 1) Sistem

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem diartikan, “Sekelompok bagian-bagian (alat dsb.) yang bekerja sama-sama untuk melakukan suatu maksud” (Poerwadarminta, 1989: 955). Sedangkan menurut Ryans (Fattah, 2000: 6), sistem didefinisikan sebagai “Any identifiable assemblage of element (object, person, activities, information record, etc.) which are interrelated by process or

structure and which are presume to function as an organizational entity

generating an observable (or sometimes merely inferable) product.

Sedangkan pendapat Salisbury (1996) dalam (Syafaruddin, 2008: 17), “A system is a group of components working together as functional unit”. “Sistem

(13)

Berdasarkan batasan-batasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan keseluruhan komponen yang saling terkait satu sama lain, yang bertujuan membuahkan hasil yang nyata. Dengan kata lain, sistem sistem merupakan suatu keterpaduan atau kebulatan yang kompleks atau kombinasi dari berbagai bagian bersifat kompleks.

2) Penilaian Kinerja

“Performance appraisal may be defined as process of arriving at judgment individual’s past or present performance against the background of

his/her work environment and about his/her future potential for an organization”

(Castetter, 1996: 270). Sementara Soetisna, (2002: 226) mengatakan, “Peninjauan dan penilaian kinerja merupakan penilaian formal dan sistematis tentang bagaimana pegawai menjalankan pekerjaannya berkaitan dengan standar yang telah ditentukan dan menyampaikan hasil penilaian tersebut kepada pegawai”.

Penilaian kinerja adalah suatu proses yang dilakukan manajemen/ penyelia penilai untuk menilai kinerja tenaga kerja dengan cara membandingkan kinerja atas kinerja dengan uraian/deskripsi pekerjaan dalam suatu periode tertentu.

3) Sistem Penilaian Kinerja

(14)

4) Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi, kompetensi manajerial adalah kemampuan kepala sekolah sebagai manajer. Kemampuan tersebut adalah kemampuan kepala sekolah untuk melakukan proses yang mencakup bagaimana cara mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai sumber untuk mencapai tujuan sekolah, dalam hal ini produktifitas dan kepuasan, dengan melibatkan orang, teknik, dan struktur yang telah dirangcang dalam perencanaan.

Kegiatan manajerial meliputi berbagai aspek kegiatan. Menurut Nanang Fattah, “Aspek utama yang esensial dalam manajerial adalah perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading), dan

pengawasan (controlling), (Fattah, 2000: 12).

Berkaitan dengan upaya kepala sekolah dalam mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Perilaku kepala sekolah/madrasah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Perilaku instrumental merupakan tugas-tugas yang diorientasikan dan secara langsung diklarifikasi dalam peranan dan tugas-tugas para guru, sebagai individu dan sebagai kelompok. Perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerja sama dalam kelompok dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah/madrasah.

(15)

itu, kepala sekolah dituntut untuk senantiasa meningkatkan efektivitas kinerja, sehingga pendidikan dapat memberikan hasil yang memuaskan.

Kinerja kepemimpinan kepala sekolah adalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan itu, kepemimpinan kepala sekolah yang efektif harus mampu memainkan perannya sebagai kepala sekolah. Peran tersebut didukung dengan kompetensi kepala sekolah. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah harus memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial.

5) Kinerja Mengajar Guru

“Kinerja atau performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja, atau unjuk kerja” (Mulyarsa 2003: 136). Sedangkan pendapat Michel 1978 (dalam Mulyarsa, 2003 : 138), ‘Kinerja meliputi beberapa aspek, yaitu: quality of work, promptness, initiative, capability, and comunication’. Pendapat lain menyatakan bahwa, “Kinerja adalah

perbuatan dan prestasi serta keterampilan yang ditunjukkan oleh seseorang di dalam melakukan perbuatan atau pekerjaan” (Soeprihanto, 1998:7). Mulyarsa (2003: 136) mengatakan, “Kinerja atau performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja, atau unjuk kerja”

(16)

dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan organisasi, meliputi adanya sasaran/target, kuantitas, kualitas, efektifitas dan efisiensi.

Sedangkan Rahman Abror (1993: 141) mengemukakan pendapatnya lebih spesifik lagi menukik pada kinerja mengajar guru, yakni sebagai berikut.

Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi: (1) menguasai bahan yang diajarkan, (2) mengelola program pembelajaran, (3) mengelola kelas, (4) menggunakan sumber dan media, (5) menguasai landasan kependidikan, (6) mengelola interaksi pembelajaran, (7) menilai prestasi siswa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kinerja mengajar guru adalah pelaksanaan atau unjuk kerja yang dilakukan guru di sekolah, mulai dari penguasaan bahan ajar, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran, refleksi pembelajaran, dan kompetensi profesional guru.

1.5 Tujuan Penelitian

Setiap gerak langkah manusia dalam keadaan sadar sudah pasti memiliki tujuan yang pasti dan direncanakan. Karena dengan niat atau tujuan yang jelas dan terarah akan mendapatkan hasil yang tepat. Hal ini senada dengan pendapat sebagai berikut, “Tujuan penelitian pada dasarnya merupakan titik anjak dan titik tuju yang akan dicapai seseorang melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Itu sebabnya setiap kegiatan penelitian harus mempunyai rumusan yang jelas, terperinci, dan operasional” (Ali M., 1982:8).

(17)

1.5.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui dan membuktikan kontribusi dari sistem penilaian kinerja guru dan kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru Madrasah Aliyah di Kabupaten Sumedang.

1.5.2 Tujuan Khusus

Adapun penelitian secara khusus adalah sebagai berikut.

1) Mengetahui profil sistem penilaian kinerja guru Madrasah Aliyah di Kabupaten Sumedang.

2) Mengetahui profil kompetensi manajerial kepala sekolah Madrasah Aliyah di Kabupaten Sumedang.

3) Mengetahui profil kinerja mengajar guru Madrasah Aliyah di Kabupaten Sumedang.

4) Menganalisis korelasi antara sistem penilaian kinerja, kompetensi manajerial kepala sekolah, dan kinerja mengajar guru.

5) Menganalis kontribusi dari sistem penilaian kinerja guru terhadap kinerja mengajar guru.

6) Menganalisis kontribusi dari kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru.

(18)

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis ataupun secara praktis untuk mendongkrak kualitas pendidikan di tanah air umumnya, dan khususnya peningkatan kualitas pendidikan di Madrasah Aliyah yang ada di Kabupaten Sumedang. Secara teoretis, penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu manajemen pendidikan khususnya dalam pengembangan pegawai. Temuan penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam pendidikan yang terkait dengan peningkatan kinerja mengajar guru, peran dan fungsi penilaian kinerja, dan peran dan fungsi kepala sekolah.

Adapun manfaat yang diperkirakan diperoleh dari penelitian ini secara praktis di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Bagi penulis, menambah wawasan dalam bidang penelitian sehingga mengetahui dengan pasti pengaruh sistem penilaian kinerja guru dan kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru madrasah sebagai bekal peningkatan profesionalisme pada masa yang akan datang.

2) Bagi kepala madrasah atau kepala sekolah, bisa mengambil manfaat dari hasil penelitian ini, dan mereka bisa mendesain penilaian kinerja bagi guru-guru di sekolahnya dalam rangka memotivasi dan meningkatkan kinerja guru, yang pada gilirannya mampu mendongkrak kualitas pendidikan.

(19)

4) Bagi para peneliti, sebagai masukan untuk dapat melakukan penelitian lebih akurat dengan populasi dan sampel yang berbeda, sehingga bisa menguatkan simpulan

1.7 Anggapan Dasar dan Hipotesis 1.7.1 Anggapan Dasar

“Anggapan dasar, asumsi, atau postulat menjadi tumpuan segala pandangan dan kegiatan terhadap masalah yang dihadapi. Postulat ini menjadi titik pangkal, titik mana tidak lagi menjadi keraguan penyidik” (Surakhmad, 1989: 38). Pendapat yang mendukung hal tersebut adalah, “Fungsi asumsi adalah sebagai titik awal dimulainya penelitian, dan merupakan landasan untuk perumusan hipotesis” (UPI, 2008: 51). Berdasarkan kutipan di atas, penulis merumuskan anggapan dasar untuk penelitian ini sebagai berikut.

(20)

karyawan” (Simamora, 2001 : 415). Berdasarkan kutipan di atas, penulis berpendapat bahwa penilaian kinerja bukan hanya sekedar untuk menilai atau membandingkan kinerja karyawan dengan standar kinerja yang telah ditetapkan, namun dalam hal ini, penilaian kinerja juga mampu menjadi dorongan karyawan untuk melakukan kinerja yang lebih baik. Hal ini senada dengan pendapat Nurmianto dan Wijaya, bahwa salah satu manfaat dari penilaian kinerja adalah sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja pegawai sehingga dapat dicapai kinerja yang baik dalam rangka pencapaian tujuan unit kerja dan organisasi.

2. Syafri Mangkuprawira dan Aida berpendapat sebagai berikut.

Kepemimpinan adalah unsur yang fundamental dalam menghadapi gaya dan perilaku seseorang. Hal ini merupakan potensi untuk mampu membuat orang lain (yang dipimpin) mengikuti apa yang dikehendaki pemimpinan menjadi realita. Ia melibatkan unsur emosi yang pada kenyataannya dapat selalu mengalami ubahan (Mangkuprawira, 2007: 137).

Hal ini diperkuat Koontz, “Kepemimpinan adalah sebagai pengaruh, seni atau proses mepengaruhi orang-orang sehingga mereka mau berjuang bekerja secara sukarela dan penuh antusias ke arah ketercapaian tujuan kelompok” (Burhanuddin, 1984: 62). Lebih lanjut, Siagian (2002: 62), mengemukakan bahwa “Kepemimpinan memainkan peranan yang dominan, krusial, dan kritikal dalam keseluruhan upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja, baik pada tingkat individual, pada tingkat kelompok, dan pada tingkat organisasi”.

(21)

pengawasan” (Fattah, 2000: 13).

3. Kinerja mengajar guru merupakan faktor penentu kinerja sekolah. Kinerja mengajar guru sebagai aktualisasi kompetensi profesionalnya dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal ataupun faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dirinya sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar. Dalam hal ini faktor-faktor eksternal antara lain budaya organisasi, gaya dan profesional kepemimpinan kepala sekolah, imbalan (reward), hukuman (punishment), sistem penilaian kinerja, upah, dan faktor-faktor lain.

Berdasarkan asumsi di atas, penulis mempunyai paradigma bahwa kompetensi manajerial kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah, dengan kepemimpinannya dan penilaian kinerja guru mampu mempengaruhi kinerja mengajar guru untuk mencapai tujuan sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah.

Kerangka berpikir penulis dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

X1

(Sistem Penilaian Kinerja Guru)

Y

(Kinerja Mengajar Guru Madrasah Aliayah) X2

(22)

1.7.2 Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan yang diturunkan dari anggapan dasar sebagai konsekuensi dari kebenaran yang dinyatakan pada anggapan dasar.

Berdasar pada batasan di atas, penulis menetapkan hipotesis untuk penelitian ini sebagai berikut.

1) Terdapat korelasi positif antara sistem penilaian kinerja guru, kompetensi manajerial kepala sekolah, dan kinerja mengajar guru.

2) Terdapat kontribusi yang signifikan dari sistem penilaian kinerja guru terhadap kinerja mengajar guru.

3) Terdapat kontribusi yang signifikan dari kontribusi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru.

4) Terdapat kontribusi yang signifikan dari sistem penilaian kinerja guru dan kompetensi manajerial kepala sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru.

1.8 Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan profil variabel-variabel penelitian, mencari hubungan antarvariabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas yang tinggi.

(23)

Sehingga data yang diperoleh dan diolah adalah data-data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka atau data kualitatif yang diangkakan.

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan sebagai bahan kajian, penulis mengunakan teknik angket (kuisioner), kajian pustaka, dan studi dokumentasi.

1.9 Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Madrasah Aliyah yang berada di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, yang terdiri dari Madrasah Aliyah Negeri dan Madrasah Aliyah Swasta.

Data penelitian ini merupakan nilai persepsi guru, oleh sebab itu sampel penelitian ini adalah semua guru Madrasah Aliyah Negeri yang ada di Kabupaten Sumedang, yakni MAN 1 dan MAN 2 Sumedang, dan semua guru dari beberapa Madrasah Aliyah Swasta di Kabupaten Sumedang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan area sampling dan purposive sampling. Area sampling digunakan untuk menentukan Madrasah Aliyah yang dijadikan lokasi

Referensi

Dokumen terkait

Misi dan orientasi Kurikulum 2013 ini telah dirumuskan dalam silabus Kurikulum 2013 untuk SMA (lihat silabus Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran Sosiologi). Dalam praktek,

Salah satu cacing yang dapat menyerang kuda adalah cacing Nematoda Cacing nematoda yang biasa teridentifikasi pada saluran pencernaan kuda antara lain: cacing

Bahwa untuk kelancaran penyelesaian perkara gugatan dan permohonan yang diajukan ke Pengadilan Negeri Dompu, danpenyelesaian perkara yang diajukan banding, kasasi,

Teks kutipan langsung yang kurang dari 40 kata ditulis diantara tanda kutip (“……”) sebagai bagian yang terpadu dalam teks utama, dimana nama pengarang, tahun terbit buku, dan

Beban Vertikal Beban Mati ( Dead Load ) Beban Hidup ( Live Load ) Beban Horizontal Beban Gelombang pada Tiang pada Tepi Dermaga Beban Arus Drag Force Lift Force Beban Gempa

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan nyata luas daun pada spesies rumput dan diperoleh interaksi perlakuan naungan dengan spesies terhadap total luas daun.. notatum

Dari kesimpulan yang dapat dilihat bahwa hengkangnya partai-partai didalam Koalisi Merah Putih dan nasib dari koalisi ini yang tidak jelas pasca pilpres menunjukkan