• Tidak ada hasil yang ditemukan

T POR 1201666 Chapter (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T POR 1201666 Chapter (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap

orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

seseorang dengan lingkunganya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja

dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah

adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh

terjadhinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya.

Apabila proses belajar itu diselenggarakan secara formal di sekolah-sekolah

tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara

terencana, baik dari aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Interaksi

yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkunganya, yang

antara lain terdiri atas murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan

atau materi pelajaran berupa buku, modul, selebaran, rekaman video dan alat

bantu lainya.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong

upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses

belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat

disediakan oleh sekolah dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut

sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangya dapat

menggunakan alat yang murah, praktis dan efisen meskipun sangat sederhana

tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yag

diharapkan. Di samping dapat menggunakan alat bantu yang tersedia, guru juga

dituntut dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang

akan digunakanya apabila media tersebut belum tersedia. Maka dari itu guru harus

memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang media pembelajaran yang menurut

Hamalik (1995, hlm. 6) meliputi :

a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih menggefektifkan proses belajar

mengajar

(2)

c. Seluk beluk proses belajar mengajar

d. Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan

e. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran

f. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan

g. Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan

h. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran

i. Usaha inovasi dalam media pendidikan

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya

tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada

khususnya yang akan tercapai dengan baik apabila disertai dengan kesiapan guru

yang kompeten dalam kegiatan pembelajaran serta memahami fungsi media.

Kesiapan guru pendidikan jasmani dalam penguasaan bidang keilmuan yang

menjadi kewenangannya, merupakan modal dasar bagi terlaksananya

pembelajaran yang efektif. Guru yang kompeten dituntut untuk memiliki

persiapan dan penguasaan yang cukup memadai, baik dalam bidang keilmuan

maupun dalam merancang program pembelajaran yang disajikan. Selain itu,

pelaksanaan pembelajaran menggambarkan dinamika kegiatan belajar siswa yang

dibuat dinamis oleh guru. Untuk itu, guru semestinya memiliki pengetahuan,

kemampuan, dan keterampilan dalam mengaplikasikan metodologi dan

pendekatan pembelajaran secara tepat. Kompetensi profesional dari guru perlu

dikombinasikan dengan kemampuan dalam memahami dinamika perilaku dan

perkembangan yang dijalani oleh para siswa dalam proses belajar mengajar untuk

memahami sikap, gerak dasar salah satu keterampilan olahraga.

Hasil belajar keterampilan gerak dalam proses pembelajaran pendidikan

jasmani salah satunya adalah keterampilan gerak dasar renang. Alasan mengapa

cabang renang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani karena

renang memiliki banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya dapat membantu

pertumbuhan dan perkembangan tubuh, bersosialisasi dan berinteraksi dengan

orang lain, menambah kepercayaan pada diri sendiri dan dapat digunakan sebagai

kegiatan rekreatif karena pengaruh dingin dapat menyegarkan tubuh dan perasaan.

Model pengembangan gerak dasar renang di sekolah dasar harus disesuaikan

(3)

sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan. Banyak berita-berita di

media cetak maupun elektronik mengulas tentang kerugian ketika anak tidak bisa

berenang, selain berdampak pada kesehatan berdampak pula pada keselamatan

jiwa, data yang dikeluarkan oleh Burns (2013, hlm. 1) mengemukakan bahwa :

Half of 7 to 11-year-olds in England, some 1.1 million children, cannot swim the length of a standard pool, research suggests. Only 2% of schools surveyed delivered the government's recommended 22 hours a year of swimming lessons. The report says Ofsted should focus PE inspections on swimming as "it is the only sport that can save lives". Some 407 people died from drowning in 2011, according to the most recent figures from the National Water Safety

meninggal antara tujuh sampai sebelas tahun, ini karena kurangya kelas berenang

pada usia sekolah dasar. Dikhawitirkan juga di indonesia hal ini bisa saja terjadi

apabila aktivitas renang memang kurang dalam pelajaran pendidikan jasmani

karena faktor alokasi waktu yang disediakan sekolah kurang. Maka masalah ini

harus segera ditangani dengan cara menambah aktifitas akuatik anak pada

perkumpulan renang untuk menjadi anggota.

Dalam cabang renang terdapat beberapa gaya yang digunakan, salah satunya

adalah gaya dada. Ditinjau dari gerakannya renang gaya dada mempunyai banyak

keunggulan dari gaya renang yang lain, diantaranya dari gerakan yang alami

sehingga dengan mudah orang mempelajarinya, bernapasnya tidak sulit sehingga

tidak merepotkan untuk jarak renang yang jauh. Dalam jurnal olahraga Supriyanto

(2011, hlm. 2):

(4)

Renang gaya dada merupakan gaya berenang yang mudah dipelajari, ini

berdasarkan pengalaman penulis ketika mengajar anak-anak usia sekolah dasar

pada klub Mandala Ganesha Bandung, memang betul ketika seorang anak ditanya

gaya renang apa yang paling disenangi dan mudah mereka menjawab gaya dada

atau gaya katak. Sesuai dengan pendapat Thomas (2006, hlm 141): bahwa: “Gaya

dada memiliki batasan dan peraturan yang lebih lengkap dan didefinisikan lebih

rinci dari pada gaya-gaya yang lain dalam buku peraturan, namun gaya dada

adalah gaya yang mudah dan nyaman untuk dilakukan”. Pendapat Thomas ini

sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan pada saat ini bahwa gaya dada atau

katak dalam pelaksanaan proses pembelajaran harus terperinci dengan baik dari

mulai sikap meluncur sampai pada gerakan koordinasi keseluruhan.

Sedangkan Wynman pada tahun 1538 (dalam Murni 2000, hlm 9): “Bedanya

antara perenang dengan seekor katak bahwa sikap meluncur perenang dilakukan

dengan dua kaki dan kedua lengan lurus, sedangkan pada katak sikap seperti itu

tidak dijumpai”. Pendapat tersebut menunjukan bahwa berenang gaya katak

dikatakan mudah dan nyaman karena gerakanya menyerupai seekor katak yang

sedang berenang.

Akan tetapi banyak ditemukan anak yang kesulitan pada saat melakukan

proses pembelajaran renang gaya dada. Pertama, anak sulit mengapung untuk

mendapatkan posisi yang lurus sejajar dengan permukaan air apabila tidak

ditopang dengan alat bantu. kedua, tanpa alat bantu yang baik anak kesulitan

untuk melakukan teknik dasar gaya dada dari mulai meluncur, gerakan kaki,

lengan dan koordinasi, empat tahapan gerakan ini bisa dilakukan dengan baik jika

ada penopang badan yang stabil pada anak. Ketiga, hasil belajar renang gaya dada

tanpa alat bantu akan rendah karena tidak adanya rasa ingin tahu siswa terhadap

fungsi media belajar untuk renang. Keempat, tanpa alat bantu tidak mungkin ada

variasi-varias mengajar yang dilakukan oleh guru pada saat proses pembelajaran

renang gaya dada, tanpa alat bantu siswa akan dibantu oleh guru dengan cara

dipegang untuk mengapung artinya proses ini akan memakan waktu yang lama

dan berdampak pada hasil belajar keterampilan renang gaya dada, sejalan dengan

(5)

Beberapa macam alat bantu renang dapat digunakan untuk memperkaya bahan ajar, sehingga waktu aktif belajar dapat dimanfaatkan secara penuh. Artinya, dengan dukungan alat bantu, anak tidak banyak menunggu giliran atau harus satu-satu dilayani oleh guru. Alat bantu akan sangat besar manfaatnya pada situasi kelas yang banyak. Selain itu alat juga bermannfaat untuk menjaga keselamatan siswa.

Maka rendahnya hasil belajar keterampilan renang gaya dada atau katak

karena memang perlu adanya suatu alat bantu yang nyaman dan efektif dalam

belajar keterampilan renang yang terpenting bahwa alat bantu tersebut tidak

menjadikan hambatan pada perenang pemula, namun justru akan memberikan

bantuan yang memudahkan perenang tersebut dalam belajar berenang.

Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2007, hlm 3) “Mengatakan bahwa media

apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang

membangun kondisi yang membuat keterampilan atau sikap”. Berbagai cara dapat dilakukan didalam pemberian materi pembelajaran renang gaya dada, termasuk

salah satunya alat bantu Swimmig board atau papan pelampung.

Gambar 1.1

Media Renang Swimming Board (Papan Pelampung)

(Sumber: www.goswim.com)

Fungsi dari swimming board ialah untuk menopang berat tubuh seseorang

ketika belajar gerakan renang sehingga dapat mengurangi berat tubuh. Berbentuk

persegi dan terbuat dari karet ataupun bahan plastik, pada bagian atas terdapat

pegangan untuk memudahkan seseorang dalam melakukan gerakan kaki agar

pelampung tidak terlepas. Adapun keuntungan dan kerugian dari penggunaan

swimming board yang dikemukakan Triaplianto (2010, hlm. 2) ialah sebagai

(6)

Keuntungan mengajar renang gaya dada dengan menggunakan alat pelampung antara lain :

1. Frekwensi latihan lebih banyak karena tiap perenang satu pelampung.

2. Perenang lebih senang, karena lebih cepat mengetahui hasil yang didapatkan dengan gerakan yang berpindah tempat.

3. Perbaikan gaya akan lebih mudah karena pelampung akan membantu perenang pemula untuk membuat posisi streamline.

4. Akan cepat menguasai bagian-bagian dari renang.

Sedangkan Kerugian dari mengajar renang gaya dada dengan alat pelampung antara lain :

1. Perenang akan merasa kurang berani, karena harus melakukan sendiri

dalam tahap permulaan.

2. Perbaikan tidak dapat dilakukan langsung .

3. Perenang harus punya keahlian dalam mengendalikan pelampung,

4. Harus menyediakan alat bantu pelampung.

Sedangkan menurut teori Corleet (dalam Boyke 2013, hlm 11) :“Swimming

board ialah pembelajaran renang dengan menggunakan papan pelampung sangat

efisien dan efektif, karena pada saat bergerak papan pelampung dapat mengurangi

berat tubuh, sehingga gerakan tungkai atau lengan lebih ringan”.

Dari pendapat diatas jelas bahwa papan pelampung memberikan

kemudahan untuk mengapung karena berat tubuh ditopang oleh pelampung dan

untuk belajar gerakan tungkai dan lengan gaya dada akan lebih ringan, tetapi

dalam hal untuk meningkatkan keterampilan renang gaya dada belum diuji serta

masih ada keraguan dikarenakan berdasarkan pengamatan ketika mengajar renang

penggunaan papan pelampung khususnya ketika belajar gerakan kaki dada

perenang sering sekali terguling kekanan dan kekiri, ini yang mendasari penulis

untuk memakai papan pelampung dalam meningkatkan keterampilan renang gaya

dada.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang diatas dapat ditarik identifikasi masalah sebagai

berikut :

Kickboard tidak biasa dipergunakan untuk melatih gerakan lengan.

(7)

Penggunaan swimming board dikhususkan untuk belajar gerakan kaki pada

saat belajar renang gaya dada, hal ini menunjukan bahwa alat bantu swimming

board hanya memfokuskan pada aspek keterampilan gerak saja sedangkan aspek

kognitif dan afektif seringkali dianggap tidak memberikan pengaruh dengan

pemakaian alat bantu. Sedangkan fenomena yang terjadi dilapangan seringkali

penggunaan swimming board sebagai alat bantu renang memberikan perubahan

secara sikap dimana anak lebih berpartisipasi secara aktif dalam belajar renang

apabila ada alat bantu yang memudahkan dalam belajar renang khususnya gaya

dada.

Dikarenakan pada proses evaluasi pendidikan jasmani tidak hanya

semata-mata mengukur keterampilan kecabangan atau kebugaran jasmani siswa saja,

tetapi secara keseluruhan harus mengukur dampak program pendidikan jasmani

yang menyentuh tiga domain meliptui kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga

domain ini secara serempak dikembangkan melalui aktivitas pendidikan jasmani.

Bertambahnya pengetahuan tentang kebugaran jasmani, penegetahuan tentang

berbagai jenis olahraga, sikap positif terhadap pelaksanaan pendidikan jasmani

serat memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingya menjaga kesehatan dan

berkembangya keterampilan kecabangan merupakan tujuan utama pendidikan

jasmani. Oleh sebab itu penulis ingin meneliti penggunaan media pembelajaran

swimming board dalam pengembangan kognitif, afektif dan psikomotor.

1. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan

maka didapat rumusan masalah dalam penelitian ini ialah :

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media

pembelajaran swimming board dalam pengembangan psikomotor ?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media swimming

board dalam pengembangan kognitif ?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan swimming

board dalam pengembangan afektif ?

(8)

Tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian

selesai dilakukan. Oleh karena itu, rumusan tujuan harus konsisten dengan

rumusan masalah dan harus mencerminkan proses penelitianya. Adapun tujuan

peneletian dalam tesis ini ialah :

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan

swimming board dalam pengembangan psikomotor ?

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan

swimming board dalam pengembangan kognitif?

3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan swimming board dalam

pengembangan afektif ?

3. Manfaat Penelitian

1. Secara teori

a. Bagi Sekolah dan Klub renang dapat dijadikan acuan referensi dalam

menggunakan alat bantu yang efektif pada pembelajaran renang gaya

dada.

b. Bagi guru dan pelatih. Diharapkan dapat menjadi referensi dan

masukan atas hasil dari penelitian ini bagi perkembangan

pembelajaran renang gaya dada dengan menggunakan alat bantu yang

efektif.

c. Bagi mahasiswa. Sebagai referensi dan bahan kajian kelimuwan

pembelajaran renang gaya dada dengan menggunakan swimming

board untuk diteliti ulang dengan sampel yang memadai.

d. Bagi lembaga SPS UPI. Sebagai sumbangan keilmuwan dan bahan

bacaan di perpustakaan.

2. Secara praktis

a. Bagi Sekolah dan klub dapat menerapkan pembelajaran renang gaya

dada menggunakan swimming board dalam pengajaran maupun

(9)

b. Bagi guru pendidikan jasmani dan pelatih olahraga di sekolah maupun

di klub dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menggunakan alat

bantu swimming board dalam pembelajaran renang gaya dada.

c. Bagi mahasiswa S1 olahraga yang mengambil mata kuliah renang

dapat mempraktekan penggunaan alat bantu dalam perkuliahan.

d. Bagi peneliti dapat dijadikan pedoman untuk mengajar renang gaya

dada di klub maupun disekolah.

E. Struktur Organisasi Tesis

BAB I

a. Latar Belakang Penelitian

b. Identifikasi Masalah Penelitian

c. Rumusan Masalah Penelitian

d. Tujuan Penelitian

e. Manfaat Penelitian

f. Struktur Organisasi Tesis

BAB II

a. Kajian Pustaka

b. Kerangka Pikir

c. Hipotesis Penelitian

BAB III

a. Lokasi dan subjek penelitian

b. Desain penelitian

c. Metode penelitian

d. Definisi operasional

e. Instrumen penelitian

f. Proses pengembangan instrumen

g. Teknik pengumpulan data

h. Analisis data

BAB IV

a. Hasil penelitian

(10)

BAB V

a. Kesimpulan

Gambar

Gambar 1.1  Media Renang Swimming Board (Papan Pelampung)

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan Media Pembelajaran Model Game Wars Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa SMP Kelas VII F Pada Materi Kehidupan Masyarakat Indonesia Masa Hindu-Budha. e-Jurnal

Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan bahwa respon mahasiswa terhadap kebijakan Uang Kuliah Tunggal di Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

This study found that general description of the orientation of leadership behavoiur that is implemented by principal is in high category, the utilization of

Layanan Konseling Perorangan Masalah pribadi Masalah pribadi Masalah pribadi Masalah pribadi6.

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Kualitas tidur yang diukur terdapat 5 komponen yaitu kualitas tidur subyektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi kebiasaan tidur dan gangguan ketika tidur

Adapun tujuan dari penulisan ilmiah ini yaitu untuk mengetahui fungsi tujuan dan fungsi kendala dalam mencapai keuntungan yang maksimal, mengetahui kapasitas optimal pada setiap

observasi, wawancara serta studi dokumentasi dan diolah secara kualitatif. Penelitian ini dibagi ke dalam dua tahapan penelitian. Tahap pertama yaitu studi pendahuluan