• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

© Copyright 2014

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU (

QUALITY CONTROL

)

CPO (

CRUDE PALM OIL

) PADA PT. BUANA WIRA SUBUR

SAKTI DI KABUPATEN PASER

M. Fajar Wulan D1

ABSTRAK

M. Fajar Wulan D, Analisis Pengendalian Mutu (Quality Control) CPO

(Crude Palm Oil) pada PT. Buana Wirasubur Sakti di Kabupaten Paser. Di bawah bimbingan Ir. Noercahyono, MM. selaku Pembimbing I dan Bapak Eko Adi Widyanto, SE,. M.SA. selaku Pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengendalian mutu CPO (Crude Palm Oil) pada PT. Buana Wirasubur Sakti. Analisis dilakukan dengan cara mengolah data inspeksi kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran dengan menggunakan alat analisis pengendalian mutu diagram histogram, grafik kendali, dan diagram sebab akibat. Hasil analisis dibandingkan dengan standar pengendalian mutu yang ditetapkan BSN melalui SNI 01-2901-2006 dan standar mutu yang ditetapkan oleh konsumen PT. Buana Wirasubur Sakti.

Berdasarkan analisis diagram histogram untuk kadar asam lemak bebas dan kadar kotoran tidak terdapat data yang berada di luar batas, akan tetapi pada kadar air terdapat 16 sampel berada di atas standar yang ditetapkan oleh BSN yaitu 0,5%. Berdasarkan hasil analisis grafik kendali pengendalian mutu CPO (Crude Palm Oil), jumlah sampel yang berada di luar batas kendali menurut peta kontrol Xbar dan R untuk kadar asam lemak bebas sebanyak sebelas sampel pada peta kendali Xbar dan dua sampel pada peta kendali R. Kemudian, untuk kadar air terdapet lima sampel pada peta kendali Xbar dan dua sampel pada peta kendali R. Serta untuk kadar kotoran terdapat tujuh sampel apda peta kendali Xbar dan tiga sampel pada peta kendali R. Berdasarkan hasil analisis diagram sebab akibat yaitu dilakukan dengan proses observasi lapangan dan wawancara terdapat lima faktor yang mempengaruhi pengendalian mutu CPO (Crude Palm Oil). Faktor itu sendiri meliputi bahan baku, lingkungan kerja, mesin, bahan baku, manusia, dan metode karja.

Kata Kunci: analisis pengendalian mutu, diagram sebab akibat, dan grafik kendali.

Pendahuluan

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia karena kontribusinya terhadap perolehan devisa, peluang pengembangan pasar serta penyerapan tenaga kerja, dan menjadikan Indonesia sebagai eksportir minyak

(2)

kelapa sawit (Crude Palm Oil- CPO) nomor satu di dunia, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel

Eksportir CPO Dunia Tahun 2013

No Negara Eksportir Total Ekspor (ton)

1 Indonesia 28.000.000

2 Malaysia 19.700.000

3 Thailand 1.700.000

4 Kolombia 950.000

5 Nigeria 860.000

(sumber: bisnis.com)

Produksi CPO di Indonesia selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel di bawah ini.

Tabel

Total Produksi Sawit Indonesia

Tahun Total Produksi (ton)

2008 17.539.788

2009 19.324.294

2010 21.958.120

2011 23.096.541

2012 26.015.518

(Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan)

Era pengembangan kelapa sawit di Kalimantan Timur dimulai pada tahun 1982 yang dirintis melalui Proyek Perkebunan Inti Rakyat (PIR) yang dikelola oleh PTP VI. Hingga tahun 2012, luas areal kelapa sawit mencapai 961.802 Ha, yang terdiri dari 226.765 Ha sebagai tanaman plasma / rakyat, 17.237 Ha milik BUMN sebagai inti, dan 717.825 Ha milik Perkebunan Besar Swasta. Adapun produksi TBS (Tandan Buah Segar) pada tahun 2012 sebesar 5.734.464 ton atau setara dengan 1.032.204 ton CPO (Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, 2012)

PT. Buana Wirasubur Sakti merupakan satu dari 12 perusahaan perebusan TBS (Tandan Buah Sawit) yang berada di Kecamatan Kuaro, Kabupaten Paser, yang secara resmi didirikan pada tahun 1993. Pada awalnya perusahaan ini hanya memfokuskan pada penanaman kelapa sawit yaitu pada tahun 1991 hingga tahun 2004 dengan luas areal lahan lebih dari 900 hektar. Pada tahun 2010 PT. Buana Wirasubur Sakti melebarkan sayapnya pada bisnis pemrosesan TBS menjadi CPO dengan kapasitas produksi perusahaan sebesar 30 TBS/jam yang dapat menghasilkan 120 ton CPO, 30 ton karnel, dan 30 ton cangkang karnel per hari. (tradezz.com_PT. Buana Wirasubur Sakti)

(3)

yang dikirim melalui Pelabuhan Tanah Merah di Desa Janju, Kecamatan Tana Gerogot, Kabupaten Paser.

Kegiatan pengendalian mutu yang dilakukan oleh PT. Buana Wirasubur Sakti untuk menghasilkan produk CPO mengacu pada standar mutu CPO yang ditetapkan oleh pembeli/pelanggan.

Pemerintah sendiri melalui BSN telah menetapkan standarisasi mutu CPO yang dimuat dalam SNI-01-2901-2006 yaitu:

Tabel

Standar Nasional Mutu Kelapa Sawit

No Karakteristik Keterangan

1 Kadar asam lemak bebas < 5,00 %

2 Kadar air < 0,50 %

3 Kadar kotoran < 0,50 %

4 Bilangan Yodium 50-55 g / 100 g TBS

5 Warna CPO (crude palm oil) Jingga

kemerah-merahan

(SNI, 2006)

Dalam praktiknya PT. Buana Wirasubur Sakti belum menetapkan standarisasi mutu CPO perusahaan. Selama ini standar mutu yang digunakan oleh PT. Buana Wirasubur Sakti mengikuti kontrak kerja yang ditetapkan oleh pembeli utamanya, yaitu PT. Willmar. Standar mutu yang ditetapkan oleh PT. Willmar mengikui standar mutu CPO yang ditetapkan oleh BSN melalui SNI-01-2901-2006. Akan tetapi jika mutu CPO yang dihasilkan melebihi standar kadar mutu yang ditetapkan, maka PT. Buana Wirasubur Sakti akan memasarkannya kepada pembeli lokal.

Salah satu cara untuk mengukur mutu produk ialah penerapan quality conrol dengan peta kontrol (control charts). Fungsi penerapan quality control

tersebut adalah untuk melakukan pengendalian terhadap mutu dari input awal berupa penyelesaian bahan baku, proses produksi , sampai kepada proses output barang jadi (finished goods). Dengan adanya penerapan quality control maka perusahaan dapat melakukan efesiensi proses produk, khususnya dalam industri pengolahan CPO kelapa sawit. Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai masalah pengendalian mutu (quality control) dalam hal pengolehan buah sawit yang ada di PT. Buana Wirasubur Sakti. Untuk itu pada penelitian ini peneliti mengambil

judul “Analisis Pengendalian Mutu (Quality Control) CPO (Crude Palm Oil)

Pada PT. Buana Wirasubur Sakti”

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah;

(4)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui proses pengendalian mutu CPO yang dilakukan oleh PT.

Buana Wirasubur Sakti.

2. Untuk mengetahui apakah tingkat mutu CPO yang dihasilkan oleh PT. Buana Wirasubur Sakti sudah memenuhi standar mutu CPO sesuai dengan standar SNI yang ditetapkan oleh BSN.

Kerangka Dasar Teori

Pengendalian Mutu (Quality Control)

Pengertian pengendalian mutu adalah kegiatan terpadu mulai dari pengendalian standar mutu bahan, standar proses produksi, barang setengah jadi, barang jadi, sampai standar pengiriman produk akhir ke konsumen agar barang (jasa) yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang direncanakan (Prawirosentono, 2007:74).

Process Quality Control

Menurut Haming dan Nurnajamuddin (2012:208) SQC (Statistical Quality Control) merupakan penggunaan metode statistic untuk mengukur kinerja produksi sekaligus untuk meningkatkan mutu keluaran. Sebaliknya, SPC hanya bermaksud untuk melakukan pengendalian kinerja proses dengan menggunakan metode statistik. Sehubungan dengan itu, SPC merupakan bagian dari SQC.

Minyak Sawit Kasar

Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil) merupakan minyak nabati berwarna jingga kemerah-merahan yang diperoleh dari proses ekstraksi daging buah kelapa sawit (mesocarp) tanaman Elais guinensis Jacq. Minyak sawit kasar terdiri dari gliserida yang tersusun oleh serangkaian asam lemak. Komponen utama minyak sawit adalah trigliserida dengan sebagian kecil digliserida dan mono gliserida. Minyak sawit kasar berbentuk semipadat pada suhu kamar. Warna minyak sawit kasar yang berwarna jingga kemerah-merahan disebabkan oleh komponen minor yang dmiliki CPO berupa pigmen karoten (ipb.ac.id).

Metode Penelitian

Histogram

Histogram menunjukkan cakupan nilai suatu perhitungan dan frekuensi dari setiap nilai yang terjadi. Histogram menunjukkan peristiwa yang sering terjadi dan juga variasi dalam pengukuran (Heizer dan Render, 2004:268).

Bagan kendali

Peta Kendali

Peta Kendali Xbar digunakan untuk proses yang memiliki karakteristik yang

(5)

kemudian menentukan batas kontrol serta mengambarkan garis Xbar dan garis

batas kontrol.

Peta Kendali R

Peta kendali R merupakan peta untuk menggambarkan rentang data dari suatu sub grup, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Langkah langkah penentuan garis central adalah dengan menentukan rentang rata-rata kemudian menentukan batas kontrol serta mengambarkan garis R dan garis batas kontrol.

Menghitung X rata-rata dan R rata-rata (Haming dan Nurnajamuddin, 2012:208):

Perhitungan X rata-rata

Dimana:

: jumlah rata-tata dari nilai rata-rata subgrup : nilai rata-rata subgrup ke-i

: jumlah subgrup

Perhitungan R rata-rata

Dimana:

: jumlah rata-rata rentang grup : nilai rentang subgrup ke-i : jumlah subgrup

Menentukan batas kontrol untuk pembuatan peta kendali X dan R (Haming dan Nurnajamuddin, 2012:208):

X-Chart

Batas kontrol peta X: Batas kontrol atas (BKA) = Batas kontrol bawah (BKB) = Dimana: BKA = Batas Kontrol Atas

BKB = Batas Kontrol Bawah A2 = Nilai Koefisien

R = Selisih Harga Xmaks dan Xmin

R-Chart

Batas kontrol peta R: Batas kontrol atas (BKA) = D4 . R

Batas kontrol bawah (BKB) = D3 .R

Dimana: BKA = Batas Kontrol Atas BKB = Batas Kontrol Bawah D4,D3 = Nilai Koefisien

Diagram Sebab Akibat

(6)

dan metode. Inilah yang disebut 4M yang merupakan penyebab. Penyebab masing-masing dikaitkan dalam setiap kategori yang diikat dalam tulang ikan yang diikat dalam tulang yang terpisah sepanjang cabang tersebut.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Histogram

Histogram Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)

Dari hasil pengujian kadar Asam Lemak Bebas di atas, maka histogram Kadar Asam Lemak Bebas dapat di lihat pada Gambar berikut:

Gambar

Hasil Uji Kadar Asam Lemak Bebas

sumber: data diolah

Berdasarkan hasil histogram untuk kadar asam lemak bebas, maka dapat dilihat bahwa rata-rata kadar asam lemak bebas adalah 3,5%, dan tidak terdapat yang berada di luar batas normal berdasarkan standarisasi yang ditetapkan oleh BSN yaitu kadar Asam Lemak Bebas maksimum 5%.

Histogram Kadar Air

Dari hasil pengujian kadar Air di atas, maka histogram kadar Air dapat di lihat pada Gambar berikut:

(7)

Sumber: data diolah

Berdasarkan hasil histogram untuk kadar air, dapat dilihat bahwa rata-rata kadar air adalah sebesar 0,36%, dan terdapat 16 atau 16,66% data yang berada di luar batas normal berdasarkan standarisasi yang ditetapkan oleh BSN yaitu kadar Air maksimum 0,5%.

Histogram Kadar Kotoran

Dari hasil pengujian kadar Air di atas, maka histogram kadar Air dapat di lihat pada Gambar berikut:

Gambar

Hasil Uji Kadar Kotoran

Sumber: data diolah

Berdasarkan hasil histogram untuk kadar kotoran, dapat dilihat bahwa rata-rata kadar kotoran adalah 0,39% dan tidak terdapat data yang berada di luar batas normal berdasarkan standarisasi yang ditetapkan oleh BSN yaitu kadar kotoran maksimum 0,5%.

Analisis Grafik Kendali (SPC)

Analisis grafik kendali (SPC) digunakan untuk melakukan pengendalian kinerja proses dengan menggunakan metode statistik. Di dalam grafik kendali terdapat garis batas kendali atas (UCL) serta garis batas kendali bawah (LCL), kedua garis ini berfungsi untuk menentukan batas kendali kandungan mutu CPO dalam perhitungan statistik. Berikut tahapan pembuatan grafik kendali dan R untuk Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), Kadar Air, dan Kadar Kotoran:

Peta dan R untuk Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)

1. Perhitungan Peta Kendali Xbar Kadar Asam Lemak Bebas.

UCL = +

= 3,50 + 1,023 . 0,44 = 3,50 + 0,45351 = 3,95 %

LCL =

(8)

= 3,50 – 0,45251 = 3,05 %

2. Perhitungan Peta Kendali R Kadar Asam Lemak Bebas.

UCL = D4 .

Grafik kendali Xbar dan R Chart Asam Lemak Bebas

sumber: data diolah

Dari peta kendali Xbar dan R di atas terdapat data yang out of control,

yaitu pada data ke 1, 2, 6, 7, 8, 11, 13, 14, 17, 26, dan 28 pada peta kendali Xbar.

Untuk peta kendali R terdapat pula data yang out of control yaitu pada data ke 24 dan 27.

Peta dan R untuk Kadar Air

1. Perhitungan Peta Kendali Xbar Kadar Asam Lemak Bebas

UCL = +

2. Perhitungan Peta Kendali R Kadar Air

(9)

= 0 . 0,18 = 0 %

Gambar

Grafik kendali Xbar dan R Chart Air

sumber: data diolah

Dari peta kendali Xbar dan R untuk kadar air di atas terdapat data yang out

of control, yaitu pada data ke 10, 11, 13, 16, dan 29 pada peta kendali Xbar. Untuk

peta kendali R terdapat pula data yang out of control yaitu pada data ke 15 dan 20. Peta dan R untuk Kadar Kotoran

1. Perhitungan Peta Kendali Xbar Kadar Kotoran

UCL = +

2. Perhitungan Peta Kendali R Kadar Kotoran

(10)

Gambar

Grafik kendali Xbar dan R Chart Kotoran

sumber: data diolah

Dari peta kendali Xbar dan R untuk kadar kotoran di atas terdapat data

yang out of control yaitu pada data ke 8, 10, 13, 18, 23, 26, dan 29. Untuk peta R terdapat pula data yang out of control yaitu pada data ke 8, 10, dan 20.

Diagram Sebaba Akibat

Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan oleh PT. Buana Wirasubur Sakti adalah TBS yang berasal dari kebun yang dimiliki oleh perusahaan dan TBS yang berasa dari petani sawit di sekitar pabrik. Pemasok utama bahan baku (buah sawit) PT. Buana Wirasubur Sakti adalah buah yang berasal kebun rakyat, hal ini disebabkan perkebunan yan dimiliki perusahaan belum mampu memenuhi kebutuhan perusahaan. Usia tanam buah sawit yang dimiliki oleh perusahaan masih muda. Pasokan buah sawit yang dapat dipenuhi oleh perusahaan hanya 50 ton per-hari sedangkan kapasitas produksi perharinya sebesar 500 ton. Oleh sebab itu perusahaan untuk menutupi kekurangan pasokan bahan baku, perusahaan menerima bahan baku yang dihasilkan oleh kebun masyarakat, dimana pasokan bahan bakunya tidak bisa dikontrol jumlahnya.

Lingkungan Kerja

PT. Buana Wirasubur Sakti memiliki luas areal pabrik 2000 m2. Dimana di dalamnya terdapat bagunan-bagunan pabrik yang terdiri dari pos pengamanan yang berada di gerbang masuk pabrik, setelah itu terdapat jembatan timbang yang digunakan untuk menimbang kendaraan yang membawa bahan baku (TBS), kemudian terdapat ruang kantor dan laboratorium yang dimana digunakan untuk kegiatan administrasi dan laboratorium yang digunakan untuk tempat pengujian kadar CPO.

Loading ramp merupakan lokasi penumpukan bahan baku (TBS) yang telah melalui proses penimbangan di jembatan timbang. Kondisi loading ramp

(11)

yang dimiliki PT. BWS kurang terawat, jika hujan tempat penumpukan (loading ramp) akan berlumpur dikarenakan loading ramp yang dimiliki PT. BWS belum memiliki atap. Sehingga, TBS yang akan diolah menjadi kotor karena terkena lumpur dan kadar air pada buahnya akan bertambah karena tekena air hujan.

Pada bagian produksi, sering terjadi keterlambatan pembuangan limbah hasil produksi yang terdiri dari janjangan dan ampas TBS. Hal ini tentu saja mempengaruhi kebersihan dari lokasi produksi.

Manusia

Karyawan memiliki peranan yang penting terhadap mutu produk yang dihasilkan. Karyawan produksi yang bertugas atau operator yang bertugas harus berkonsentrasi penuh dalam mengendalikan mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan TBS menjadi CPO agar berfungsi sebagaimana mestinya. Kedisiplinan dan ketelitian merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh karyawan laboratorium dalam menguji kadar asam lemak bebas, kadar air, serta kadar kotoran CPO. Ketelitian dibutuhkan karena kegiatan menguji ini merupakan pekerjaan yang memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap kelangsungan hidup produk yang dihasilkan. Selain itu pula tingkat pengetahuan karyawan akan in process sangat mempengaruhi kinerja karyawan dalam menjaga pengendalian mutu in process.

Mesin

Perawatan rutin mesin jarang dilakukan oleh perusahaan, seringkali penanganan terhadap kerusakan mesin terlambat. Sehingga, menghambat kinerja perusahaan yang berakibat pada terlambatnya pemrosesan bahan baku (TBS).

Mesin yang digunakan PT. Buana Wirasubur Sakti saat ini adalah mesin baru, sebab perusahaan meningkatkan kapasitas produksinya yangg sebelumnya 30 ton/jam menjadi 45 ton/jam.

Metode Kerja

(12)

Gambar

Diagram Sebab Akibat Mutu CPO

(sumber: data diolah)

Penutup

Berdasarkan analisis serta pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis menyimpulkan:

Proses Pengendalian Mutu.

Standar proses pengendalian mutu yang dilakukan PT. Buana Wirasubur Sakti sebenarnya telah baik. Akan tetapi dalam penerapannya terdapat bebrrapa poelanggaran yang terjadi saaat pelaksanaannya. Pelanggaran tersebut antara lain:

1. Stasiun Penerima Buah

Terkadang buah yang diterima di stasiun penerima buah adalah buah yang di bawah standar yang ditetapkan oleh pabrik, hal ini terpaksa dilakukan agar perusahaan tetap berproduksi.

2. Stasiun Penggilingan dan Pemerasan

Komposisi air yang dimasukkan ke dalam mesin penggilingan dan pemerasan terlalu banyak. Sehingga CPO yang dihasilkan memiliki kandungan air yang tinggi.

3. Penampungan

Penampungan CPO hasil produksi hanya disimpan di dalam sebuah tanki berkapasitas 150.000 liter. Sehingga, kadar CPO yang dihasilkan setiap kali produksi dapat berubah-ubah apabila sampai di tempat penampungan akhir.

Tingkat mutu CPO yang dihasilkan PT. Buana Wirasubur Sakti. 1. Histogram

Berdasarkan analisis melalui diagram histogram tiga kadar yang terkandung di dalam CPO yaitu kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran diketahui bahwa, untuk kadar asam lemak bebas dan kadar kotoran tidak terdapat data yang

LINGKUNGAN

(13)

berada di luar batas normal yang ditetapkan oleh BSN. Akan tetapi pada kadar air terdapat 16 sampel berada di atas standar yang ditetapkan oleh BSN yaitu 0,5%.

2. SPC (Statistical Process Control)

Hasil analisis melalui peta X dan R, diketahui bahwa tingkat pencapaian mutu CPO yang dihasilkan belum sepenuhnya tercapai. Dimana hasil pemeriksaan sampel CPO melalui kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran masih terdapat jumlah produk yang berada di luar batas persyaratan mutu dan penyimpangan kualitas. Yaitu pada pengujian kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran.

Jumlah sampel yang berada di luar batas kendali menurut peta kontrol Xbar dan R untuk kadar asam lemak bebas sebanyak sebelas sampel pada peta kendali Xbar dan dua sampel pada peta kendali R. Kemudian, untuk kadar air terdapet lima sampel pada peta kendali Xbar dan dua sampel pada peta kendali R. Serta untuk kadar kotoran terdapat tujuh sampel apda peta kendali Xbar dan tiga sampel pada peta kendali R.

Dari analisis diagram sebab akibat dapat diketahui bahwa faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas CPO adalah faktor bahan baku, metode kerja, manusia, mesin, metode kerja, serta lingkungan kerja. Di mana faktor yang secara umum paling berpengaruh adalah bahan baku, metode kerja, serta manusia.

Berdasakan kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

Dalam penyortiran bahan baku (TBS), perusahaan sebaiknya lebih teliti dan memberikan sanksi bagi pemasok yang membawa buah mentah atau yang terlalu matang. Sanksinya bisa berupa potongan pembayaran buah sawit atau buah dikembalikan.

Permasalahan pada lingkungan kerja yang dimiliki oleh perusahaan adalah areal loading yang kurang terawat dan sampah sisa produksi yang berada di sekitar lokasi produksi. Area loading sebaiknya dibuatkan atap agar buah yang disimpan sementara sebelum diolah tidak terkena panas berlebih dan hujan. Pembersihan sampah sisa produksi sebaiknya juga diperhatikan, penumpukan sampah sisa produksi dapat mempengaruhi kinerja dan konsentrasi karyawan dalam bekerja.

Dalam penerimaan karyawan baru, sebaiknya perusahaan lebih selektif. Agar kedepannya sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan merupakan sumber daya yang memiliki kedisiplinan dan pengetahuan yang baik.

Perawatan terhadap mesin merupakan hal pokok yang harus diperhatikan perusahaan. Perawatan berfungsi untuk menjaga performa mesin tetap stabil, karena mesin produksi adalha jantung dari sebuah perusahaan pengolahan kelapa sawit.

(14)

Perusahaan sebaiknya menerapkan standar mutu CPO perusahaan, sebab saat ini perusaan belum memiliki standar mutu CPO.

Daftar Pustaka

Haming, Murdifin dan Mahfud Nurnajamuddin, 2007, Manajemen Produksi Modern, Jakarta: Bumi Aksara

Handoko, T. Hani, 2000, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi,

Cetakan Ketigabelas, Yogyakarta: BPFE

Heizer, Jay dan Barry Render, 2004, Manajemen Operasi, Edisi Bahasa Indonesia, Buku Satu, Jakarta: Salemba Empat

Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun, 2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: UGM-Press

Sumarni, Murti dan John Soeprihanto, 2000, Pengantar Bisnis (Dasar-dasar Ekonomi Perusahaan), Cetakan ketiga, Jakarta: Liberty

Prawirosentono Suyadi, 2007, Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu Abad 21, Jakarta: Bumi Aksara

Reksohadiprodjo, Sukanto, 1995, Manajemen Produksi dan Operasi, Yogyakarta: BPFE

Zulian Yamit, 2001, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, Yogakarta: Ekonomisia

Sumber Internet:

Badan Standarisasi Nasional, 2006, SNI Crude Palm Oil, Jakarta.

Company introduction, 2010, “PT. Buana Wirasubur Sakti”,

(http://www.tradezz.com/corp_1333351_PT.-Buana-Wirasubur.htm) diakses tanggal 18 Februari 2014)

Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, 2012, “Komoditi Kelapa Sawit”.

( http://disbun.kaltimprov.go.id/statis-70-mitra-perusahaan-perkebunan-.html, diakses tanggal 6 Februari 2014)

Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, 2012, “Mitra Perusahaan

Perkebunan”. (

http://disbun.kaltimprov.go.id/statis-70-mitra-perusahaan-perkebunan-.html, diakses tanggal 6 Februari 2014)

Direktorat Jendral Perkebunan, 2012 “Produksi Kelapa Sawit Menurut Provinsi di

Indonesia, 2008 – 2012”.

( http://www.pertanian.go.id/infoeksekutif/bun/BUN-asem2012/Produksi-KelapaSawit.pdf diakses tanggal 18 Februari 2014)

Fakultas Teknologi Hasil Pertanian Institut Pertanian Bogor, “Kajian Mutu

Minyak Sawit”,

(http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53056?show=full diakses tanggal 11 Februari 2014)

(15)

Kencana, Rudi, 2009, Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Kelapa Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IVPKS Adolina, Medan: Fakultas Teknin Universitas Sumatera Utara

Sihombing Martin, 2014,

( http://m.bisnis.com/industri/read/20130313/99/3377/produsen-cpo-indonesia-masih-terbesar-di-dunia diakses tanggal 18 Februari 2014)

Wikipedia, 2014, “Kelapa Sawit”, (http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit

Gambar

Tabel Eksportir CPO Dunia Tahun 2013
Tabel Standar Nasional Mutu Kelapa Sawit
Gambar Hasil Uji Kadar Asam Lemak Bebas
Gambar Hasil Uji Kadar Kotoran
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kandungan Asam Lemak Bebas (ALB), kadar air, dan kadar kotoran yang terdapat dalam minyak sawit merupakan salah satu penentuan mutu minyak sawit.. Asam Lemak Bebas (ALB)

Hasil analisa kadar asam lemak bebas dari minyak kelapa, minyak curah, dan margarin. terdapat pada tabel

Kandungan Asam Lemak Bebas (ALB), kadar air, dan kadar kotoran yang terdapat dalam minyak sawit merupakan salah satu penentuan mutu minyak sawit. Asam Lemak Bebas (ALB)

Apakah kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air dan kadar kotoran yang terkandung dalam inti produksi di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III PKS Kebun Rambutan sesuai dengan standar mutu

• Menentukan jumlah sampel yang diluar batas kendali pada setiap faktor mutu sesuai dengan nilai rata-rata dan range dari syarat mutu CPO yaitu kadar asam lemak bebas, kadar air

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi NaOH berpengaruh sangat nyata (α= 0.01) terhadap kadar asam lemak bebas, bilangan penyabunan, kadar air, kadar

Pada peta kendali p menunjukkan bahwa semua data berada dalam batas kendali dan untuk mengetahui penyebab terjadinya cacat dilakukan analisis dengan diagram sebab

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi NaOH berpengaruh sangat nyata (α=0.01) terhadap kadar asam lemak bebas, bilangan penyabunan, kadar air, kadar