• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Tingkat Perputaran Modal Kerja, Struktur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Tingkat Perputaran Modal Kerja, Struktur"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan teori

Penelitian tentang “Pengaruh Tingkat Perputaran Modal Kerja, Struktur Modal, Skala Perusahaan, Likuiditas dan Leverage Keuangan Terhadap Profitabilitas”, dilandasi oleh kajian teori sebagai berikut :

2.1.1. Teori Sinyal (Signalling Theory)

Teori Sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk (Hartono, 2005). Agar sinyal tersebut baik maka harus dapat ditangkap pasar dan di presepsikan baik serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang memiliki kualitas yang buruk (Menggisan dalam Hartono, 2005). Dengan demikian, semakin panjang jangka waktu audit laporan keuangan menyebabkan pergerakan harga saham tidak stabil, sehingga investor mengartikannya sebagai audit delay karena perusahaan tidak segera mempublikasikan laporan keuangan, yang kemudian berdampak pada penurunan harga saham perusahaannya.

Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna

(2)

laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate.

Kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkap perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa mendatang disbanding pihak eksternal perusahaan. Informasi yang berupa pemberian peringkat obligasi perusahaan yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan tertentu dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki. Dalam membangun signaling theory berdasarkan adanya asimetric information antara well-informed manager dari poo-informed stockholder. Toeri ini berdasarkan pemikiran bahwa manajer akan

(3)

mengumumkan kepada investor ketika mendapatkan informasi yang baik, bertujuan menaikan nilai perusahaan, namun investor tidak akan mempercayai tersebut, karena manajer merupakan interest parti. Solusinya perusahaan bernilai tinggi akan berusaha melakukan signaling poliev mereka yang memakan biaya besar sehingga tidak dapat ditiru oleh perusahaan yang memiliki nilai lebih rendah.

Sinyal adalah proses yang memakan biaya berupa deadweight costing, bertujuan untuk meyakinkan investor tentang nilai perusahaan. Signal yang baik adalah tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain yangmemiliki nilai lebih rendah karena faktor biaya. Teori ini penting karena untuk investor mengetahui posisi sebuah perusahaan untuk mengetahui posisi laporan keuangan perusahaan tersebut untuk mengambil keputusan akan investasi.

2.1.2. Modal

Modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari item-item yang ada disisi kanan suatu neraca, yaitu hutang, saham biasa, saham preferen dan laba ditahan. Sedangkan modal terdiri dari modal sendiri dan modal asing. Perimbangan antara seluruh modal asing dan modal sendiri disebut struktur keuangan, dan perimbangan antara modal asing dan modal sendiri yang bersifat jangka panjang akan membentuk sruktur permodalan (Atmaja, 2003).

(4)

Modal dapat digunakan untuk dua hal. Pertama untuk keperluan investasi, maksudnya adalah modal yang digunakan untuk membeli atau membiayai aktiva tetap dan bersifat jangka panjang yang dapat digunakan secara berulang-ulang. Kedua, modal yang digunakan membiayai modal kerja, yaitu modal yang digunakan untuk pembiayaan jangka pendek, seperti pembelian bahan baku, membayar gaji dan upah dan biaya-biaya operasional (Kasmir, 2008).

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa modal digunakan sebagai hal yang penting dalam kegiatan suatu produksi dalam suatu perusahaan. Modal dapat berasal dari modal sendiri, modal asing maupun perpaduan antara modal sendiri dengan modal asing yang disebut dengan struktur keuangan.

Jenis-jenis modal dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: (Atmaja, 2008)

a. Biaya Hutang ( cost of debt ) b. Biaya Saham Preferen c. Biaya Laba ditahan d. Biaya saham biasa

2.1.3. Pengertian Modal Kerja

(Bastian, 2006 dalam Ambarwati, 2015) , menyatakan bahwa modal merupakan bagian hak pemilik berupa barang-barang yang kongkrit yang masih ada dalam perusahaan yang terdapat di neraca

(5)

sebelah debet maupun nilai tukar dari barang-barang yang tercatat disebelah kredit.

Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. (Weston dan Brigham, 1999 dalam Azlina, 2009), menyatakan bahwa modal kerja adalah total nilai investasi perusahaan dalam harta jangka pendek (gross working capital) seperti kas, piutang dagang, pembayaran yang dilakukan di muka, atau total nilai investasi perusahaan dalam aktiva lancer dikurangi kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar tersebut (net working capital).

(Sundjaja dan Barlian, 2003 dalam Azlina, 2009), menyatakan bahwa modal kerja adalah aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha atau modal kerja adalah kas atau bank, surat-surat berharga yang mudah diuangkan (misalnya giro, cek, deposito), piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi satu tahun atau jangka waktu operasi normal perusahaan.

Modal kerja merupakan total aktiva lancar yang ada pada perusahaan atau dapat juga disebut sebagai dana yang tersedia untuk

(6)

membelanjai kegiatan perusahaan sehari–hari. (Sawir, 2001 dalam Arif, 2015).

Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek. Kelebihan ini berasal dari hutang jangka panjang dan modal sendiri yang disebut dengan modal kerja bersih (net working capital). Kemampuan suatu perusahaan untuk membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi, dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut disebut likuid dan sebaliknya jika perusahaan tersebut tidak memiliki kemampuan untuk membayar disebut ilikuid.

Jika modal kerja suatu perusahaan tinggi maka laba yang dihasilkan perusahaan akan tinggi pula tetapi tingkat likuiditasnya tidak terjaga. Untuk mengetahui informasi atas posisi keuangan pada suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi. Neraca digunakan untuk menghitung tingkat pengembalian dan mengevaluasi struktur modal perusahaan. Sedangkan laporan laba rugi memberikan informasi tentang aktivitas keuangan perusahaan yaitu tentang biaya, bunga, pendapatan, dan pajak.

Dari beberapa pengertian tersebut jelaslah setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk melaksanakan aktivitas operasi sehari-hari.

(7)

Menurut Riyanto (2001), mengemukakan modal kerja dapat dibagi menurut konsep sebagai berikut :

a. Konsep Kuantitatif. Modal kerja menurut konsep kuantitatif menggambarkan keseluruhan atau jumlah dari aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang persediaan atau keseluruhan dari pada jumlah aktiva lancar dimana aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat kembali ke bentuk semula atau dana tersebut dapat bebas lagi dalam waktu yang relatif pendek atau singkat. Konsep ini biasanya disebut modal kerja bruto (gross working capital). Berdasarkan konsep tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa konsep tersebut hanya menunjukkan jumlah dari modal kerja yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari yang sifatnya rutin, dengan tidak mempersoalkan dari mana diperoleh modal kerja tersebut, apakah dari pemilik hutang jangka panjang ataupun hutang jangka pendek. Modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan batas keamanan atau margin of safety yang baik atau tingkat keamanan para kreditur jangka pendek yang tinggi. Jumlah modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan likuiditas perusahaan yang baik sekaligus belum tentu menggambarkan jaminan kelangsungan operasi perusahaan pada periode berikutnya.

(8)

b. Konsep Kualitatif. Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar diatas hutang lancar. Digunakan kerja ini merupakan sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahan tanpa menunggu likuiditasnya. Konsep ini biasa disebut dengan modal kerja netto (net working capital). Defenisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancar dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan operasi di mana mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan jangka pendek dengan jaminan aktiva lancar.

c. Konsep Fungsional. Modal kerja menurut konsep ini menitikberatkan pada fungsi dari pada dana dalam menghasilkan pendapatan (income) dari usaha pokok perusahaan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam satu periode akuntansi tertentu yang menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Sementara itu, ada pula dana yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada periode- periode selanjutnya atau dimasa yang akan datang, misalnya bangunan, mesin-mesin, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya yang disebut future income.

(9)

Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada saat ini sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan. Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Bilamana modal kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga terjadilah idle fund. Padahal dana itu sendiri sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain dalam rangka peningkatan laba. Tetapi bilamana modal kerja terlalu kecil atau kurang, maka perusahaan akan kurang mampu memenuhi permintaan langganan seperti membeli bahan mentah, membayar gaji pegawai dan upah buruh ataupun kewajiban-kewajiban lainnya yang segera harus dilunasi.

2.1.3.1. Jenis-jenis Modal Kerja

Jenis-jenis modal kerja menurut Riyanto (2001) adalah sebagai berikut:

a. Modal kerja permanen (permanent working capital).Modal kerja yang harus terus ada pada perusahaan untuk dapat terus menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang sacara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.

(10)

b. Modal kerja primer yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas perusahaan.

c. Modal kerja normal yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. Pengertian normal disini adalah dalam artian yang dinamis.

d. Modal kerja variabel. Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan.

e. Modal kerja musiman yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah yang disebabkan fluktuasi musim.

f. Modal kerja siklus yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi konjungtur.

g. Modal kerja darurat yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.

2.1.3.2. Perputaran Modal Kerja

Menurut Riyanto (2001), Modal kerja selalu dalam keadaan berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen - komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas.

(11)

Menurut (Hendar dan Kusnadi, 1999 dalam Khoyri, 2014), Tingkat perputaran modal usaha/kerja digunakan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating asset dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi tingkat perputaran modal kerja, semakin efisien dalam penggunaan modal kerjanya, karena setiap kali modal kerja berputar akan menghasilkan aliran pendapatan bagi perusahaan.

2.1.3.3. Siklus Modal Kerja

Selama perusahaan terus beroperasi (going concern), modal kerja berputar terus-menerus dalam perusahaan karena digunakan untuk membiayai operasi sehari-hari. Proses perputaran modal kerja itu dinamakan lingkaran modal kerja yang dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Sumber : (Sawir, 2005 dalam Azlina, 2015)

Gambar 2.1. Siklus Modal Kerja

Piutang

Penjualan

Persediaan Kas

(12)

2.1.4. Pengertian Struktur Modal

Pada dasarnya tugas manajer keuangan perusahaan adalah berusaha mencari keseimbangan financial neraca yang dibutuhkan serta mencari susunan kualitatif neraca tersebut dengan sebaik–baiknya. Struktur modal menggambarkan proporsi antara utang jangka panjang dan modal sendiri (Moeljadi, 2006). Pengertian lain “struktur modal adalah berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang diukur dengan perbandingan utang jangka panjang denganmodal sendiri” (Sudana, 2011). (Bonatua, 2015)

(Halim dan Sarwoko, 2008 dalam Novita, 2015), menyatakan bahwa struktur modal adalah kombinasi antara hutang baik itu dalam bentuk hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek dengan modal sendiri untuk membelanjai aktiva-aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.

(Gitman dan Zutter, 2012 dalam Novita, 2015), mengatakan bahwa struktur modal perusahaan merupakan kumpulan dana yang digunakan dan dialokasikan oleh perusahaan dimana dana tersebut diperoleh dari hutang jangka panjang dan modal sendiri. Ada dua macam tipe modal yaitu modal hutang (debt capital) dan modal sendiri (equity capital).

(Wild, Subramanyam, dan Halsey, 2010 dalam Novita, 2015), mengatakan bahwa struktur modal sangat berkaitan dengan sumber pendanaan perusahaan. Sumber pendanaan perusahaan dapat diperoleh

(13)

dari modal ekuitas yang bersifat permanen dansumber pendanaan jangka pendek bersifat sementara yang memiliki risiko lebih tinggi. Struktur modal adalah pendanaan ekuitas dan hutang pada suatu perusahaan yang sering dihitung berdasarkan besaran relatif berbagai sumber pendanaan. Risiko gagal melunasi bunga dan pokok pinjaman dan stabilitas keuangan perusahaan bergantung pada sumber pendanaan serta jenis dan jumlah dari berbagai aset yang dimiliki perusahaan.

Risiko merupakan kemungkinan atau probabilitas atas tidak tercapainya tingkat keuntungan yang diharapkan atau kemungkinan return yang diterima tidak sesuai dengan return yang diharapkan (Anwar, 2011 dalam Novita, 2015).

Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi financial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari utang jangka panjang dan modal sendiri yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan (Fahmi, 2011)

(Menurut Martin, 1992 dalam Fahmi, 2001), untuk memahami tentang struktur modal maka perlu kita pahami pembagian dari struktur modal itu sendiri yaitu :

a. Simple Capital Structure, yaitu jika perusahaan tidak hanya menggunakan modal sendiri saja dalam struktur modalnya.

(14)

b. Complex Capital Structure, yaitu jika perusahaan tidak hanya menggunakan modal sendiri tetapi juga menggunakan modal pinjaman dalam struktur modalnya.

Struktur modal suatu perusahaan merupakan gabungan antara modal sendiri (equity) dan utang perusahaan (debt). (Riyanto, 2001dalam Azlina, 2009), menyatakan bahwa struktur modal perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor yang utama adalah :

a. Tingkat bunga

b. Stabilitas pendapatan

c. Kadar risiko dari aktiva

d. Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan

e. Keadaan pasar modal

f. Sifat manajemen

2.1.5. Pengertian Skala Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Disamping itu suatu perusahaan yang skalanya besar dimana sahamnya tersebar sangat luas, setiap perusahaan modalnya akan mempuyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya control dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan dengan ukuran besar

(15)

akan dapat menghasilkan produk dengan tingkat biaya rendah .Dimana tingkat biaya yang rendah merupakan unsure untuk mencapai laba yang diinginkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Disampingitu perusahaan dengan skala besar akan lebih mempunyai kemungkinan untuk memenangkan persaingan dalam bisnis.

Skala perusahaan diukur dengan besarnya total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan (aktiva tetap, tidak berwujud dan lain – lain). Perusahaan dengan skala besar akan lebih mempunyai kemungkinan untuk memenangkan persaingan dalam bisnis, sebagaimana yang diungkapkan oleh (Harianto dan Sudomo, 1998 dalam Azlina, 2009), Perusahaan besar mempunyai pengendalian dan tingkat daya saing yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil, sehingga bias digunakan dengan perlindungan terhadap risiko ekonomis.

Dalam penelitian ini skala perusahaan diukur dengan menggunakan log natural total asset, tujuannya agar mengurangi perbedaan yang signifikan antara perusahaan besar dan kecil sehingga data total asset dapat terdistribusi normal. Rumus yang digunakan untuk mengukur variabel skala perusahaan adalah sebagai berikut :

Skala Perusahaan = Ln (Total Asset)

2.1.6. Pengertian Likuiditas

Likuiditas merupakan salah satu faktor yang menentukan sukses

(16)

sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sejauh mana perusahaan itu menanggung resiko.

Likuiditas merupakan kemampuan untuk mengubah aktiva menjadi kas atau kemampuan untuk memperoleh kas. Likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Jangka pendek secara konvensional dianggap periode hingga satu tahun. Hal ini dikaitkan dengan siklus operasi normal perusahaan yaitu mencakup siklus pembelian-produksi-penjualan-penagihan (Wild et al, 2010 dalam Novita, 2015).

Likuiditas menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Pengertian likuiditas secara umum mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar seemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah liquid, dan sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah illiquid.

Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan current ratio. Apabila current ratio yang dimiliki perusahaan semakin tinggi maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi,

(17)

membayar serta melunasi kewajiban-kewajiban finansial jangka pendeknya. Aktiva lancar yang digunakan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan current ratio meliputi kas, surat berharga, piutang dan persediaan.

2.1.7. Pengertian Leverage Keuangan

Permasalahan pemenuhan sumber dana pada perusahaan juga merupakan masalah penting yang harus dihadapi perusahaan. Pembiayaan dengan utang atau dapat didefinisikan sebagai “penggunaan dana atau aktiva dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus membayar beban tetap” (Riyanto, 2001). “Leverage dapat dipakai sebagai peningkat hasil pengembalian pemegang saham, tetapi juga dapat memberikan risiko kerugian pada masa-masa reses” (Sawir, 2011 dalam Arif, 2015).

Leverage keuangan merupakan perimbangan antara total hutang dengan modal sendiri di dalam perusahaan. Banyak orang menyamakan pengertian struktur keuangan dengan struktur modal. Padahal kedua pengertian tersebut sangatlah berbeda. Struktur finansiil (struktur keuangan) mencerminkan cara bagaimana aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai. Sedangkan struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sediri (Riyanto, 2001). Penelitian ini menggunakan Debt to Equity Ratio

(18)

2.1.7.1. Unsur-unsur Leverage Keuangan

Menurut Riyanto (2001), unsur-unsur struktur keuangan

di dalam perusahaan terdiri dari modal asing dan modal sendiri.

a. Modal Asing

Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan utang, yang pada saatnya harus dibayar kembali. Mengenai penggolongannya utang ini terdiri dari utang jangka pendek dan utang jangka menengah.

b. Modal Sendiri

Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri dapat berasal dari sumber intern berupa keuntungan yang dihasilkan perusahaan dan sumber ekstern berupa modal yang berasal dari pemilik perusahaan.

(19)

2.1.8. Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada periode tertentu. Laba sering kali menjadi salah satu ukuran kinerja perusahaan, dimana ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi berarti kinerjanya baik dan sebaliknya. Laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Laba juga sering dibandingkan dengan kondisi keuangan lainnya, seperti penjualan, aktiva, dan ekuitas. Perbandingan ini sering disebut rasio profitabilitas (Horne dan Wachowicz, 2013 dalam Novita, 2015). Kemampuan perusahaan untuk tetap bersaing dalam kompetisi dengan perusahaan-perusahan lainnya, menuntut perusahaan untuk dapat meningkatkan profitabilitas.

Menurut Munawir (2010), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan (profit) yang berhubungan dengan total aktiva (total assets), penjualan (sales), dan modal sendiri, dengan demikian analisis profitabilitas merupakan hal yang sangat penting bagi investor jangka panjang karena dengan analisis profitabilitas pemegang saham akan melihat seberapa besar keuntungan yang akan didapatkan dalam bentuk dividen. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba

(20)

dalam bentuk dividen, maka hal tersebut akan mengurangi jumlah laba yang ditahan (retained earnings) dan selanjutnya akan menyebabkan berkurangnya total sumber pendanaan dari pihak internal maupun eksternal (Munawir, 2010).

Menurut Wahyuni dan Suryantini (2014) salah satu ukuran keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan adalah profitabilitas. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi cenderung membiayai perusahaanya dengan menggunakan modal sendiri dibandingkan dengan menggunakan utang.

Dari hasil pengertian profitabilitas diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan manajemen. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan hasil akhir dari kebijakan dan keputusan-keputusan operasional perusahaan. Secara umum rasio profiabilitas dihitung dengan membagi laba dengan modal. Maka pengukuran dalam penelitaan ini menggunakan cara Return On Asset (ROA)

ROA = x 100%

2.1.8.1. Rasio-rasio pengukuran Profitabilitas

2.1.8.2. Rasio-rasio profitabilitas yang menunjukkan labasehubungan dengan penjualan perusahaan.

2.1.8.2.1. Gross Profit Margin

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Munawir, 2004 dalam Azlina, 2009) :

(21)

Gross Profit Margin =

2.1.8.2.2. Net Profit Margin

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Munawir, 2004 dalam Azlina, 2009) :

Net Profit Margin =

2.1.8.2.3. Operating Profit Margin

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Munawir, 2004 dalam Azlina, 2009) :

Operating Profit Margin =

2.1.8.2.4. Operating Rasio

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Munawir, 2004 dalam Azlina, 2009) :

Operating Rasio =

2.1.8.3. Rasio–rasio Profitabilitas yang menunjukan laba sehubungan dengan modal yang digunakan

Rasio–rasio ini menunjukan seberapa besar dari setiap rupiah dana yang ditanamkan dalam perusahaan dapat menghasilkan laba, terdiri dari :

2.1.8.3.1. Rasio Profitabilitas Ekonomi

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Syamsuddin, 2001dalam Azlina, 2009) :

(22)

Profitabilitas Ekonomi =

2.1.8.3.2. Profitabilitas Modal Sendiri

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Syamsuddin, 2001dalam Azlina, 2009)

Profitabilitas Modal Sendiri =

2.2. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti Variabel Penelitian Yang Mempengaruhi Profitabilitas Hasil Penelitian 1 Yusralaini, Amir Hasan dan Imelga

Helen (2009) 1. Perputaran Modal Kerja 2. Struktur Modal 3. Umur Perusahaan 4. Ukuran Perusahaan

Perputaran modal kerja dan umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, struktur modal dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

2 Tania Iskandar, Emrinaldi Nur DP

dan Edfan Darlis (2014)

1. Perputaran Modal Kerja

2. Struktur Modal 3. Likuiditas

Perputaran modal kerja tidak berpengaruh terhadap profitabilitas, struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

profitabilitas dan likuiditas berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap profitabilitas.

(23)

No Peneliti Variabel Penelitian Yang Mempengaruhi Profitabilitas Hasil Penelitian 3 Ambarwati (2015) 1. Modal Kerja 2. Likuiditas 3. Ukuran Perusahaan

Modal kerja berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas, likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas 4 Lexinta Kinanti (2009) 1. Rasio Aktivitas 2. Laverage Keuangan 3. Ukuran Perusahaan 4. Umur Perusahaan

Rasio aktivitas, laverage keuangan dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. 5 Bop Harlim Bonatua (2015)

1. Struktur Modal Struktur modal berpengaruh positif terhadap profitabilitas 6 Nur Azlina (2009) 1. Perputaran Modal Kerja 2. Struktur Modal 3. Skala Perusahaan

Perputaran modal kerja dan struktur modal berpengaruh terhadap profitabilitas, skala perusahaan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. 7 Syaiful Arif (2015) 1. Perputaran Modal Kerja 2. Laverage 3. Pertumbuhan Penjualan

Perputaran modal kerja, laverage dan pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

(24)

No Peneliti Variabel Penelitian Yang Mempengaruhi Profitabilitas Hasil Penelitian

8 Bunga Asri Novita (2015)

1. Struktur Modal 2. Likuiditas

Struktur modal berpengaruh signifikan negative terhadap profitabilitas, likuiditas berpengaruh signifikan positif terhadap

profitabilitas.

2.3. Kerangka Berfikir

Sebuah perusahaan didirikan dengan tujuan agar mendapat keuntungan dari kegiatan operasionalnya. Secara umum aktivitas perusahaan meliputi aktivitas produksi, distribusi dan aktivitas penjualan. Manajemen yang efektif adalah manajemen yang dapat mengelola perusahaan dengan baik dan mampu menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

Dalam memperoleh keuntungan, perusahaan dituntut mempertimbangkan faktor–faktor yang mempengaruhinya. Dalam penelitian ini faktor–faktor tersebut diantaranya tingkat perputaran modal kerja, struktur modal, dan skala perusahaan.

Tingkat perputaran modal kerja digunakan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat pada kecepatan perputaran operating asset dalam suatu periode tertentu. Tingkat perputaran modal kerja memiliki pengaruh terhadap profitabilitas karena semakin tinggi tingkat

(25)

perputaran modal kerjan, semakin efisien dalam penggunaan modal kerjanya, karena setiap kali modal kerja berputar akan menghasilkan aliran pendapatan bagi perusahaan (Hendar dan Kusnadi, 1999 dalam Khoyri, 2014). Hasil penelitian Arif (2015) menyatakan bahwa tingkat perputaran modal kerja berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

Struktur modal perusahaan merupakan kumpulan dana yang digunakan dan dialokasikan oleh perusahaan dimana dana tersebut diperoleh dari hutang jangka panjang dan modal sendiri (Gitman dan Zutter, 2012 dalam Novita, 2015). Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Novita (2015), struktur modal berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Penelitian yang sama dilakukan (Arioctafianti, 2007 dalam Azlina, 2009), bahwa struktur modal berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.

Skala perusahaan yang lebih besar memiliki kebutuhan dana yang lebih besaar pula sehingga skala perusahan yang lebih besar cenderung menggunakan utang yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Menurut penlitian yang dilakukan oleh Kinanti (2009), skala perusahaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Berbeda dengan hasil penelitian yang di lakukan Azlina (2009), bahwa skala perusahaan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas.

Likuiditas menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat

(26)

ditagih. Pengertian likuiditas secara umum mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar seemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah liquid, dan sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah illiquid. Hasil penelitian Iskandar dkk (2014), menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

Leverage keuangan merupakan perimbangan antara total hutang dengan modal sendiri di dalam perusahaan. Banyak orang menyamakan pengertian struktur keuangan dengan struktur modal. Padahal kedua pengertian tersebut sangatlah berbeda. Struktur finansiil (struktur keuangan) mencerminkan cara bagaimana aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai. Sedangkan struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sediri (Riyanto, 2001). Hasil penelitian Kinanti (2009), menyatakan bahwa leverage keuangan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah :

(27)

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

2.4. Hipotesis Penelitian

2.4.1. Hubungan Tingkat Perputaran Modal Kerja dengan Profitabilitas

Dengan tingkat perputaran modal kerja yang tinggi berarti tingkat penjualan juga akan tinggi. Tingkat penjualan yang tinggi tentu saja akan memberikan keuntungan yang juga lebih besar sehingga dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan. Modal kerja selalu dalam keadaan berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen–

Struktur Modal ( X2 ) (H2+)

Skala Perusahaan ( X3 ) (H3+) Profitabilitas ( Y ) Tingkat Perputaran Modal

Kerja ( X1 ) (H1+)

Likuiditas (X4) (H4+)

(28)

komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas (Riyanto, 2001 dalam Arif 2015). Pengertian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Azlina (2009) dan Arif (2015), bahwa tingkat perputaran modal kerja berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

Maka hipotesis yang akan diajukan adalah sebagai berikut :

H1 = Tingkat perputaran modal kerja berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

2.4.2. Hubungan Struktur Modal dengan Profitabilitas

Stuktur modal merupakan komposisi penggunaan modal sendiri dan hutang sebagai sumber pembiayaan bagi perusahaan. Besarnya profitabilitas modal sendiri selain dipengaruhi profitabilitas ekonomi juga dipengaruhi oleh struktur modal dalam hal ini rasio hutang jangka panjang dengan modal sendiri.

(Halim dan Sarwoko, 2008 dalam Novita, 2015), menyatakan bahwa struktur modal perusahaan dana yang digunakan dan dialokasikan oleh perusahaan dimana dana tersebut diperoleh dari hutang jangka panjang dan modal sendiri. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Azlina (2009) dan Bonatua (2015), menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

(29)

Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis :

H2 = Struktur modal berpengaruh positif terhadap

profitabilitas.

2.4.3. Hubungan Skala Perusahaan dengan Profitabilitas

Suatu perusahaan dengan skala besar akan dapat menghasilkan

produk dangan tingkat biaya rendah. Tingkat biaya rendah merupakan salah satu unsur untuk dapat mencapai laba yang diinginkan. Disamping itu suatu perusahaan yang skalanya besar dimana sahamnya tersebar luas, setiap perusahaan modalnya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya control dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan.

Perusahaan dengan skala besar akan lebih mempunyai kemungkinan untuk memenangkan persaingan dalam bisnis, sebagaimana yang diungkapkan oleh (Harianto dan Sudomo, 1998 dalam Azlina, 2009), Perusahaan besar mempunyai pengendalian dan tingkat daya saing yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil, sehingga bisa digunakan dengan perlindungan terhadap risiko ekonomis.

Penelitian terdahulu yang sejalan dengan pengertian diatas dilakukan Kinanti (2009), yang menyatakan bahwa skala perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

(30)

Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis :

H3 = Skala perusahaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

2.4.4. Hubungan likuiditas dengan profitabilitas

Likuiditas menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Pengertian likuiditas secara umum mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar seemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah liquid, dan sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah illiquid (Munawir, 2010 dalam Ambarwati 2015).

Penelitian terdahulu yang sejalan dengan pengertian diatas dilakukan oleh Iskandar (2014), menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap profitabilitas.

H4 = Likuiditas berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

2.4.5. Hubungan leverage keuangan dengan profitabilitas

Leverage dapat dipakai sebagai peningkat hasil pengembalian

pemegang saham, tetapi juga dapat memberikan risiko kerugian pada masa-masa reses (Sawir, 2011 dalam Arif, 2015).

(31)

Leverage keuangan merupakan perimbangan antara total hutang dengan modal sendiri di dalam perusahaan. Banyak orang menyamakan pengertian struktur keuangan dengan struktur modal. Padahal kedua pengertian tersebut sangatlah berbeda. Struktur finansiil (struktur keuangan) mencerminkan cara bagaimana aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai. Sedangkan struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sediri (Riyanto, 2001).

Penelitian terdahulu yang sejalan dengan pengertian diatas dilakukan oleh Kinanti (2009), menyatakan bahwa leverage keuangan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

Gambar

Gambar 2.1. Siklus Modal Kerja Piutang
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Tunjangan alat kelengkapan DPRD adalah tunjangan yang diberikan setiap bulan kepada Pimpinan atau Anggota DPRD Kabupaten Brebes sehubungan dengan kedudukannya sebagai Ketua atau

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa penyelesaian metode dekomposisi adomian pada persamaan diferensial parsial non linear dengan kasus persamaan parabolik

karena atas berkat, rahmat dan cinta-Nya yang diberikan, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Efek Antiinflamasi Benzoil Eugenol secara Topikal terhadap Edema Kaki

Apabila pemenang lelang urutan pertama yang telah ditetapkan sebagai Penyedia mengundurkan diri dan atau tidak bersedia, maka yang akan ditetapkan sebagai Penyedia dapat

Melihat kuantitas dilakukan dengan cara analisis beban kerja untuk mengetahui jumlah optimal pegawai yang dibutuhkan untuk setiap Laboratorium yang didahului oleh

1) Memetakan operasi perusahaan: hal ini membutuhkan diketahuinya batas-batas konsesi perusahaan. Sinar Mas tidak membuat informasi ini tersedia untuk umum, dengan

Walaupun pengukuran FGF-23 merupakan biomarker sensitif terhadap pengaturan fosfat ginjal pada PGK stadium dini, belum diketahui bagaimana osteosit mengetahui

ƒ Menginvestasikan sumber daya dan waktu yang signifikan (dalam situasi yang tidak pasti) untuk meningkatkan kinerja (misalnya membuat produk baru atau mengembangkan