• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Volume III No. 1, Maret 2009, ISSN : , Halaman : 21-30

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Volume III No. 1, Maret 2009, ISSN : , Halaman : 21-30"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN MULTIMEDIA INTERAKTIF RELATIVITAS KHUSUS UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMA

Ketang Wiyono

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya

Agus Setiawan, Andi Suhandi

Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRACT The aim of this research is to examine an interactive multimedia learning model in order to improve Senior High School student’s scientific generic skills. This research was carried out by using quasi experimental method. The students of class XII at a Senior High School in Ogan Komering Ilir South Sumatera in 2008/2009 were chosen as the subject of this research and two classes were taken as the sample. This research revealed significantly that the student that used interactive multimedia learning model had more scientific generic skills than the students that used conventional method. The average of N-gain of scientific generic skills for experiment class is 0,61 while for control class is 0,36. The highest N-gain in the experiment class is 0,85, for the quantity scale awareness

indicatorof time while the smallest N-Gain is 0,30, for law of causality indicator the concept of relativity of Newton. The teacher and students gave good comments on the implemented model. We conclude that the interactive multimedia learning model is better than conventional learning model in improving the student’s science generic skill.

Keywords : Interactive multimedia, special relativity, scientific generic skills

Pendahuluan

Pada tingkat SMA/MA, fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran Fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran Fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu

(2)

dan teknologi. Pembelajaran fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup (Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006).

Topik relativitas khusus merupakan salah satu materi yang diajarkan di SMA kelas XII semester 2. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh guru fisika dalam pembelajaran teori relativitas khusus adalah penguasaan konsep yang dicapai siswa masih rendah. Menurut hasil penelitian Ding (2006) dalam Budiman (2008) tentang perbaikan pengajaran dan pembelajaran pada fisika modern dengan strategi kontemporer, konten dari fisika modern terdiri dari tiga bagian yaitu fisika kuantum, teori relativitas, dan fisika inti yang semuanya penuh dengan deengan konsep yang bersifat abstrak.

Berdasarkan studi pendahuluan diperoleh hasil bahwa pembelajaran topik relativitas khusus dilakukan oleh guru dengan metode ceramah, yang menyebabkan siswa sulit dalam memahami konsep-konsep relativitas khusus yang bersifat abstrak. Agar konsep-konsep relativitas khusus yang abstrak mudah dipahami oleh siswa perlu adanya inovasi-inovasi dalam pembelajaran fisika (Wiyono, 2008). Salah satu inovasi pembelajaran fisika yaitu dengan pengintegrasian teknologi informasi dan komunikasi dalam bentuk multimedia interaktif. Budiman (2008) telah melakukan penelitian yang hasilnya menyatakan bahwa konsep-konsep yang bersifat abstrak seperti dualisme gelombang partikel dapat dipahami oleh siswa dengan bantuan model pembelajaran multimedia interaktif.

Pada pembelajaran konsep-konsep abstrak dengan menggunakan multimedia interaktif dapat dikembangkan keterampilan generik sains. Brotosiswoyo (2000) menyatakan bahwa keterampilan generik sains yang dapat dikembangkan pada pembelajaran teori relativitas khusus meliputi kesadaran akan skala besaran, inferensi logika, hukum sebab akibat, kerangka logika taat azas dan pemodelan matematika. Untuk dapat mengembangkan keterampilan generik sains pada pembelajaran konsep-konsep fisika yang bersifat abstraks perlu bantuan teknologi informasi. Teknologi informasi dalam pendidikan diaplikasikan

(3)

dalam bentuk multimedia berupa perangkat lunak (software), yang memberikan fasilitas kepada siswa untuk mempelajari suatu materi. Penggunaan aplikasi multimedia dalam pembelajaran akan meningkatkan efisiensi, motivasi, serta memfasilitasi belajar aktif, belajar eksperimental, konsisten dengan belajar yang berpusat pada siswa, dan memandu pebelajar untuk belajar lebih baik.

Hasil-hasil penelitian yang relevan antara lain model pembelajaran fisika berbasis teknologi informasi (web) dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains mahasiswa calon guru pada materi termodinamika (Darmadi, 2007). Model pembelajaran hipermedia pada materi induksi magnetik dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika dan dapat meningkatkan keterampilan generik sains guru serta memberikan tanggapan yang baik terhadap model pembelajaran hipermedia materi pokok induksi magnetik (Setiawan dkk, 2007). Model pembelajaran berbasis multimedia berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar fisika dengan rata-rata gain kelas eksperimen lebih unggul sebesar 4,73 terhadap rata-rata gain kelas kontrol sebesar 3,19. perbedaan tersebut signifikan pada taraf nyata 0,05 dengan probabilitas 0,00 dengan thitung sebesar 4,064 yang lebih besar dibandingkan dengan ttabel sebesar 2,060 (Wiendartun dkk, 2007). Penggunaan model pembelajaran inkuiri berbasis teknologi informasi dapat meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritis pada mata pelajaran Kimia untuk topik hidrolisis garam (Ikhsanuddin, 2007). Penggunaan Teknologi dalam pembelajaran fisika (Physics Education Technology/PhET) lebih produktif dibandingkan dengan metode tradisional seperti ceramah dan demonstrasi (Finkelstein, 2006). Simulasi PhET untuk mekanika kuantum membantu kesulitan mahasiswa memahami mekanika kuantum yang menurut mahasiswa sulit karena bersifat abstrak (McKagan, 2007). Penggunaan program fisika yang berbasis web secara signifikan efektif pada skor-skor perbedaan rata-rata pretest dan posttest FCI siswa sekolah menengah dan meningkatkan prestasi mereka dalam memahami konsep gaya dan gerak (Damirci, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu dilakukan suatu penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran berbasis multimedia

(4)

interaktif untuk meningkatkan keterampilan generik sains siswa SMA pada topik relativitas khusus. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagimanakah perbandingan peningkatan keterampilan generik sains siswa antara yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran fisika multimedia interaktif relativitas khusus dengan yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional?” Penelitian ini bertujuan untuk mengkontruksi model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus dan menguji penggunaannya pada pembelajaran materi relativitas khusus di SMA untuk melihat efektivitasnya dalam meningkatkan keterampilan generik sains siswa SMA.

Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi. Eksperimen kuasi digunakan untuk mengetahui perbandingan peningkatan penguasaan konsep, keterampilan generik sains dan berpikir kritis siswa yang menggunakan model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus dengan model konvensional. Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group design (Sugiyono, 2008). Instrumen yang digunakan yaitu (1) tes keterampilan generik sains yang berbentuk pilihan ganda, (2) angket untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru. Pengolahan data dilakukan dengan menghitung skor gain ternormalisasi dan uji perbedaan dua rerata dengan menggunakan SPSS14, sedangkan data angket berupa skala kualitatif dikonversi menjadi skala kuantitatif.

Hasil dan Pembahasan

1. Peningkatan Keterampilan Generik Sains Relativitas Khusus

Peningkatan keterampilan generik sains siswa dinilai dari jawaban tes awal dan tes akhir setelah mengikuti pembelajaran. Indikator keterampilan generik sains yang diteliti meliputi kesadaran akan skala besaran, kerangka logika taat azas, inferensial logika, hukum sebab akibat dan pemodelan matematika. Hasil penilaian keterampilan generik sains berupa skor yang kemudian dihitung persentasenya. Persentase pencapaian skor rata-rata tes awal, tes akhir dan N-gain

(5)

keterampilan generik sains relativitas khusus kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 1. Perbandingan persentase skor rata-rata tes awal, tes akhir dan N-gain keterampilan generik sains kelas eksperimen dan kelas kontrol

Berdasarkan perolehan data skor rata-rata tes awal, tes akhir dan N-gain diketahui bahwa skor rata-rata tes awal siswa kelas eksperimen sebesar 19,2 % dari skor ideal, sementara skor rata-rata tes awal siswa kelas kontrol sebesar 32,5% dari skor ideal. Selanjutnya berdasarkan perolehan data skor rata-rata tes akhir pada kedua kelas diketahui bahwa skor rata-rata tes akhir kelas eksperimen sebesar 68,3 % dari skor ideal, sementara perolehan rata-rata skor tes akhir kelas kontrol sebesar 58,3 % dari skor ideal. Perolehan rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,61 dan kelas kontrol sebesar 0,36. Rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen termasuk kategori sedang dan rata-rata N-gain untuk kelas kontrol juga termasuk kategori sedang. Dengan demikian Rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata N-gain kelas kontrol.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perolehan N-gain pada kelas eksperimen tertinggi terjadi pada indikator kesadaran akan skala besaran yaitu sebesar 0,85 dengan kategori tinggi dan terendah terjadi pada indikator hukum sebab akibat sebesar 0,30 dengan kategori rendah, sementara pada kelas kontrol N-gain tertinggi terjadi pada indikator kesadaran akan skala besaran yaitu sebesar

(6)

0,54 dengan kategori sedang dan terendah terjadi pada indikator hukum sebab akibat sebesar 0,17 dengan kategori rendah. Dari analisis dapat diketahui peningkatan N-gain keterampilan generik sains siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Perbandingan N-gain keterampilan generik sains setiap indikator dapat dilihat pada Gambar 2

Keterangan :

KGS1=Kesadaran akan skala besaran; KGS2=Kerangka logika taat azas; KGS3= Inferensial logika; KGS4=Hukum sebab akibat; KGS5= Pemodelan matematika

Gambar 2 Perbandingan N-gain keterampilan generik sains untuk setiap indikator antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

Berdasarkan persentase perolehan skor peningkatan keterampilan generik sains tes awal pada kelas eksperimen tertinggi terjadi pada indikator pemodelan matematika sebesar 30,8 % dan terendah terjadi pada indikator kesadaran akan skala besaran sebesar 7,7 % sedangkan pada kelas kontrol persentase perolehan skor tes awal tertinggi terjadi pada indikator kerangka logika taat azas dan pemodelan matematika sebesar 51,9 % dan terendah terjadi pada indikator kesadaran akan skala besaran sebesar 13,5 %.

(7)

Persentase perolehan skor peningkatan keterampilan generik sains tes akhir pada kelas eksperimen tertinggi terjadi pada indikator pemodelan matematika sebesar 86,5 % dan terendah terjadi pada indikator hukum sebab akibat sebesar 46,1 % sedangkan pada kelas kontrol persentase perolehan skor tes akhir tertinggi terjadi pada indikator kerangka logika taat azas dan pemodelan matematika sebesar 65,4 % dan terendah terjadi pada indikator hukum sebab akibat sebesar 50,9 %. Dengan demikian persentase peningkatan keterampilan generik sains setiap indikator setelah dilakukan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan.

Uji normalitas distribusi data keterampilan generik sains relativitas khusus siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Diperoleh hasil bahwa data berdistribusi normal pada signifikansi masing-masing 0,322 untuk kelas eksperimen dan 0,951 untuk kelas kontrol. Uji homogenitas varian data keterampilan generik sains relativitas khusus siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan Levene Tes (Test of Homogeneity of Variances) diperoleh hasil bahwa varian data homogen pada signifikansi 0,127. Setelah diperoleh data peningkatan keterampilan generik sains berdistribusi normal dan homogen maka selanjutnya dilakukan uji statistik parametrik (uji t dengan α= 0,005). Dengan menggunakan Independent Samples Test diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan keterampilan generik sains kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan nilai t = 4,518.

Dari pengolahan data tampak bahwa peningkatan keterampilan generik sains siswa pada indikator kesadaran akan skala besaran, inferensial logika dan pemodelan matematika tergolong tinggi. Hal ini disebabkan karena multimedia interaktif mampu memberikan kemudahan kepada siswa untuk melatih kemampuan logika dengan simulasi dan tampilan multimedia yang menarik. Dengan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan generik sains relativitas khusus siswa yang menggunakan model pembelajaran multimedia interaktif secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

(8)

2. Tanggapan Guru Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Relativitas Khusus

Untuk mengetahui tanggapan guru fisika terhadap model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus dilakukan dengan membagikan angket yang berisi butir-butir pernyataan tentang model pembelajaran yang dibuat. Berdasarkan tanggapan guru yang diperoleh melalui angket dapat disimpulkan bahwa guru memberikan tanggapan positif (baik) terhadap penerapan model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1 Rekapitulasi tanggapan guru terhadap penerapan model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus.

No Indikator

Rata-Rata Persentase (%) Kriteria 1 Menunjukkan perasaan senang

terhadap fisika dengan multimedia interaktif

3,75 93,7 Baik

2 Menunjukkan ketertarikan terhadap tampilan dan fasilitas dalam multimedia interaktif

3,67 91,7 Baik

3 Menunjukkan kesungguhan dalam belajar topik relativitas khusus dengan multimedia interaktif

3,67 91,7 Baik

4 Menunjukkan kesungguhan dalam mengerjakan soal yang di berikan melalui multimedia interaktif

4,00 100 Sangat

baik

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa persentase tanggapan guru terhadap penerapan model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus tinggi. 3. Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Multimedia

Interaktif Relativitas Khusus

Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus dilakukan dengan membagikan angket yang berisi butir-butir pernyataan tentang model pembelajaran yang dibuat. Berdasarkan tanggapan siswa yang diperoleh melalui

(9)

angket dapat disimpulkan bahwa siswa memberikan tanggapan positif (baik) terhadap penerapan model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2 Rekapitulasi tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus.

No Indikator Rata-Rata Persentase (%) Kriteria

1 Menunjukkan perasaan senang terhadap fisika dengan multimedia interaktif

3,06 76,4 Baik

2 Menunjukkan ketertarikan terhadap tampilan dan fasilitas dalam multimedia interaktif

3,33 83,3 Baik

3 Menunjukkan kesungguhan dalam belajar topik relativitas khusus dengan multimedia interaktif

3,17 79,2 Baik

4 Menunjukkan kesungguhan dalam mengerjakan soal yang di berikan melalui multimedia interaktif

3,11 77,9 Baik

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa persentase tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus tinggi.

Berdasarkan sebaran angket yang diberikan kepada guru, diketahui bahwa guru memberikan tanggapan baik terhadap model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus. Model pembelajaran multimedia interaktif mempermudah guru dalam mengajarkan materi relativitas khusus yang bersifat abstrak serta dapat meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan generik sains dan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan sebaran angket yang diberikan kepada siswa, diketahui bahwa indikator yang menunjukkan perasaan senang terhadap fisika dengan multimedia interaktif, ketertarikan terhadap tampilan dan fasilitas dalam multimedia interaktif, kesungguhan dalam belajar topik relativitas khusus dengan multimedia interaktif dan kesungguhan dalam mengerjakan soal yang di berikan melalui multimedia interaktif semuanya menunjukkan prosentase yang tinggi.

(10)

Tanggapan baik yang dikemukakan oleh guru dan siswa disebabkan karena fungsi dari multimedia interaktif dalam dunia pendidikan, sebagai perangkat lunak (sofware) pembelajaran, yang memberikan fasilitas kepada siswa untuk mempelajari suatu materi. Multimedia memiliki keistimewaan diantaranya adalah (1) interaktif dengan memberikan kemudahan umpan balik; (2) kebebasan menentukan topik pembelajaran; (3) kontrol yang sistematis dalam proses belajar (Munir, 2008)

Kesimpulan

Peningkatan keterampilan generik sains siswa yang menggunakan model pembelajaran multimedia interaktif secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Rata-rata N-gain keterampilan generik sains siswa kelas eksperimen 0,61 dan kelas kontrol 0,36 yang menunjukkan bahwa penggunaan multimedia interaktif lebih efektif daripada pembelajaran konvensional. Peningkatan tertinggi keterampilan generik sains kelas eksperimen sebesar 0,85 pada indikator kesadaran akan skala besaran dan terendah sebesar 0,30 pada indikator hukum sebab akibat. Guru dan siswa memberikan tanggapan baik terhadap model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus. Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar dilakukan penelitian tentang model pembelajaran multimedia interaktif lainnya terutama untuk materi-materi fisika modern yang jarang dilakukan eksperimen oleh guru fisika di SMA misalnya inti atom dan radioaktivitas

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Isep. dkk. (2008). Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Dualisme Gelombang Partikel untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. Vol 2 (1), 48-55.

Brotosiswoyo, B.S.(2000). Hakikat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta : Proyek Pengembangan Universitas Terbuka, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdiknas.

(11)

Damirci, Neset. (2007). A Study About Student’ Misconceptions In Force And Motion Concept By Incorporating A Web-Assisted Physics Program. The Turkish Online Journal of Educational Technology-TOJET Vol. 4

Darmadi, I Wayan. (2007). Model Pembelajaran Berbasis Web untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan GEnerik Sains Mahasiswa Calon Guru Pada Materi Termodinamika.Tesis SPs UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Finkelstein, Noah et al. (2006). HighTech Tools for Teaching Physics: The Physics Education Technology Project. MERLOT Journal of Online Learning and Teaching Vol. 2, No. 3, September 2006 Department of Physics University of Colorado at Boulder Boulder, Colorado, USA. Tersedia dihttp://www.google.co.id/search?hl=id&q=Journal%2BPhET% 2BPdf&start=20&sa=N .(20 April 2008).

Ikhsanuddin. (2007). Pembelajaran Inkuiri Berbasis Teknologi Informasi Untuk Mengembangkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Topik Hidrolisis Garam. Tesis SPs UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

McKagan, et al. (2007). Developing and Researching PhET simulations for Teaching Quantum Mechanics. American Journal of Physics Vol. 76, No.4503.Tersedia di http://arxiv.org/abs/0709.4503v2.(20 April 2008).

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : ALFABETA.

Peraturan Mendiknas No. 22. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Setiawan, A dkk. (2007). Influence of Hypermedia Instruction Model on Magnetic Induction Topic to Comprehension of Physics Concept and Science Generic Skill of Physics Teachers. Prossiding Seminar Internasional Pendidikan IPA. SPS UPI Bandung.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dab R&D). Bandung : ALFABETA.

Wiendartun, dkk. (2007). The Effect of Multimedia Teaching and Learning on The Achievement of Physics Learning. Prossiding Seminar Internasional Pendidikan IPA. SPS UPI Bandung.

Wiyono, Ketang. (2008). Pengintegrasian TIK dalam Pembelajaran Fisika di SMA N 1 Indralaya Kabupaten Ogan Ilir. Laporan Studi Kasus SPs UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

(12)

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ARTIKEL

Pembimbing 1

Dr. Agus Setiawan, M.Si.

Pembimbing 2

Dr. Andi Suhandi, M.Si.

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan IPA

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. Liliasari, M.Pd NIP. 130677407

(13)

MODEL PEMBELAJARAN MULTIMEDIA INTERAKTIF RELATIVITAS KHUSUS UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMA

ARTIKEL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Ujian Tahap II

Oleh :

KETANG WIYONO NIM. 0706840

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

Gambar

Gambar 1. Perbandingan persentase skor rata-rata tes awal, tes akhir dan N-gain keterampilan generik sains kelas eksperimen dan kelas kontrol
Gambar 2 Perbandingan N-gain keterampilan generik sains untuk setiap indikator antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
Tabel 1 Rekapitulasi tanggapan guru terhadap penerapan model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus.
Tabel 2 Rekapitulasi tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran multimedia interaktif relativitas khusus.

Referensi

Dokumen terkait

Perlindungan Hukum Bagi Investor Saham Terhadap Terjadinya Forced Delisting Emiten Dalam Kegiatan Pasar Modal .Tesis Magister pada FH UGM Yogyakarta: Etd Gajah Mada

News reader : Pemkot menilai MAPPI tidak berwenang nilai asset Giwangan Pemerintah Kota Yogyakarta menilai bahwa Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI) tidak

Sesuai dengan uraian tersebut diatas pada dasarnya apabila penyidik telah mampu melakukan pencarian, pangamanan, pengawetan, pemeriksaan pendahuluan, maka laboratorium

[r]

Perawatan burung Cucak Rowo pada masa mabung adalah menjadi hal yang sangat penting, karena apabila perawatan yang salah pada masa ini akan membuat burung cucak

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus

Nilai koefisien korelasi parsial antara variabel fasilitas belajar dirumah dengan hasil belajar dengan kontrol variabel motivasi belajar dan pendidikan orang tua

Untuk menggambarkan data lapangan yang telah dikumpulkan dari responden tentang penggunaan media audio visual serta pengaruhnya terhadap motivasi dan hasil