• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi Berasal dari Bahasa Inggris yaitu Participation yang artinya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IITINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi Berasal dari Bahasa Inggris yaitu Participation yang artinya"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IITINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Defenisi Partisipasi

Partisipasi Berasal dari Bahasa Inggris yaitu “ Participation “ yang artinya pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Juliantara (2002:87), Partisipasi adalah bekerjanya suatu system pemerintahan dimana tidak ada kebijakan yang diambil tanpa adanya persetujuan dari rakyat, sedangkan arah dasar yang akan dikembangkan adalah proses pemberdayaan.Menurut Domai (2011), Partisipasi Adalah proses ketika warga, sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran dalam proses perencanaan ,pelaksanaan, dan pemantauan kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka.Sedangkan menurut Adisasmita (2006), partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan, perencanaan, dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek yang dilaksanakan.

Berdasarkan beberapa defenisi menurut para ahli diatas, bisa disimpulkan bahwa partisipasi merupakan pengambilan bagian atau kterlibatan anggota masyarakat dengan cara memberikan dukungan (tenaga, pikiran maupun materi) dan bertanggung jawab terhadap setiap keputusan yang telah diambil demi tercapai nya tujuan yang telah ditentukan bersama. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan merupakan aktualisasi dari

(2)

ketersedian dan kemauan anggota masyarakat untuk berkontribusi dalam iplementasi program/proyek yang telah dilaksanakan.

Arnstein (1969), lewat typologi nya yang dikenal dengan tingkatan partisipasi masyarakat (the ladder of citizen participation), menerangkan tingkat partisipasi masyarakat yang berdasarkan pada kekuatan masyarakat untuk menentukan suatu produk akhir. arnsteinjuga menekankan bahwa terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara bentuk peran serta yang bersifat semu (empety ritual) dengan bentuk peran serta yang mempunyai kekutaan nyata (real power) yang diperlukan untuk mempengaruhi hasil akhir dari suatu proses.

Arnstein menggambarkan partisipasi masyarakat sebagai suatu pola bertingkat (ladder patern) yang terdiri dari 8 tingkat, dimana tingkat paling bawah merupakan tingkat partisipasi masyarakat sangat rendah, kemudian tingkat yang paling atas merupakan tingkat dimana partisipasi masyarakat sudah sangat besar dan kuat. Yang dikatakan delapan tingkat mengurut dari bawah ke atas adalah manipulation ( memanipulasi), Therapy (memulihkan), Informing (menginformasikan), Consultation (merundingkan), Placation (mendiamkan), Partneship (bekerjasama), Delegated power (pendelegasian wewenang), dan Citizen Control (masyarakat mengontrol).

Arnstein mengelompokkan 8 anak tangga tersebut menjadi 3 bagian. Jika diurutkan dari tangga terbawah,bagian pertama merupakan Nonparticipation (

(3)

tidak ada partisipasi), bagian Kedua Tokenism (delusive), dan bagian ketiga Citizen Power (Publik berdaya).

Gambar 2.1

Tangga Partisipasi Masyarakat

Citizen Power

Tokenism

Non Participation

Sumber : Arnstein, 1999, diolah

Bagian Pertama, merupakan Nonparticipation (tidak ada partisipasi) yang terdiri dari Manipulation dan Therapy. Pada bagian ini, otoritas yang berkuasa sengaja menghapus segala bentuk partisipasi masyarakat. Di tingkat Manipulation (memanipulasi), mereka memilih dan mendidik sejumlah orang sebagai wakil dari masyarakat. Fungsinya, ketika mereka mengajukan program, maka para wakil masyarakat tadi harus selalu mensetujuinya.Sedangkan masyarakat tidak diberitahu

Citizen Control DelegatedPower Partnership Placation Consultation Informing Therapy Manipulation

(4)

tentang hal tersebut.Pada tingkat Therapy (memulihkan), mereka sedikit memberitahu masyarakat tentang beberapa programnya yang telah di setujui oleh wakil masyarakat.Masyarakat hanya bisa mendengarkan saja.

Bagian Kedua, Tokenism (delusif) yang terdiri dari informing, Consultation, dan Placation. Dalam Tokenism, otoritas yang berkuasa menciptakan citra, tidak lagi menghalangi partisipasi masyarakat.Namun kenyataannya berbeda, benar partisipasi masyarakat dibiarkan, namun mereka mengabaikannya dan mereka tetap mengeksekusi rencananya semula. Saat berada di tingkat informing (informasi), mereka menginformasikan macam-macam program yang akan dan sudah dilaksanakan umumnya hanya dikomunikasikan searah, dan masyarakat belum dapat melakukan komunikasi umpan-balik secara langsung. Untuk tingkat Consultation (merundingkan), mereka berdikusi dengan banyak elemen masyarkat tentang berbagai agenda. Semua saran dan kritik didengarkan tetapi mereka yang mempunyai kuasa memutuskan, apakah saran dan kritik dari masyarakat dipakai atau tidak. Lalu pada tingkat Placation ( mendiamkan), mereka berjanji melakukan berbagai saran dan kritik dari masyarakat, namun mereka diam-diam menjalankan rencananya semula.

Dan bagian ketiga, citizen power (masyarakat berdaya) yang terdiri dari Partnership, Delegated Power, dan Citizen Control.Saat Partisipasi masyarakat telah mencapai Citizen Power, maka otoritas yang berkuasa sedang benar-benar melakukan peran serta masyarakat dalam berbagai hal.

(5)

Ketika di tingkat Partnership (bekerjasama), meraka memperlakukan masyarakat selayaknya rekan kerja.Mereka bermitra dalam merancang dan mengimplementasi aneka kebijakan masyarakat.naik ke tingkat Delegated Power(pendelegasian wewenang), mereka mendelegasikan beberapa kewenangannya kepada masyarakat. contoh, masyarakat mempunyai hak veto dalam proses pengambilan keputusan. Dan Terakhir tingkat yang paling tinggi yaitu Citizen Control ( msyarakat Mengontrol), masyarakat yang lebih mendominasi ketimbang mereka, bahkan sampai dengan mengevaluasi kinerja mereka, partisipasi masyarakat yang ideal tercipta ditingkat ini.

Conyers (1991), menyatakan ada 3 alasan utama mengapa Partisipasi Masyarakat itu sangat penting dalam pembangunan, yaitu :

1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mepunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut.

3. Partisipasi merupakan suatu gak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.

(6)

2.1.2 Defnisi Pembangunan

Menurut Todaro (2000:18) menyatakan bahwa pembangunan bukan hanya fenomena semata, namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi materi dan keuangan dari kehidupan manusia. Selanjutnya Todaro (2000:20) mendefinisikan pembanunan merupakan suatu proses multidimensial yang meliputi perubahan-perubahan struktur sosial, sikap masyarakat, lembaga-lembaga nasional, sekaligus peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan, dan pemberantasan kemiskinan. Menurut Gant dalam Suryono (2001:31) tujuan pembangunan ada 2 yaitu :

1. Pada hakekatnya pembangunan bertujian untuk menghapuskan kemiskinan 2. menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk dapat hidup

bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.

menurut Tjokroamidjojo (1971:195-196) program pembangunan merupakan suatu rencana operasional tahunan yang akan memuat program-program sektoral tertentu yang dimaksud untuk mendukung pencapaian tujuan rencana. Suatu program yang dianggap baik seringkali mempumyai unsure inovatif (pembaharuan), adanya suatu inisiatif baru, pendekatan eksperimentil dan aplikasi-aplikasi gagasan baru.Program-program juga dipergunakan untuk memecahkan masalah.Keadaan-keadaan yang merupakan hambatan-hambatan atau kelemahan-kelemahan dalam masyarakat, sering ditanggulangi dengan suatu

(7)

program.Memulai suatu program, dapat menarik perhatian dan dukungan dari masyarakat kemudian mengembangkan motivasi dan inisiatif.

Selain itu menurut Tjokroamidjojo suatu program yang baik harus memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

1. Tujuan yang dirumuskan cukup jelas.

2. Penentuan peralatan yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut.

3. Suatu kerangka kebijaksanaan yang konsisten dan atau proyek-proyek yang saling berkaitan untuk mencapai program seefektif mungkin.

4. Pengukuran dengan ongkos-ongkos yang diperkirakan dan keuntungan-keuntungan yang diharapkan akan dihasilkan program tersebut.

5. Hubungan dengan kegiatan-kegitan lain dalam usaha pembangunan dan program pembangunan lainnya. Suatu program pembangunan tidak berdiri. 6. Berbagai upaya dibidang manajemen,termasuk penyediaan tenaga,

pembiayaan, dan lain-lain untuk melakanakan program tersebut. 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi Masyarakat.

Korten (1983), menyebutkan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan.faktot-faktor tersebut dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu :

(8)

1. Faktor internal, yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri dan dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartsipasi dalam suatu kegiatan berupa kemampuan dan kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi.

2. Faktor eksternal, yaitu peran aparat dan lembaga formal yang ada.

Menurut Plummer dalam Suryawan (2004), beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah tingkah laku individu yang berhubungan erat atau dintentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti :

1. Jenis Kelamin

Masyarakat beranggapan bahwa laki-laki dan perempuan akan mempunyai pandangan berbeda terhadap suatu pokok permasalahan, sehingga partisipasi yang diberikan oleh seorang pria dan wanita dalam pembangunan akan berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya system pelapisan sosial yang terbentuk dalam masyarakat, yang membedakan kedudukan dan derajat ini akan menimbulkan perbedaan hak dan kewajiban antara proa dan wanita. Di dalam system pelapisan atas dasar seksualitas ini, golongan pria dianggap memiliki ak istimewa dibandingkan dengan golongan wanita, sehingga kelompok pria akan lebih banyak berpartisipasi.

(9)

2. Usia

Dalam masyarakat terdapat perbedaan kedudukan dan derajat atas dasar senioritas, sehingga akan memunculkan golongan tua dan golongan muda yang berbeda dalam hal-hal tertentu, misalnya menyalurkan pendapat dan mengambil keputusan. Usia dianggap berpengaruh pada keaktifan seseorang untuk berpartisipasi. Dalam hal ini golongan tua dianggap lebih berpengalaman dan akan lebih banyak memberikan pendapat dalam menetapkan keputusan.

3. Tingkat Pendidikan

Dasar pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi seluruh lingkungan dalam masyarakat. Semakin tinggi latar belakang pendidikannya, tentunya mempunyai pengetahuan yang luas tentang pembangunan dan bentuk serta cara partisipasi yang dapat diberikan. Faktor pendidikan dianggap penting, karena dengan pendidikan yang diperoleh,seseorang lebih mudah berkomunikasi dengan orang luar dan cepat tanggap dalam inovasi.

4. Tingkat Penghasilan

Penduduk yang lebih kaya kebanyakan membayar pengeluaran tunai dan jarang melakukan kerja fisik sendiri. Sementara penduduk yang dengan berpenghasilan sedikit atau disebut pas-pasan akan cenderung berpartisipasi dalam hal tenaga. Besarnya tingkat Prnghasilan akan memberi peluang yang

(10)

lebih besar lagi bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Tingkat peghasilan ini mempengaruhi kemampuan financial masyarakat untuk berinovasi.

5. Mata Pencaharian

Biasanya orang dengan tingkat pekerjaan tertentu akan dapat lebih meluangkan ataupun bahkan tidak meluangkan sedikitpun waktunya untuk berpartisipasi pada suatu proyek tertentu. Sering kali alasan yang mendasar pada masyarakat adalah adanya pertentangan antara komitmen terhadap pekerjaan dengan keinginan untuk berpartisipasi. Tingkat pekerjaan ini berkaitan dengan tingkat penghasilan seseorang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mata pencaharian dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Hal ini disebabkan pekerjaan akan berpengaruh terhadap waktu luang seeorang.

6. Kepercayaan Terhadap Budaya Tertentu

Masyarakat dengan tingkat heterogenitas yang tinggi, terutama dari segi agama dan budaya akan menentukan strategi partisipasi yang digunakan serta metodologi yang digunakan. Sering kali kepercayaan yang dianut dapat bertentangan dengan konsep-konsep yang ada.

(11)

2.3 Tahapan Partisipasi Masyarakat

Menurut Soetomo (2010:13) Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan yang dilandasi oleh kesadaran dan determinasi. Dalam hal ini menjelaskan bahwa dalam pembangunan desa harus disertai dengan adanya keterlibatan masyarakat dan dan ikut serta dalam pembangunan.

Partisipasi masyarakat menggambarkan bagaimana terjadinya pembagian ulang kekuasan yang adil (redistribution of power) antara penyedia kegiatan dan kelompok penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat tersebut bertingkat sesuai dengan gradasi, derajat wewenang, dan tanggung jawab yang dapat dilihat dalam proses pengambilan keputusan.

Cohen dan Uphoff (1979), membagi partisipasi dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan (pengambil keputusan), diwujudkan dengan bentuk keikutsertaan dan keaktifan masyarakat dalam rapat. Partisipasi masyarakat pada tahap ini sangat mendasar sekali, terutama karena yang diambil menyangkut nasib mereka secara keseluruhan, yang menyangkut kepentingan bersama. partisipasi dalam hal pengambilan keputusan ini dilihat dari kehadiran rapat, diskusi, sambungan pemikiran, tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.

(12)

2. Tahap Pelaksanaan, merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program merupakan kelanjutan dari rencana yang telah disepakati sebelumnya. Dalam hal ini Uphoff menegaskan bahwa partisipasi dalam pembangunan dapat dilakukan melalui keikutsertaan masyarakat dalam memberikan konstribusi yang berwujud tenaga, uang, barang, material, maupun informasi.

3. Tahap evaluasi/pengawasan, Partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap penting sebab merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan pembangunan selanjutnya, Partisipasi dalam evaluasi berkaitan dengan masalah pelaksanaan program secara menyeluruh, Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program telah sesuai dengan yang ditetapkan atau ada penyimpangan.

4. Tahap menikmati hasil, dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksaan proyek. Dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek yang dirasakan, berarti pembangunan tersebut berhasil mengenai sasaran. Partisipasi dalam menikmati hasil dapat dilihat dari tiga segi, yaitu dari aspek manfaat materialnya, manfaat sosialnya, dan manfaat pribadi.

(13)

2.4 Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Prasarana Desa

Menurut Nurmandi (1999), jenis prasarana yang termasuk prasarana publik adalah meliputi jaringan jalan, transportasi umum, system air bersih, system air limbah, manajemen persampahan, jaringan drainase, pencegahan banjir, instalasi listrik dan telpon. Jenis Dari Infrastruktur dalam bantuan keuangan dana desa yang ada di desa kecamatan sei dadap diantaranya adalah pembangunan drainase, dan pembangunan jaringan jalan. Penyedian sebuah infrastruktur merupakan salah satu aspek pengembangan wilayah yang pengelolaannya melibatkan berbagai stakeholder. Masyarakat dapat terlibat langsung dalam setiap tahapan pengeloaan (perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan ) pembangunan sarana prasarana, namun dalam ruang lingkup yang relative terbatas.

Pada tahap perencanaan diharuskan untuk menyertakan anggota-anggota dalam berbagai kelompok sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.Selama ini, berlandaskan pada paradigma lama yang bersifat top-down.Kegiatan perencanaan pembangunan prasarana ditentukan oleh pihak luar dengan asumsi bahwa warga dianggap tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk merencanakan pembangunan. Persoalan kemudian, pakah memang demikian adanya, bahwa apbil perencnaan dan pelaksanaan pembangunan dilakukan oleh pihak luar, warga akan mampu dan memperoleh manfaat yang sebaik-baiknya dala pengelolaan prasarana sehingga mereka

(14)

akan mampu pula untuk meningkatkan kesejahteraannya. Jawabannya tidak demikian, berbagai studi menunjukkan bahwa berbagai konflik sosial yang menjurus pada disintegrasi sosial makin besar dan merusak demikian hebat.

Pada tahap pelaksanaan pembangunan berpegang pada penyampaian kebenaran (truth), ketepatan (appropriateness), kejujuran/ketulusan (sincerity), transparansi (transparency), kesesuaian(equality) dan kepercayaan. Ada 2 prinsip dalam pelaksanaan pembangunan diantaranya adalah :

1. Prinsip Partisipatif, harus dipahami bahwa pelaksanaan kegiatan ini bukanlah milik segolongan orang atau kepentingan pihak tertentu saja, tetapi merupakan kepentingan bersama dan merupakan hasil keputusan bersama yang hasilnya akan dirasakan manfaatnya oleh semua pihak yang berkepentingan

2. Prinsip warga sebagai pelaksana dan orang luar sebagai fasilitator. Dalam pelaksanaan kegiatan orang luar harus menyadari bahwa mereka hanya berperan sebagai fasilitator dan bukannya guru, penyuluh atau instruktur, serta pelaksana kegiatan tersbut (purba 2005).

Sedangkan menurut Sujamto (1989), tahap pengawan adalah ukuran atau patokan untuk membandingkan dan menilai apakah kegiatan yang diawasi itu berjalan sesuai yang semestinya atau tidak.Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah segi daya guna dan hasil guna penyelengaraan

(15)

pekerjaan.Tujuan umum pengawasan adalah untuk mengetahui, menggambarkan dan mengevaluasi proses pelaksanaan. Sedangkan tujuan khusus adalah untuk mengetahui tingkat efektifitas dan efesiensi pelaksanaan pembangunan secara menyeluruh, mengetahui dan mengukur antara pelaksanaan di lapangan sesuai dengan standar yang diharapkan, mengkaji kesesuaian tindakan actor yang terlibat sesuai fungsintya disemua tingkatan, mengetahui gambaran indikasi adanya perubahan sosial ekonomi, masyarakat baik positif maupun negatif, memperoleh rekomendasi kebijaksanaan, dan membangun system monitoring yang dapat diandalkan untuk program pembangunan selanjutnya.

2.5 Penelitian Terdahulu

Suhendar (2012), dalam penelitiannya berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri di Desa Karyasari Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Padeglang”.Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui partiipasi masyarakat dalam PNPM Mandiri pada tahun 2009-2012.Teori yang digunakan dalam Penelitian ini adalah teori partisipasi masyarakat menurut Cohen dan uphoff.Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan Hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi

(16)

masyarakat dalam PNPM Mandiri di Desa Karyasari tahun 2009-2011 sangat kurang, hal tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi dan ajakan dari aparatur Desa Karyasari.

Bryan Rapi,(2013) dalam penelitiannya berjudul “Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Infrastruktur Jalan Melalui PNPM-PPIP di Desa Munte Kecamatan Tumpaan Kabupaten Minahasa Selatan”. Bertujuan untuk mengukur tingkat partisipasi msyarakat terhadap pemangunan infrastruktur jalan perkebunan yang ada di Desa Munte.Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi berada pada kategori sedang.Dalam tahap perencanaan sebagian besar responden kurang aktif dalam berpartisipasi dengan alasan sibuk bekerja.Tahap pelaksanaan responden terbanyak berada pada situasi tidak aktif berpartisipasi dengan alasan panitia program pembangunn infrastruktur pedesaan tidak konsisten dengan hasil rapat atau keputusan yang diambil dalam tahap perencanaan yang berbeda dengan pelaksanaanya.sedangkan tahap pengawasan hanya satu responden yang tidak aktif dalam tahap ini dengan alasan sibuk bekerja.

Stepanus Francisco (2015) dalam penelitiannya berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di Desa Marunsu Kecamatan Samalantan Kabupaten Bengkayang”.bertujuan untuk menganalisis tingkat

(17)

partisipasi masyrakat dalam pembangunan desa di Desa Marumsu Kecamatan Samalantan Kabupaten Bengkayang yang dikaji dari 4 aspek partisipasi masyarakat, yaitu: partisipasi dalam pengambilan keputusan/perencanaan, partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan, partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan, dan partisipasi dalam evaluasi hasil pembangunan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengen pengumpulan data dengan melakukan wawancara,dokumentasi dan observasi lapangan dengan tujuan untuk mendapatkan data primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengeksplorasi dan mengklarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenan dengan masalah yang diteliti, sehingga penelitian ini berusaha untuk menggambarkan keadaan fenomena yang sedang terjadi dimasyarakat.

Abd.azis Muthalib,dkk (2016). dalam penelitiannya berjudul “Analisis Partiisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Studi di Desa Wawolesea Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara”. bertujuan untuk mengukur tingkat Partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa yang ada di Desa wawolesea. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang menggunakan data primer yang diperoleh secara langsung di lapangan sebanyak 20 responden. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingakat partisipasi masyarakat dalam pembangunan

(18)

desa di Desa Wawolesea sesuai masing-masing indikator. Dimana tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa berada pada kategori sangat tinggi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa yaitu faktor intern dn ekstern. faktor intern berupa kesadaran dari masyarakat itu sendiri,pendidikan, dan pendapatan masyarakat.

2.6Kerangka Konseptual

Maksud dari adanya kerangka konseptual adalah memberikan gambaran untuk dijadikan acuan penelitian yang akan dilakukan. Tahap awal dalam penelitian ini adalah pengumpulan data yang bersumber dari data primer dan data sekunder . Kerangka Konseptual ini menggambarkan bagaimana Partisipasi Masyarakat Desa Terhadap Pembangunan Yang Di Biayai Oleh Keuangan Dana Desa Di Kecamatan Sei Dadap yang dapat dilihat melalui tiga tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan (sutami,2009). Selanjutnya, dilakukan tabulasi silang antara faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi (jenis kelamin, usia, pendidikan, dan penghasilan) dengan ketiga tahapan kegiatan tersebut. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana hubungan sosial ekonomi dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang di biayai oleh Keuangan Dana Desa di Kecamatan Sei Dadap, maka secara ringkas kerangka pemikiran teoritis yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

(19)

Gambar 2.6 Kerangka Konseptual

Pembangunan yang dibiayai oleh Keuangan Dana Desa di

Kecamatan Sei Dadap Partisipasi Masyarakat Distribusi Frekuensi

Pelaksanaan

Perencanaan Pengawasan

Sosial Ekonomi Masyarakat Tabulasi Silang

(20)

2.7 Hipotesis

Menurut Soeratno (2000:22), hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara yang artinya belum bernilai ( mencapai) kebenarannya. Hipotesis nol adalah hipotesis negatif yang menyangkal jawaban sementara yang dirancang oleh peneliti yang harus di uji kebenarannya dengan analisis statistik. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak Terdapat hubungan antara kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan tahapan partisipasi dalam pembangunan.

H1 : Terdapat hubungan antara kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan tahapan partisipasi dalam pembangunan

Gambar

Gambar 2.6  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan harus meminta persetujuan dari LPPOM MUI setiap penambahan fasilitas produksi baru untuk produk yang sudah disertifikasi7. Contoh surat permintaan

Sistem Informasi Manajemen Desa (SIMADE) adalah suatu sistem informasi yang dapat terhubungkan sebagian besar administrasi yang tersedia di Kantor Kecamatan Kota Batu mulai dari

Pada saat staf bagian atau departemen yang meminta barang datang untuk mengambil barang permintaannya, oleh staf bagian gudang dilakukan lagi pengecekan ulang

Kurikulum Berbasis Komptensi bidang TIK yang mengacu pada kebutuh dunia usaha atau dunia Industri dirancang secara sistematis dalam Aplikasi Perkantoran yang mencakup

Nilai p kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi pada anak kelas 4, 5 dan 6 di SD

Akan tetapi sebagai tontonan yang mengedukasi dan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang dapat memberikan ilmu pengetahuan kepada penonton terutama

Tabel I.4 Perkembangan Jumlah Peminat melalui Seleksi Mandiri Universitas Negeri Malang menurut Fakultas/ Jurusan/Program Studi dan Jenjang Program Studi Trends in Number

Jika pantulan itu terjadi pada ujung bebas, maka gelombang pantul merupakan kelanjutan dari gelombang datang (fasenya tetap), tetapi jika pantulan itu terjadi pada ujung tetap,