• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TERHADAP PERHITUNGAN BIAYA HAK PENGGUNAAN FREKUENSI RADIO UNTUK TELEVISI DIGITAL TERESTRIAL DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN TERHADAP PERHITUNGAN BIAYA HAK PENGGUNAAN FREKUENSI RADIO UNTUK TELEVISI DIGITAL TERESTRIAL DI INDONESIA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN TERHADAP PERHITUNGAN BIAYA

HAK PENGGUNAAN FREKUENSI RADIO

UNTUK TELEVISI DIGITAL TERESTRIAL DI INDONESIA

Daniel PH

Computer Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480

dhutabarat@binus.edu

ABSTRACT

TV broadcast system are now starting to migrate from analogue broadcasting system to a digital one. Indonesia is planning to fully migrate in the year 2015 – 2018. For the government as a regulator, the application of digital broadcast system will improve the efficiency of the use of the frequency spectrum since an analog broadcast channel is able to distribute four to six digital broadcast programs. This can increase the number of new program providers which will also increase government revenues in the form of Frequency Usage Fee. In this paper, a model calculation of Frequency Usage Fee set out in PP No.76 Year 2010 is reviewed. Benchmarking against other countries is also conducted. The results of this paper is an input to determine the Frequency Usage Fee model particularly for digital terrestrial television by considering the effectiveness and sustainability of the use of frequency spectrum.

Keywords: spectrum, Frequency Usage Fee, TV, digital broadcasting

ABSTRAK

Dunia televisi siaran saat ini mulai bermigrasi dari sistem siaran analog ke sistem siaran digital. Indonesia berencana melakukan migrasi ini secara penuh di tahun 2015 – 2018. Bagi pemerintah sebagai regulator, penerapan sistem siaran digital akan meningkatkan efisiensi penggunaan spektrum frekuensi di mana satu kanal siaran analog dapat menyalurkan empat hingga enam program siaran digital. Hal ini dapat meningkatkan jumlah penyelenggara siaran baru yang juga akan meningkatkan penerimaan negara dalam bentuk Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi. Pada tulisan ini, model perhitungan biaya hak penggunaan frekuensi yang diatur dalam PP No. 76 Tahun 2010 akan ditinjau. Dilakukan pula benchmarking terhadap beberapa negara lainnya. Hasil dari tulisan ini adalah sebuah masukan untuk menentukan model biaya hak penggunaan frekuensi khususnya untuk televisi siaran digital dengan mempertimbangkan keefektifan dan keberlanjutan penggunaan spektrum frekuensi.

(2)

PENDAHULUAN

Perubahan dari sistem penyiaran analog ke sistem penyiaran digital merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Banyak negara sudah bersepakat untuk menghentikan semua penyiaran analog dan menggantikannya ke digital. Kondisi ini dikenal dengan istilah Analog Switched Off (ASO). Amerika, Jepang dan Eropa sudah memulai proses migrasi ke penyiaran digital sejak beberapa tahun yang lalu. Amerika bahkan telah memutuskan untuk menghentikan penyiaran televisi analognya secara total (cut-off) di tahun 2009. Bahkan di Asia, Singapura meluncurkan teknologi ini di tahun 2004 dan Malaysia sudah mengoperasikannya di tahun 2006 (Depkominfo, 2009). Pemerintah dalam rencananya mengimplementasikan teknologi ini, harus merubah model bisnis penyelenggaraan penyiaran digital dengan memisahkan antara penyelenggara program (content provider) dan penyelenggara jaringan (network provider) yang selama ini belum diterapkan pada sistem perizinan penyiaran analog. Dengan adanya perubahan model bisnis ini, BHP akan dibebankan kepada operator multiplex.

Perubahan yang terjadi sehubungan dengan migrasi teknologi ini perlu dicemati dan dikritisi khususnya terhadap model Biaya Hak Penggunaan frekuensi yang berlaku saat ini di mana model BHP yang ada adalah model BHP yang ditujukan untuk penyelenggaraan siaran analog yang modelnya mengacu pada PP No. 76 tahun 2010 mengenai Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2009 mengenai Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Komunikasi Dan Informatika. Tinjauan terhadap model BHP yang ada saat ini dipandang perlu karena adanya perubahan-perubahan yang terjadi sebagai imbas perubahan teknologi dan perlunya masukan untuk dapat membuat model BHP yang mempertimbangkan keefektifan dan keberlanjutan penggunaan spektrum frekuensi.

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dimana pada penelitian ini akan dilakukan investigasi terhadap perhitungan BHP frekuensi radio yang ada di Indonesia. Dari investigasi ini akan didapatkan parameter - parameter yang terkait dengan perhitungan BHP. Setelah mengetahui parameter – parameter terkait maka dilakukan pula investigasi mengenai pembiayaan spektrum yang ada di dunia dengan melihat beberapa contoh pembiayaan spektrum dari beberapa negara. Parameter – parameter terkait perhitungan BHP baik yang ada di Indonesia ataupun yang ada di dunia untuk kemudian secara kualitatif ditinjau satu persatu untuk melihat parameter mana yang akan mendukung penggunaan spektrum sebagai sumber daya yang langka. Hasil dari peninjauan ini kemudian akan dibandingkan dengan perhitungan yang ada di Indonesia dan selanjutnya parameter – parameter yang belum masuk di dalam perhitungan akan dijadikan masukan untuk dijadikan formulasi baru dalam perhitungan BHP frekuensi yang mendukung penggunaan frekuensi sebagai sumber daya yang langka.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Investigasi Perhitungan BHP Frekuensi Radio di Indonesia

PP No. 76 Tahun 2010 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No.7 tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada

(3)

Informasi, 2010):

Biaya Hak Penggunaa Spektrum Frekuensi Radio terdiri atas: (a) biaya Hak Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio untuk Izin Stasiun Radio; dan (b) biaya Hak Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio untuk Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio.

Biaya Hak Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio untuk Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio ditetapkan melalui: (a) mekanisme seleksi dengan memperhatikan kewajaran dan kemampuan daya beli masyarakat; atau (b) mekanisme penghitungan dengan menggunakan formula.

Biaya Hak Penggunaan Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio yang ditetapkan melalui mekanisme seleksi terdiri atas: (a) biaya Izin Awal; dan (b) biaya Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio tahunan.

Biaya Izin Awal dan biaya Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio tahunan sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika berdasarkan hasil seleksi.

Biaya Hak Penggunaan Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio yang ditetapkan melalui mekanisme penghitungan dengan menggunakan formula adalah berupa biaya Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio tahunan.

Biaya Hak Penggunaan Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio sebagaimana dimaksud berlaku bagi penggunaan: (a) pita frekuensi radio 800 MHz untuk penyelenggaraan jaringan bergerak seluler dan penyelenggaraan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas pada rentang frekuensi radio 824 MHz – 845 MHz berpasangan dengan 869 MHz – 890 MHz; (b) pita frekuensi radio 900 MHz untuk penyelenggaraan jaringan bergerak seluler pada rentang frekuensi radio 890 MHz – 915 MHz berpasangan dengan 935 MHz – 960 MHz; dan (3) pita frekuensi radio 1800 MHz untuk penyelenggaraan jaringan bergerak seluler pada rentang frekuensi radio 1710 MHz – 1785 MHz berpasangan dengan 1805 MHz – 1880 MHz.

Biaya Hak Penggunaan Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio sebagaimana dimaksud dihitung dengan formula:

N adalah Faktor normalisasi untuk menjaga kestabilan penerimaan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Biaya Hak Penggunaan spektrum frekuensi radio, yaitu dengan menggunakan nilai Indeks Harga Konsumen (IHK) yang ditetapkan oleh lembaga pemerintah non kementerian yang membidangi urusan pemerintahan di bidang statistik. Nilai IHK yang digunakan adalah perbandingan antara nilai IHK pada bulan ditetapkannya Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio periode satu tahun sebelumnya dengan nilai IHK pada bulan ditetapkannya Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio periode dua tahun sebelumnya. Dalam hal terdapat kebijakan perubahan target penerimaan Penerimaan Negara Bukan Pajak, nilai N dapat disesuaikan.

K adalah Faktor penyesuaian pada tiap pita frekuensi radio yang dihitung dengan mempertimbangkan nilai ekonomi dari pita frekuensi radio dimaksud, yaitu berdasarkan jenis layanan dan manfaat yang diperoleh.

I adalah Indeks Harga Dasar Pita Frekuensi Radio sesuai dengan karakteristik propagasi frekuensi radio (Rupiah/MHz). Indeks Harga Dasar Pita Frekuensi Radio ini menunjukkan nilai

(4)

kelangkaan dari spektrum frekuensi radio, di mana semakin rendah pita frekuensi radio maka nilai Rupiah/MHz nya akan semakin tinggi dibandingkan dengan pita frekuensi radio yang lebih tinggi karena pita frekuensi radio yang lebih rendah memiliki karakteristik propagasi yang lebih baik.

C adalah konstanta yang merepresentasikan jumlah total populasi penduduk dalam suatu wilayah layanan sesuai dengan izin pita spektrum frekuensi radio yang dialokasikan. Satuan C adalah kilopopulasi (per-1000 dalam populasi). Data jumlah populasi yang digunakan adalah data jumlah populasi 1 (satu) tahun sebelumnya. C ontohnya, untuk perhitungan Biaya Hak Penggunaan Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio tahun 2010, maka data jumlah populasi yang digunakan adalah data tahun 2009.

B adalah Besarnya lebar pita frekuensi radio yang dialokasikan sesuai Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio yang ditetapkan, termasuk memperhitungkan lebar pita yang tidak dapat digunakan oleh pengguna lain (guardband). Satuan B adalah MHz.

Penghitungan Biaya Hak Penggunaan Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio bagi penggunaan pita frekuensi radio dengan menggunakan formula diberlakukan secara bertahap dalam jangka waktu lima tahun terhitung sejak tanggal 15 Desember 2010.

Pentahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk tahun kesatu sampai dengan tahun kelima menggunakan penghitungan:

Tahun ke-1 Y1 = X + ((20% x Δ) – Z) Tahun ke-2 Y2 = X + (40% x Δ) Tahun ke-3 Y3 = X + (60% x Δ) Tahun ke-4 Y4 = X + (80% x Δ) Tahun ke-5 Y5 = X + (100% x Δ) di mana:

Yn = Besaran Biaya Hak Penggunaan Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio yang harus dibayarkan pada tahun ke-n.

X = Biaya Hak Penggunaan Izin Stasiun Radio masing-masing penyelenggara jaringan bergerak seluler dan penyelenggara jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas yang tertagih pada periode 1 Januari 2009 sampai dengan 31 Desember 2009.

Δ = [(N x K) x I x C x B] – X

Nilai (N x K) adalah besaran N dan K yang merupakan satu kesatuan. Pada tahun kedua sampai dengan tahun kelima pemberlakuan Biaya Hak Penggunaan Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio besaran N dan K yang merupakan satu kesatuan tersebut akan dilakukan penyesuaian dengan menggunakan nilai IHK tiap tahunnya demi menjaga kestabilan nilainya dari tahun ke tahun, serta apabila diperlukan dapat juga disesuaikan jika terdapat kebijakan perubahan target penerimaan Penerimaan Negara Bukan Pajak. Di samping itu, Nilai C akan dilakukan penyesuaian setiap tahunnya berdasarkan data yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah non kementerian yang membidangi urusan pemerintahan di bidang statistik.

Z = Faktor pengurang terhadap Biaya Hak Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio untuk Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio tahun pertama yang dihitung berdasarkan selisih antara besaran Biaya Hak Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio untuk Izin Stasiun Radio yang telah dibayar untuk 365 hari terhitung sejak tanggal penerbitan atau perpanjangan Izin Stasiun Radio dan besaran

(5)

untuk jumlah hari tertentu terhitung sejak tanggal penerbitan atau perpanjangan Izin Stasiun Radio sampai dengan tanggal berlakunya Biaya Hak Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio untuk Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio.

Investigasi Pembiayaan Spektrum

Secara umum, peran harga di pasar adalah untuk memandu pengguna dalam membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya spektrum dengan lebih efisien. Oleh karena itu pendekatan untuk harga harus mencerminkan kelangkaan bukan hanya pemberian insentif terhadap penggunaan spektrum yang efisien. Adalah penting untuk kita memutuskan bahwa disamping mencapai apa yang menjadi tujuan-tujuan kita, kebijakan harga harus bisa dicapai terlebih dahulu. Tujuan-tujuan yang ingin kita capai adalah kombinasi dari prinsip-prinsip berikut ini (Kemkominfo, Maret 2010): (1) untuk mempromosikan efisiensi penggunaan sumber daya spektrum radio yang langka, di mana promosi ini berfungsi sebagai alat untuk memastikan bahwa mereka yang menggunakan spektrum tidak memperoleh lebih dari yang mereka perlukan dalam menyediakan layanan; (2) untuk memudahkan akses ke spektrum radio khususnya untuk teknologi dan layanan yang inovatif. Memberikan insentif untuk pindah ke band-band alternatif saat diperlukan.

Ada enam metode pembiayaan berdasarkan International Spectrum Management (n.d.), yaitu: (1) administrative incentive pricing (AIP) – biaya ini secara sederhana dapat berupa biaya yang digunakan untuk mengembalikan biaya manajemen spektrum. Atau sebaliknya, dapat dijadikan harga yang berbasis insentif yang dapat mendorong penggunaan spektrum secara efisien. Salah satu cara untuk melakukan hal ini adalah dengan menetapkan biaya sama dengan perkiraan harga spektrum dipasaran. Harga yang telah dipatok oleh pemerintah ini mencerminkan kesempatan untuk mendorong efisiensi penggunaan spektrum yang langka. Salah satu metode dominan dalam kategori ini adalah komparatif seleksi. Dengan cara ini, dapat dipastikan spektrum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh pengguna yang mendapat skor tertinggi dalam seleksi tersebut; (2) market-based prices. Harga juga dapat ditemukan melalui transaksi pasar otentik seperti lelang atau perdagangan sekunder. Konsep yang mendasari harga spektrum adalah bahwa harga harus didasarkan pada jumlah spektrum yang digunakan dan pada nilai dari spektrum terhadap penggunanya. Sebuah harga pasar adalah kriteria pembayaran yang adil untuk penggunaan sumber daya yang langka. Harga yang tepat dan adanya kewajiban-kewajiban juga akan mendorong investasi teknologi spektrum yang lebih efisien; (3) determination of annual spectrum usage charges. Beberapa metode umum yang digunakan untuk menentukan biaya tahunan adalah spectrum biaya berdasarkan penghasilan bruto pengguna. Biaya dapat diisi berdasarkan persentase dari penghasilan bruto perusahaan. Nilai bruto pendapatan yang digunakan dalam perhitungan biaya harus secara langsung berkaitan dengan perusahaan pengguna spektrum. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesulitan dalam proses akuntansi dan audit. Hal ini sederhana untuk dihitung tetapi tidak mempromosikan efisiensi spektrum jika pendapatan tidak sebanding dengan jumlah spektrum yang digunakan; (4) incentive spectrum fees. Metode ini mencoba menggunakan biaya spektrum untuk mencapai tujuan manajemen spektrum dengan cara memberikan insentif untuk penggunaan spektrum yang efisien. Kewajiban pembiayaan tidak tergantung pada pembatasan biaya spektrum tetapi struktur biaya diperoleh dengan cara mendekati nilai pasar dari spektrum. Tujuan keseluruhan dari biaya insentif adalah untuk mendorong penggunaan spektrum yang lebih efisien, dengan maksud membawa permintaan spektrum kepada keseimbangan dengan pasokannya dengan mendorong pengguna untuk beralih ke peralatan yang lebih efisien dan menyerahkan kembali spektrum yang mereka tidak perlu dan pindah ke bagian yang kurang padat dari spektrum; (5) opportunity cost fees – biaya kesempatan mencoba untuk mensimulasikan nilai pasar dari spektrum. Proses ini mungkin memerlukan analisis keuangan, estimasi studi permintaan atau pasar untuk mencapai penilaian dan kecukupan keahlian; (6)

(6)

charges based on cost recovery. Dalam hal pembiayaan berbasis pemulihan biaya, biaya tergantung pada biaya yang dikeluarkan oleh pihak otoritas pemberi lisensi dari jaringan/ jasa yang bersangkutan dan manajemen terkait dari spektrum radio. Akan ada biaya tambahan – tidak langsung seperti kegiatan internasional atau bekerja bebas pada lisensi layanan yang tidak dapat langsung dihubungkan ke layanan yang berlisensi. Spektrum biaya penggunaan tahunan di banyak negara lain, selain biaya dimuka, ada biaya tahunan penggunaan spektrum yang ditentukan secara administratif atau melalui lelang.

Contoh Pembiayaan Spektrum di Negara Lain

China

Menurut China Radio Regulatory Department, biaya yang dibutuhkan untuk fasilitas pengelolaan spektrum adalah bagian yang cukup besar dalam biaya lisensi pada tahun 1989. Pengeluaran ini meningkatkan biaya pengelolaan spektrum dan telah membebani penyebaran layanan radio. Pada tahun 1998, mekanisme biaya disesuaikan guna membuat formula biaya yang sederhana dan menghindari ambiguitas serta mengurangi biaya penggunaan spektrum.

Penggunaan Biaya spektrum di China tidak hanya dianggap sebagai sumber pendapatan, tetapi juga sarana yang efektif untuk meningkatkan efisiensi spektrum manajemen. Faktor-faktor yang dipertimbangkan sewaktu menetapkan tingkat biaya: (1) bandwidth yang digunakan, yaitu mengatur tingkat biaya sesuai dengan jumlah spektrum yang digunakan akan mengurangi penimbunan spectrum; (2) coverage area, yaitu cakupan area layanan (kota, provinsi atau lebih dari satu provinsi). Untuk setiap jenis cakupan area ada perbedaan tingkat biaya; (3) frekuensi. Untuk pelayanan yang sama, biaya yang dikenakan berbeda-beda, tergantung pada frekuensi. Sebagai contoh, biaya per MHz untuk operasi stasiun microwave di atas 10 GHz setengah dari stasiun yang beroperasi di bawah 10 GHz. Dengan demikian, struktur biaya layanan mendorong operator untuk memperkenalkan layanan-layanan baru pada bagian kurang padat dari spektrum.

Eropa

Pada beberapa negara di Eropa, biaya spektrum didefinisikan sebagai biaya yang dapat diterapkan sebagai tambahan, atau penggantian biaya administrasi untuk memastikan penggunaan spektrum yang optimal tetapi pada beberapa negara lainnya memasukkan beberapa faktor dalam pembiayaan spektrumnya seperti: jumlah transmiter, besar daya, besar area layanan, banyaknya populasi yang dilayani (Electronic Communications Committee (ECC), 2006).

Australia

ACMA (Australia Comunication Media Authority) sebagai regulator Telekomunikasi dan Penyiaran di Australia dalam menentukan biaya spektrum termasuk layanan penyiaran (broadcasting) dengan mempertimbangkan faktor – faktor berikut ini: (1) bandwidth – jumlah lebar pita yang ditetapkan untuk menghalangi pemakaian oleh pengguna lain; (2) power – daya yang digunakan; (3) adjustment factor – nilai yang merefleksikan pada kasus tertentu apakah sebuah layanan mempunyai permintaan yang tinggi contoh untuk mobile spectrum; (4) geographic weighting – terdapat 55 kombinasi spektrum dan lokasi geografi yang sudah di tetapkan masing-masing bobotnya. Kombinasi merefleksikan kepadatan layanan dan permintaan terhadap spektrum di frekuensi dan lokasi geografi yang berbeda; (5) normalisasi konstan – parameter yang digunakan untuk menyesuaikan nilai uang setiap tahunnya yang disebabkan oleh faktor Inflasi tahunan, basis data berasal dari nilai C PI (Consumer Price Index). Nilai ini akan ditentukan setiap tahunnya oleh ACMA.

(7)

Hongkong dalam Telecomunication Regulation Act menentukan harga spektrum yang digunakan oleh Operator Multiplex yang menyalurkan kanal frekuensi untuk TV Siaran dengan menggunaakan formula harga tetap sebesar $50/kHz.

Pakistan

Pakistan melalui Pakistan Telecomunication Autorithy (PTA) (2010) dalam menentukan biaya spektrum menggunakan formula sebagai berikut:

(Annual Fee for TV Broadcasting = Basic Fee TV + 200 (Service Factor + Freq Factor + Power Factor)

di mana power factor sama dengan Effective Radiated Power (ERP) in dBW; service factor adalah bobot yang diberikan untuk broadcast service factor di mana diberikan service factor yang rendah kepada TV digital dibandingkan TV analog guna mendorong operator pindah dari analog ke digital; frequency factor sama dengan number of Unit Frequencies, di mana dibedakan antara audio dan televisi.

Dengan melihat metode pembiayaan spektrum yang direkomendasikan oleh ITU dan aplikasi pembiayaan spektrum di beberapa negara, ada beberapa yang menjadi fokus dalam model perhitungan BHP frekuensi radio, yaitu: (1) faktor kelangkaan spectrum; (2) bandwidth, power,cakupan populasi, band frekuensi, jumlah transmiter, jumlah kanal, lokasi geografi; (3) faktor pemakaian frekeunsi di band tertentu (VHF, UHF); (4) pembagian wilayah yang menunjukan perbedaaan jumlah kepadatan layanan dan populasi; (5) pemulihan biaya manajemen spektrum yang dikeluarkan oleh pihak pemberi lisensi.

Tinjauan terhadap Parameter Perhitungan BHP

Berikut ini adalah tinjauan terhadap beberapa parameter yang dimasukkan ke dalam perhitungan BHP di beberapa negara termasuk di Indonesia: (1) bandwidth – penggunaan bandwidth menghalangi pengguna frekuensi yang lain untuk menggunakan frekuensi, ini juga mendorong penggunaan bandwidth secara efesien; (2) harga frekuensi – parameter ini digunakan untuk untuk menilai harga dari sebuah frekuensi yang dibandingkan dengan faktor kelangkaannya, apakah sebuah layanan memakai band tertentu contoh: VHF, UHF, dll; (3) cakupan populasi penduduk – parameter digunakan untuk mengetahui kepadatan jumlah penduduk (potensi pemirsa) dalam sebuah wilayah layanan, cakupan populasi berpengaruh terhadap potensi pendapatan iklan dari sebuah broadcaster TV; (4) kondisi ekonomi – nilai ini untuk menyesuaikan kondisi ekonomi di wilayah layanan setiap tahunnya. Parameter ini juga dapat digunakan menyesuaikan nilai frekuensi yang akan mengikuti nilai inflasi setiap tahunnya; (5) daya pancar atau power – daya pancar tidak mencerminkan cakupan potensi pemirsa atau cakupan populasi. Dengan Power yang sama cakupan populasinya bisa berbeda, sebagai contoh adalah lokasi yang padat penduduk dengan lokasi yang penduduknya sedikit walaupun menggunakan daya yang sama, cakupan potensi pemirsanya berbeda. Daya pancar lebih memperlihatkan kebijaksanaan dalam penggunaan teknologi. Penggunaan teknologi yang bijaksana akan turut serta dalam menjaga keberlangsungan perusahaan. Sebagai contoh: pemakaian daya yang besar untuk populasi atau potensi pemirsa yang kecil adalah sebuah kasus penggunaan teknologi yang tidak bijaksana dan bisa mengganggu keberlangsungan perusahaan; (6) jumlah transmiter – biaya BHP akan dikenakan terhadap setiap pengguna yang telah mendapatkan Izin Stasiun Radio (ISR) yang mempunyai wilayah layanan tertentu. Sehingga tidak perlu lagi menghitung jumlah Transmiter yang digunakan. Kalaupun dalam satu wilayah layanan belum tercakup semua, dengan adanya teknologi SFN bisa mendirikan

(8)

tower baru dengan menggunakan frekuensi sama dan tidak dikenakan biaya tambahan. Penggunaan transmiter yang efisien menggambarkan pemanfaatan teknologi yang optimal baik secara infrastruktur maupun pengetahuan pengguna teknologi; (7) jumlah kanal – terkait teknologi yang digunakan oleh Operator Multiplex. Dalam teknologi MPEG 2 bisa disalurkan empat hingga enam saluran program siaran, sedangkan MPEG 4 bisa sampai 12 saluran program siaran. Dengan pemilihan teknologi kompresi yang baik maka akan memperlihatkan faktor kelangkaan dari spektrum.

SIMPULAN

Perhitungan BHP yang berlaku di Indonesia sesuai dengan PP No. 76 Tahun 2010 melibatkan beberapa parameter yang mengacu pada: nilai indeks harga konsumen, nilai ekonomis spektrum berdasarkan jenis layanan, nilai kelangkaan spektrum berdasarkan karakteristik propagasi spektrum frekuensi radio, populasi penduduk, dan bandwidth.

Kelima parameter dalam perhitungan BHP frekuensi radio yang berlaku di Indonesia sangat memperlihatkan adanya usaha menjaga keberlangsungan pengguna teknologi dengan melihat cakupan populasi dan indeks harga konsumen dari daerah yang dilayani. Selain itu juga memperlihatkan faktor kelangkaan spektrum dengan meperhitungkan nilai ekonomis spektrum berdasarkan jenis layanan, karakteristik propagasi spektrum radio dan bandwidth yang digunakan.

Pada perhitungan BHP tidak terlihat adanya usaha pemerintah untuk mengarahkan para pengguna teknologi menjadi pengguna yang bijaksana (mendukung pencapaian tujuan dari manajemen spektrum secara nasional). Hal ini terlihat dengan tidak dimasukkannya parameter berikut ini dalam perhitungan BHP frekuensi radio, yaitu: daya pancar, jumlah transmiter, dan jumlah kanal. ketiga parameter ini apabila dimasukkan ke dalam perhitungan BHP akan mendorong penggunaan spektrum yang lebih efisien sebagai bagian sumber daya yang terbatas dan juga turut menjaga keberlangsungan dari pengguna/pemanfaat teknologi.

Diperlukan pemodelan perhitungan BHP yang lebih memperlihatkan manajemen spektrum yang berorientasi kepada kelangkaan spektrum dengan penggunaan daya pancar, jumlah transmiter dan jumlah kanal yang optimal.

Dalam hubungannya dengan implementasi TV digital terestrial di Indonesia maka model perhitungan BHP yang dipakai dapat disamakan dengan model perhitungan BHP yang dipakai untuk industri telekomunikasi selular sehubungan dengan kesetaraan antara operator multipleksing yang ada di industri televisi digital dengan operator selular.

DAFTAR PUSTAKA

Australia Comunication Multimedia Authority. (2009). Opportunity Cost of Spectrum Frequency. Australia: Australia Comunication Multimedia Authority

Depkominfo. (2009). Buku Putih Tentang Penyelanggaraan Televisi Digital Teresterial di Indonesia. Jakarta: Depkominfo

(9)

Pemerintah No.7 Tahun 2009 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku. Jakarta: Depkominfo.

Electronic Communications Committee (ECC). (2006). Analysis of Responses on Fees for Broadcasting and Fees for Non-Commercial and Passive Services. Electronic Communications Committee (ECC) within The European Conference of Postal and Telecommunications Administrations (CEPT) Report 84. Copenhagen: Electronic Communications Committee.

International Spectrum Management. (n.d.). Training Workshop on Designing National Frequency Allocation Tables and International Spectrum Regulations. International Spectrum Management.

Kemkominfo. (2010). Menuju Sistem Penyiaran Digital di Indonesia. Jakarta: Kemkominfo. Pakistan Telecomunication Authority. (2010). Pakistan Spectrum Charge Cosultation. Pakistan:

Pakistan Telecomunication Authority.

Telecomunication Carier Regulation Hongkong. (n.d.). Telecomunication Regulation Act. Hongkong: Telecomunication Carier Regulation Hongkong.

Referensi

Dokumen terkait

pengumpulan minyak, instrastruktur jalan serta penampungan air, pembuatan dan pemasangan pipeline baik di darat maupun di laut. Satu-satunya pekerjaan yang mungkin

Pada STMIK KHARISMA MAKASSAR saat ini, proses pengajuan dan pengumpulan judul ujian tugas akhir masih menggunakan sistem manual, dimana mahasiswa datang kepada panitia

Berdasarkan sifat dan bentuk umum fomula BHPF dalam white paper “Kewajiban Pentarifan BHPF” serta analisis lebih lanjut terhadap parameter pembentuk formula maka didapatkan

menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah pencemaran NO yang diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat tertentu. Kadar

Hubungan tidak signifikan Free cash flow dengan kebijakan hutang dikarenakan perusahaan lebih mengutamakan dana internal perusahaan untuk kebutuhan investasi dan

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejakbagi

hasil Ada hubungan bermakna antara pajanan kadar debu kayu lingkungan dengan kapasitas fungsi paru pada karyawan bagian produksi, nilai = 0,031 , dan nilai korelasi

Objek ini merupakan suatu tempat hiburan dan rekreasi yang mampu menampung berbagai aktifitas hiburan dengan beragam konsep ruang tematik, serta tempat yang