• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Risiko Terjadinya Kematian Neonatus Di RSUP H. Addm MAlik Medan Tahun 2011-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor Risiko Terjadinya Kematian Neonatus Di RSUP H. Addm MAlik Medan Tahun 2011-2014"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR RISIKO TERJADINYA KEMATIAN NEONATUS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011 - 2014

SKRIPSI

OLEH

CYNDI OLIVIA NIM. 101000222

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul Skripsi : FAKTOR RISIKO TERJADINYA

KEMATIAN NEONATUS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN

2011 - 2014

Nama Mahasiswa : CYNDI OLIVIA

Nomor Induk Mahasiswa : 101000222

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Epidemiologi

Tanggal Lulus : 26 Januari 2015

Disahkan Oleh Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH drh. Rasmaliah, M.Kes NIP. 19490417 197902 1 001 NIP. 19590818 198503 2 002

Medan, Januari 2015 Fakultas Kesehatan Masyarakat

(3)

Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 28 hari. WHO pada tahun 2012 memperkirakan sebanyak 4,8 juta bayi meninggal, dimana 59,4% merupakan proporsi kematian bayi baru lahir. Neonatus merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan dan merupakan periode yang paling rawan bagi kelangsungan hidup anak

Studi kasus-kontrol berpasangan dilakukan untuk mengetahui faktor risiko kematian neonatus di RSUP H. Adam Malik. Sumber data diambil dari catatan rekam medis 201 bayi yang lahir antara tahun 2011 – 2014. Besar sampel menggunakan rasio 1:1, yaitu 38 kasus dan 38 kontrol. Odds Ratio (OR) dan 95% Confidence Interval (CI) digunakan untuk menghitung risiko kematian neonatus. Conditional logistic regression digunakan untuk menganalisis faktor yang memengaruhi kematian neonatus

Hasil analisis univariat menemukan 71,1% kematian neonatus tejadi pada periode neonatal dini. Hasil analisis multivariat terhadap tiga variabel, yaitu berat badan lahir (p = 0,064, 95% CI; 0,92 – 19,37), variabel paritas (p = 0,056, 95% CI; 0,96 – 16,94) dan varibel penyakit merupakan prediktor kuat yang memengaruhi kematian neonatus (p = 0,017, OR = 5,63, 95% CI;1,35 – 23,41, koefisien β = 1,73).

Population attributable risk mengestimasikan 76% kematian neonatus dapat dicegah bila menghilangkan faktor risiko penyakit pada neonatus.

Kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara agar dapat membentuk program kesehatan yang berkaitan dengan persiapan sebelum memulai kehamilan, perbaikan nutrisi, ANC, dan konseling ke pelayanan kesehatan agar dapat mempersiapkan kehamilan dengan matang dan aman. Kepada rumah sakit rujukan agar mampu menyelenggarakan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) pada level dua dan level tiga.

(4)

Neonates are newborns until the age 28 days. WHO in 2012 estimated 4,8 million babies die, in which 59,4% is the proportion of neonatal deaths. Neonates is one of the main group represent the most vulnerable time for a child’s survival.

A matched case – control study was conducted to determine the risk factors of neonatal deaths at RSUP H. Adam Malik Medan. The data source for the analysis was the medical records 201 singleton live-born between 2011 – 2014 was examined. The sample size using a ratio 1:1, 38 cases and 38 controls.Odds ratio (OR) and 95% confidence interval (CI) for neonatal deaths were calculated.Conditional logistic regression was performed to analyze the factors affected to neonatal deaths.

The univariate analysis results 71,1% neonatal deaths occurred in early neonatal period. The multivariate analysis performed to three variables, birth weight(p = 0,064, 95% CI; 0,92 – 19,37), parity (p = 0,056, 95% CI; 0,96 – 16,94). Only diseases was the strong predictor affected to neonatal deaths (p = 0,017, OR = 5,63,95% CI; 1,35 – 23,41, coefficient β = 1,73). Population attributable risk estimated about 76% neonatal deaths can be prevented if eliminating the risk factor of diseases.

The government is expected to provide health program attributed to the preparation pre-pregnancy, such as improved nutrition, ANC, counseling to health care, so that women can make good and save pregnancy preparation. To the hospital is expected to serve comprehensive emergency obstetric care for neonatal at second and third level.

(5)

Nama : CYNDI OLIVIA

Tempat/ Tanggal Lahir : Tandem, 21 Desember 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 2 dari 4 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Amal Gg. Horas No.12 Medan Riwayat Pendidikan

Tahun 1998 – 2004 : SDN 050662 Perdamaian Stabat Tahun 2004 – 2007 : SMPN 1 Stabat

(6)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Faktor Risiko Terjadinya Kematian Neonatus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011 - 2014” yang merupakan salah satu prasyarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Universitas Sumatera Utara.

Pada penulisan skripsi ini tidak terlepas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Ibunda tercinta Ruslina yang tidak pernah lelah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ayahanda tercinta Alm. Rudy Suratman yang banyak menginspirasi penulis. 3. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M.&H., M.Sc. (C.T.M), Sp.A.(K.)

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan penulis Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) selama tiga tahun di Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(7)

Departemen Epidemiologi FKM USU yang juga atas bimbingan, saran, dan petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Bapak dr. H. Makmur Sinaga, MS selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Ibu Umi Salmah, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang banyak memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan studi ini. 10. Seluruh dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

yang telah membimbing dan mengajarkan banyak ilmu mengenai kesehatan masyarakat kepada penulis.

11. Ibu Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Ibu Ratna Tumanggor selaku staf Departemen Epidemiologi FKM USU dan seluruh staf bagian pendidikan yang telah banyak membantu penulis dalam hal administrasi.

(8)

kepada keluarga besar atas doa, perhatian dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan studi ini.

15. Teman-teman peminatan Epidemiologi 2010 yang telah banyak memberikan motivasi dan berbagi ilmu kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 16. Sahabat – sahabat tercinta Siti Chadiyah Hutagalung (Lisa), Sri Novianti

(Yaya), Melyana, Eko Pranata, Febria Octasari (Ebi), Sri Rezeki Hasanah (Kiki), dan Tedi Tanata. Terima kasih atas bantuan, dukungan, motivasi, doa dan kebersamaan selama ini.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan pada skripsi ini. Penulis menerima kritik dan saran dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

Medan, Januari 2015

(9)

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK. ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Definisi Neonatus ... 6

2.2. Klasifikasi Kematian Neonatus ... 7

2.3. Epidemiologi ... 6

2.4. Determinan Kematian Neonatus ... 9

2.4.1. Faktor Bayi ... 9

a. Penyakit pada Masa Neonatus. ... 9

b. Berat Badan Lahir Rendah ... 14

c. Kelainan Kongenital. ... 17

2.4.2. Faktor Ibu ... 23

a. Umur Ibu ... 23

b. Paritas. ... 25

c. Komplikasi Obstetrik... 27

2.5. Kerangka Konsep ... 28

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Jenis Penelitian ... 29

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 30

3.2.2. Waktu Penelitian ... 30

3.3. Populasi dan Sampel ... 30

3.3.1. Populasi Penelitian ... 30

3.3.2. Sampel Penelitian ... 30

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 33

(10)

3.5.2. Definisi Operasional ... 33

3.6. Metode Pengukuran ... 35

3.6.1. Variabel Independen ... 35

3.6.2. Variabel Dependen ... 37

3.7. Teknik Analisa Data ... 37

3.7.1. Analisis Univariat ... 37

3.7.2. Analisis Bivariat ... 37

3.7.3. Analisis Multivariat ... 39

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 40

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40

4.2. Visi dan Misi RSUP H. Adam Malik Medan ... 41

4.3. Analisis Univariat ... 42

4.4. Analisis Bivariat ... 44

4.4.1. Lama Rawatan Rata – Rata Neonatus ... 44

4.4.2. Pengaruh Penyakit pada Neonatus ... 45

4.4.3. Pengaruh Berat Badan Lahir ... 45

4.4.4. Pengaruh Kelainan Kongenital ... 46

4.4.5. Pengaruh Umur Ibu ... 46

4.4.6. Pengaruh Paritas ... 47

4.4.7. Pengaruh Komplikasi Obstetrik ... 47

4.5. Analisis Multivariat ... 48

4.5.1. Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat ... 48

4.6. Analisis Perhitungan Nilai Population Attributable Risk ... 49

BAB 5 PEMBAHASAN ... 50

5.1. Lama Rawatan Rata – Rata Neonatus ... 50

5.2. Pengaruh Penyakit pada Neonatus ... 50

5.3. Pengaruh Berat Badan Lahir ... 52

5.4. Pengaruh Kelainan Kongenital ... 55

5.5. Pengaruh Umur Ibu ... 57

5.6. Pengaruh Paritas ... 58

5.7. Pengaruh Komplikasi Obstetrik ... 58

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

6.1. Kesimpulan ... 60

6.2. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran I Master Data Penelitian Lampiran II Output Data Penelitian

Lampiran III Surat Permohonan Izin Penelitian Dari FKM USU

(11)

Tabel 4.1. Distribusi Proporsi Neonatus Menurut Klasifikasi Kematian

Neonatus ... 42 Tabel 4.2. Distribusi Proporsi Neonatus Menurut Karakteristik

Penyakit pada neonatus, Berat Badan Lahir, Kelainan

Kongenital, Umur Ibu, Paritas, dan Komplikasi Obstetrik ... 42 Tabel 4.3. Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata – Rata Neonatus ... 44 Tabel 4.4. Pengaruh Penyakit pada Neonatus terhadap Kematian

Neonatus. ... 45 Tabel 4.5. Pengaruh Berat Badan Lahir terhadap Kematian Neonatus ... 45 Tabel 4.6. Pengaruh Kelainan Kongenital terhadap Kematian

Neonatus ... 46 Tabel 4.7. Pengaruh Umur Ibu terhadap Kematian Neonatus ... 46 Tabel 4.8. Pengaruh Paritas terhadap Kematian Neonatus ... 47 Tabel 4.9. Pengaruh Komplikasi Obstetrik terhadap Kematian

Neonatus ... 47 Tabel 4.11. Hasil Analisis Multivariat Conditional Logisitic Regression

(12)

Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 28 hari. WHO pada tahun 2012 memperkirakan sebanyak 4,8 juta bayi meninggal, dimana 59,4% merupakan proporsi kematian bayi baru lahir. Neonatus merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan dan merupakan periode yang paling rawan bagi kelangsungan hidup anak

Studi kasus-kontrol berpasangan dilakukan untuk mengetahui faktor risiko kematian neonatus di RSUP H. Adam Malik. Sumber data diambil dari catatan rekam medis 201 bayi yang lahir antara tahun 2011 – 2014. Besar sampel menggunakan rasio 1:1, yaitu 38 kasus dan 38 kontrol. Odds Ratio (OR) dan 95% Confidence Interval (CI) digunakan untuk menghitung risiko kematian neonatus. Conditional logistic regression digunakan untuk menganalisis faktor yang memengaruhi kematian neonatus

Hasil analisis univariat menemukan 71,1% kematian neonatus tejadi pada periode neonatal dini. Hasil analisis multivariat terhadap tiga variabel, yaitu berat badan lahir (p = 0,064, 95% CI; 0,92 – 19,37), variabel paritas (p = 0,056, 95% CI; 0,96 – 16,94) dan varibel penyakit merupakan prediktor kuat yang memengaruhi kematian neonatus (p = 0,017, OR = 5,63, 95% CI;1,35 – 23,41, koefisien β = 1,73).

Population attributable risk mengestimasikan 76% kematian neonatus dapat dicegah bila menghilangkan faktor risiko penyakit pada neonatus.

Kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara agar dapat membentuk program kesehatan yang berkaitan dengan persiapan sebelum memulai kehamilan, perbaikan nutrisi, ANC, dan konseling ke pelayanan kesehatan agar dapat mempersiapkan kehamilan dengan matang dan aman. Kepada rumah sakit rujukan agar mampu menyelenggarakan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) pada level dua dan level tiga.

(13)

Neonates are newborns until the age 28 days. WHO in 2012 estimated 4,8 million babies die, in which 59,4% is the proportion of neonatal deaths. Neonates is one of the main group represent the most vulnerable time for a child’s survival.

A matched case – control study was conducted to determine the risk factors of neonatal deaths at RSUP H. Adam Malik Medan. The data source for the analysis was the medical records 201 singleton live-born between 2011 – 2014 was examined. The sample size using a ratio 1:1, 38 cases and 38 controls.Odds ratio (OR) and 95% confidence interval (CI) for neonatal deaths were calculated.Conditional logistic regression was performed to analyze the factors affected to neonatal deaths.

The univariate analysis results 71,1% neonatal deaths occurred in early neonatal period. The multivariate analysis performed to three variables, birth weight(p = 0,064, 95% CI; 0,92 – 19,37), parity (p = 0,056, 95% CI; 0,96 – 16,94). Only diseases was the strong predictor affected to neonatal deaths (p = 0,017, OR = 5,63,95% CI; 1,35 – 23,41, coefficient β = 1,73). Population attributable risk estimated about 76% neonatal deaths can be prevented if eliminating the risk factor of diseases.

The government is expected to provide health program attributed to the preparation pre-pregnancy, such as improved nutrition, ANC, counseling to health care, so that women can make good and save pregnancy preparation. To the hospital is expected to serve comprehensive emergency obstetric care for neonatal at second and third level.

(14)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Derajat kesehatan masyarakat dapat dinilai dengan menggunakan beberapaindikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi, dan morbiditas (kesakitan). Salah satu indikator yang lazim digunakan adalah Angka Kematian Bayi.1

Angka kematian bayi (AKB) adalah salah satu indikator kesehatan masyarakat. AKB digunakan sebagai representasi dari status kesehatan bayi baru lahir dan bayi, serta sebagai ukuran sintesis dari status kesehatan penduduk. AKB diinterpretasikan sebagai ukuran dari dampak faktor lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya, kualitas perawatan terhadap ibu dan anak.2

WHO (World Health Organization) pada tahun 2012 memperkirakan sebanyak 4,8 juta bayi meninggal, dimana 59,4% merupakan proporsi kematian bayi baru lahir.3Bayi baru lahir atau yang lebih dikenal dengan neonatus merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan dan merupakan periode yang paling rawan bagi kelangsungan hidup anak.1,4

WHOpada tahun 2012 memperkirakan lebih dari 2,8 juta bayi meninggal pada 28 hari kehidupan pertama (periode neonatal) dimana 75% kematian neonatus terjadi pada minggu pertama kehidupan, dan sekitar 25 – 45% terjadi pada 24 jam pertama kehidupan.4

(15)

Namun proporsi kematian neonatus di dalam kematian bayi mengalami peningkatan yaitu 52,3% pada tahun 1990 menjadi 59,4% pada tahun 2012.3

Berdasarkan laporan WHOpada tahun 2012, Besaran AKN di negara-negara ASEAN berkisar antara 1– 30 per 1.000 KH. Singapura merupakan negara dengan

AKN terendah, yaitu 1 per 1.000 KH, kemudian diikuti Brunei Darussalam 4 per 1.000 KH. Sedangkan AKN tertinggi di Laos, yaitu sebesar 27 per 1.000 KH,

kemudian diikuti Myanmar 26 per 1.000 KH.Indonesia memiliki AKN 15 per 1.000 KH dan berada di peringkat 5 di negara ASEAN.3

Angka kematian Neonatus (AKN)di Indonesia periode 5 tahun terakhir mengalami stagnasi. Berdasarkan laporan SDKI 2007 dan 2012 diestimasikan sebesar 19 per 1.000 KH.1Berdasarkan laporan SDKI tahun 2012, sebanyak 5 provinsi yang mencapai angka kematian neonatus kurang sama dengan 15 per 1.000 KH yaitu Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Riau. Provinsi dengan AKN terendah yaitu Kalimantan Timur, sebesar 12 per 1.000 KH. Sementara AKN tertinggi terdapat di provinsi Maluku Utara sebesar 37 per 1.000 KH, diikuti Papua Barat sebesar 35 per 1.000 KH, dan Nusa Tenggara Barat yaitu 33 per 1.000 KH.5

(16)

bayi 0 – 6 hari adalah hipertensi maternal (23,6%) komplikasi kehamilan dan kelahiran (17,5%), ketuban pecah dini dan pendarahan antepartum masing-masing 12,7 %.6

Berdasarkan SDKI tahun 2012, AKN di Sumatera Utara sebesar 26 per 1.000 KH.5 Penelitian yang dilakukan Rini di RSU DR. Pirngadi Medan pada

tahun 2007 – 2008 menemukan bahwa 76,6% kematian perinatal merupakan proporsi kematian neonatus dini.7 Sedangkan berdasarkan penelitian Sosfita yang dilakukan di RS St. Elisabeth Medan tahun 2004 - 2008 menemukan bahwa proporsi kematian neonatus adalah 74,1% dari kematian bayi, terdiri dari 64,4% merupakan kematian neonatus dini, dan 9,7% merupakan kematian neonatus lanjut.8

Hasil survei pendahuluan di RSUP H. Adam Malik Medan sebanyak 201 bayi yang dirawat, terdapat 21,4% merupakan proporsi kematian neonatus (43 kasus) selama tahun 2011 -2014.

(17)

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahui faktor – faktor risiko kematian neonatus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011 – 2014.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor – faktor risiko kematian neonatus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011 – 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi proporsi neonatus berdasarkan karakteristik bayi dan ibu.

b. Mengetahui pengaruh penyakit pada neonatus terhadap kematian neonatus. c. Mengetahui pengaruh berat badan lahir terhadap kematian neonatus.

d. Mengetahui pengaruh kelainan kongenital yang dijumpai pada masa neonatus terhadap kematian neonatus.

e. Mengetahui pengaruh umur ibu terhadap kematian neonatus. f. Mengetahui pengaruh paritas terhadap kematian neonatus.

(18)

1.4. Manfaat

1.4.1 Sebagai informasi bagi institusi terkait (pemerintah kota dan dinas kesehatan) guna menetapkan strategi akselerasi penurunan angka kematian neonatus di Sumatera Utara.

1.4.2 Sebagai pengalaman untuk meningkatkan pengetahuan dan memperluas wawasan penulis dalam melakukan penelitian tentang faktor – faktor risiko kematian neonatus yang terjadi di Sumatera Utara.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Neonatus

Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 28 hari (0 – 28 hari).9 Periode neonatal adalah periode yang paling rentan untuk bayi yang sedang menyempurnakan penyesuaian fisiologis yang dibutuhkan pada kehidupan ekstrauterin. Tingkat morbiditas dan mortalitas neonatus yang tinggi membuktikan kerentanan hidup selama periode ini. Transisi kehidupan bayi dari intrauterin ke ekstrauterin memerlukan banyak perubahan biokimia dan fisiologis. Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan kegagalan penyesuaian yang disebabkan Asfiksia, Prematuritas, kelainan kongenital yang serius, infeksi penyakit, atau pengaruh dari persalinan.10

Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi penyebab kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat dari buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan bersih, dan kurangnya perawatan bayi baru lahir.11

2.2. Klasifikasi kematian Neonatus12 Kematian neonatus dibagi menjadi :

a. Kematian neonatus dini(early neonatal deaths) adalah kematian bayi yang terjadi pada masa 7 hari kehidupan pertama (0 – 6 hari).

(20)

b. Kematian neonatus lanjut (late neonatal deaths) adalah kematian bayi yang terjadi pada masa setelah 7 hari tetapi belum mencapai 28 hari kehidupan (7 – 27 hari).

2.3. Epidemiologi

Secara global, AKN mengalami penurunan. AKN dunia menurun dari 33 per 1.000 KH pada tahun 1990, menjadi 21 per 1.000 KH pada tahun 2012, atau sekitar 4,6 juta kematian pada tahun 1990, menjadi 2,8 juta kematian pada tahun 2012. Penurunan AKN berjalan lebih lambat, bahkan terjadi peningkatan proporsi kematian neonatus dalam proporsi kematian bayi yaitu 52,2% pada tahun 1990, menjadi 59,4% pada tahun 2012.3

Estimasi AKN oleh WHO pada tahun 2012 menemukan bahwa wilayah Afrika merupakan wilayah dengan AKN tertinggi, yaitu 32 per 1.000 KH, disusul Asia Tenggara dengan 27 per 1.000 KH, dan Mediterania Timur 26 per 1.000 KH, Pasifik Barat 9 per 1.000 KH, Amerika 8 per 1.000 KH, dan paling rendah adalah wilayah Eropa dengan 6 per 1.000 KH.3

AKN di berbagai negara bervariatif. Pada tahun 2012 WHO mengestimasikan AKN di berbagai negara dengan AKN tertinggi terdapat di negara yang berada di

wilayah Afrika, seperti; Sierra Leone 50 per 1.000 KH, Guinea Bissau 46 per 1.000 KH, Somalia 46 per 1.000 KH, dan Angola 45 per 1.000 KH. Sementara

AKN terendah tercatat kurang dari 1 per 1.000 KH terdapat di negara - negara seperti ; Andorra, Luxembourg, Islandia, Jepang, San Marino, dan Singapura.3

(21)

negara Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand dengan AKB dan AKABApada tahun 1990 sudah dibawah 20 per 1.000 KH. Negara-negara tersebut merupakan negara dengan perekonomian yang paling maju di kawasan ASEAN.13

Pola kedua yaitu, negara Indonesia, Vietnam, dan Filipina dengan angka kematian yang cukup tinggi tahun 1990. Pada awalnya terjadi penurunan angka kematian yang cukup besar (kecuali angka kematian ibu di Indonesia), namun setelah tahun 2000, terjadi ketersendatan di Indonesia dan Filipina. Berbeda dengan Vietnam, ada peningkatan penurunan angka kematian di Vietnam selama periode ini, dengan rasio dan angka kematian mendekati Thailand.13

Pola ketiga, terjadi di negara Laos, Kamboja, dan Myanmar memiliki angka kematian yang cukup tinggi pada tahun 1990, kemudian terjadi penurunan terus-menerus dari tahun 1990 hingga 2005, kecuali angka kematian ibu di Kamboja. Ketiga negara tersebut dilaporkan dengan angka kematian yang tinggi baik ibu, bayi, dan anak di kawasan ASEAN.13

Berdasarkan estimasi yang di lakukan WHO tahun 2012, AKN di negara ASEAN yaitu; Laos 27 per 1.000 KH, Myanmar 26 per 1.000 KH, Timor Leste 24 per 1.000 KH,Kamboja 18 per 1.000 KH, Indonesia 15 per 1.000 KH, Filipina 14 per 1.000 KH, Vietnam 12 per 1.000 KH, Thailand 8 per 1.000 KH, Malaysia 5 per 1.000 KH, Brunei Darussalam 4 per 1.000 KH, dan Singapura 1 per 1.000 KH.3

(22)

2.4. Determinan Kematian Neonatus

Kematian neonatus terjadi karena neonatus komplikasi. Neonatus komplikasiadalah neonatus dengan penyakit dan atau kelainan yang didapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat lahir < 2500 gram), sindrom gangguan pernapasan, dan kelainan kongenital.1

Determinan kematian neonatus menurut WHO pada tahun 2012 yaitu Permaturitas dan BBLR (30%), Infeksi neonatus (25%), Asfiksia dan trauma lahir (23%), Kelainan kongenital (7%), Tetanus Neonatorum (3%), Diare (3%), dan penyebab lain (9%).4

2.4.1. Faktor Bayi

a. Penyakit pada Neonatus a.1. Tetanus Neonatorum

Penyakit Tetanus Neonatorum adalah penyakit toksemik akut dan fatal yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang dari 28 hari) yang disebabkan oleh

Clostridium tetani, yaitu bakteri yang mengeluarkan toksin dan menyerang sistem saraf pusat dengan tanda utama spasme tanpa gangguan kesadaran.14,15

(23)

Pada tahun 2012, Tetanus Neonatorumterjadi di 8 negara ASEAN, dengan jumlah kasus tertinggi di Filipina dan Indonesia yang melebihi 100 orang, dimana Thailand dan Brunei Darussalam dilaporkan tidak ada kasus Tetanus Neonatorum.1

Berdasarkan Vaccine-Preventable Disease Monitoring System 2012,tahun 2012 pada kawasan South East Asia Region (SEARO) jumlah kasus Tetanus Neonatorum yang terjadi di India jauh melebihi kasus di negara lain di kawasan ASEAN, yatu 653 kasus, Bangladesh menempati urutan kedua dengan 109 kasus.1

Berdasarkan data dari Dirjen PP & PL pada tahun 2012, kasus Tetanus Neonatorum tertinggi terjadi di provinsi Banten, sebesar 32 kasus, dan 17 di antaranya meninggal.5

a.2. Sindrom Gawat Napas (Respiratory Distress Syndrome)

Sindrom gawat napasdikenal juga sebagai penyakit membran hialin, hampir terjadi sebagian besar pada bayi kurang bulan.Gangguan napas dapat mengakibatkan gagal napas akut yang mengakibatkan hipoksemia dan/atau hipoventilasi.18 Angka kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan.19

(24)

menyebabkan asidosis respiratorik. Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein, lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang.19

Sindrom gawat napas biasanya terjadi jika tidak cukup terdapat suatu substansi dalam paru-paru yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah suatu substansi molekul yang aktif dipermukaan alveolus paru dan diproduksi oleh sel-sel tipe II paru-paru. Surfaktan berguna untuk menurunkan tahanan permukaan paru. Surfaktan terbentuk mulai pada usia kehamilan 24 minggu dan dapat ditemukan pada cairan ketuban. Pada usia kehamilan 35 minggu, sebagian besar bayi telah memiliki jumlah surfaktan yang cukup.20

Sindrom gawat napas terjadi lebih dari setengahnya pada bayi-bayi yang dilahirkan sebelum usia kehamilan 28 minggu dan kurang dari sepertiga nya terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan antara usia kehamilan 32 – 36 minggu. Pada umumnya penyakit ini tampak terutama pada bayi baru lahir (neonatus) yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 36 – 38 minggu dan berat badan kurang dari 2500 gram. Di Amerika Serikat kasus ini terjadi sekitar 40.000 bayi setiap tahunnya (1 – 2% dari bayi baru lahir normal atau 14% dari bayi dengan BBLR). Insiden sindrom gawat napas meningkat dari 5% pada usia kehamilan 35 – 36 minggu menjadi 65% pada usia kehamilan 29 – 30 minggu.20

a.3. Asfiksia Neonatorum

(25)

makin meningkatkan CO2.14,21 Bila proses ini berlanjut terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.22

Kegagalan pernapasan pada bayi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah hipoksia yang terjadi pada ibu yang dapat menimbulkan hipoksia pada janin. Gangguan aliran darah uterus, sehingga berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta, demikian pula ke janin. Sedangkan faktor neonatus dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu pemakaian obat anastesia/analgetika yang berlebihan pada ibu yang berakibat ke janin, trauma persalinan, kelainan kongenital seperti hernia diafragma, atresia/stenosis saluran pernapasan dan hipoplasia paru.19

Berdasarkan laporan WHO tahun 2010, sebanyak 15.133 neonatus terkena asfiksia. Penelitian yang dilakukan di Bangladesh menemukan bahwa penyebab utama kematian bayi disebabkan oleh Asfiksia (35%), Sepsis (28%), dan Prematuritas (19%).23

(26)

a.4. Sepsis Neonatorum

Sepsis Neonatorum adalah sindrom klinis yang terjadi akibat invasi mikroorganisme ke dalam aliran darah, dan timbul pada satu bulan pertama kehidupan.15 Sepsis Neonatorum paling sering disebabkan oleh Streptococcus Grup B, kemudian organisme enterik gram-negatif, khususnya Escherichia coli. Listeria monocytogenes, Staphylococcus, dan Haemophilus influenzae.24 Sepsis neonatorum dibedakan atas 2, yaitu Sepsis Neonatorum Awitan Dini (SNAD) dan Sepsis Neonatorum Awitan Lambat (SNAL).15

SNAD terjadi pada masa <72 jam setelah dilahirkan. Infeksi terjadi secara vertikal disebabkan penyakit ibu atau infeksi yang diderita ibu selama masa persalinan atau kelahiran. sedangkan SNAL, terjadi pada masa >72 jam setelah kelahiran. Infeksi berasal dari lingkungan sekitar, atau infeksi karena kuman nosokomial.23

Angka kejadian di Asia Tenggara berkisar 2,4 – 16 per 1.000 KH, di Amerika Serikat 1 – 8 per 1000 KH.15Laporan angka kejadian di Rumah Sakit menunjukkan jauh lebih tinggi khususnya bila rumah sakit merupakan tempat rujukan. Di RS Cipto Mangunkusumo, angka sepsis neonatorum memperlihatkan angka yang tinggi dan mencapai 13,7% sedangkan angka kematian mencapai 14%.23

Faktor risiko terjadinya sepsis neonatorum terdiri dari faktor Ibu yang meliputi; persalinan dan kurang bulan, ketuban pecah lebih dari 18 – 24 jam,

(27)

meliputi; Asfiksia perinatal, BBLR, Bayi Kurang Bulan (BKB), dan kelainan bawaan.23

b. Berat Badan Lahir

b.1. Definisi Berat Badan Lahir

Berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir. Pengukuran ini dilakukan di tempat fasilitas (Rumah Sakit, Puskesmas, dan Polindes), sedangkan bayi yang lahir di rumah waktu pengukuran berat badan dapat dilakukan dalam waktu 24 jam.25

Berat badan lahir dapat diklasifikasikan menjadi25,26 :

i. Berat badan lahir lebih : Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000 gram. ii. Berat badan lahir cukup / normal : Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir 2500

– 4000 gram.

iii. Berat badan lahir rendah (BBLR) : Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.

iv. Berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) : Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 1500 gram.

(28)

b.2. Klasifikasi BBLR19

Bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

i. Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut neonatus kurang bulan-sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).

ii. Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasinya. Dapat disimpulkan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

Secara global, pada tahun 2000 WHO memperkirakan lebih dari 20 juta bayi di dunia (15,5%) lahir dengan kondisi BBLR. Jumlah ini terkonsentrasi di wilayah Asia (72%) dan Afrika (22%).27Di Indonesia, menurut Survei Ekonomi Nasional (Susenas) pada tahun 2005, kematian neonatus yang di sebabkan oleh BBLR sebesar 38,85%. Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9 – 20% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. Sebanyak 25% bayi dengan BBLR meninggal pada saat baru lahir dan 50% nya meninggal saat bayi.20

Persentase BBLR tahun 2013 (10,2%) lebih rendah dari tahun 2010 (11,1%). Persentase BBLR tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi Tengah (16,9%) dan terendah di Sumatera Utara (7,2%).28

b.3. Masalah Pada BBLR18,20,25

(29)

terjadi adalah gangguan sistem pernapasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastrointestinal, imunologi, dan termoregulasi.

i. Sistem Pernapasan

Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan bernapas segera setelah lahir oleh karena jumlah alveolus yang berfungsi masih sedikit, dan mengalami defisiensi surfaktan (zat dalam paru yang melapisi alveolus sehingga alveolus tidak kolaps pada saat ekspirasi).

ii. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)

Bayi dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan saraf pusaat. Hal ini disebabkan antara lain : pendarahan intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia, dan hipoglikemia.

iii. Sistem Kardiovaskuler

Bayi dengan BBLR sering mengalami gangguan/ kelainan janin, yaitu Patent Ductus Arteriosus (PDA), yang merupakan akibat dari gangguan adaptasi dan kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine berupa keterlambatan penutupan

ductus arteriosus. Selain itu juga dapat terjadi hipotensi atau hipertensi. iv. Sistem Gastrointestinal

Bayi dengan BBLR terutama bayi kurang bulan (BKB) pada umumnya saluran pencernaan belum berfungsi sempurna seperti pada bayi yang cukup bulan. v. Sistem Termoregulasi

(30)

besar, kurangnya lemak subkutan (brown fat), kekurangan oksigen yang dapat berpengaruh pada penggunaan kalori, tidak memadainya aktivitas otot, ketidakmatangan pusat pengaturan suhu tubuh di otak, dan tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.

vi. Sistem Hematologi

Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi dibanding bayi cukup bulan seperti anemia (onset dini atau lanjut), hiperbilirubinemia, koagulasi intravaskuler diseminata, dan penyakit pendarahan pada neonatus.

vii. Sistem Imunologi

Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, sehingga rentan terhadap infeksi.

c. Kelainan Kongenital c.1. Definisi

Kelainan kongenital juga dikenal sebagai cacat lahir, kelainan bawaan, atau cacat bawaan. Didefinisikan sebagai kelainan struktural atau fungsional, termasuk gangguan metabolisme, yang muncul pada saat kelahiran.29

(31)

Cacat lahir adalah masalah global, namun dampak yang sangat parah terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah dimana lebih dari 94% kelahiran dengan cacat yang serius dan 95% kematian akan terjadi.30

Menurut laporan Global Report on Birth Defects, 5 kecacatan serius yang paling umum terjadi pada tahun 2001 adalah ; Congenital Heart Defect (CHD) sebanyak 1.040.835 kelahiran, Neural Tube Defectsebanyak 323.904 kelahiran, kelainan hemoglobin, Thalasemia dan Sickle Cell Diseases sebanyak 307.897

kelahiran, Down Syndrome (trisomy 21) sebanyak 217.293 kelahiran, dan Glucose-6-Phosphate Dehydrogenase Deficiency sebanyak 177.032 kelahiran.30

Perkiraan prevalensi cacat lahir di kawasan SEARO pada tahun 2006 di Indonesia yaitu 263.154 anak lahir dengan cacat lahir, dimana prevalensinya 59,3 per 1.000 KH dengan Neural Tube Defect 0,7 per 1.000 KH, kelainan sistem kardiovaskular 7,9 per 1.000 KH, kelainan patologis haemoglobin 0,8 per 1.000 KH, dan Down Syndrome 1,4 per 1.000 KH.31

c.2. Penyebab dan Faktor Risiko29

Meskipun 50% dari semua kelainan kongenital tidak dapat dikaitkan dengan penyebab spesifik, ada beberapa penyebab yang diketahui sebagai faktor risiko; i. Faktor Sosial Ekonomi

(32)

kejadian perkembangan janin abnormal, terutama infeksi dan alkohol. Ibu lanjut usia juga meningkatkan risiko beberapa kelainan kromosom termasuk down syndrome.

ii. Faktor Genetik

Kekerabatan (hubungan darah) meningkatkan prevalensi kelainan bawaan langka genetik dan hampir dua kali lipat meningkatkan risiko kematian neonatus dan anak, cacat mental dan cacat lahir yang serius. Beberapa komunitas etnis misalnya Yahudi Ashekanzi atau Finlandia memiliki prevalensi mutasi genetik langka sehingga meningkatkan risiko terjadinya kelainan kongenital.

iii. Infeksi

Infeksi ibu seperti Sifilis dan Rubella adalah penyebab signifikan cacat lahir di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

iv. Status Gizi Ibu

Kekurangan Iodium, insufisiensi Folat, Obesitas, atau DM terkait dengan kelainan kongenital. Misalnya insufisiensi Folat meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan cacat tabung saraf.

v. Faktor Lingkungan

(33)

c.3. Penyakit Kelainan Kongenital

i. Cacat Jantung Bawaan (Congenital Heart Defects)

Cacat jantung bawaan atau Congenital Heart Defects (CHDs) merupakan defisit struktural dan fungsional yang muncul selama embriogenesis jantung. CHDs adalah cacat lahir yang paling sering terjadi, menyumbang 1/3 kematian dari seluruh kelainan kongenital. Secara global, 1,35 juta bayi lahir dengan CHDs setiap tahunnya.32 Hampir setengah insiden CHDs didiagnosa pada minggu pertama kehidupan bayi.24

Penelitian epidemiologi di negara berkembang telah mengindikasikan bahwa pervalensi CHDs berkisar antara 4 – 10 per 1.000 kelahiran hidup. Prevalensi CHDs pada janin di perkirakan meningkat, sekitar 14.6 per 1.000 janin. CHDs kompleks paling sering pada janin dan dapat menyebabkan aborsi spontan dan lahir mati.33

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Guandong, China, prevalensi CHDs meningkat dari tahun 2008 ke 2012 baik di daerah perkotaan, maupun daerah pedesaan. Prevalensi kelahiran dengan CHDs di perkotaan meningkat dari 59,33 per 10.000 KH pada tahun 2008, menjadi 107,78 per 1.000 KH. Dan di daerah pedesaan prevalensinya dari 27,24 per 10.000 KH pada tahun 2008, menjadi 69,40 per 10.000 KH pada tahun 2012.33

ii. Cacat Tabung Saraf (Neural Tube Defects)

(34)

NTDs terjadi rata-rata 1 dari 1000 kehamilan di seluruh dunia.34 Insiden NTD pada populasi umum bervariasi, mulai dari 1 per 1.000 kehamilan di Amerika Serikat, hingga 12 per 1.000 kehamilan di Irlandia dan Wales dan di antara suku Indian dan beberapa etnis di Mesir.36 Di California, NTDs di temukan pada 1 dari 1.480 kehamilan.35

Faktor genetik maupun non-genetik diimplikasikan sebagai penyebab NTDs. Hampir 70% prevalensi NTDs berkaitan dengan faktor genetik.34Tipe NTDs yang paling sering yaitu Spina Bifida, Anencephaly, dan, Encephalocele.35Ibu penderita diabetes berisiko10 kali untuk melahirkan anak dengankelainan seperti Spina Bifida, Anencephaly,Holoprosencephalydibanding populasi ibu lainnya.37

NTDs disebabkan oleh beberapa faktor seperti kekurangaan vitamin dan nutrisi (asam folat, Vitamin B12, dan zinc), dan kelainan kromosom (Trisomy 13 dan 18).24

Asam folat merupakan salah satu vitamin B yang berperan penting dalam perkembangan otak dan sumsum tulang belakang janin pada awal masa kehamilan dimana kebanyakan wanita tidak mengetahui kehamilannya.35

The American Academy of Pediatrics merekomendasikan ibu hamil yang berusia 15 – 44 tahun untuk mengkonsumsi 0,4 mg asam folat setiap hari untuk menurunkan risiko NTDs 50 – 70%. US National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) dan CDC merekomendasikan ibu hamil dengan risiko tinggi (memiliki kekerabatan dengan penderita NTDs) harus mengkonsumsi 4,0 mg asam folat setiap hari mulai dari 1 bulan sebelum konsepsi hingga 3 bulan pada masa

(35)

iii. Down Syndrome

Down Syndrome merupakan suatu kondisi dimana terjadi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental bayi/anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri pada saat terjadi pembelahan meiosis. Bayi/anak dengan Down Syndrome memiliki kelainan kromosom 21 yang tidak terpisah secara sempurna sehingga menjadi 3 kromosom (trisomi).20

Insiden Down Syndrome 1 dari 700 kelahiran hidup. Insiden pada saat konsepsi lebih besar, tetapi lebih dari 60% mengalami abortus spontan dan 20% lahir mati.35 Angka kejadian meningkat seiring dengan pertambahan usia ibu. Ibu yang hamil dengan usia > 35 tahun dapat melakukan pemeriksaan amniosintesis untuk dapat mendeteksi kehamilan dengan Trisomy 21.15

Penampilan klinik sudah mengarah pada diagnosis. Fisura palbebra miring ke atas, hidung pesek, hipotonia, kulit leher longgar, kosiput datar, garis Simian, kelingking bengkok (klinodaktili), serta jarak yang lebar antara jari kaki ke 1 dan ke 2. Retardasi mental merupakan komplikasi yang serius, IQ kurang dari 50. Penyakit jantung bawaan terdapat pada 40% penderita. Komplikasi lain termasuk Katarak (2%), Epilepsi (10%), Hipotiroid (3%), dan Leukemia Akut (1%).38

iv. Gastroschisis

(36)

awal selama kehamilan dimana otot – otot yang membentuk dinding perut bayi tidak terbentuk sempurna. CDC memperkirakan sekitar 1.871 bayi lahir di Amerika Serikat terlahir dengan gastroschisis setiap tahunnya.39

Gastroschisis dikaitkan dengan usia ibu pada saat melahirkan. Angka insiden

gastroschisis di antara ibu yang berusia kurang dari 20 tahun adalah 4,71 per 10.000 KH di bandingkan ibu berusia 30 – 34 tahun yaitu 0,26 per 10.000 KH.40

Data terbaru dari British Isles Network of Congenital Anomaly Registers

(BINOCAR) menemukan terjadi peningkatan insiden gastroschisis dari 2,5 per 10.000 KH pada tahun 1994, menjadi 4,4 per 10.000 KH pada tahun 2004.40

Studi epidemiologi sebelumnya juga menemukan terjadi peningkatan risiko gastroschisis bagi ibu yang dilaporkan mengkonsumsi obat – obatan seperti

pseudoephedrine, fenilpropanolamin, aspirin, ibuprofen, dan acetaminophen.41

2.4.2. Faktor Ibu a. Umur Ibu

Umur dan paritas ibu berkaitan dengan risiko meningkatnya masalah pada neonatus, seperti Intrauterine Growth Restriction (IUGR), prematuritas, dan kematian neonatus.42

Pola kematian bayi dihubungkan dengan usia ibu, ditunjukkan dengan grafik berbentuk huruf “U” dimana kematian bayi tertinggi terjadi pada kelompok ibu yang berusia <18 tahun dan yang berusia > 35 tahun.42,43

(37)

risikokematian bayi pada ibu yang berusia <18 tahun disebabkan oleh pertumbuhan panggul yang belum sempurna.43

Risiko kematian neonatus meningkat dua kali pada Nulipara yang berusia < 18 tahun ( Nulipara : wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali, atau wanita yang belum pernah melahirkan bayi hidup).Risiko terjadinya retardasi pertumbuhan intrauterin, kematian janin, dan gawat janin yang terdapat pada golongan ibu hamil yang sangat muda. Risiko ini terutama pada kehamilan pertama.Mortalitas neonatus yang rendah justru ditemukan pada ibu golongan umur 20 – 30 tahun.42

Umur perkawinan pertama ibu merupakan salah satu faktor kematian bayi dan anak.44 Penelitian yang dilakukan di Jakarta dan Indonesia tentang deferensial kematian bayi dan anak menemukan bahwa bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menikah muda memiliki risiko kematian yang lebih tinggi.43 Semakin muda usia seorang ibu dalam perkawinan, maka ibu akan mengalami masa reproduksi yang panjang karena semakin lama rentang antara usia subur dengan usia tidak subur yang dapat menghasilkan kehamilan, sehingga memungkinkan untuk melahirkan lebih dari satu anak.44

(38)

Ibu hamil dengan usia > 35 tahun meningkatkan risiko kelahiran prematur. Kelahiran prematur dapat dikaitkan terhadap insiden kelainan kromosom atau kelainan kongenital yang lebih tinggi.39Selain masalah sosial ekonomi, di negara berkembang ibu-ibu yang sudah berumur lebih dari 35 tahun umumnya mempunyai anak yang lebih banyak.43

Ibu yang melahirkan dengan umur di atas 35 tahun sering dijumpai faktor penyulit dalam persalinan dan mempunyai risiko komplikasi kehamilan terutama disebabkan karena adanya proses menua jaringan reproduksi dan jalan lahir. Pertambahan usia juga ikut mempengaruhi organ vital seperti sistem kardiovaskular dan ginjal. Ibu yang melahirkan pertama kali di atas usia 35 tahun terdapat penyulit karena kekakuan jaringan panggul yang belum pernah dipengaruhi oleh kehamilan dan persalinan.43

b. Paritas

Paritas merupakan jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup, yaitu kondisi yang menggambarkan kelahiran sekelompok atau beberapa kelompok wanita selama masa reproduksi.46

Paritas telah terbukti memiliki hubunganterhadap gangguan kesehatan ibu baik saat hamil maupun bersalin, di mana faktor tersebut akan turut berpengaruh pula pada kesehatan bayi yang dilahirkan (neonatus).47

(39)

pada wanita hamil dan bersalin dua sampai empat kali. Paritas tinggi atau grande multipara adalah ibu hamil dan melahirkan 5 kali atau lebih.48

Sebuah penelitian menunjukkan ibu yang merupakan Nulipara ( Nulipara : wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali, atau wanita yang belum pernah melahirkan bayi hidup) dan berusia < 18 tahun serta ibu yang memiliki paritas > 3 dan berusia > 35 tahun meningkatkan risiko kematian neonatus.42 Hal ini sejalan dengan SKRT 2001 yang menyatakan bahwa kematian neonatus banyak terjadi pada ibu dengan paritas > 3.47

Nuliparajuga berhubungan terhadap risiko komplikasi selama kelahiran, seperti partus macet, sedangkan paritas tinggi juga meningkatkan risiko Hipertensi,

Placenta Previa, dan Uterine Rupture.42

Grande multipara merupakan faktor risiko dimana komplikasi kehamilan dan persalinan lebih sering terjadi setelah ibu mengalami kelahiran di atas empat kali dan bayi yang dilahirkan setelah mempunyai risiko lebih tinggi untuk dilahirkan prematur atau mati perinatal.43

(40)

c. Komplikasi Obstetrik

Risiko kematian neonatus meningkat 81% pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang memiliki riwayat komplikasi selama persalinan, seperti pendarahan, demam, dan kejang. Pada bayi dengan ukuran lebih kecil dibanding ukuran normal, risiko meninggal berkisar 2,8 kali dibanding bayi yang lahir dengan ukuran normal.49

Dalam sebuah studi di perkotaan Pakistan menemukan bahwa komplikasi obstetrik yang paling sering menyebabkan kematian neonatus yaitu, persalinan prematur (34%), asfiksia intrapartum (21%), dan pendarahan antepartum (9%).50

Penelitian di pedesaan Kenya melaporkan bahwa komplikasi persalinan sebagairisiko utama untuk kematian bayi. Komplikasi seperti pendarahan antepartum, partus lama/macet, eklamsia, persalinan prematur dan ketuban pecah dini meningkatkan risiko kematian perinatal 6 – 62 kali, dan 53% kematian perinatal dikaitkan pada komplikasi persalinan.. Kematian perinatal 60 kali berisiko pada wanita dengan pendarahan antepartum dibanding wanita tanpa pendarahan (OR = 61,9; CI 95% = 13,9 – 274,2) dan kematian perinatal 8 kali berisiko pada wanita dengan partus lama/ malpresentasi ( OR= 7,9; CI 95% = 39,2 – 15,94) serta kematian perinatal 13 kali berisiko pada wanita yang pecah ketuban dini / persalinan prematur (OR= 13,6; CI 95% = 5,2 – 35,7).51

Menurut Depkes RI, riwayat obstetrik dikatakan buruk bila gravid > 4, pernah abortus, pernah mengalami persalinan dengan tindakan (forceps, vacuum extractcy,

(41)

2.5. Kerangka Konsep

[image:41.612.113.476.193.436.2]

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Karakteristik Neonatus :

Penyakit pada neonatus Berat badan lahir Kelainan kongenital

Karakteristik Ibu : Umur

Paritas

Komplikasi obstetrik

(42)

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan studi kuantitatif analitik observasional dengan menggunakan desain matched case control study (kasus kontrol berpasangan).

[image:42.612.112.529.267.669.2]

FrequencyMatching (distribusi frekuensi pada karakteristik yang dipasangkan sama antara kasus dan kontrol) dilakukan terhadap jenis kelamin.52

Gambar 3.1 Skema Desain Penelitian

Meninggal (Kasus)

Hidup (Kontrol) Berat Badan Lahir Rendah

Berat Badan Lahir Normal

Ada Penyakit Tidak ada Penyakit

Ada Kelainan Kongenital

Tidak Ada Kelainan Kongenital

Umur Ibu < 20 tahun &> 35 tahun

Umur Ibu 20 – 35 tahun

Paritas 1 dan > 4 kali

Paritas 2 – 4 kali

Ada Komplikasi Obstetrik

(43)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik Medan. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit pemerintah yang ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi dan menerima rujukan untuk wilayah pembangunan A yaitu Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Selain itu belum ada dilakukan penelitian untuk menganalisis faktor risiko kematian neonatus di rumah sakit ini.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan mulai Agustus 2014.Kegiatan yang dilakukan selama penelitian ini meliputi survei pendahuluan, pengumpulan literatur, penulisan proposal, seminar proposal, pengumpulan dan pengolahan data, ujian skripsi.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi (0 – 28 hari) yang pernah di rawat di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011 – 2014 yaitu sebanyak 201 bayi dengan uraian 43 neonatus meninggal, dan 158 neonatus hidup.

3.3.2. Sampel Penelitian

(44)

a. Kasus

Kriteria kasus yaitu bayi (0 – 28 hari)meninggalyang mendapat perawatan, dan bukan merupakan korban kecelakaan lalu lintas, serta memiliki status rekam medik yang lengkap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011 – 2014. Jumlah populasi kasus sebanyak 43 neonatus.

b. Kontrol

Kriteria kontrol adalah bayi (0 – 28 hari) hidup yang mendapat perawatan, dan bukan merupakan korban kecelakaan lalu lintas, serta memiliki status rekam medik yang lengkap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011 – 2014. Jumlah populasi kontrol adalah 158 neonatus.

c. Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel dengan desain kasus kontrol berpasangan53, yaitu :

dimana,

,

Keterangan:

n = Besar sampel minimum yang dibutuhkan OR = Odds Ratio berdasarkan penelitian terdahulu

(45)

Nilai Odds Ratiodari hasil penelitian terdahulu:

Variabel Kategori P OR (95% CI) Literatur n

Berat Badan Lahir49

< 2500 gram

2500 – 3500 gram 0,00

5,5 (3,59 – 8,57)

Titaley et al

(2008) 18 Penyakit

pada Masa Neonatus43

Ada

Tidak ada 0,00

4,382 (2,40 – 7,99)

Fitrina

(2004) 23

Kelainan Kongenital54

Ada Kelainan Tidak Ada

Kelainan 0,01

2,9 (1,5 – 5,7)

Yego, et al

(2014) 42

Usia Ibu55

< 20 tahun dan >35 tahun

20 – 35 tahun 0,00

7,69 (2,129 – 27,788)

Prabamurti et al (2008) 22

Paritas56 1 dan > 5 kali 2 4 kali 0,01 2,988 (1,209 – 7,386)

Mahmudah et al (2011) 38 Komplikasi

Obstetrik57

Ada

Tidak Ada 0,00

2,6 (1,5 – 4,5)

Mercer et al

(2006) 50

Besar sampel minimum yang dibutuhkan berdasarkan penelitian terdahulu sebagai berikut: (menggunakan variabel Paritas, OR = 2,988)

0,749 = 38
(46)

d. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel kasus diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling

yaitusemua subyek yang datang dan memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi yaitu sebanyak 38 kasus.

Sampel kontrol diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling

yang terlebih dahulu dilakukan matching terhadap jenis kelamin dan tahun kelahiran yang sama dengan kasus.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari catatan rekam medis yang ada di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 – 2014.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Penelitian

a. Variabel independen, yaitu penyakit pada neonatus, berat badan lahir, kelainan kongenital, umur ibu, paritas, dan komplikasi obstetrik.

b. Variabel dependen, yaitu kematian neonatus. 3.5.2. Definisi Operasional

a. Neonatus adalah bayi berusia kurang dari 28 hari. Dikategorikan menjadi: Neonatus dini adalah bayi yang berusia 0 – 6 hari.

Neonatus lanjut adalah bayi yang berusia 7 – 27 hari.

(47)

c. Penyakit pada neonatus adalah penyakit infeksi dan/atau non-infeksi yang diderita neonatus. Dikategorikan menjadi:

Penyakit (+) adalah risiko positif jika bayi memiliki penyakit. Penyakit (–) adalah risiko negatif jika bayi tidak memiliki penyakit.

d. Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam waktu 24 jam setelah dilahirkan. Dikategorikan menjadi:

Berat badan lahir (+) adalah risiko positif jika bayi BBL < 2500 gram. Berat badan lahir (–) adalah risiko negatif jika bayi BBL > 2500 gram.

e. Kelainan kongenital adalah kelainan bawaan pada bayi yang muncul pada saat kelahiran. Dikategorikan menjadi:

Kelainan (+) adalah risiko positif jika bayi memiliki kelainan kongenital. Kelainan (–) adalah risiko negatif jika bayi tidak memiliki kelainan kongenital f. Umur ibu adalah waktu hidup ibu diukur berdasarkan tanggal kelahiran ibu

hingga tanggal ibu saat melahirkan bayi. Dikategorikan menjadi: Umur (+) adalah risiko positif jika ibu berumur < 20 dan > 35 tahun. Umur (–) adalah risiko negatif jika ibu berumur 20 – 35 tahun.

g. Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan dalam keadaan hidup atau belum pernah melahirkan sama sekali. Dikategorikan menjadi:

(48)

h. Komplikasi obstetrik adalah masalah yang pernah terjadi selama persalinan. Dikategorikan menjadi:

Komplikasi (+) adalah risiko positif jika ibu mengalami komplikasi obstetrik. Komplikasi (–) adalah risiko negatif jika ibu tidak mengalami komplikasi obstetrik.

3.6. Metode Pengukuran 3.6.1. Variabel Independen

a. Penyakit pada Neonatus

Untuk mengetahui penyakit neoantus dilakukan pembagian dengan 2 kategori yaitu:

0 = Tidak ada

1 = Ada (Tetanus, Respiratory Distress Syndrome, Asfiksia, Sepsis) Skala Ukur : Ordinal

b. Berat Badan Lahir

Untuk mengetahui berat badan lahir neonatus dilakukan pembagian dengan 2 kategori yaitu:

0 = Berat badan lahir cukup (> 2500 gram) 1 = Berat badan lahir rendah (< 2500 gram) Skala Ukur : Ordinal

c. Kelainan Kongenital

(49)

0 = Tidak ada

1 = Ada (CHD, NTD, Talasemia, Down Syndrome, Gastroschisis)

Skala Ukur : Ordinal d. Umur Ibu

Untuk mengetahui umur ibu dilakukan pembagian dengan 2 kategori yaitu: 0 = 20 – 35 tahun

1 =< 20 tahun dan > 35 tahun Skala Ukur : Ordinal

e. Paritas

Untuk mengetahui paritas dilakukan pembagian dengan 2 kategori yaitu: 0 = 2 – 4 kali

1 =1 dan > 4 kali Skala Ukur : Ordinal f. Komplikasi Obstetrik

Untuk mengetahui komplikasi obstetrik dilakukan pembagian dengan 2 kategori yaitu

0 = Tidak ada

1 =Ada ( Pendarahan antepartum, partus lama/macet, eklamsia, persalinan prematur, ketuban pecah dini)

(50)

3.6.2. Variabel Dependen Kematian neonatus

Untuk mengetahui status kematian neonatus dilakukan pembagian dengan 2 kategori yaitu:

0 = Neonatus hidup 1 = Neonatus meninggal Skala Ukur : Ordinal

3.7. Teknik Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan program Epi Info 7 data dalam penelitian ini meliputi :

3.7.1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukanuntuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.

3.7.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen.Analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji

McNemar pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Apabila ditemukan hasil analisis statistik p < 0,05 maka variabel tersebut dinyatakan berpengaruh secara signifikan, sedangkan apabila ditemukan hasil analisis statistik p > 0,05 maka variabel tersebut dinyatakan tidak berpengaruh secara signifikan.

(51)

individual dilakukan dengan menjadikan kasus dan kontrol sebagai pasangan – pasangan . Estimasi Confidence Interval (CI) untuk OR ditetapkan pada

tingkat kepercayaan 95%.

Penghitungan dengan Odds Ratiokasus – kontrol berpasangan yaitu58:

Risiko (+) Risiko(–)

Risiko (+) a b

Risiko (–) c d

Sel a : kasus dan kontrol mengalami pajanan Sel b : kasus mengalami pajanan, kontrol tidak

Sel c : kasus tidak mengalami pajanan, kontrol mengalami Sel d : kasus dan kontrol tidak mengalami pajanan

Interpretasi sebagai berikut:

Bila OR = 1, artinya variabel independen bukan merupakan faktor risiko Bila OR > 1, artinya variabel independen merupakan faktor risiko Bila OR < 1, artinya variabel independen merupakan faktor protektif.

Perhitungan population attributable risk 58:

Keterangan:

p = Proporsi subjek yang terpajan pada populasi, yakni dalam tabel 2

r = odds ratio, dengan syarat r > 1 Kasus

(52)

3.7.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Yang masuk dalam analisis multivariat adalah variabel yang memiliki nilai p < 0,25 pada analisis bivariat. Untuk melihat variabel yang berpengaruh terhadap kematian neonatus dilihat dari koefisienβyang paling besar. Model persamaan menggunakan metode conditional logistic regression adalah sebagai berikut58:

Keterangan :

P = Peluang terjadinya outcome

= Variabel prediktor yaitu faktor neonatus (berat badan lahir, penyakitinfeksi pada masa neonatus, kelainan kongenital) faktor ibu (Umur, paritas, komplikasi obstetrik).

Koefisien regresi = Konstanta

(53)

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit pemerintah kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990

dan sebagai rumah sakit pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan

kesehatan dan pendidikan. RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit pemerintah yang ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi dan menerima rujukan untuk wilayah pembangunan A yaitu Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Lokasinya dibangun di atas tanah seluas ± 10 Ha dan terletak di jalan Bunga Lau No. 17 Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Sebagai rumah sakit kelas A, RSUP H. Adam Malik Medan memiliki 1.858 orang tenaga yang terdiri dari 196 orang tenaga medis, 776 orang tenaga keperawatan, 394 orang tenaga nonkeperawatan dan 492 orang tenaga nonmedis.

(54)

penyuluh kesehatan masyarakat rumah sakit, dan bioelektro medis) serta pelayanan nonmedis (instalasi tata usaha pasien, teknik sipil, dan pemulasaran jenazah).

4.2. Visi dan Misi RSUP H. Adam Malik Medan 4.2.1. Visi

Visi RSUP H. Adam Malik Medan adalah “Menjadi Pusat Rujukan Pelayanan

Kesehatan Pendidikan dan Penelitian yang Mandiri dan Unggul di Sumatera Utara

Tahun 2015”

4.2.2 Misi

Misi RSUP H. Adam Malik Medan untuk memenuhi visi tersebut adalah:

a. Melaksanakan pelayanan yang paripurna, bermutu, dan terjangkau.

b. Melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan penelitian kesehatan profesional.

(55)

4.3. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi proporsi neonatus berdasarkan variabel yang diteliti meliputi karakteristik bayi (klasifikasi kematian neonatus, berat badan lahir, penyakit pada masa neonatus, dan kelainan kongenital) dan karakteristik ibu (umur, paritas, dan komplikasi obstetrik).

Tabel 4.1. Distribusi Proporsi Neonatus Menurut Klasifikasi Kematian Neonatus

Kematian Neonatus f %

Kematian neonatus dini 27 71,1

Kematian neonatus lanjut 11 28,9

Jumlah 38 100,0

[image:55.612.113.528.432.680.2]

Berdasarkan Tabel 4.1. diketahui bahwa sebagian besar kematian neonatus merupakan proporsi kematian neonatus dini, yaitu sebanyak 27 neonatus (71,1%).

Tabel 4.2. Distribusi Proporsi NeonatusMenurut Karakteristik Penyakit pada Neonatus, Berat Badan Lahir, Kelainan Kongenital, Umur Ibu, Paritas, dan Komplikasi Obstetrik

Variabel

Kasus (Meninggal)

Kontrol (Hidup)

f % f %

Penyakit pada Masa Neonatus

Ada 32 84,2 19 50,0

Tidak ada 6 15,8 19 50,0

Jumlah 38 100,0 38 100,0

Berat Badan Lahir

BBLR 14 36,8 5 13,2

BBL normal 24 63,2 33 86,8

Jumlah 38 100,0 38 100,0

Kelainan Kongenital

Ada 17 44,7 15 39,5

Tidak ada 21 55,3 23 60,5

(56)
[image:56.612.112.527.91.306.2]

Tabel 4.2. Lanjutan Umur Ibu

< 20 tahun dan > 35 tahun 5 13,2 8 21,1

20 – 35 tahun 33 86,8 30 78,9

Jumlah 38 100,0 38 100,0

Paritas

1 dan > 4 kali 21 55,3 14 36,8

2 – 4 kali 17 44,7 24 63,2

Jumlah 38 100,0 38 100,0

Komplikasi Obstetrik

Ada 10 26,3 9 23,7

Tidak ada 28 73,7 29 76,3

Jumlah 38 100,0 38 100,0

Berdasarkan Tabel 4.2. diketahui bahwa sebagian besar neonatus pada kelompok kasus memiliki penyakit pada masa neonatus, yaitu sebanyak 32 neonatus (84,2%), sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 19 neonatus (50,0%).

Berdasarkan Tabel 4.2. diketahui bahwa sebagian besar neonatus pada kelompok kasus dan kelompok kontrol memiliki berat badan normal, yaitu masing-masing sebanyak 24 neonatus (63,2%), dan 33 neonatus (86,8%).

Berdasarkan Tabel 4.2. diketahi bahwa sebagian besar neonatus pada kelompok kasus dan kelompok kontrol tidak memiliki kelainan kongenital, yaitu masing-masing sebanyak 21 neonatus (55,3%), dan 23 neonatus (60,5%).

Berdasarkan Tabel 4.2. diketahui bahwa sebagian besar ibu pada kelompok kasus dan kelompok kontrol memiliki umur pada rentang 20 – 35 tahun, yaitu masing-masing sebanyak 33 neonatus (86,8%), dan 30 neonatus (78,9%).

(57)

besar ibu pada kelompok kontrol memiliki paritas 2 – 4 kali, yaitu sebanyak 24 ibu (63,2%).

Berdasarkan Tabel 4.2. diketahui bahwa sebagian besar ibu pada kelompok kasus dan kelompok kontrol tidak mengalami komplikasi obstetrik, yaitu masing-masing sebanyak 28 ibu (73,7%), dan 29 ibu (76,3%).

4.4. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi pengaruh variabel berat badan lahir, penyakit pada neonatus, kelainan kongenital, umur ibu, paritas, dan komplikasi obstetrik, terhadap kematian neonatus.

4.4.1. Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata – RataNeonatus

Distribusi proporsi lama rawatan rata – rataneonatus di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 – 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3. Distribusi Proporsi Lama Rawatan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2014

Status Neonatus Lama Rawatan Rata-Rata (Hari)

n Mean SD

Meninggal Hidup

28 28

3,71 11,36

4,215 8,608 p = 0,000(Mann-WhitneyU)

(58)
[image:58.612.116.536.198.279.2]

4.4.2. Pengaruh Penyakit pada Masa Neonatus terhadap Kematian Neonatus Pengaruh penyakit pada masa neonatus terhadap kematian neonatus di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 – 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.4. Pengaruh Penyakit pada Neonatus terhadap Kematian Neonatus

Berdasarkan hasil analisis uji McNemar diperoleh nilai p sebesar 0,003 (p< 0,05), artinya penyakit pada neonatus memengaruhi kematian neonatus. Nilai OR

= 5,33(95% CI; 1,55– 18,30), artinya neonatus yang meninggal memiliki risiko penyakit 5,33 kali dibandingkan dengan neonatus yang tidak meninggal.

4.4.3. Pengaruh Berat Badan Lahir terhadap Kematian Neonatus

Pengaruh berat badan lahir terhadap kematian neonatus di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 – 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5. Pengaruh Berat Badan Lahir terhadap Kematian Neonatus Kontrol

BBL (+) BBL (–) Jumlah p OR*

(95% CI)

BBL (+) 20 13 33

0,029 3,25 (1,06– 9,97)

BBL (–) 4 1 5

Jumlah 24 14 38

Berdasarkan hasil analisis uji McNemar diperoleh nilai p sebesar 0,029 (p< 0,05), artinya berat badan lahir memengaruhi kematian neonatus. Nilai OR = 3,25 (95% CI; 1,06– 9,97), artinya neonatus yang meninggal memiliki risiko BBLR3,25

Penyakit (+)

Penyakit

(–) Jumlah p

OR*

(95% CI)

Penyakit (+) 16 16 32

0,003 5,33 (1,55 – 18,30)

Penyakit (–) 3 3 6

Jumlah 19 19 38

Kasus

Kasus

[image:58.612.119.526.516.600.2]
(59)

4.4.4. Pengaruh Kelainan Kongenital terhadap Kematian Neonatus

[image:59.612.108.524.210.287.2]

Pengaruh penyakit pada masa neonatus terhadap kematian neonatus di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 – 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.6. Pengaruh Kelainan Kongenital terhadap Kematian Neonatus

Berdasarkan hasil analisis uji McNemar diperoleh nilai p sebesar 0,593 (p>0,05), artinya kelainan kongenital tidak memengaruhi kematian neonatus.

4.4.5. Pengaruh Umur Ibu terhadap Kematian Neonatus

Pengaruh umur ibu terhadap kematian neonatus di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 – 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.7. Pengaruh Umur Ibu terhadap Kematian Neonatus

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Skema Desain Penelitian
Tabel 4.2. Distribusi Proporsi NeonatusMenurut Karakteristik Penyakit pada Neonatus, Berat Badan Lahir, Kelainan Kongenital, Umur Ibu, Paritas, dan Komplikasi Obstetrik
Tabel 4.2. Lanjutan
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Instrument yang digunakan yaitu OPQOL-35 (Older People’s Quality Of Life) yang memiliki 8 domain yaitu pertama yaitu keseluruhan hidup yang menggambarkan kondisi

Requirements for on -board equipment and sensors of the robot for the &#34;Follow me&#34; mode can be formulated on the basis of the following list of

Dengan mengolah informasi, siswa mampu menyajikan hasil identifikasi tanaman jarak sebagi sumber daya alam alternatif dan pemanfaatannya dalam bentuk tulisan dengan sistematis..

Analysis of points migration, volume migration and soft tissue thickness showed that the skin points migration occur independently from underlying soft tissue, thus the

Setelah berlatih, siswa mampu menyanyikan lagu “Aku Anak Indonesia” sesuai dengan tempo (sedang) diiringi ketukan dan tinggi rendah nada dengan benarC. Menganalisis pelaksanaaan hak

By considering the used primitives and deformable models, 3D reconstruction methods from X-ray images can be classified as followed: The International Archives of

Lembaga Negara yang memegang kekuasaan untuk membuat undang-undang, yang terdiri dari MPR, DPR, DPD disebut .... MPR adalah merupakan kependekan