• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN MENTAL KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR KOTA MAKASSAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN MENTAL KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR KOTA MAKASSAR SKRIPSI"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN MENTAL

KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA DI UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH MAKASSAR

KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

ST. JAWIRA H.

105720529515

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

(2)

ii

SKRIPSI

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN MENTAL

KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA DI UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH MAKASSAR

KOTA MAKASSAR

Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana

Ekonomi

Disusun dan diajukan oleh

ST. JAWIRA H.

105720529515

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2020

(3)

iii

Karya ilmiah ini saya persembahkan untuk orang tua, keluarga serta

sahabat-sahabat yang telah mendampingi dan mensupport selama masa

study hingga berakhir. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

banyak orang terutama untuk diri saya pribadi.

MOTTO HIDUP

Ketika kamu bisa memimpikannya, maka kau pasti bisa melakukannya

Tidak ada yang mustahil di dunia selama Allah berkehendak.

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala skripsi yang berjudul “Analisis Pengelolaan dan Pengembangan Mental Kewirausahaan Mahasiswa Di Universitas Muhammadiyah Makassar”

Skripsi yang saya buat bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama saya sampaikan terima kasih kepada kedua orang tua saya yaitu bapak Hasan dan Ibu Halima yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan do’a yang tulus tanpa pamrih. Untuk saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan do’a restu yang telah diberikan demi keberhasilan saya dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan dapat menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan akhirat.

Saya menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :

(8)

viii

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM, sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Muh. Nur Rasyid, SE., MM selaku ketua jurusan Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Muhammad Ikram Idrus, SE., MS selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Basri Basir MR, SE., M.Ak., CBC selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi.

6. Segenap Dosen jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Terima kasih teruntuk sahabat - sahabatku, Nurul Pratiwi, Mia Eriska Putri, Nurfriana Erdilla, Lusi Pranawula, Dita Amelia Ayyub, Sri Wahyupi serta teman – teman seperjuangan di MAN 3-15 yang telah memberikan semangat, motivasi dan dukungannya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Terima kasih teruntuk Kak Aryana yang selama ini menjadi mentor dan motivator dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

9. Terima kasih teruntuk Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah kepada Kakanda, adinda serta teman-teman seperjuangan terkhusus untuk: Herni, Indah, Irma,

(9)

ix

Sarah, Lilis, Nining, Tria, dan Widya. Terima kasih untuk energi-energi positifnya selama ini.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, saya senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini.

Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Makassar, Desember 2019

(10)

x ABSTRAK

ST. JAWIRA H, Tahun 2020, Analisis Pengelolaan dan Pengembangan Mental Kewirausahaan Mahasiswa Di Universitas Muhammadiyah Makassar, Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar, Dibimbing oleh pembimbing I Ikram Idrus dan pembimbing II Basri Basir.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan pendidikan dan pengembangan kewirausahaan mahasiswa dalam lingkungan Universitas Muhammadiyah Makassar yang memfasilitasi, merubah atau membentuk mental menjadi wirausaha. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah berupa numerik dan non-numerik.Teknik pengumpulan data lapangan menggunakan kuesioner, dan jawaban setiap item instrumen menggunakan skala Likert.

Pengelolaan dan pengembangan Mental kewirausahaan melalui kurikulum kewirausahaan belum cukup untuk mengembangkan mental kewirausahaan mahasiswa di UNISMUH Makassar, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti tidak adanya motivasi dalam diri mahasiswa, tidak memiliki keberanian, tidak ingin direpotkan dengan dunia usaha, dan merasa tidak cukup memiliki kepekaan atau keahlian untuk berwirausaha. Namun dengan adanya ketertarikan terhadap mata kuliah kewirausahaan dan dengan bimbingan yang tepat maka mental kewirausahaan mahasiswa bisa berkebang dan menghasilkan lulusan-lulusan yang siap berwirausaha.

(11)

xi ABSTRACT

ST. JAWIRA H, 2020, Management Analysis and Mental Development of Student Entrepreneurship at Makassar Muhammadiyah University, Thesis Management Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar, Supervised by supervisor I Ikram Idrus and supervisor II Basri Basir.

This study aims to determine the management of education and the development of student entrepreneurship in the Makassar Muhammadiyah University environment that facilitates, changes or shapes mentality into entrepreneurship. This type of research used in this research is descriptive quantitative. The type of data used for this research is in the form of numerical and non-numerical. The field of data collection techniques uses a questionnaire, and the answers to each item of the instrument use a Likert scale.

Management and development of entrepreneurial mentality through the entrepreneurship curriculum is not enough to develop the entrepreneurial mentality of students at UNISMUH Makassar, this is caused by several factors such as lack of motivation in students, lack of courage, do not want to be bothered with the business world, and feel insufficiently sensitive or expertise for entrepreneurship. However, with an interest in entrepreneurship courses and with the right guidance, the entrepreneurial mentality of students can develop and produce graduates who are ready to become entrepreneurs.

(12)

xii DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kewirausahaan ... 8

B. Teori-Teori Kewirausahaan... 12

C. Mental Kewirausahaan ... 14

D. Pendidikan Kewirausahaan ... 17

E. Peran Perguruan Tinggi dalam Pengelolaan dan Pengembangan Kewirausahaan... 19

(13)

xiii

G. Kerangka Pikir ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

C. Populasi dan Sampel ... 31

D. Variable Penelitian dan Definisi Operasional ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data... 35

F. Jenis dan Sumber Data ... 36

G. Instrumen Penelitian ... 36

H. Metode Analisis ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 39

B. Hasil Penelitian ... 46

C. Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian ... 67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Table 4.1 Saya tidak tertarik dengan kurikulum mata kuliah

kewirausahaan yang dosen saya ajarkan ... 45 Tabel 4.2 Mata kuliah kewirausahaan tidak bisa memotivasi saya

untuk membangun usaha karena butuh modal awal,

keberanian dan bakat bisnis diri sendiri ... 45 Tabel 4.3 Menbuat dan menjual sendiri produk usaha sangat sulit

bagi saya ... 46 Tabel 4.4 Dosen mata kuliah kewirausahaan saya membawakan

materi yang sulit dimengerti dan membosankan ... 46 Tabel 4.5 Saya merasa dosen mata kuliah kewirausahaan saya

tidak kompeten dan tidak mengerti dengan mata

kuliah yang diajarkan ... 47 Tabel 4.6 Fasilitas penunjang pembelajaran mata kuliah

kewirausahaan dari kampus saya belum lengkap dan

kurang memadai... 47 Tabel 4.7 Tidak perlu adanya evaluasi dan pengembangan materi

mata kuliah kewirausahaan oleh para dosen terkait ... 48 Tabel 4.8 Tidak penting bagi seorang dosen untuk mengetahui

seberapa baik tingkat penguasaan mahasiswa

terhadap mata kuliah yang diajarkan ... 48 Tabel 4.9 Inkubator kewirausahaan UNISMUH belum difungsikan

dan dikelola dengan baik sebagai wadah pembinaan

(15)

xv

Tabel 4.10 Inkubator kewirausahaan UNISMUH Makassar sebagai wadah pembinaan belum membangun kerjasama

dengan lembaga-lembaga pendanaan ... 50 Tabel 4.1 Dalam bekerjasama, mengendalikan ego terutama saat

menyadari kekurangan masing-masing adalah hal

yang sangat penting ... 50 Tabel 4.12 Saya belum termotivasi menjadi wirausaha walaupun

melihat peluang yang ada ... 51 Tabel 4.13 Kurangnya pengetahuan yang saya dapat dari mata

kuliah kewirausahaan membuat saya belum tertarik

menjadi wirausaha ... 51 Tabel 4.14 Saya tidak mampu menciptakan hasil kreasi yang unik ... 52 Tabel 4.15 Saya kesulitan dalam membuat inovasi ... 52 Tabel 4.16 Saya takut memulai usaha karena takut menerima

kegagalan ... 53 Tabel 4.17 Saya mengalami kesulitan dalam menemukan solusi

untuk setiap masalah dalam usaha saya ... 53 Tabel 4.18 Saya tidak mampu memberikan contoh bagi rekan

kerja dalam usaha saya ... 54 Tabel 4.19 Saya merasa tidak bisa menjadi pemimpin dalam

usaha yang saya jalankan ... 54 Tabel 4.20 Saya merasa pesimis dengan usaha yang akan saya

mulai ... 55 Tabel 4.21 Saya merasa malas untuk memulai usaha karena tidak

(16)

xvi

Tabel 4.22 Mata kuliah kewirausahaan memotivasi saya untuk

membangun usaha (ide bisnis terbangun) ... 56 Tabel 4.23 Teori mata kuliah kewirausahaan yang dosen saya

ajarkan sangat mudah dimengerti dan dipraktekkan... 56 Tabel 4.24 Teori dan praktek mata kuliah kewirausahaan yang

dosen saya ajarkan akan saya ingat dan realisasikan

kedepannya untuk bisnis saya ... 57 Tabel 4.25 Saya mengikuti dan mendengarkan penjelasan dosen

mata kuliah kewirausahaan saya dengan sangat baik ... 57 Tabel 4.26 Fasilitas penunjang pembelajaran mata kuliah

kewirausahaan dari kampus saya sangat lengkap dan

sudah sangat memadai ... 58 Tabel 4.27 Pelatihan seminar kewirausahaan dari kampus saya

langsung dari pemateri/narasumber yang kompeten ... 58 Tabel 4.28 Mengevaluasi tingkat efisiensi dan efekifitas suatu

metode, media dan sumber daya lainnya dalam melaksanakan suatu kegiatan yang berhubungan

dengan kewirausahaan ... 59 Tabel 4.29 Inkubator wirausaha merupakan wahana efektif untuk

menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan,

kemampuan, dan wawasan wirausaha ... 59 Tabel 4.30 Fungsi inkubator sebagai pencipta wirausaha baru

(17)

xvii

Tabel 4.31 Pentingnya memiliki visi dan misi yang sama terhadap mitra usaha untuk mengembangkan wirausaha yang

baik ... 60

Tabel 4.32 Saya termotivasi menjadi wirausaha setelah mengikuti mata kuliah kewirausahaan ... 61

Tabel 4.33 Saya tertarik menjadi wirausaha berkat dorongan dari dosen kewirausahaan saya ... 61

Tabel 4.34 Saya selalu mendapatkan ide-ide yang cemerlang ... 62

Tabel 4.35 Saya selalu memanfaatkan kesempatan yang ada ... 62

Tabel 4.36 Saya menyukai tantangan dalam berwirausaha ... 63

Tabel 4.37 Saya memandang kegagalan dalam berwirausaha sebagai pelajaran untuk lebih maju lagi ... 63

Tabel 4.38 Saya memiliki keberanian dalam mengambil sebuah keputusan ... 64

Tabel 4.39 Saya selalu bertanggung jawa terhadap pekerjaan yang saya lakukan dalam usaha saya ... 64

Tabel 4.40 Saya mejalankan usaha saya dengan penuh kejujuran ... 65

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... 29 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Universias Muhammadiyah

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kusioner Penelitian ... 78

2. Skor Kuesioner Pengelolaan dan Pengembangan ... 85

3. Skor Kuesioner Mental Kewirausahaan ... 93

4. Dokumentasi Penelitian ... 100

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beberapa Perguruan tinggi telah menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan kewirausahaan (enterpreneurship) yang sasaran utamanya adalah bagi kalangan mahasiswa. Sudah saatnya ditanamkan mental kewirausahaan dalam diri setiap mahasiswa secara lebih komprehensif dan intensif agar kedepannya dapat menentukan pilihan dalam bekerja dan berkreasi serta berinovasi di dunia usaha.

Menurut Backs et.al., (2019), kewirausahaan telah menjadi semakin penting di tahun-tahun terakhir dan akan semakin relevan di masa depan terutama karena pemikiran kewirausahaan akan memainkan peran utama di dunia. Dapat dicatat bahwa pendidikan tentang kewirausahaan telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa yang belum pernah terjadi sebelumnya selama dua puluh tahun terakhir. Itulah sebabnya dikatakan bahwa kewirausahaan dianggap sebagai salah satu topik utama abad ke-21. Untuk mengembangkan kewirausahaan, pendidikan kewirausahaan memiliki peran penting (Cuervo, Ribeiro, & Roig, 2007; Fayolle & Gailly, 2015).

Backs et. al., (2019) berpandangan pula bahwa program pendidikan kewirausahaan yang sukses di universitas harus terdiri dari unsur-unsur yang berorientasi teoretis dan praktis yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan eksternal. Peserta didik yang mengikuti program pendidikan kewirausahaan menunjukkan banyak sifat kewirausahaan yang harus dikembangkan lebih lanjut dalam program ini.

(21)

Dalam tulisan Indarti dan Rostiani (2008) disebutkan bahwa pengaruh pendidikan kewirausahaan selama ini telah dipertimbangkan sebagai salah satu faktor penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan hasrat, jiwa dan perilaku berwirausaha di kalangan generasi muda (Kourilsky & Walstad, 1998). Brandstätter (1997) mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan tindakan pembentukan kepribadian bagi seseorang yang mengharapkan kesuksesan di masa depan sebagai pengusaha. Hasil studi tentang pendidikan kewirausahaan di Afrika Selatan oleh Tshikovhi & Shambare (2015) menunjukkan bahwa pengetahuan kewirausahaan dan sikap pribadi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat kewirausahaan.

Saptono & Wibowo (2018), menyampaikan bahwa pengembangan kewirausahaan adalah fokus utama dari sistem pendidikan, terutama di negara maju. Hal ini dilakukan karena berdampak positif yang mendukung pembangunan sosial, pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan organisasi (Akmaliah & Bagheri, 2010; Collins & Hannon, 2008).

Dalam penelitian Sari & Rahayu (2019) disebutkan bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) telah lama menjadi perhatian penting dalam mengembangkan pertumbuhan sosial-ekonomi suatu negara. Pertumbuhan entrepreneurship di Indonesia tahun 2016 masih sangat kecil, Indonesia baru memiliki 1,6 % pengusaha dari sekitar 252 juta penduduk. Di negara Asean seperti Singapura tercatat sebanyak 7 %, Malaysia 5 %, Thailand 4,5 %, dan Vietnam 3,3 % jumlah pengusahanya (Kementerian Koperasi dan UKM, 2016). Indonesia membutuhkan 5,8 juta pengusaha muda baru apabila ingin memenangkan kompetisi di era pasar tunggal Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Hal ini menunjukkan semakin pentingnya dunia

(22)

kewirausahaan (entrepreneurship) di dalam perekonomian suatu negara, khususnya Indonesia.

Di Indonesia, menurut Saptono & Wibowo (2018), pengembangan kewirausahaan adalah salah satu kebijakan strategis pendidikan nasional dalam memanfaatkan wilayah demografis memberi keuntungan setidaknya untuk lima tahun ke depan (Puspayoga, 2017; Purwana dan Suhud, 2017). Perkembangan pendidikan kewirausahaan di Indonesia juga untuk meningkatkan kemandirian ekonomi dan menciptakan kesejahteraan masyarakat. Hasil kajian Wu & Wu (2008) memberikan bukti empiris yang komprehensif tentang adanya dampak pendidikan tinggi pada niat wirausaha mahasiswa di Cina daratan dan dengan demikian mengisi kesenjangan penting dalam literatur kewirausahaan

Ditegaskan oleh Wu & Wu (2008) bahwa langkah-langkah strategis dalam rangka membangun dan mengembangkan kewirausahaan, dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui pendidikan, pelatihan keterampilan dan peningkatan keterampilan kewirausahaan.

Lembaga pendidikan sebagai pengelola sumber daya manusia, mampu menanamkan dan menumbuhkan nilai-nilai kewirausahaan pada peserta didik untuk menghasilkan lulusan yang memiliki karakter kewirausahaan dengan orientasi sebagai pencipta lapangan kerja bukan sebagai pencari kerja (Obschonka et. al., 2015). Menurut Setiawan (2017), melalui pengembangan sumber daya manusia dengan pendidikan kewirausahaan maka peserta didik dapat bekerja secara profesional di lapangan dengan memprioritaskan potensi dan kearifan lokal sebagai bentuk keunggulan lingkungan (Saptono & Wibowo, 2018).

(23)

Dalam tulisan Saptono & Wibowo (2018), dikatakan bahwa salah satu tujuan dari pendidikan kewirausahaan adalah untuk menumbuhkan keinginan berwirausaha pada siswa maupun mahasiswa. Upaya ini membutuhkan peran yang besar dari guru/dosen karena memainkan peran penting dalam pembentukan wirausaha melalui proses pembelajaran yang tepat (Dinis, 2013). Lingkungan keluarga dan komunitas juga berperan dalam penciptaan wirausaha. Nilai-nilai yang ditanamkan pada anak, seperti dorongan untuk terus maju dan prestasi tanpa tekanan berlebihan dapat membentuk sifat wirausaha. Demikian pula dengan lingkungan masyarakat yang menurut Bruff (2009), yaitu lingkungan sekitar mendukung lahirnya karakter dan jiwa wirausaha akan mempengaruhi pembentukan kewirausahaan. Namun faktanya banyak orang tua lebih suka anak-anaknya menjadi karyawan perusahaan atau lembaga pemerintah karena menjadi wirausahawan memiliki risiko kegagalan yang tinggi dan modal yang besar.

Terkait dengan pengaruh pendidikan kewirausahaan tersebut, Indarti & Rostiani (2008), mengatakan bahwa diperlukan adanya pemahaman tentang cara mengembangkan dan mendorong lahirnya wirausaha-wirausaha muda yang potensial saat berada dibangku pendidikan. Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa keinginan berwirausaha pada mahasiswa merupakan sumber bagi lahirnya wirausaha-wirausaha masa depan (Gorman et al, 1997; Kourilsky dan Walstad, 1998). Sikap, perilaku dan pengetahuan tentang kewirausahaan akan membentuk kecenderungan untuk membuka usaha-usaha baru di masa mendatang.

Universitas Muhammadiyah Makassar sebagai lembaga pendidikan tinggi turut memberi andil dalam membangun bangsa ini. Pendidikan

(24)

kewirausahaan juga menjadi salah satu andalan program pendidikan yang diselenggarakan di hampir semua program studi yang dibinanya. Selain itu, Universitas ini telah membentuk lembaga Inkubator Kewirausahaan Universitas Muhammadiyah Makassar sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat yang mendukung pendidikan kewirausahaan yang orientasinya adalah pembentukan mental kewirausahaan dan penciptaan inovasi baru bagi kalangan internal dan eksternal kampus ini.

Persoalannya adalah apakah pemberian materi kuliah atau kurikulum kewirausahaan yang dijelaskan di kelas belajar itu cukup untuk membangun dan membentuk mental kewirausahaan serta menjadi pendorong bagi mahasiswa untuk memulai implementasi kewirausahaan yang dimaksud ?. Hal ini memerlukan kajian agar dapat diketahui ketepatan materi belajar, implementasi, fasilitas, dan model pengelolaan pendidikan kewirausahaan bagi kepentingan mahasiswa dalam lingkup Universitas Muhammadiyah Makassar agar mahasiswa memperoleh nilai lebih dalam proses pendidikannya.

Fenomena empiris yang terjadi adalah selain kurikulum dan proses pembelajaran, juga dibutuhkan inovasi perguruan tinggi serta peran dosen pengampu mata kuliah, dan pelatihan yang diberikan yang mampu mengubah dan menggugah perilaku mahasiswa agar mempunyai pemahaman dunia usaha dalam masyarakat sehari-hari khususnya di lingkungannya. Nantinya diharapkan mampu untuk menerapkan perilaku kerja yang inovatif sesuai dangan kemampuannya.

Kajian tentang pembelajaran kewirausahaan ini menjadi penting karena persoalan masa depan peserta didik melalui pengembangan perilaku

(25)

mahasiswa yang mampu mengubah pola pikirnya menjadi mahasiswa yang berjiwa enterpreneurship, maka dirasa penting dan beralasan untuk meneliti tentang hal tersebut, yaitu penelitian skripsi berjudul : Analisis Pengelolaan dan Pengembangan Mental Kewirausahaan Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Alasan lain dilakukannya penelitian ini adalah terkait dengan pelaksanaan Misi Universitas Muhammadiyah Makassar diantaranya menyelenggarakan dan mengembangkan proses pembelajaran yang kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan; serta menumbuhkembangkan kewirausahaan berbasis kemitraan dan ukhuwah. Artinya, universitas ini dapat memainkan peran penting dalam menawarkan pendidikan kewirausahaan untuk mengembangkan ekosistem kewirausahaan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengelolaan dan pengembangan kewirausahaan?

2. Bagaimana mental kewirausahaan mahasiswa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan pendidikan dan pengembangan kewirausahaan mahasiswa dalam lingkungan Universitas Muhammadiyah Makassar yang memfasilitasi, merubah atau membentuk mental menjadi wirausaha.

D. Manfaat Penelitian

(26)

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman penulis tentang Kewirausahaan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau bahan pertimbangan bagi UNISMUH Makassar dalam mengelola dan mengembangakan mental kewirausahaan mahasiswanya.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kewirausahaan

Kewirausahaan didefinisikan sebagai kegiatan yang melibatkan penemuan, evaluasi dan eksploitasi peluang untuk memperkenalkan barang dan jasa baru, cara pengorganisasian, pasar, proses, dan bahan baku melalui upaya pengorganisasian yang sebelumnya belum ada (Mbhele, 2012).

Kewirausahaan (entrepreneurship) asal-mulanya adalah istilah populer yang digunakan oleh masyarakat lapisan atas. Entrepreneurship adalah ―a way of managing that involving persuing opportunity without regard to the resources, currently controlled (Sahlman dan Stevenson, 1999:45). Sementara itu, Timmon dalam Kuratko dan Hodgetts, (2000:17) menulis kewirausahaan sebagai kemampuan membuat dan membangun visi dari sesuatu yang seolah-olah tidak sesuai tindak kreatif, perhatian, prakarsa, dan analisisnya terhadap perkembangan sesuatu (situasi). Pendapat lain mengatakan bahwa kewirausahaan adalah suatu penciptaan nilai tambah dengan memperhitungkan resiko dari suatu peluang usaha dan memobilisasi sumber-sumber daya dengan kemampuan manajemen untuk mencapai tujuan (Kao, 1999; Yusri, 2005:23). Lebih lanjut ditegaskan bahwa kewirausahaan berkaitan dengan seluruh aktifitas manusia yang bersifat eksternal daripada kegiatan sosial. Oleh sebab itu, setiap orang yang memiliki keberanian mengambil keputusan dapat belajar tentang kewirausahaan dan menjadi wirausaha. Wirausahaan selalu mencari perubahan dan melihat perubahan itu sebagai norma, sesuatu yang sehat,

(28)

menanggapi dan memanfaatkan perubahan itu sebagai peluang (Ziglar, 1986; Drucker, 1998:55). Selanjutnya, Kao (1999:55) memandang entrepreneur sebagai seorang motivator atau kreator dalam penciptaan dan pemanfaatan peluang-peluang bisnis. Entrepreneur merupakan manajer yang kegiatannya tidak hanya berfikir untung-rugi bagi dirinya tetapi juga berusaha untuk memikirkan pengabdian dan mewujudkan tekatnya kepada masyarakat dan negara untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat atas kemampuannya sendiri, memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga semakin membaik, memperluas kesempatan kerja bagi rakyat banyak, berupaya mengakhiri ketergantungannya kepada pihak luar dan orang lain (Daryatmo, 2007:34). Meredith (1998:76) secara spesifik melihat entrepreneur sebagai orang yang berhasil menikmati pekerjaan, dan berdedikasi penuh terhadap apa yang mereka lakukan, mengubah pekerjaan berat menjadi pekerjaan menggairahkan, menarik dan memberi kekuasaan. Lebih lanjut meredith menambahkan bahwa wirausahaan adalah orang yang memiliki kemampuan melihat dan mengevaluasi peluang-peluang bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil keuntungan darinya dan mengambil tindakan secara tepat untuk meraih kesuksesan (Siswantini, 2013).

Nampak bahwa kewirausahaan mengacu pada proses menciptakan usaha atau perusahaan baru dan menanggung segala risikonya, dengan pandangan mengasilkan laba. Ini adalah tindakan mencari peluang investasi dan produksi, mengembangkan dan mengelola usaha bisnis, sehingga dapat melakukan fungsi produksi, mengatur input seperti tanah, tenaga kerja,

(29)

material dan modal, memperkenalkan teknik dan produk baru, mengidentifikasi sumber-sumber baru untuk perusahaan.

Kewirausahaan beroperasi di bawah ekosistem yang disebut ekosistem kewirausahaan. Ekosistem terdiri dari program dan skema pemerintah yang mendorong kewirausahaan, organisasi non-pemerintah yang memberikan layanan konsultasi kepada pengusaha, dan organisasi lain yang mempromosikan dan mendukung kewirausahaan secara langsung atau tidak langsung. Kewirausahaan tidak terbatas pada memulai bisnis baru tetapi tentang menghadapi tantangan di setiap langkah. Ini adalah alat penting untuk menjembatani kesenjangan antara sains dan pasar, di mana sebuah perusahaan baru terbentuk dan produk layanan baru dibawa ke pasar.

Menurut Business Jargon (2019), karakteristik kewirausahaan yang diperlukan adalah :

1. Kegiatan Ekonomi (Economic Activity) :

Kewirausahaan adalah kegiatan ekonomi, karena melibatkan merancang, meluncurkan dan menjalankan perusahaan bisnis baru untuk mendapatkan keuntungan, dengan memastikan penggunaan sumber daya sebaik mungkin.

2. Kreatifitas dan inovasi (Creativity and innovation) :

Hal ini melibatkan penemuan ide-ide baru dan mengimplementasikannya dalam bisnis. Pengusaha terus mengevaluasi mode saat menjalankan bisnis dan mengidentifikasi metode dan teknik baru untuk mengoperasikan bisbis lebih efisien dan efektif.

(30)

3. Laba (Profit) :

Aktifitas kewirausahaan dilakukan dengan satu-satunya tujuan menghasilkan laba. Ini juga merupakan hadiah dari upaya yang dilakukan, sekaligus risiko yang diambil oleh pengusaha.

4. Penanganan Risiko (Risk Bearing) :

Kesediaan untuk menanggung risiko adalah inti dari kewirausahaan yang tanpanya tidak dapat berhasil. Ini terjadi karena penciptaan dan implementasi ide-ide baru. Gagasan seperti itu seringkali tidak pasti, dan hasilnya mungkin positif atau instan.

Oleh karenanya, keterampilan yang diperlukan dalam kewirausahaan (Business Jargon, 2019) adalah :

1. Keterampilan Teknis : komunikasi lisan, kemampuan berorganisasi, kemampuan produktif, manajemen bisnis teknis, pembinaan, pembangunan jaringan, lingkungan pemnatauan, kemampuan menemukan tren baru, mendengarkan aktif, menulis dan keterampilan interpersonal.

2. Keterampilan Manajemen Bisnis : peramalan, perencanaan, penganggaran, pengambilan keputusan, negosiasi, penetapan tujuan, hubungan manusia, pemasaran dan keuangan.

3. Keterampilan Pribadi : kemampuan untuk mengelola perubahan, kepemimpinan, kegigihan, kemandirian, pandangan jauh ke depan,

(31)

inovasi, pengambilan risiko, refleksi diri, disiplin, kepercayaan diri, kejujuran, kesabaran, kecerdasan, kecerdasan emosi, dan stabilitas. Jadi pada hakikatnya kewirausahaan merupakan sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dan kemampuan dalam mewujudkan gagasan/inovasi dalam dunia nyata (bisnis) secara kreatif dan produktif.

Seseorang yang memiliki potensi atau jiwa wirausaha, mampu melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan secara tepat dan mengambil keuntungan meraih peluang bisnis (Wiratno, 2012).

B. Teori-Teori Kewirausahaan

Seiring berjalannya waktu, kewirausahaan mempunyai perkembangan yang signifikan, oleh karena itu, lahirlah berbagai macam teori tentang kewirausahaan, diantaranya adalah (Amri, 2016) sebagai berikut :

1. Teori Neo Klasik.

Teori ini memandang perusahaan sebagai sebuah istilah teknologis, dimana manajemen (individu) hanya mengetahui biaya dan penerimaan perusahaan dan sekedar melakukan kalkulasi matematis untuk menentukan nilai optimal dari variabel keputusan.

2. Teoru Kirzerian Enterpreneur.

Dalam teori ini, Kirzer menyoroti tentang kinerja manusia, keuletannya, keseriusannya, serta kesungguhannya dalam berusaha, sehingga maju mundurnya suatu usaha tergantung pada upaya dan keuletan sang pelaku usaha. Dari berbagai disiplin ilmu lahirlah teori kewirausahaan yang dipandang dari sudut pandang masing-masing, yaitu :

(32)

a. Teori Ekonomi memandang bahwa lahirnya wirausaha disebabkan karena adanya peluang, dan ketidakpastian masa depanlah yang akan melahirkan peluang untuk dimaksimalkan, hal ini berkaitan dengan keberanian mengambil peluang, berspekulasi, menata organisasi, dan melahirkan berbagai inovasi.

b. Teori Sosiologi lebih mempelajari tentang asal-usul budaya dan nilai-nilai sosial di suatu masyarakat yang akan berdampak pada kemampuannya menggapai peluang usaha dan mengolah usaha. c. Teori Psikologi menekankan pada motif individu yang

melatarbelakangi dirinya untuk berwirausaha.

d. Teori Perilaku (Behavior), seorang wiraushawan harus memiliki kecakapan dalam mengorganisasikan suatu usaha, memanajemenkan keuangan dengan teliti, membangun jaringan, dan memasarkan produk.

3. Teori Schumpeter’s Enterpreneur.

Kajian teori Schumpeter’s lebih banyak dipengaruhi oleh kajian kritisnya teori keseimbangan (Equilibrium Theory). Menurutnya untuk mencapai keseimbangan diperlukan tindakan dan keputusan aktor (pelaku) ekonomi yang harus berulang-ulang dengan cara yang sama hingga mencapai keseimbangan. Jadi kata kuncinya adalah berulang-ulang dengan cara yang sama yang menurut Schumpeter disebut sebagai situasi statis, dan situasi tersebut tidak akan membawa perubahan. Schumpeter berupaya melakukan investigasi terhadap dinamika dibalik perubahan ekonomi yang diamatinya secara empiris, singkat cerita, akhirnya Schumpeter menemukan unsur explanatory-nya

(33)

yang disebut “inovasi”. Dan aktor ekonomi yang membawa inovasi tersebut adalah seorang wirausaha (enterpreneur). Jadi enterpreneur adalah pelaku ekonomi yang inovatif yang akan membuat perubahan. 4. Teori Austrian School.

Mengutip Adaman dan Devine (2000), mengatakan bahwa masalah ekonomi mencakup mobilisasi sosial dari pengetahuan yang tersembunyi (belum diketahui umum) yang terfragmentasi dan tersebar melalui interaksi dari kegiatan para wirausaha yang mempunyai eksistensi. Pada intinya mobilisasi sosial dari pengetahuan tersebut terjadi melalui tindakan kewirausahaan. Lalu seorang wirausaha akan akan mengarahkan usahanya untuk mencapai potensi keuntungan dan dengan demikian mereka mengetahui apa yang mungkin dan yang tidak mungkin untuk dilakukan. Artinya, seorang wirausaha harus selalu mengetahui pengetahuan (informasi) baru dimana orang benyak belum mengetahuinya. Dan pengetahuan atau informasi baru tersebut dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan.

Penemuan pengetahuan tersembunyi merupakan proses perubahan yang berkelanjutan. Dan proses inilah yang merupakan titik awal dari pendekatan Austrian terhadap kewirausahaan. Ketika dunia dipenuhi ketidakpastian, proses tersebut kadang mengalami keberhasilan dan kegagalan. Namun seorang wirausaha selalu memperbaiki kesalahannya.

C. Mental Kewirausahaan

Kristianto (2014) mengatakan bahwa di era globalisasi ini persaingan di berbagai bidang semakin ketat. Dalam kondisi seperti ini maka diperlukan

(34)

generasi muda yang bermental kuat, rajin, bersemangat tinggi, mempunyai jiwa optimis, dinamis dan mau bekerja keras serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Generasi seperti itulah yang dapat menyelamatkan bangsa kita dari keterpurukan di bidang ekonomi, seperti yang dialami oleh Indonesia saat ini. Sikap seperti itu merupakan sikap dasar seorang wirausaha.

Manusia yang bermental wirausaha mempunyai kemampuan untuk mencapai tunjuan dan kebutuhan hidupnya. Disamping kemauan keras, manusia yang bersikap mental wirausaha mempuntai keyakinan yang kuat atas kekuatan yanga ada pada dirinya.

Dalam penelitian Maulida dkk (2016) disebutkan bahwa wirausaha adalah seseorang yang siap menanggung ketidakpastian untuk terlibat dalam arbitrase berisiko. Arbitrase yaitu membeli barang dan jasa dengan harga tertentu (tetap) di suatu pasar, supaya dapat dijualnya ditempat yang lain atau dilain waktu, untuk harga yang tidak pasti di masa depan. Pembentukan karakter wirausaha dapat dibina dengan berbagai cara. Melalui pengalaman hidup seseorang juga dapat secara alami membentuk karakternya sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Selain pengalaman hidup pendidikan juga membantu dalam pembinaan karakter wirausaha.

Maulida, dkk., (2016) menyebut bahwa karakteristik kewirausahaan diantaranya: motivasi berprestasi, orientasi ke depan, mengadapi perubahan, kepemimpinan dan jaringan usaha (Kartib dan Yuyus, 2010). Membangun karakter adalah proses membentuk kebiasaan atau pola pikir seseorang sedemikian rupa sehingga berbentuk unik, menarik dan berbeda

(35)

atau dapat dibedakan dengan orang lain. Pentingnya karakter dalam kewirausahaan yaitu bahwa karakter harus menjadi pondasi bagi kecerdasan dan pengetahuan (brains and learning) seorang wirausaha. Sikap adalah organisasi yang relatif abadi dari sebuah keyakinan, perasaan dan kecenderungan perilaku terhadap sosial yang signifikan secara objek, kelompok, peristiwa atau simbol. Tiga komponen sikap yang saling menunjang, yaitu : komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang (Azwar, 1997). Ketiga komponen yang diuraikan merupakan komponen yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, artinya ketiga komponen tersebut secara bersama mengorganisasikan sikap individu. Teori mengatakan bahwa apabila salah satu saja diantara ketiga komponen sikap tidak konsisten dengan yang lain, maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap sedemikian rupa sehingga konsistensi itu tercapai kembali. Mental adalah hal-hal yang berkaitan dengan psycho atau kejiwaan yang dapat mempengaruhi perilaku individu. Setiap perilaku dan ekspresi gerak-gerik individu merupaka dorongan dan cerminan dari kondisi (suasana) mental (Abbas, 2014). Sikap mental wirausaha berarti kecenderungan pribadi/jiwa seseorang yang membuahkan tindakan/tingkahlaku, baik sebagai wirausaha atau potensi menjadi wirausaha. Kekuatan mental yang membangun kepribadian yang kuat ada enam (Ashidiq, 2013), diantranya : berkemauan keras, berkeyakinan kuat

(36)

atas kekuatan pribadi, yang diperlukan adalah pengenalan diri, kepercayaan pada diri sendiri, pemahaman tujuan dan kebutuhan, kejujuran dan tanggung jawab, yang diperlukan adalah moral yang tinggi dan disiplin diri sendiri, ketahanan fisik dan mental, yang diperlukan adalah kesehatan jasmani dan rohani, kesabaran, serta ketabahan, ketekunan dan keuletan untuk bekerja keras dan pemikiran yang konstruktif dan kreatif.

D. Pendidikan Kewirausahaan

Lo Choi Tung (2011) mengatakan, pendidikan kewirausahaan adalah " process of transmitting entrepreneurial knowledge and skills to students to help them exploit a business opportunity ". Pendidikan kewirausahaan mampu membekali peserta didik dengan berbagai kompetensi kewirausahaan yang nantinya akan membawa manfaat yang besar dalam kehidupannya. Mohammad Saroni (2012: 45) mengatakan ―pendidikan kewirausahaan adalah program pendidikan yang menggarap aspek kewirausahaan sebagai bagian penting dalam pembekalan kompetensi anak didik‖. Pendidikan kewirausahaan dirancang untuk menanamkan kompetensi, keterampilan dan nilai-nilai yang diperlukan dalam mengenali peluang bisnis, mengatur dan memulai usaha baru (Brown dalam Prince Famous Izedonmi dan Chinonye Okafor, 2010). (Wahyono & Santosa, 2013).

Amanah pendidikan kewirausahaan ada pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

(37)

untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (DEPDIKNAS, 2003).

Berkaitan dengan ketercapaian tujuan pendidikan nasional terutama yang mengarah pada pembentukan karakter yang terkait dengan pembentukan sikap dan perilaku wirausaha peserta didik, selama ini belum bisa diketahui secara pasti. Hal ini mengingat pengukurannya cenderung bersifat kualitatif, dan belum ada standar nasional untuk menilainya. Berlakunya sistem disentralisasi berpengaruh pada berbagai tatanan kehidupan, termasuk pada manajemen pendidikan yaitu manajemen yang memberi kebebasan kepada pengelolaan pendidikan. Adanya kebebasan dalam pengelolaan pendidikan diharapkan mampu menemukan strategi pengelolaan pendidikan yang lebih baik sehingga mampu menghasilkan output pendidikan yang berkualitas dilihat dari kualitas akademik maupun non akademik. Kualitas akademik yang dimaksud adalah kualitas peserta didik yang terkait dengan bidang ilmu sedangkan kualitas non akademik berkaitan dengan kemandirian untuk mampu bekerja di kantor dan membuka usaha/lapangan kerja sendiri. Kata lainnya adalah bahwa lulusan pendidikan diharapkan memiliki karakter dan perilaku wirausaha yang tinggi.

Dalam tulisan Suyitno (2013) dinyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan adalah usaha terencana dan aplikatif untuk meningkatkan pengetahuan, intensi/niat dan kompetensi peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya dengan diwujudkan dalam perilaku kreatif, inovatif dan berani mengelola risiko. Pendidikan kewirausahaan merupakan

(38)

kajian internasional terkini dan terus diteliti dan dikembangkan secara dinamis di seluruh belahan dunia. Pendidikan kewirausahaan dimulai dari universitas, sekolah menengah, sekolah dasar hingga ada playgroup of enterpreneurship untuk anank-anak. Maraknya pendidikan kewirausahaan di seluruh dunia ini tidak lain karena semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya karakter kewirausahaan pada generasi muda (kreatif, inovatif, dan berani mengelola risiko) dan pentingnya kedudukan seorang enterpreneur pada suatu motor pergerakan perekonomian suatu negara. Oleh karena itu dalam pendidikan kewirausahaan perlu akselerasi pengalaman dan menularkan pola pikir dan perilaku seorang wirausaha pada peserta didik hingga berperilaku dan berwirausaha.

Pendidikan adalah membentuk peserta didik mandiri melalui pola pikir serta pemberian kompetensi dan skill. Jadi dalam pendidikan kewirausahaan akan mengembangkan peserta didik berperilaku enterpreneur dan menjawab tantangan masa depan. Kesimpulannya, pendidikan kewirausahaan adalah kompetensi wajib yang harus dimiliki untuk menjawab tantangan masa depan dengan penanaman karakter kewirausahaan. Hal ini penting karena sebagai motor penggerak perekonomian masa depan Indonesia.

E. Peran Perguruan Tinggi dalam Pengelolaan dan Pengembangan Kewirausahaan

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) Indonesia sangat sadar akan pentingnya pendidikan kewirausahaan bagi kemajuan sumber daya manusia Indonesia untuk menjawab tantangan masa depan. Oleh karena itu DIKTI mempunyai program-program unggulan untuk melaksanakan pendidikan kewirausahaan dalam program mahasiswa wirausaha (PMW),

(39)

Co-operative, program kreatifitas mahasiswa kewirausahaan (PKM-K) dan masih banyak lagi. Hal ini semua dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, niat dan aktifitas kewirausahaan di kalangan mahasiswa.

Perguruan tinggi adalah lembaga yang paling merasakan tuntutan perubahan global karena bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dunia usaha, pemerintah dan masyarakat yang memerlukan ilmu pengetahuan berbasis teknologi informasi serta ilmu-ilmu multidisiplin lainnya akan menuntut perguruan tinggi untuk memenuhi kebutuhan mereka akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih tinggi. Effendi (2003) menyatakan bahwa masyarakat sekarang mempercayakan kepada perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan tinggi yang masih memiliki kekuatan moral untuk menjadi panutan masyarakat dalam transformasi menuju masyarakat global.

Berkaitan dengan pernyataan tersebut, tidak bisa dipungkiri bahwa peran perguruan tinggi sangat strategis yang diperlukan juga dalam pemberdayaan entrepreneurship. Sebagaimana dinyatakan oleh Rasyid (2007) dalam penelitiannya yang merekomendasikan perlunya dilakukan kegiatan pemberdayaan UKM oleh perguruan tinggi yang dibantu oleh pemerintah dan pihak lain yang terkait agar dapat mewujudkan UKM sebagai motor penggerak ekonomi kerakyatan. Perguruan tinggi diharapkan dapat menjadi mediator UKM pada pemerintah dan lembaga keuangan dalam rangka peningkatan produktivitas UKM melalui upaya pembentukan keterkaitan (inter firm linkage). Melalui model keterkaitan ini diharapkan terjadi kolaborasi antara UKM dengan lembaga terkait yang bisa pemerintah, lembaga keuangan dan perbankan maupun lembaga non finansial lainnya

(40)

termasuk perguruan tinggi. Model ini membantu memberikan solusi pada permasalahan UKM baik masalah keuangan, pemasaran, pengembangan manajemen maupun pengembangan produk dan teknologi.

Diketahui bahwa saat ini banyak perguruan tinggi yang sudah menjalin kemitraan dengan pihak perbankan sebagai salah satu sarana yang memudahkan aktifitas pendidikan di perguruan tinggi, terutama untuk kelancaran proses administrasi keuangan. Kemitraan yang dijalin antara perguruan tinggi dengan perbankan menjadikan timbulnya kepercayaan antar mitra, sehingga kepercayaan tersebut dapat dijadikan sebagai modal dasar untuk ikut terlibat dalam pemberdayaan entrepreneurship. Dalam hal ini para wirausahawan kecil yang mempunyai masalah dengan akses permodalan dapat menggunakan jasa perguruan tinggi sebagai pihak penjamin kemudahan akses tersebut. Tentunya perguruan tinggilah yang nantinya akan menetapkan kriteria maupun persyaratan-persyaratan untuk kelayakan dari wirausahawan tersebut mendapatkan permodalan.

Berdasarkan kondisi yang demikian maka sudah sepatutnya perguruan tinggi ikut berperan dalam pemberdayaan entrepreneurship, karena peran perguruan tinggi sebagai mediator akses permodalan akan memberikan dampak efektif bagi wirausahawan kecil. Hal ini sekaligus menepis anggapan masyarakat yang selama ini menganggap bahwa perguruan tinggi hanya sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih dari perguruan tinggi ternyata juga mampu memberikan kontribusi terhadap kebutuhan para entrepreneur.

(41)

Penelitian empiris adalah hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya. Pencantuman penelitian terdahulu ini adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan dan menjadi acuan untuk menemukan inspirasi baru untuk penelitian selanjutnya yangb berfungsi membantu penelitian dalam memposisikan penelitian serta menunjukkan orsinalitas dari penelitian.

Beberapa hasil penelitian empiris yang dianggap mirip dan relevan ditampilkan sebagai berikut:

1. Penelitian dari M.F. Hidayatullah (2013)

M.F. Hidayatullah (2013) melakukan penelitian dengan judul ―Peran Perguruan tinggi Agama Islam Dalam Menumbuhkan Kewirausahaan Mahasiswa‖: Studi Kasus Institut Agama Islam Negeri Jember, penelitian ini bertujuan agar PTAI (Perguruan Tinggi Agama Islam) tidak hanya sekadar mampu menyediakan tenaga kerja, namun juga mampu menciptakan para entrepreneur atau wirausaha dan inovator. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh perguruan tinggi dalam menumbuhkan jiwa wirausaha pada mahasiswa antara lain: Pertama, Menetapkan mata kuliah kewirausahaan pada setiap jurusan/program studi; Dua, Mengadakan seminar tentang kewirausahaan; Tiga, Membentuk jaringan sistem kemitraan secara lintas instansional; Empat, Membuat laboratorium kewirausahaan. Lima, Memberikan permodalan pinjaman lunak kepada mahasiswa.

2. Penelitian dari Wiwin Siswantini dan Soekiyono (2013)

Wiwin Siswantini dan Soekiyono (2013) melakukan penelitian dengan judul ―Mengembangkan Sikap Sental Kewirausahaan Mahasiswa

(42)

Universitas Terbuka Untuk Meningkatkan Sumber Daya Manusia Yang Handal Demi Terwujudnya Ketahanan Nasional‖: Studi kasus Universitas Terbuka. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Era galobalisasi adalah era dimana tantangan suatu bangsa untuk mengembangkan Ketahanan Nasionalnya tidak berada dalam garis linier. Tantangan di Era Globalisasi adalah tantangan multidimensional yang dalam analisis ancaman terhadap pertahanan negara merupakan ancaman nonmiliter. Seluruh aspek kehidupan bangsa adalah berada dalam mandala ancaman nonmiliter, jika tidak dapat memerankan diri mengemban tugas dan fungsinya berlandaskan jati diri bangsa. Segenap aspek kehidupan harus mengembangkan diri menjadi kekuatan di sektornya masing-masing, karena tantangan Era Globalisasi adalah tantangan membangun harkat dan martabat SDM yang menjadi landasan Ketahanan Nasional. Dalam hal ini untuk menumbuhkan harkat dan martabat bangsa, khususnya generasi muda, Universitas Terbuka yang bervisi kebangsaan memiliki peran sangat mendasar, yakni:

a. Sebagai penyemai SDM pengusaha yang berwawasan kebangsaan.

b. Sebagai agen pembaruan, agen pencerahan di bidang ekonomi berlandaskan visi kebangsaan.

c. Menjadi motivator, inisiator dan inovator dalam pembangunan sekaligus katalisator membangun wawasan kebangsaan di antara sesama pengusaha untuk berorientasi pada jati diri bangsa.

(43)

d. Sebagai wadah pemupukan karakter bangsa di bidang ekonomi dan gerak usaha, yang jika dikembangkan secara kreatif akan merupakan kekuatan dahsyat Bangsa.

3. Penelitian dari Eriawaty dan Fitriyanti (2016)

Eriawaty dan Fitriyanti (2016) melakukan penelitian dengan judul: ―Peran Mata Kuliah Kewirausahaan Dalam Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Mahasiswa Pendidikan Ekonomi‖. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Peran pendidikan kewirausahaan menjadi semakin penting tatkala masyarakat memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan.Pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi dapat dilakukan melalui bidang pendidikan, penelitian maupun pengabdian masyarakat.Mata kuliah kewirausahaan merupakan upaya yang dilakukan dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan mahasiswa.

4. Penelitian dari Susilaningsih (2015)

Susilaningsih melakukan penelitian dengan judul: ―Pendidikan Kewirausahaan Di Perguruan tinggi: Pentingkah Untuk Semua Profesi?‖: studi kasus Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi berkaitan dengan membangun karakter wirausaha, pola pikir wirausaha, dan perilaku wirausaha yang selalu kreatif dan inovatif, menciptakan nilai tambah atau nilai-nilai baik (values), memanfaatkan peluang dan berani mengambil risiko. Menghadapi tantangan masa depan yang sangat kompetitif, maka perilaku kewirausahaan diperlukan bagi semua bidang pekerjaan atau profesi. Oleh karena itu pendidikan kewirausahaan dapat dilaksanakan di perguruan tinggi dan diberlakukan kepada semua

(44)

mahasiswa tanpa memandang bidang ilmu yang dipelajari, karena pendidikan kewirausahaan bukanpendidikan bisnis.

5. Penelitian dari Osi Isna Sabela, Jati Ariati dan Imam (2014)

Osi Isna Sabela, Jati Ariati dan Imam (2014) melakukan penelitian dengan judul: ―Ketangguhan Mahasiswa Yang Berwirausaha‖. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu menjalankan peran sebagai mahasiswa sekaligus wirausaha, terdapat beberapa stresor yang dihadapi, baik dari per masalahan usaha maupun interaksi antara peran wirausaha sekaligus mahasiswa. Stresor tersebut antara lain keterbatasan pengetahuan, keterbatasan modal, keterbatasan kemampuan manajerial, keuangan yang defisit, karyawan yang kurang kompeten, kerugian, dan kegagalan. Sedangkan stresor dari interaksi peran wirausaha dan mahasiswa antara lain jadwal yang bentrok, membolos kuliah, dan kelulusan yang mundur. Menghadapi stresor-stresor tersebut, masing-masing individu memiliki respon yang berbeda-beda, yaitu dari segi kognisi, emosi dan perilaku.

Hardiness pada mahasiswa wirausaha membuat individu memiliki kontrol yang kuat terhadap kehidupan yang akan dijalaninya. Rintangan yang menghadang tidak dilihat sebagai sesuatu yang mengancam, tetapi sebagai tantangan dan pembelajaran untuk semakin dapat meningkatkan kualitas diri. Mempertahankan sebuah usaha cenderung lebih sulit daripada mendirikan dan memulainya. Semakin jauh individu tersebut melangkah, maka akan semakin banyak rintangan yang akan dihadapinya. Individu tersebut dituntut untuk selalu berpikir kreatif dan inovatif dalam melakukan pengembangan usaha.

(45)

Hardiness dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang terdiri dari faktor penguat dan faktor pelemah. Faktor penguat hardiness pada mahasiswa wirausaha antara lain minat, locus of control internal, pemahaman diri yang baik, pola pikir positif, banyaknya pengalaman yang dihadapi, kemampuan pengambilan keputusan yang baik, kemampuan manajemen waktu yang baik, dan dukungan sosial, sedangkan faktor pelemahnya adalah kesulitan atau permasalahan yang kerap datang secara bertubi-tubi dan terus menerus.

Hasil dari strategi coping yang dilakukan mahasiswa wirausaha adalah kesuksesan yang berhasil diraih baik dalam peran wirausaha maupun peran mahasiswa. Kesuksesan dalam bidang usaha dapat diukur melalui perkembangan usaha itu sendiri ke arah yang lebih baik, inovasiinovasi yang berhasil dilakukan, maupun prestasi-prestasi yang berhasil diraih. Manfaat lain yang dirasakan individu mahasiswa wirausaha yang memiliki hardiness adalah memiliki kesempatan untuk mengontrol jalan hidup sendiri dan memiliki kemerdakaan untuk mengambil keputusan dan risiko, memiliki kesempatan menggunakan kemampuan dan potensi pribadi secara penuh dan aktualisasi diri untuk mencapai cita-cita, memiliki kesempatan untuk meraih keuntungan tak terhingga dan masa depan yang lebih baik, memiliki kesempatan untuk memberikan sumbangan kepada masyarakat dengan lapangan pekerjaan dan pengabdian, menjadi lebih antusias dan energik dari hari ke hari, menjadi lebih terlibat pada apa saja yang dilakukannya, yakin dapat membuat suatu perubahan ke arah positif, memiliki optimisme yang tinggi

(46)

terhadap apa yang akan terjadi di masa depan, dan kesehatan diri baik fisik maupun psikis dapat lebih terjaga.

6. Penelitian dari Bida Sari dan Maryati Rahayu (2019)

Penelitian ini berjudul: Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan, Kebutuhan Akan Prestasi Dan Efikasi Diri Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMA Muhammadiyah I Jakarta, bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kewirausahaan, kebutuhan akan prestasi dan efikasi diri terhadap intensi berwirausaha. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan metode asosiatif interaktif. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling sebanyak 50 responden terdiri dari siswa/siswi SMA Muhammadiyah I Jakarta yang pernah mendapatkan pelajaran kewirausahaan.

Pengolahan data yang dilakukan dengan program SPSS 17.0 for windows. Koefisien determinasi (adjusted r square) diperoleh 0,767 artinya kontribusi variabel pendidikan kewirausahaan, kebutuhan akan prestasi dan efikasi diri terhadap variasi variabel intensi berwirausaha sebesar 76,7% dan sisanya sebesar 23,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian. Persamaan regresi diperoleh Ŷ = 0,771 + 0,381X1 +0,395X2 + 0,356X3, artinya seluruh variable bebas berpengaruh positif terhadap variable terikatnya. Berdasarkan uji t, masing-masing variabel bebas memiliki pengaruh yang signifikan dengan tingkat kepercayaan 95%. Lalu melalui Uji ANOVA (uji F) disimpulkan bahwa pendidikan kewirausahaan, kebutuhan akan prestasi dan efikasi diri secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap intensi

(47)

berwirausaha siswa/i SMA Muhammadiyah I Jakarta pada tingkat kepercayaan 95%.

7. Hasil penelitian dari Resti Pramita Wulandari (2013)

Penelitian Resti Pramita Wulandari ini berujudul Pengaruh Pembelajaran Kewirausahaan dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XI Kelompok Bisnis Dan Manajemen SMK Muhammadiyah 2 Surakarta, bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kewirausahaan dan lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha dari siswa. Pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan dan lingkungan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat berwirausaha dari siswa XI khusus yang telah lulus dari kelompok bisnis dan manajemen SMK Muhammadiyah 2 Surakarta.

G. Kerangka Pikir

Kerangka pikir penelitian adalah didasari konsep bahwa

kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu bentuk aplikasi kepedulian dunia pendidikan terhadap kemajuan bangsanya. Di dalam pendidikan kewirausahaan diperlihatkan diantaranya adalah nilai dan bentuk kerja untuk mencapai kesuksesan.

Pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki

(48)

karakter, pemahaman dan keterampilan sebagai wirausaha. Oleh karenanya memerlukan pengelolaan dan pengembangan mental kewirausahaan bagi peserta didik agar tujuan tercapai.

Tindakan pengelolaan dan pengembangan dimaksud adalah melalui perencanaan, pengarahan, pemahaman, dan implementasi. Pengelolaan pendidikan tersebut dituangkan dalam pengintegrasian kurikulum, tim teaching, proses belajar mengajar dan pelatihan yang ditunjang fasilitas, kerjasama serta dilakukan evaluasi. Tindakan tersebut adalah langkah untuk membentuk jiwa atau mental serta sikap kewirausahaan sehingga tertarik dengan peluang usaha melalui kemauan dan kerja keras, berpikir kreatif dan inovatif, mampu menanggung risiko, berjiwa kepemimpinan dan memiliki sifat tanggungjawab.

Kemudian, prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mahasiswa dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Melalui prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.

Jadi kerangka pikir penelitian ini digambarkan secara skematik seperti berikut. Mental kewirausahaan Pengelolaan dan pengembangan kewirausahaan

(49)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir - Teori kewirausahaan

Kewirausahaan didefinisikan sebagai kegiatan yang melibatkan penemuan, evaluasi dan eksploitasi peluang untuk memperkenalkan barang dan jasa baru, cara pengorganisasian, pasar, proses, dan bahan baku melalui upaya pengorganisasian yang sebelumnya belum ada (Mbhele, 2012).

- Teori pengelolaan

Irawan (1997: 5) mendefenisikan bahwa ―Pengelolaan sama dengan manajemen yaitu penggerakan, pengorganisasian dan pengarahan usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan.‖

- Teori pengembangan

Menurut Seels & Richey (Alim Sumarno, 2012), pengembangan berarti proses menterjemahkan atau menjabarkan spesifikasi rancangan ke dalam bentuk fitur fisik.

Dari kerangka konsep tersebut, menunjukkan bahwa penelitian ini berpusat pada pengelolaan dan pengembangan mental kewirausahaan mahasiswa.

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang nantinya akan diuji dan dibuktikan kebenarannya melalui analisis data. Hipotesis menjadikan penelitian menjadi jelas sehingga membimbing penelitian dengan baik sebagai objek pengumpulan data maupun pengujian data.

Berdasarkan perumusan masalah dan kajian empiris yang telah dilakukan sebelumnya, hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah

(50)

pengelolaan dan pengembangan bepengaruh positif terhadap mental kewirausahaan mahasiswa.

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono, penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara acak (random sampling), pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiono, 2011: 14).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Makassar. Waktu yang digukana dalam penelitian yaitu mulai bulan Oktober-November 2019. .

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generilisasi yang terdiri dari subjek/objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiono, 2011:117). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini pimpinan/sebagai pekerja yang berada pada sektor informal.

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa yang ada dalam lingkungan Universitas Muhammadiyah Makassar dan berstatus akftif

(52)

serta telah berada pada semester V ke atas yang tersebar di 7 fakultas, yaitu : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Kedokteran, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Agama Islam, Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknik. Penetapan mahasiswa semester V ke atas adalah karena mahasiswa telah mengikuti pendidikan/pembelajaran kewirausahaan, cenderung memahami konsep kewirausahaan, karakteristik wirausahanya meningkat dan memiliki dasar pengelolaan usaha.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiono, 2011:118). Tujuan dilakukannya pengambilan sampel di sini adalah karena populasi terlalu banyak (sekitar 35.000 orang) sehingga tidak memungkinkan dilakukan pengambilan data pada seluruh populasi, juga keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya, serta diasumsikan bahwa seluruh populasi seragam sehingga bisa diwakili oleh sampel. Selain itu, dilakukan pemilihan fakultas, yakni yang memiliki rintisan usaha Mandiri atau kelompok usaha, yaitu terdapat pada 3 Fakultas yaitu : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Dari ketiga fakultas tersebut, ditarik sampel mahasiswa dengan teknik Purposive Sampling, adalah metode yang berdasarkan pada kriteria yang telah dipilih oleh peneliti sendiri dalam memilih sampel. Kriteria yang dimaksud adalah inklusi yaitu kriteria sampel yang diinginkan peneliti berdasarkan tujuan penelitian.

(53)

Jumlah sampel berdasarkan perhitungan berdasarkan rumus slovin dengan tingkat kesalahan ditolerir sevbesar 10% dengan formula sebagai berikut: Keterangan : N = Ukuran Populasi n = Ukuran Sampel

e = Margin of error, yaitu persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir sebesar 10%

Sehingga jumlah mahasiswa yang dijadikan subyek observasi adalah sebanyak 100 orang dari tiga (3) fakultas yang berbeda.

D. Variable Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variable Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu : 1) Pengelolaan dan pengembangan kewirausahaan 2) Mental kewirausahaan

2. Definisi Operasional

Variabel penelitian yang digunakan masing-masing didefinisikan seperti dalam table berikut ini.

(54)

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

No. Variabel Penelitian Definisi Indikator 1. Pengelolaan dan

pengembangan kewirausahaan mahasiswa

Perguruan tinggi yang menyelenggarakan, mengelola dan mengembangkan program pendidikan kewirausahaan bagi mahasiswa untuk memupuk jiwa kewirausahaan secara kurikuler dan ko-kurikuler yang mengedepankan

konsep pelatihan dan pembinaan

berkesinambungan.

1. Integrasi Kurikulum 2. Teori dan Praktek 3. Tim Teaching

4. Fasilitas dan pelatihan 5. Evaluasi 6. Pengfungsian inkubator 7. Kerjasama 2. Mental Kewirausahaan Kecenderungan pribadi/jiwa seseorang yang membuahkan tindakan/tingkahlaku sebagai wirausaha ataupun potensi 1. Tertarik dengan peluang usaha,

2. Berpikir kreatif dan inovatif,

3. Suka tantangan dan berpandangan

(55)

menjadi wirausaha. positif mengenai kegagalan usaha, 4. Memiliki jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab, (Gadaam dalam Andika dan Iskandarsyah, 2012). 5. Berkemauan keras, ulet, tekun,

berkeyakinan kuat, dan jujur (Maulida, dkk., 2016)

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data melalui penelitian lapangan dilakukan dengan cara observasi ke lokasi penelitian. Teknik yang digunakan dengan cara ini adalah :

1. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan adalah kegiatan untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang menjadi objek penelitian. Informasi tersebut dapat diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, tesis, disertasi, ensiklopedia, internet dan sumber-sumber lain. 2. Studi lapangan

(56)

Dalam penelitian ini penulis akan mengumpulkan data yang diperlukan dengan cara melakukan pengamatan langsung pada instansi yang bersangkutan, baik dengan penyebaran kuesioner kepada para mahasiswa, dan wawancara.

3. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara membagikan sejumlah kuesioner kepada pihak-pihak yang bersangkutan dalam penelitian (Siregar, 2017: 34). Dalam penelitian ini bentuk kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu pertanyaan yang diharapkan responden menjawabnya. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan variabel yang diteliti.

F. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah berupa numerik dan non-numerik. Sedangkan sumber data untuk penelitian ini (menurut asalnya) adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama, yakni mahasiswa sebagai sumber informasi) seperti hasil observasi atau hasil kuesioner, dan ditunjang data hasil wawancara antara peneliti dengan narasumber (Fakultas, Universitas, inkubator kewirausahaan, dan mahasiswa). Sedangkan data sekunder berupa dokumen, arsip ataupun yang sudah terpublikasi, misal kurikulum, fasilitas pembelajaran, dan model pengelolaan kewirausahaan mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar, serta hasil penelitian sebelumnya.

Gambar

Table  4.1  Saya  tidak  tertarik  dengan  kurikulum  mata  kuliah
Tabel 4.10 Inkubator kewirausahaan UNISMUH Makassar sebagai  wadah  pembinaan  belum  membangun  kerjasama
Tabel  4.22  Mata  kuliah  kewirausahaan  memotivasi  saya  untuk
Gambar   2.1  Kerangka Pikir .........................................................................
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penulisan laporan akhir ini adalah untuk membuat sistem pada meja monitoring dengan mendeteksi suhu panas prosesor pada sebuah laptop6. Sistem alat ini terdiri dari

Akan tetapi, jika total liabilitas perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengantotal aset yang dimiliki perusahaan, maka dapat dimungkinkan perusahaan tersebut mengalami

Pembuatan Naungan Proses Pembuatan Pupuk Organik di Mitra 1 Kendala utama yang dihadapi kelompok tani “Tani Mulya” adalah tidak adanya naungan untuk proses fermentasi

[r]

Hermeneutika yang ditawarkan oleh Khaled, sebenarnya adalah dalam rangka untuk mengkritik perlakuan secara otoriter yang dilakukan oleh komisi fatwa hukum Islam di

Pemerintah daerah dalam hal ini memang terlihat masih enggan untuk masuk dan memperbaiki keadaan yang ada di Desa Panggungkalak, khususnya di Dusun Dlodo, padahal

Metode penahan tebing yang digunakan untuk lokasi penelitian yaitu dengan penanaman tebing, tanaman tebing dan pagar datar, sehingga diharapkan dapat meningkatkan

Title Sub Title Author Publisher Publication year Jtitle Abstract Notes Genre URL.. Powered by