• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN SISWA MENJELANG UJIAN NASIONAL (UN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN SISWA MENJELANG UJIAN NASIONAL (UN)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING UNTUK MEREDUKSI

KECEMASAN SISWA MENJELANG UJIAN NASIONAL (UN)

Oleh : Andi Riswandi BP * Abstrak

Merasa sedikit cemas ketika menghadapi UN adalah sesuatu yang normal, namun apabila kecemasan muncul dengan intensitas tinggi maka akan menimbulkan kerugian dan dapat menggangu terhadap keadaan fisik dan psikis siswa. Hasil UN berperan dalam menentukan lulus atau tidak lulusnya siswa, hal ini berpotensi besar membuat siswa merasa cemas dalam menghadapi UN. Masalah kecemasan yang dialami siswa dalam menghadapi UN tidak akan mampu diselesaikan oleh guru bidang studi saja, untuk mengatasi masalah maka perlu penangan khusus guru Bimbingan Konseling.

Kata Kunci : guru BK, kecemasan dan ujian nasional. PENDAHULUAN

Salah satu ujian yang harus diikuti siswa di sekolah dan cenderung mengakibatkan kecemasan pada diri siswa adalah mengikuti Ujian Nasional. Ujian Nasional selanjutnya disingkat dengan UN. Ujian Nasional merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan seperti diamanatkan Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 72 ayat (1). Begitu pentingnya hasil UN sehingga tak jarang siswa merespon secara berlebihan dalam menghadapi UN. Proses terbentuknya kecemasan ujian dikarenakan adanya stimulus berupa bayangan ancaman atau bahaya potensial yang muncul saat menghadapi ujian, kemudian memicu kecemasan dan menyebabkan siswa terseret dalam pikiran yang irasional dalam menyikapi ujian.

Menurut Zeidner (dalam Schunk dkk, 2012: 344) kecemasan menghadapi ujian didefinisikan sebagai “serangkaian respons terkait fenomenologi, fisiologi, dan perilaku yang menyertai kekhawatiran tentang berbagai konsekuensi negatif atau

kegagalan pada sebuah ujian atau situasi evaluatif yang serupa”. Kecemasan menjelang ujian adalah hal yang wajar, merasa sedikit cemas ketika menghadapi ujian adalah sesuatu yang normal, kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila kecemasan muncul dengan intensitas tinggi akan menimbulkan kerugian dan dapat menggangu terhadap keadaan fisik dan psikis siswa.

Menurut Santrock (2007: 160) “tingkat kecemasan yang tinggi dialami oleh sejumlah remaja disebabkan oleh ekspektasi dan tekanan untuk berprestasi yang tidak realistis dari orang tua, menghadapi evaluasi, perbandingan sosial, dan ketika mengalami kegagalan”. Kecemasan yang dialami siswa akan berbeda tingkatan dengan siswa yang lainnya, kecemasan yang rendah dan sedang bisa meningkatkan motivasi siswa untuk belajar agar bisa mencapai hasil yang baik dalam pelaksanaan UN, namun siswa yang mengalami kecemasan yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam menghadapi

(2)

UN. Kecemasan dengan intensitas yang tinggi akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis. Kecemasan siswa yang terlalu tinggi akan menurunkan kinerja daya ingat, daya konsentrasi, maupun kreativitas siswa dalam belajar.

Kecemasan terhadap ujian telah menjadi salah satu faktor yang paling menggangu di sekolah dan ditempat lain dimana ujian dilakukan. Masalah kecemasan yang dialami siswa dalam menghadapi UN tidak akan mampu diselesaikan oleh guru bidang studi saja, untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu jenis dan sarana pendidikan yang memberikan layanan khusus yang diberi tugas untuk menggarap bidang permasalahan tersebut, sehingga potensi siswa bisa berkembang secara optimal dan memperoleh prestasi belajar yang bagus.

Layanan dalam bidang ini adalah layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh tenaga khusus, yakni guru. Guru BK mempunyai peran di dalam meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6 yaitu “keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur”.

Siswa yang mengalami kecemasan dalam menghadapi UN, diberikan bantuan melalui layanan-layanan bimbingan dan konseling. Dengan layanan tersebut diharapkan siswa dapat memahami dan mengetahui apa yang menjadi penyebab dirinya mengalami kecemasan dalam menghadapi UN. Dengan demikian diharapkan ia dapat mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya, dengan bantuan

konselor sekolah, untuk mengatasi kecemasan tersebut. Masalah kecemasan siswa menghadapi UN memang perlu diperhatikan dengan serius guna membantu siswa agar dapat memperoleh hasil yang bagus di sekolah. Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut guru BK mempunyai peran yang sangat penting untuk membantu siswa mereduksi kecemasan menjelang UN. KECEMASAN

Kecemasan atau anxiety merupakan salah satu bentuk emosi individu yang berkenaan dengan adanya rasa terancam yang tidak begitu jelas.

Nevid dkk (2005: 163) menyatakan “banyak hal yang harus dicemaskan misalnya kesehatan, relasi sosial, ujian, karir dan kondisi lingkungan adalah beberapa hal yang dapat menjadi sumber kecemasan”.

Chaplin (2009: 32) mengatakan bahwa “kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut”.

Kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan bersifat negatif justru akan menimbulkan kerugian dan dapat menggangu terhadap keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan. Orang dengan kepribadian pencemas lebih rentan untuk menderita gangguan cemas. Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi yang mengancam karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan sebagai suatu ketegangan mental biasanya ditandai dengan adanya

(3)

beberapa gejala yang muncul seperti kegelisahan, ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, merasa tidak tenteram, sulit untuk berkonsentrasi, dan merasa tidak mampu untuk mengatasi masalah.

Ciri-ciri Kecemasan

Kecemasan yang dialami tiap individu ditunjukan dengan berbagai macam ciri atau gejala. Menurut Semiun (2006: 321) kecemasan menyebar ke segenap aspek kepribadian individu yaitu:

1. Cognition, kecemasan menimbulkan kekhwatiran dan ketakutan terhadap bayangan malapetaka, bahaya, ancaman yang akan menimpa diri individu

2. Motorically, kecemasan menimbulkan gerakan tidak terkontrol seperti gemetar, menggeliat, mengigit bibir

3. Somatically, kecemasan mempengaruhi gerakan sistem syaraf otonom yang di tandai dengan mulut kering, nafas tersenggal-senggal, jantung berdebar keras, ketegangan otot, tangan dan kaki terasa dingin, berkeringat dan lain-lain 4. Affectivelly, kecemasan mengakibatkan

perasan tegang, tidak nyaman, khwatir, murung dan sebagainya

Menurut Frances (2008: 29) gejala kecemasan akademik terbagi menjadi dua yaitu gejala fisiologis dan psiklogis. Gejala fisiologis dan psikologis yang dimaksud sebagai berikut:

1. Gejala fisiologis: gejala kecemasan ditandai dengan adanya pusing atau sakit kepala, sakit perut, muncul jerawat di wajah, muka memerah karena malu, naiknya pola suara ketika sedang berbicara, kaki dan tangan mengalami mati rasa, pusing yang berat atau kehilangan kesadaran, sulit bernafas ketika mengerjakan tugas dan berada di depan kelas (di dpean teman atau guru)

2. Gejala psikologis: gejala kecemasan ini ditandai dengan adanya berpikiran negatif tentang suatu tugas atau kehabisan waktu dalam mengerjakan tugas, ragu-ragu akan kemampuan diri, takut dipermalukan ketika berada di depan kelas, takut akan kegagalan, takut akan mengalami sakit, kecurigaan bahwa ia telah dinilai oleh orang-orang dan menjadi tidak disukai, merasa sedih dan rendah diri oleh kekhawatiran yang berlebihan.

Dari pernyataan beberapa ahli menjelaskan beberapa keluhan yang dimiliki oleh tiap-tiap individu dapat berbeda antara individu satu dengan individu lainnya. Hal ini bisa saja terjadi dikarenakan perbedaan klasifikasi tingkat kecemasan individu yang berbeda.

Klasifikasi Tingkat Kecemasan

Pengalaman individu untuk merasakan kecemasan dalam kehidupan keseharian, memiliki manifestasi yang berbeda-beda. Gangguan kecemasan menyebabkan perasaan takut dan ketidakpastian yang terus menerus menghantui, sehingga perlu diketahui tingkatan dalam kecemasan agar dapat secara tepat memberikan treatment yang sesuai dengan kondisi individu tersebut. Menurut Mantri (2010) spesifikasi tingkat kecemasan dibagi menjadi empat bagian yaitu ringan, sedang, berat dan panik.

1. Kecemasan ringan. Individu yang lebih waspada, lebih sadar lingkungan, perhatian difokuskan pada lingkungan, gelisah, mudah marah, sulit tidur (insomnia) dan termotivasi untuk menangani masalah yang ada.

2. Kecemasan sedang. Persepsi sempit, konsentrasi meningkat dan mampu mengabaikan gangguan dalam menangani masalah. Suara menjadi

(4)

bergetar atau terjadinya perubahan nada pada saat berbicara. Badan bergemetar, terjadi peningkatan denyut nadi atau pernapasan.

3. Kecemasan berat. Rentang persepsi berkurang, kecemasan yanng dialami mengganggu fungsi efektif. Individu mengalami perasaan tidak nyaman atau terus memikirkan bahaya yang akan datang. Terjadi peningkatan denyut nadi atau pernapasan yang mengakibatkan pusing, kesemutan, sakit kepala dan sebagainya.

4. Panik. Kemampuan untuk berkonsentrasi terganggu, tidak dapat mengontrol perilaku, individu mendistorsi situasi dan tidak memiliki persepsi realistis dari apa yang terjadi. Individu merasa akan mengalami ancaman sehingga menjadi kebingungan atau tidak dapat berbicara atau bergerak (lumpuh dengan rasa takut).

Menurut Banasan (2010) kecemasan terbagi menjadi empat tingkat yaitu kecemasan ringan, sedang, berat dan panik. 1. Tingkat kecemasan ringan. Pada tingkat

ini, persepsi akan meningkat, pupil melebar untuk mengakomodasi lebih banyak hal, pendengaran dan penciuman menjadi lebih intensif, dan rasa sentuhan sangat sensitif. Individu sangat waspada dan penuh perhatian, dan pembelajaran serta pengetahuan dalam keadaan terbaik.

2. Tingkat kecemasan sedang. Persepsi seseorang pada tingkat ini menyempit. Individu yang mengalami tingkat kecemasan sedang, perhatian menjadi kurang selektif, fokus menurun dan memunculkan gerakan tanpa tujuan seperti mengerakkan tangan dan kaki, memutar-mutar rambut dan menekan jari.

3. Tingkat kecemasan berat. Ditandai dengan persepsi berkurang dan kesulitan dalam berkomunikasi. Gerakan motorik kasar seperti mondar-mandir.

4. Panik. Tingkat kecemasan yang paling parah adalah panik. Hal ini ditandai dengan hilangnya kemampuan untuk berkomunikasi, kehilangan pemikiran rasional dan kehilangan total pikiran sadar.

Dari pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa Kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan bersifat negatif justru akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan. Tingkatan kecemasan individu tergantung pada situasi, beratnya impuls yang datang dan kemampuan untuk mengendalikan diri dalam menghadapi persoalan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut Nevid dkk (2005: 164) dibagi menjadi dua yaitu:

1. Faktor individu: faktor yang menimbulkan kecemasan meliputi ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, ketakutan akan kehilangan kontrol, perasaan segala sesuatu adalah hal yang membingungkan serta tidak dapat teratasi dan perasaan tidak mampu mengendalikan sesuatu

2. Faktor lingkungan: faktor lingkungan yang menimbulkan kecemasan berkaitan dengan perasaan terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapatkan perhatian, perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi

(5)

dimasa depan dan kekhawatiran akan ditinggal sendirian oleh orang terpenting dalam hidupnya

Faktor-faktor penyebab munculnya kecemasan pada dasarnya dikarenakan stimulus berupa bayangan ancaman atau bahaya potensial yang muncul akan memicu munculnya kecemasan. Ancaman yang dirasakan berasal dari faktor internal dan eksternal namun hal itu semua dilandasai oleh pola pemikiran seseorang dalam mempersepsikan suatu peristiwa.

Kecemasan Ujian

Kecemasan dapat dialami siapapun dan dimana pun, termasuk juga oleh para siswa di sekolah. Salah satu faktor yang sering menyebabkan kecemasan pada diri siswa di sekolah yaitu ketika menghadapi ujian. Begitu pentingnya hasil UN sehingga tak jarang siswa meresponnya secara berlebihan dan terlalu tegang dalam menghadapi ujian. Ujian yang berperan menentukan lulus atau tidak lulusnya seseorang untuk jenjang pendidikan tertentu berpotensi besar membuat cemas peserta yang mengikutinya. Bayangan buruk seperti tanggapan dari lingkungan sosial, malu dan kehilangan muka memperparah efek kecemasan menghadapi ujian tersebut.

Fenomena siswa merasa sangat cemas dalam menghadapi ujian sudah tentunya dapat menghambat tujuan belajar yang ingin dicapai. Kecemasan menghadapi ujian dipicu oleh kondisi psikologis dan fisikologis yang tidak terkendali. Reaksi psikologis yang muncul akibat rasa cemas seperti sukar konsentrasi, daya ingat menurun, menilai diri sendiri tidak mampu, tidak bisa istirahat dengan tenang, tertekan, firasat buruk, gelisah dan khawatir. Kecemasan muncul dari cara berpikir siswa yang irasional seperti memprediksikan bahwa akan terjadi kejadian buruk ketika

menghadapi ujian. Kecemasan pada saat UN umumnya disebabkan oleh adanya pemikiran bahwa siswa membayangkan akan mengalami suatu kegagalan hal inilah yang membuat siswa sukar dalam berkonsentrasi untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi UN.

Reaksi fisiologis yang muncul akibat rasa cemas membuat siswa tidak bisa berpikir dengan jernih. Lonjakan adrenalin akan menyebabkan sebagian aliran darah dialihkan dari otak dan dikirim ke otot. Hal ini akan menimbulkan rasa sakit kepala ringan. Otot-otot tubuh membutuhkan peningkatan kadar oksigen agar bisa berfungsi dengan baik saat cemas. Oleh karena itu pada saat ujian siswa secara tidak sadar mempercepat proses bernapas agar bisa memenuhi kadar oksigen dalam tubuh. Ketika cemas, maka denyut jantung dan tekanan darah akan meningkat. Hal ini menyebabkan siswa berkeringat lebih banyak untuk menjaga suhu tubuh tetap stabil. Reaksi fisiologis yang muncul akibat rasa cemas ketika menghadapi ujian seperti gemetar, jantung berderak dengan kencang dan perubahan suhu tubuh tidak menentu.

Beberapa penelitian empiris tentang efek negatif kecemasan terhadap kinerja akademis dilakukan oleh Hembree (dalam Schunk dkk, 2012: 346), melalui meta

analitis terhadap 512 studi menemukan bahwa kecemasan menghadapi ujian menyebabkan kinerja yang buruk, berhubungan negatif dengan penghargaan diri dan secara langsung berkaitan dengan sikap defensif dan ketakutan para murid terhadap hasil evaluasii yang negatif.. Menurut Suharman, (2005: 427) lebih dari 20 penelitian telah menemukan bahwa “kecemasan memiliki pengaruh negatif yang berakibat menurunkan kapasitas kognitif seseorang dalam mengerjakan tugas-tugas yang lebih sukar atau kompleks

(6)

dan pada umumnya kecemasan cenderung merusak kinerja dalam tugas, namun juga ditemukan hal positif dari kecemasan.

Di dalam situasi-situasi tertentu kecemasan tidak mempunyai pengaruh sama sekali terhadap sebuah kinerja dan kadang-kadang juga mempunyai pengaruh positif. Dengan adanya sedikit rasa cemas, akan menimbulkan semangat atau motivasi untuk menyiapkan diri sebaik mungkin. Sebaliknya terlalu cemas atau khawatir terhadap tugas yang akan dihadapi juga dapat memperburuk kinerja. Kecemasan siswa yang terlalu tinggi dalam menghadapi UN justru akan menurunkan kinerja otak siswa dalam belajar. Daya ingat, daya konsentrasi, kreativitas siswa dalam belajar justru akan terganggu. Jika kecemasan itu sampai mengacaukan emosi, mengganggu tidur, menurunkan nafsu makan, dan menurunkan kebugaran tubuh hal ini bukan saja menyebabkan kemungkinan gagal ujian semakin besar, tetapi juga kemungkinan siswa mengalami sakit dan problema dalam berinteraksi-sosial akan terjadi. Ujian yang dikerjakan dengan suasana hati tidak nyaman seringkali menimbulkan kecemasan yang dapat mengganggu kelancaran siswa dalam menghadapi ujian.

Merupakan hal yang mustahil apabila siswa tidak mengalami kecemasan menjelang pelaksanaan UN dan dapat dipastikan bahwa setiap siswa sebagai individu yang normal pasti memiliki rasa cemas, tentunya masih dalam batas wajar atau normal. Jika siswa tidak menyadari dan melakukan upaya untuk mengatasinya, maka kecemasan akan meningkat dan menimbulkan masalah dalam kehidupannya sebagai siswa. Kondisi tersebut akan terus berkembang dan tentunya akan menimbulkan masalah yang lebih kompleks. Sangat dibutuhkan upaya kuratif (pengentasan masalah) untuk mereduksi

kecemasan yang berlebihan menjelang ujian melalui intervensi yang tepat.

Siswa mengalami kecemasan ketika menghadapi UN dikarenakan siswa pada masa lalu ketika menghadapi UN memperoleh pengalaman yang buruk, sehingga pada diwaktu yang akan datang ketika menghadapi UN siswa terbayang pengalaman masa lalu dan beranggapan akan mengalami hal yang serupa pada masa sekarang dan tidak siap menerima konsekuensi apabila pengalaman yang buruk ketika menghadapi UN terulang lagi. Siswa yang mengharuskan untuk memperoleh nilai bagus pada saat ujian dan tidak siap apabila nanti mendapatkan nilai yang jelek pada saat ujian juga sangat rentan untuk mengalami perasaan cemas ketika menghadapi UN, tidak bisa menerima kegagalan merupakan faktor yang menyebabkan siswa merasa cemas ketika menghadapi ujian.

Unsur yang paling dominan menyebabkan kecemasan adalah unsur kognitif yakni kekhawatiran dan pikiran negatif yang menganggap ujian dapat mengancam siswa. Kecemasan siswa dalam menghadapi ujian merupakan gangguan emosi yang muncul melalui beberapa aspek yaitu: kognitif, afektif dan motorik. Aspek kognitif yang meliputi sukar konsentrasi dan daya ingat menurun. Aspek afektif yang meliputi menilai diri sendiri tidak mampu, tidak bisa istirahat dengan tenang, tertekan, firasat buruk, gelisah dan khawatir. Aspek motorik yang meliputi gemetar, jantung berdebar-debar dan perubahan suhu tubuh tidak menentu.

Penelitian Pendahulu yang Relevan 1. Hosseini dan Khazali. 2013. Comparing

The Level Of Anxiety In Male & Female School Students. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecemasan yang

(7)

dialami anak perempuan lebih tinggi dari pada anak laki-laki. Kecemasan yang muncul pada diri seseorang dikarena dua faktor yaitu faktor biologis dan psikologis.

2. Suhendri. 2012. Efektivitas Konseling Kelompok Rational Emotif Untuk Membantu Siswa Mengatasi Kecemasan Menghadapi Ujian. Dari hasil penelitian ini ditemukan beberapa faktor pemicu timbulnya kecemasan pada siswa di sekolah dalam menghadapi ujian yaitu faktor kurikulum (target kurikulum yang terlalu tinggi, pemberian tugas yang sangat padat, serta sistem penilaian yang begitu ketat), faktor guru (sikap dan perlakuan guru yang kurang bersahabat, dan kurang kompeten), faktor manajemen sekolah, faktor masa depan, dan faktor persaingan.

3. Tresna. 2011. Efektivitas Konseling

Behavioral Dengan Teknik Desensitisasi Sistematis Untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian. Kecemasan menghadapi ujian dipicu oleh kondisi pikiran, perasaan dan perilaku motorik yang tidak terkendali. Manifestasi kognitif yang tidak terkendali menyebabkan pikiran menjadi tegang, manifestasi afektif yang tidak terkendali mengakibatkan timbulnya perasaan akan terjadinya hal buruk, dan perilaku motorik yang tidak terkendali menyebabkan siswa menjadi gugup dan gemetar saat menghadapi ujian, khususnya UN.

Dari data penelitian terdahulu dapat disimpulkan ujian yang dilaksanakan di sekolah menimbulkan kecemasan pada diri siswa karena ujian diangggap sebagai sesuatu yang mengancam. Kecemasan siswa dalam menghadapi ujian disebabakan oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal lebih kepada dari

dalam diri sendiri yaitu siswa tidak siap menghadapi ujian dan ujian dipersepsikan sebagai suatu yang sulit dan mengancam. Sedangkan faktor eksternal lebih kepada tekanan yang di dapat siswa dari tuntutan orang tua, pihak sekolah untuk mendapatkan nilai yang bagus dan persaingan dari sesama siswa. Permasalah kecemasan menghadapi ujian khususnya yang teridentifikasi sangat cemas perlu mendapatkan perhatian khusus dari pihak sekolah, karena kecemasan tersebut pada nantinya dapat mengganggu kepribadian siswa yang berakibat prestasi belajarnya menjadi turun bahkan tidak lulus dalam ujian. Tingkat kecemasan siswa tergantung pada persoalan yang akan muncul dan kemampuan untuk mengendalikan diri dalam menghadapi persoalan.

Peran Guru BK Untuk Mereduksi Kecemasan Siswa Menghadapi Ujian

Kecemasan muncul disebabkan karena pola pikir atau struktur kognitif individu yang tidak rasional dalam memandang suatu hal, sehingga untuk mengatasi kecemasan haruslah dengan mengubah cara pandang siswa dalam menyikapi UN. Dampak negatif apabila kecemasan siswa ketika menghadapi UN dibiarkan tanpa terkendali akan menyebabkan prestasi siswa akan menurun, oleh karena itu diperlukan tindakan untuk mereduksi kecemasan siswa. Menurut Atkinson (2008: 426) untuk mengatasi kecemasan “diperlukan suatu perlakuan konseling yang memberikan perlakuan konseling yang langsung kepada reaksi kognitif yang berorientasi kepada diri”. Menurut Zeidner (dalam Schunk dkk, 2012: 350) Ada sejumlah besar strategi yang dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan menghadapi tes atau ujian dalam situasi kelas yaitu:

(8)

1. Berikanlah lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tes.

2. Modifikasikanlah level kesulitan dan urutan pernyataan tes. Bentuk soal tes harus sangat disesuaikan dengan keahlian murid, menantang namun tidak terlalu sulit.

3. Beikanlah kepada murid kesempatan mengomentari tes atau pertanyaan tes. 4. Kurangilah pemandingan sosial dan

tampilan publik terkait skor-skor tes. 5. Kurangilah sifat dasar situasi tes yang

berorientasi kinerja agar berfokus pada alasan pengukuran penguasaan dan formatif.

Menurut Wibowo (2012: 7-8) upaya yang harus dilakukan Guru BK untuk membantu siswa menjelang ujian nasional (UN) yaitu: memotivasi siswa dalam belajar, memberikan kiat cara belajar yang efektif dan efisien, menanamkan rasa percaya diri akan keberhasilan menghadapi ujian nasional, mensugesti optimistic siswa akan keberhasilan menghadapi ujian nasional, menghilangkan rasa cemas dan takut menghadapi ujian nasional, menanamkan disiplin dalam belajar, keterampilan belajar, menghilangkan pesimistis siswa dalam menghadapi UN.

Kompetensi yang harus dimiliki Guru BK saat melaksanakan konseling kelompok dengan yaitu: Memiliki wawasan dan pemahaman dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, Memiliki wawasan dan pemahaman yang luas tentang

konsep kecemasan dan perilaku-perilaku yang dimunculkan dari rasa cemas, Memiliki pemahaman dan keterampilan dalam melaksanakan layanan konseling kelompok secara konvensional, Mampu memberikan pengarahan yang tepat berkenaan dengan perekonstruksian pola pikir siswa menjadi lebih rasional, Menunjukkan sikap objektif terhadap pendapat yang berbeda, serta kritik dan saran yang berkembang di dalam kelompok, Mampu menampilkan diri secara wajar, berwibawa, empati dan rasa humor dan Mampu menjaga dan menjunjung tinggi norma dan asas-asas yang terkandung dalam kegiatan layanan BK.

Peran Guru BK untuk membantu siswa dalam menghadapi UN berorientasi pada problem dan edukatif dengan tujuan sebagai berikut: memperbaiki dan memecahkan masalah, membantu siswa memperoleh strategi yang konstruktif dalam mengatasi masalah, membantu siswa memodifikasi kesalahan berpikir membantu siswa menjadi mandiri dalam mengatasi permasalahan dan membentuk sikap positif pada diri siswa dalam menghadapi UN. Sikap positif terhadap UN sangat diperlukan bagi siswa dalam menghadapi UN, Sikap positif menentukan tindakan yang akan dilakukan yaitu giat belajar, semangat tinggi, percaya diri untuk berhasil menghadapi UN. Sikap positif memiliki peranan yang sangat penting dalam menghadapi UN.

(9)

Gambar Peran Guru BK Mereduksi Kecemasan Siswa Menjelang UN SIMPULAN

Siswa mengalami kecemasan ketika menghadapi UN dikarenakan siswa pada masa lalu ketika menghadapi UN memperoleh pengalaman yang buruk, sehingga pada diwaktu yang akan datang ketika menghadapi UN siswa terbayang pengalaman masa lalu dan beranggapan akan mengalami hal yang serupa pada masa sekarang dan tidak siap menerima konsekuensi apabila pengalaman yang buruk ketika menghadapi UN terulang lagi.

Siswa yang mengharuskan untuk memperoleh nilai bagus pada saat ujian dan tidak siap apabila nanti mendapatkan nilai yang jelek pada saat ujian juga sangat rentan untuk mengalami perasaan cemas ketika menghadapi UAS, tidak bisa menerima kegagalan merupakan faktor yang menyebabkan siswa merasa cemas ketika menghadapi ujian. Kecemasan muncul disebabkan karena pola pikir atau struktur kognitif individu yang tidak rasional dalam memandang suatu hal,

Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Kecemasan menghadapi Ujian

• Ujian dipersepsikan sebagai sesuatu yang mengancam

• Siswa memandang dirinya tidak mampu mengerjakan ujian

• Siswa hanya terfokus pada bayangan-bayangan konsekuensi buruk yang tidak diinginkannya

• Siswa mengantisipasi bahwa

Ujian Nasional (UN)

• Penilaian hasil belajar

• Mengukur pencapaian kompetensi siswa • Hasil UN berperan dalam menentukan

lulus atau tidak lulusnya siswa

Kecemasan Siswa Menghadapi UN

Bayangan ancaman yang muncul saat menghadapi UN, kemudian memicu kecemasan, kecemasan dengan taraf yang tinggi akan menyebabkan siswa tidak bisa memunculkan potensi dirinya secara optimal dalam menghadapi UN.

Peran Guru BK

• Siswa diajarkan untuk memeriksa bukti-bukti yang mendukung dan menentang munculnya kecemasan. • Membantu siswa membentuk cara berpikir yang

baru

• Membantu siswa memperoleh strategi yang konstruktif dalam mengatasi masalah kecemasan • Membantu siswa menjadi “mandiri dalam

mengatasi permasalahan kecemasan

Hasil

• Siswa dapat memandang UN bukan sebagai suatu kegiatan yang mengancam • Siswa menjadi tenang dalam menghadapi UN

• Siswa menjadi yakin bahwa dia mampu menghadapi UN

• Siswa menjadi lebih termotivasi untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi UN

(10)

sehingga untuk mengatasi kecemasan haruslah dengan mengubah cara pandang siswa dalam menyikapi UN. Peran Guru BK untuk membantu siswa dalam menghadapi UN berorientasi pada problem dan edukatif dengan tujuan sebagai berikut: memperbaiki dan memecahkan masalah, membantu siswa memperoleh strategi yang konstruktif dalam mengatasi masalah, membantu siswa memodifikasi kesalahan berpikir dan membantu siswa menjadi “mandiri dalam mengatasi permasalahan.

SARAN

1. Guru BK hendaknya tidak mengesampingkan masalah kecemasan siswa, apabila siswa mengalami tingkat kecemasan yang tinggi akan berdampak

pada kualitas siswa saat melaksanakan ujian.

2. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Konseling perlu dilaksanakan sedini mungkin sebelum pelaksanaan ujian agar siswa tidak mengalami kecemasan yang berlebihan dalam menghadapi ujian.

3. Sebelum melaksanakan layanan BK untuk membantu siswa yang mengalami kecemasan guru BK harus mengetahui rekam jejak prestasi akademik siswa yang mengalami kecemasan menjelang UN.

4. Siswa yang diberikan intervensi ketika mengalami kecemasan adalah siswa yang sudah mempersiapkan diri menghadapi UN namun masih merasa cemas.

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, R. L, at al. 2008. Pengantar Psikologi. 11rd ed. Terjemahan oleh Wijaya Kusuma. Batam: Interaksara.

Banasan, E. 2010. Levels of Anxiety and Related Symptoms. http://jenaisle.com/levels-of-anxiety-and-related-symptoms. (diunduh tanggal 23 februari 2013).

Chaplin, J. P. 2009. Kamus Lengkap Psikologi. Edisi 1 Cetakan ke 13. Terjemahan Kartini Kartono. Jakarta: Rajawali Pers.

Frances, O. 2008. Fequently Asked Questions about” Academic Anxiety”. New York: Rosen.

Hosseini. L. dan Khazali. H. 2013. “Comparing The Level Of Anxiety In Male & Female School Students”. Journal Internasional Procedia Social and Behavioral

Sciences.Volume 84. Halaman 41-46.

Mantri. 2010. Anxiety Specify Level. http://nursing dx.blogspot.com/2010/10/anxiety specify level mild moderate.html. (diunduh tanggal 23 februari 2013)

Nevid, J. S., Rathus, S. A., dan Greene, B. 2005. Psikologi Abnormal. Edisi Kelima Jilid 1. Terjemahan Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Republik Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Republik Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2005. Santrock, J. W. 2007. Remaja. Jilid 2. Terjemahan Benedictine Widyasinta. Jakarta:

Erlangga.

Schunk, D. H., Pintrich, P. R., dan Meece, J. L. 2012. Motivasi Dalam Pendidikan Teori,

(11)

Semium, Y. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius.

Suhendri. 2012. “Efektivitas Konseling Kelompok Rational Emotif Untuk Membantu Siswa Mengatasi Kecemasan Menghadapi Ujian”. Jurnal Bimbingan Konseling, ISSN 2252-6889.

Suharman. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.

Tresna, I. G. 2011. “Efektifitas konseling Behavioral Dengan Teknik Desensitisasi Sistematis Untuk Mengelola Kecemasan Menghadapi Ujian”. Jurnal Nasional

Bimbingan dan Konseling. Volume ISSN 1412-565X.

Wibowo, M. E. 2012. Kondisi Psikologis Siswa Dalam Menghadapi Ujian Nasional.

Gambar

Gambar  Peran Guru BK Mereduksi Kecemasan Siswa Menjelang UN

Referensi

Dokumen terkait

Kelima dimensi kualitas pelayanan tersebut harus ditunjukkan dan dibuktikan oleh perusahaan agar memberikan kesan kepada pelanggan pada saat memberikan pelayanan, karena

Hal tersebut dapat meningkatkan aspek – aspek loyalitas kerja seperti membentuk sikap tanggung jawab karyawan, meningkatkan kualitas sikap kerja didalam perusahaan,

Anak yang memiliki kedua atau salah satu orang tua yang pendek, memiliki risiko sebesar 13,16 kali untuk menjadi stunting dibandingkan dengan anak yang memiliki

ada beberapa judul drama Korea yang menceritakan tentang penindasan terhadap kaum perempuan, dimana pemeran utama perempuan digambarkan sebagai sosok yang ceroboh, tidak pintar

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yakni untuk mengetahui efisiensi dari variasi tinggi tabung udara dan jarak lubang tekan dengan katup pengantar pompa hidram 3

Sedangkan dilihat dari segi perbandingan margin laba bersih usaha rental Vijen_Net lebih unggul hanya pada tahun 2008 dan tahun 2010 terhadap usaha rental

Hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan adanya sistem Informasi Penjadwalan Dokter Berbasis Web dengan menggunakan Framework Codeigniter

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah berdasarkan nilai koefisien korelasi untuk Rasio Profitabilitas memiliki hubungan yang searah dan lemah, Earning Per