DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
KEBIJAKAN PENURUNAN EMISI DAN SERAPAN KARBON
DI HUTAN PRODUKSI
MELALUI :
PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN PENGELOLAAN HUTAN
PRODUKSI
OLEH :
HP 29,25 juta Ha HPT 26,80 juta Ha HPK 12,94 juta Ha Dikonversi untuk non-kehutanan; Dikelola secara lestari untuk manfaat ekonomi, sosial & lingkungan ; KPH &
IUPHHK
PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI
HUTAN PRODUKSI: meskipun dalam proses pengelolaannya menyebabkan terjadi emisi, tetapi juga menyerap C02 dan meningkatkan stok karbon
DEFORESTS, EMITS Land Clearing HA -Selective Cutting, Enrichment, Planting, RIL-C HTI - Clear Cutting, Nursery, Planting, Biomass energy RE - RAPPAN Carbon Restoration
EMITS & SEQUESTS
EMITS & SEQUESTS
•
Keberadaan hutan produksi apabila dikelola secara lestari akan mempunyai
peran yang sangat penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
•
Mengelola hutan produksi dengan baik:
mengurangi emisi yang terjadi akibat deforestasi dan degradasi hutan
(REDD+) melalui pengelolaan hutan lestari (
sustainable forest
management
) atau perbaikan pengelolaan hutan (
improved forest
management
).
meningkatkan serapan atau simpanan karbon terutama dari hutan-hutan
yang kondisinya sudah rusak melalui kegiatan rehabilitasi hutan,
penanaman, restorasi ekosistem.
PROGRAM
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Usaha Kehutanan
SASARAN PROGRAM
1. Meningkatnya Tutupan Hutan di Hutan Produksi 2. Meningkatnya Sumbangan
Hutan Produksi (termasuk industri) pada Devisa dan Penerimaan Negara
3. Meningkatnya Pengelolaan Hutan Produksi di Tingkat Tapak secara Lestari
KEGIATAN
1. Peningkatan Perencanaan Pengelolaan Hutan Produksi
2. Peningkatan Usaha Hutan Produksi 3. Peningkatan UJL dan HHBK HP 4. Peningkatan Tertib Penatausahaan
Hasil Hutan dan Iuran Kehutanan 5. Peningkatan Usaha Industri
Kehutanan
6. Pembinaan Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Industri Hasil Hutan
7. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen PHPL R E N D A H E M I S I
Peta Indikatif Arahan Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi
Pembentukan dan operasionalisasi KPHP
Peningkatan Produktifitas dan Penekanan Kerusakan Hutan dan Limbah (Intensifikasi – SILIN, MSS, RIL, RIL-C)
Diversifikasi Produk: HHBK, Jasa, Energi (HTI Energi) dan peningkatan nilai produk (e.g. penghapusan distorsi pasar)
Peningkatan kualitas manajemen: Sertifikasi Mandatori PHPL; SIPUHH - self assessment; soft approach
pengatasan IL dan peningkatan ekspor: SVLK
Kerjasama dengan stakeholders dan partners: masyarakat: (Kemitraan), hutan tanaman energi (ESDM/PLN), jasling (Pemda)
Apa yang
sudah/sedang/akan
dilakukan untuk
Peta Indikatif Arahan Pemanfaatan
Kawasan Hutan Produksi di 27
Provinsi per Tahun
Operasionalisasi KPHP 114 Unit
Th 2016 dan 209 Unit Th 2017
Penerapan Prinsip PHPL oleh KPHP 3
Unit Th 2016 dan 5 KPHP Th 2017
Kegiatan
Peningkatan
Perencanaan
Pengelolaan Hutan
Produksi
1. DIREKTORAT KPHP
IUPHHK-HA: HP/HPT tutupan hutan minimal 70% (tutupan bagus – selective cutting, RIL/RIL-C, SILIN
tekan emisi)
IUPHHK-HT: HP tutupan hutan maksimal 20% (bareland atau belukar muda, ditanami
meningkatkan stok karbon)
IUPHHK-RE: HP/HPT dengan tutupan hutan 20-70% (terdegradasi, dipulihkan tidak dipanen
sampai seimbang meningkatkan stok karbon)
HTR: HP dekat pemukiman (maks 10 Km) asesibilitas memadai
Masyarakat Sejahtera PHPL Penekanan Emisi dan Penyerapan Karbon
• KPH menjadi penyelenggara pengelolaan SDH di tingkat tapak mulai penataan dan pelaksanaan pengelolaan hingga investasi dan pemasaran serta pemberdayaan masyarakat dan resolusi konflik.
• KPHP yang operasional menjadi kondisi
pemungkin terwujudnya PHPL di wilayahnya sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat • Mismanagement SDH dan aktifitas illegal ditekan,
Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi untuk Bioenergi 20.000 Ha per Tahun
Hutan Kalimantan yang dibangun dengan Silin 1.200 Ha Th 2016 dan 2.000 Ha Th 2017
Kinerja Usaha Pemanfaatan Hutan Alam
meningkat menjadi 188 Unit Th 2016 dan 198 Unit Th 2017
Kinerja Usaha Pemanfaatan Hutan Tanaman meningkat 34 Unit Th 2016 dan 36 Unit Th 2017
Kegiatan
Peningkatan Usaha
Hutan Produksi
• Penggunaan energi fossil adalah salah satu
sumber emisi terbesar.
• HTI Energi menghasilkan energi biomassa (untuk listrik) dan energi biofuel (untuk
transportasi) yang minimal carbon-neutral.
• Mulai dengan 100.000 Hektar Hutan Energi s.d. 2019.
• Peraturan bersama Menteri LHK dan Menteri ESDM menciptakan kondisi pemungkin: HTI punya pembangkit listrik atau sebaliknya pembangkit listrik punya HTI.
• Persoalan feeding tarrif – pengalihan subsidi, atau ekspor
• Peningkatan produktifitas tegakan (pertumbuhan)
hutan bekas tebangan melalui penanaman dalam jalur dengan tiga unsur: bibit unggul, manipulasi lingkungan dan penanganan hama penyakit terpadu.
• Produktifitas tinggi: luasan lebih kecil untuk
menghasilkan volume produksi yang lebih besar –
penekanan emisi
• Pertumbuhan cepat: penyerapan CO2 tinggi • Tanaman dalam jalur: penekanan perambahan
• Penerapan lebih dari satu sistem silvikultur
pada satu unit usaha, sesuai dengan kondisi hutan dan topografi serta sosial ekonomi masyarakat sekitar – keputusan manajerial, masalah optimization under constraints.
• Tegakan masih bagus tidak akan di clear-cut.
Tegakan potensi rendah akan diganti
tanaman – penekanan emisi, peningkatan stok karbon
• Peningkatan pendapatan, penekanan biaya,
Sumber: Griscom and Ellis, 2012 in TNC, 2013 • Pembalakan terencana: dengan pemetaan lokasi pohon, perencanaan jalan sarad, penyaradan kerusakan minimal • Sangat signifikan menurunkan emisi
Unit Usaha Jasa Lingkungan/
pemanfaatan air/jasa wisata di HP 2 Unit Th 2016 dan 2 Unit Th 2017
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu Restorasi Ekosistem 100.000 Ha Th 2016 dan 100.000 Ha Th. 2017
Produksi HHBK meningkat menjadi
243.000 ton Th 2016 dan 252.000 ton Th. 2017
Kegiatan
Peningkatan UJL dan
HHBK HP
No IUPJL Provinsi No SK Luas (Ha)
1 PT. Global Alam
Lestari Sumatera Selatan SK.494/Menhut-II/2013 tanggal 12 Juli 2013
22,280
2 PT. Hutan Amanah
Lestari KalimantanTengah SK.475/Menhut-II/2013 tanggal 3 Juli 2013
25,800
Daftar Izin Usaha Pemanfaatan Penyerapan
dan Penyimpanan Karbon
86.450 Ha 14% 14.080 Ha 2% 364.763 Ha 59% 8.300 Ha 1% 149.482 Ha 24% Tipe Ekosistem Dataran Rendah Rawa Dataran Tinggi Mangrove Gambut 0 50 100
1. Provinsi Riau (5 Unit) 2. Provinsi Jambi (2 Unit) 3. Provinsi Bengkulu (1 Unit)
4. Provinsi Sumatera Selatan (2 Unit) 5. Provinsi Kalimantan Barat (1 Unit) 6. Provinsi Kalimantan Tengah (4 Unit) 7. Provinsi Kalimantan Timur (1 Unit)
16 Unit Manajeman Seluas
623.075 Ha
Pembangunan 6 desa bambu di wilayah
KPH di Provinsi Bali, NTT dan NTB (Total
1.200 Ha) Th 2016.
Meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sekitar hutan produksi
Hasil Penelitian Litbang Tanaman Bambu
mampu menyerap karbon 50 ton C/ha/
thn (total penyerapan: 60.000 ton C/thn)
Penatusahaan Hasil Hutan dan Iuran Kehutanan dalam rangka pemanfaatan hutan produksi tertib di 145 Unit Th 2016 dan 155 Unit Th 2017
PNBP dari investasi pemanfaatan hutan produksi meningkat menjadi Rp2.719 T Th 2016 dan Rp2.796 T Th 2017
Kegiatan
Peningkatan Tertib
Penatausahaan
Hasil Hutan dan
Iuran Kehutanan
Penekanan ekonomi biaya tinggi
(korupsi) melalui penyempurnaan
Penata-Usahaan Hasil Hutan
--SIPUHH
• Optimasi PNBP, pencegahan moral hazard • PUHH dilakukan secara on line, terintegrasi
SIMPONI (Kemenkeu)
• Menuntut peningkatan kualitas manajerial di IUPHHK, mulai dari cruising hingga
pengangkutan berkontribusi terhadap PHPL penurunan kerusakan hutan (emisi) dan peningkatan kualitas tegakan (stok karbon)
• Mencegah Illegal Logging
SIPU HH Post Audit Self Assess ment
Investasi Industri Kehutanan
meningkat sebesar Rp540 M Th 2016 dan Rp540 M Th 2017
Peningkatan produk kayu olahan dari Industri yang bersertifikat
legalitas kayu (VLK) menjadi 28,4 Juta M3 Th 2016 dan 29,2 Juta M3 Th 2017
Kegiatan
Peningkatan
Usaha Industri
Kehutanan
5. DIREKTORAT PPHH
• PHPL akan terwujud bila produk yang
dihasilkan HP dihargai secara benar/memadai – mencegah pemborosan sumberdaya,
memberikan insentif bagi bisnis.
• Syarat: pasar tidak boleh terdistorsi oleh kebijakan.
• Contoh: harga kayu domestik tertekan karena praktek oligopsoni, pembeli menjadi price-maker.
• Perlu kebijakan lintas sektor agar tidak mematikan industri hulu.
• Industri hulu mati, pembangunan hutan tanaman stagnan, target stok karbon tidak
Peningkat an Forest Gover-nance Partisipasi multisake-holders Penurunan kegialan illegal Peningkatan stok karbon dan penurunan emisi Mendukung PHPL
Pembangunan Industri hasil hutan untuk :
Wood pellet,
Bio Fuel
BUTIR PENUTUP
• HP menjadi sumber emisi sekaligus berpotensi besar sebagai
penyerap CO2. Apakah akan menjadi net emitter atau penyerap
yang efektif dan massive, tergantung kebijakan dan praktek
pengelelolaan
• Banyak opsi kebijakan dan tindakan manajemen yang dapat
dilakukan untuk menjadikan HP sebagai penyerap CO2 dan
produsen green product
Butir Penutup
• HP adalah sekaligus sumber emisi dan penyerap CO2. Apakah akan menjadi net emitter atau penyerap yang efektif dan massive, tergantung kebijakan dan praktek pengelelolaan
• Banyak opsi kebijakan dan tindakan manajemen yang dapat dilakukan untuk menjadikan HP sebagai penyerap CO2 dan produsen green products
• Untuk dapat mengkuantifikasikan kapasitas HP Indonesia dalam menyerap CO2, perlu sistem dan perangkat pendugaan yang akurat dan diterima para pihak, serta database yang kondisi HP dan aktifitas manajemen yang
dilakukan.
• Model-model alometrik untuk menduga penyerapan setiap type hutan dengan perlakuan manajemen tertentu di berbagai lokasi perlu disusun atau
dikosolidasikan untuk membangun sistem tersebut.
KESEIMBANGAN SIMPANAN KARBON
DI DALAM KAWASAN HUTAN PRODUKSI (2000 – 2009)
Sumber : Ditjen Planologi (2011) dalam Ditjen BUK & ITTO, 2012
Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan