E-ISSN : 2252 - 4797 Volume 3 - No.1 2014
Journal Polingua
Scientific Journal of Linguistics, Literature and Education
ANALYSIS PERMASALAHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 Yohannes Telaumbanua
Jurusan Bahasa Inggris Politeknik Negeri Padang E-mail:[email protected]
Abstract— The curriculum is at the core of education and have an influence on the entire educational activities. Given the importance of the curriculum in education and human life the curriculum can not be done are not measurable and not systematic. Curriculum requires a philosophical foundation historical sociological psychological powerful precise theories of learning knowledge and experience of teachers and support infrastructure in the PBM adequate education. The design of curriculum development in 2013 has met the demands of the progress of globalization and rapid information systems today. In fact the design of the curriculum is not yet supported by the knowledge and experience of teachers in implementing the 2013 curriculum to students for example the first task of analyzing the SKL KI KD Books Students and teachers book has not been fully carried out by teachers much remains to copy and paste and lack of time to read the document in depth and the concept of a scientific approach is still not understood let alone on learning methods that are less applicable delivered. Furthermore educational infrastructure for the benefit of the PBM has not been able to keep teachers teaching and students learning inside and outside the classroom
Keywords—. Education, Curriculum, Philosophical, Historical, Sociological, Psychological, Theory of Learning, Curriculum 2013
I. PENDAHULUAN
Latar belakang perlunya perubahan kurikulum menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Dr. H. Muhammad Nuh, menyatakan bahwa ditengah perubahan zaman, sistem pendidikan di Indonesia juga harus selalu ikut menyesuaikan. Pengembangan kurikulum 2013 diharapkan dapat menjadi jawaban untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia hadapi perubahan dunia. Pengembangan kurikulum 2013 sudah melalui proses panjang dan ditelaah sehingga saatnya disampaikan ke publik agar dapat bisa memberi pandangan lebih sempurna. Dengan segala konsekuensinya, perubahan kurikulum yang akan dimulai 2013 harus dilakukan jika tidak ingin kualitas SDM Indonesia tertinggal.
Pemerintah akan mengubah kurikulum
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), serta Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan menekankan aspek kognitif,
afektif, psikomotorikmelalui penilaian berbasis tes dan portofolio saling melengkapi. Basis
perubahan kurikulum 2013 terdiri dari dua komponen besar, yakni pendidikan dan kebudayaan. Kedua elemen tersebut harus menjadi landasan agar generasi muda dapat menjadi bangsa yang cerdas tetapi berpengetahuan dan berbudaya serta mampu berkolaborasi maupun berkompetisi.
Adapun orientasi pengembangan
kurikulum 2013 adalah tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan
pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan. Perubahan yang paling berdasar adalah nantinya pendidikan akan berbasis science dan tidak berbasis hafalan lagi.
Rencananya pada Kurikulum 2013 ini, pengurangan mata pelajaran sekolah akan terjadi di tingkat SD dan SMP. SMP yang semula mempunyai 12 mata pelajaran, pada tahun 2013 hanya akan mempunyai 10 mata pelajaran. 10 mata pelajaran tersebut yakni Pendidikan Agama, Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Seni Budaya dan Muatan Lokal, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, dan Prakarya. Adapun dari sisi jam pelajaran, kurikulum baru ini akan menambah panjangnya jam pelajaran. Untuk SD kelas 1 dari 26 jam per minggu menjadi 30 jam. Untuk kelas 2 SD dari 27 jam menjadi 32 jam. Sedangkan untuk kelas 3 SD dari 28 jam menjadi 34 jam, sementara kelas 4, 5, 6 SD dari 32 menjadi 36 jam per minggu.
Untuk SD, terjadi perubahan dari 10 mata pelajaran menjadi hanya enam. Keenam mata pelajaran itu adalah Matematika, Bahasa Indonesia, Agama, Pendidikan Jasmani, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan Kesenian. Sedangkan IPA dan IPS menjadi tematik di pelajaran- pelajaran lain.
Ditingkat SMP, pemberian pelajaran akan
mempergunakan Tekonologi Informasi
Komunikasi (TIK) didalam kelas. Kebijakan ini memungkinkan pemakaian laptop didalam kelas oleh siswa.Dengan harapan, wawasan siswa dapat semakin terbuka.Sementara ditingkat SMA, siswa
mendapatkan matapelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan.Dari sistem pendidikan ini, per jurusan dijenjang pendidikan SMA tidak dilakukan. Jumlah jam untuk siswa SMK hanya bertambah sekitar 2 jam per minggu. Khusus di SMK, penyesuaian jenis keahlian akan disesuaikan dengan kebutuhan pasar atau tren saat ini. Namun seluruh siswa SMK ditiap jurusan akan mendapatkan mata pelajaran umum.
Kurikulum pendidikan baru ini akan diterapkan pada tahun ajaran 2013/2014. Namun kurikulum ini akan mulai berlaku untuk kelas 1 dan 4 sekolah dasar, dan VII SMP, baik negeri yang dikelola Kemendikbud maupun Kementerian Agama dan juga sekolah swasta, sedangkan lainnya bertahap. Hal ini dikarenakan kelas yang lebih tinggi sedang mempersiapkan ujian nasional. Harapannya, tiga tahun akan datang semua tingkatan sudah menggunakan sistem ini.
II. KAJIAN KONSEP DASAR TEORI KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori ―pendidikan berdasarkan standar‖ (standard-based
education), dan teori kurikulum berbasis
kompetensi (competency-based curriculum).
Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught
curriculum) dalam bentuk proses yang
dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
Kerangka dasar adalah pedoman yang digunakan untuk mengembangkan dokumen kurikulum, implementasi kurikulum, dan evaluasi kurikulum.Kerangka Dasar juga digunakan
sebagai pedoman untuk mengembangkan
kurikulum tingkat nasional, daerah, dan KTSP.
2.1. Landasan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan
berdasarkan ketentuan yuridis yang mewajibkan adanya pengembangan kurikulum baru, landasan filosofis, dan landasan empirik.Landasan yuridis merupakan ketentuan hukum yang dijadikan dasar untuk pengembangan kurikulum dan yang mengharuskan adanya pengembangan kurikulum baru. Landasan filosofis adalah landasan yang mengarahkan kurikulum kepada manusia apa yang akan dihasilkan kurikulum. Landasan teoritik
memberikan dasar-dasar teoritik pengembangan kurikulum sebagai dokumen dan proses. Landasan empirik memberikan arahan berdasarkan pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku di lapangan.
Secara yuridis, kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.Lebih
lanjut, pengembangan Kurikulum 2013
diamanatkan oleh Rencana Pendidikan Pendidikan Menengah Nasional (RJPMN). Landasan yuridis pengembangan Kurikulum 2013 lainnya adalah Instruksi Presiden Republik Indonesia tahun 2010 tentang Pendidikan Karakter, Pembelajaran Aktif dan Pendidikan Kewirausahaan.
Secarafilosofi, kurikulum adalah untuk membangun kehidupan masa kini dan masa akan datang bangsa, yang dikembangkan dari warisan nilai dan pretasi bangsa di masa lalu, serta kemudian diwariskan serta dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Ketiga dimensi kehidupan bangsa, masa lalu-masa sekarang-masa yang akan datang, menjadi landasan filosofis pengembangan kurikulum. Pewarisan nilai dan pretasi bangsa di masa lampau memberikan dasar bagi kehidupan bangsa dan individu sebagai anggota masyarakat, modal yang digunakan dan dikembangkan untuk membangun kualitas kehidupan bangsa dan
individu yang diperlukan bagi kehidupan masa kini, dan keberlanjutan kehidupan bangsa dan warganegara di amsa mendatang. Dengan tiga dimensi kehidupan tersebut kurikulum selalu menempatkan peserta didik dalam lingkungan sosial-budayanya, mengembangkan kehidupan individu peserta didik sebagai warganegara yang tidak kehilangan kepribadian dan kualitas untuk kehidupan masa kini yang lebih baik, dan membangun kehidupan masa depan yang lebih baik lagi.
Selanjutnya, landasan historis rasional, Indonesia merupakan negara yang sering berganti ganti kurikulum pendidikan nasional. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum telah mengalami perubahan yaitu: tahun 1947,1952, 1964, 1968, 1975,1984,1994, 2004, 2006 dan 2013. Pengembangan kurikulum 2013 ini bertujuan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Secara sosiologis, siswa berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik informal, formal, maupun non formal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat. Karena itu kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala karakteristiknya harus menjadi landasan dan titik tolak dalam melaksanakan pendidikan. Sekolah harus bekerja sama dengan masyarakat, dan program sekolah harus disusun dan diarahkan oleh masyarakat yang menunjang sekolah tersebut.
Secara psikologis, pendidikan dan pembelajaran adalah upaya untuk merubah perilaku manusia, akan tetapi tidak semua perubahan perilaku manusia/ peserta didik mutlak sebagai akibat dari intervensi program pendidikan.Mengingat kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang berfungsi sebagai alat untuk merubah perilaku peserta didik (siswa) ke arah yang diharapkan oleh pendidikan, maka tentu saja dalam mengembangkan kurikulum pendidikan harus menggunakan asumsi-asumsi atau landasan yang bersumber dari studi ilmiah bidang psikologi.Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan lingkungan sedangkan kurikulum adalah upaya menentukan program
pendidikan untuk merubah perilaku
manusia.Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi kurikulum yang diberikan kepada siswa, baik tingkat ke dalaman dan keluasan materi, tingkat kesulitan dan kelayakannya serta kebermanfaatan materi
senantiasa disesuaikan dengan tarap
perkembangan peserta didik.
Pendidikan merupakan suatu proses sosial, karena berfungsi memasyarakatkan anak didik melalui proses sosialisasi di dalam masyarakat tertentu. Sekolah, sebagai salah satu institusi pendidikan, berperan juga sebagai institusi sosial, karena melalui lembaga tersebut anak dipersiapkan untuk mampu terjun dan aktif dalam kehidupan masyarakatnya kelak.Sekolah adalah institusi sosial yang didirikan dan ditujukan untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan
masyarakat.Oleh karena itu, wajar jika dalam penyusunan dan pelaksanaannya kurikulum sekolah banyak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan sosial yang berkembang dan selalu berubah di dalam masyarakat.Program pendidikan disusun dan dipengaruhi oleh nilai, masalah, kebutuhan, dan tantangan dalam masyarakat sekitarnya.Pengaruh tersebut berdampak pada komponen-komponen kurikulum seperti tujuan pendidikan, siswa, isi kurikulum, maupun situasi sekolah tempat kurikulum dilaksanakan.
Secara empiris, pada saat ini perekonomian Indonesia terus tumbuh di tengah bayang-bayang resesi dunia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 2005 sampai dengan 2008 berturut-turut 5,7%, 5,5%, 6,3%, 2008: 6,4%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi negara – negara ASEAN sebesar 6,5 – 6,9 %. Momentum pertumbuhan ekonomi ini harus terus dijaga dan ditingkatkan. Generasi muda berjiwa wirausaha yang tangguh, kreatif,ulet, jujur, dan mandiri, sangat diperlukan untuk memantapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan. Generasi seperti ini seharusnya tidak muncul karena hasil seleksi alam, namun karena hasil gemblengan pada tiap jenjang satuan pendidikan dengan kurikulum sebagai pengarahnya.
Sebagai negara bangsa yang besar dari segi geografis, suku bangsa, potensi ekonomi, dan beragamnya kemajuan pembangunan dari satu daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi bangsa masih tetap ada.Maka,
kurikulum harus mampu membentuk manusia
Indonesia yang mampu menyeimbangkan
kebutuhan individu dan masyarakat untuk memajukan jatidiri sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan kebutuhan untuk berintegrasi sebagai satu entitas bangsa Indonesia.
Dewasa ini, kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan kasus pemaksaan
kehendak sering muncul di
Indonesia.Kecenderungan ini juga menimpa generasi muda, misalnya pada kasus-kasus perkelahian massal.Walaupun belum ada kajian ilmiah bahwa kekerasan tersebut berhulu dari kurikulum, namun beberapa ahli pendidikan dan tokoh masyarakat menyatakan bahwa salah satu akar masalahnya adalah implementasi kurikulum yang terlalu menekankan aspek kognitif dan keterkungkungan peserta didik di ruang belajarnya dengan kegiatan yang kurang menantang peserta didik.Oleh karena itu, kurikulum perlu direorientasi dan direorganisasi terhadap beban belajar dan kegiatan pembelajaran yang dapat menjawab kebutuhan ini.Berbagai elemen masyarakat telah memberikan kritikan, komentar, dan saran berkaitan dengan beban belajar siswa, khususnya siswa sekolah dasar.Beban belajar ini bahkan secara kasatmata terwujud pada beratnya beban buku yang harus dibawa ke sekolah.Beban belajar ini salah satunya berhulu dari banyaknya matapelajaran yang ada di tingkat sekolah dasar.Maka, kurikulum pada tingkat sekolah dasar perlu diarahkan kepada peningkatan 3 (tiga) kemampuan dasar, yakni baca, tulis, dan hitung,
Berbagai kasus yang berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang, manipulasi, termasuk masih adanya kecurangan di dalam Ujian Nasional menunjukkan mendesaknya upaya menumbuhkan budaya jujur dan antikorupsi melalui kegiatan pembelajaran di dalam satuan pendidikan.Maka,
kurikulum harus mampu memandu upaya
karakterisasi nilai-nilai kejujuran pada peserta didik.Pada saat ini, upaya pemenuhan kebutuhan manusia telah secara nyata mempengaruhi secara negatif lingkungan alam. Pencemaran, semakin berkurangnya sumber air bersih adanya potensi rawan pangan pada berbagai beahan dunia, dan pemanasan global merupakan tantangan yang harus dihadapi generasi muda di masa kini dan di masa yang akan datang. Kurikulum seharusnya juga diarahkan untuk membangun kesadaran dan kepedulian generasi muda terhadap lingkungan alam dan menumbuhkan kemampuan untuk merumuskan pemecahan masalah secara kreatif terhadap isu-isu lingkungan dan ketahanan pangan.
Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu pendidikan Indonesia harus terus ditingkatkan. Hasil riset PISA (Program for International Student Assessment),studi yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPAmenunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara. Hasil Riset TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) menunjukkan siswa Indonesia berada pada rangking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang komplek, (2) teori, analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan
pemecahan masalah dan (4) melakukan investigasi. Hasil-hasil ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi kurikulum, dengan tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek kemampuan esensial yang diperlukan semua warga negara untuk berperanserta dalam membangun negaranya pada abad 21.
Secara teoritis, kurikulum 2013
dikembangkan atas dasar teori ―pendidikan berdasarkan standar‖ (standard-based education),
dan teori kurikulum berbasis
kompetensi.Pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara untuk suatu jenjang pendidikan.Standar bukan kurikulum dan kurikulum dikembangkan agar peserta didik mampu mencapai kualitas standar nasional atau di atasnya.Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Lulusan.Standar Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan
yaitu SKL SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA,
SMK/MAK.
Kompetensi adalah kemampuan sesorang untuk bersikap, menggunakan pengetahuan dan ketrampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah, masyarakat, dan lingkungan dimana yang bersangkutan berinteraksi.Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk
membangun kemampuan yang dirumuskan dalam SKL.Hasil dari pengalaman belajar tersebut adalah hasil belajar peserta didik yang menggambarkan manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam SKL.
2.2. Karakteristik Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi.Kurikulum berbasis kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL.Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi.Keberhasilan kurikulum dartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut:
a) Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.
b) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas
melalui pembelajaran KD yang
diorganisasikan dalam proses
pembelajaran siswa aktif.
c) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
d) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan
menengah pada kemampuan
intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
e) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD
dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai
kompetensi dalam Kompetensi Inti. f) Kompetensi Dasar yang
dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat
(reinforced) dan memperkaya
(enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
g) Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan satu mata
pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA,
seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.
h) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.
2.3. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intra-kurikuler dan pembelajaran ekstra-kurikuler.
a) Pembelajaran intra kurikuler didasarkan pada prinsip berikut:
b) Proses pembelajaran intra-kurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat.
c) Proses pembelajaran di SD/MI
berdasarkan tema sedangkan di
SMP/MTS, SMA/MA, dan
SMK/MAK berdasarkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan guru.
d) Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan (excepted).
e) Proses pembelajaran dikembangkan atas dasar karakteristik konten kompetensi yaitu pengetahuan yang merupakan konten yang bersifat
mastery dan diajarkan secara langsung (direct teaching), ketrampilan kognitif dan psikomotorik adalah konten yang bersifat developmental yang dapat dilatih (trainable) dan diajarkan secara langsung (direct teaching), sedangkan sikap adalah konten developmental dan dikembangkan melalui proses pendidikan yang tidak langsung (indirect teaching).
f) Pembelajaran kompetensi untuk konten yang bersifat developmentaldilaksanakan
berkesinambungan antara satu pertemuan dengan pertemuan lainnya, dan saling memperkuat antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
g) Proses pembelajaran tidak langsung (indirect) terjadi pada setiap kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, rumah dan masyarakat. Proses pembelajaran tidak langsung bukan kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) karena sikap yang
dikembangkan dalam proses
pembelajaran tidak langsung harus tercantum dalam silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru.
h) Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif melalui kegiatan mengamati (melihat, membaca, mendengar, menyimak),
menanya (lisan, tulis), menganalis
(menghubungkan, menentukan
keterkaitan, membangun
cerita/konsep), mengkomunikasi-kan (lisan, tulis, gambar, grafik, tabel, chart, dan lain-lain).
2013
hasilnya digunakan sebagai unsur pendukung kegiatan intrakurikuler.
2.4. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum didasarkan pada i)Pembelajaran remedial dilaksanakan untuk
membantu peserta didik menguasai
kompetensi yang masih
kurang.Pembelajaran remedial
dirancang dan dilaksanakan
berdasarkan kelemahan yang
ditemukan berdasarkan analisis hasil tes, ulangan, dan tugas setiap peserta didik.Pembelajaran remedial dirancang untuk individu, kelompok atau kelas sesuai dengan hasil analisis jawaban peserta didik.
j)Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan hasilnya segera diikuti dengan
pembelajaran remedial untuk
memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan.
k) Pembelajaran ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap minggu.Kegiatan ekstra-kurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan.Pramuka adalah kegiatan ekstrakurikuler wajib.Kegiatan ekstrakurikuler wajib dinilai yang
prinsip-prinsip berikut:
a) Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata pelajaran hanya
merupakan sumber materi
pembelajaran untuk mencapai
kompetensi.
b) Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun.
c) Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi.Model kurikulum berbasis kompetensi
ditandai oleh pengembangan
kompetensi berupa sikap,
pengetahuan, ketrampilan berpikir, ketrampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.
d) Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kompetensi Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi.
e) Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.
f) Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.Kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.
g) Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni.
h) Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.
i)Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
j)Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan daerah. k) Penilaian hasil belajar ditujukan untuk
mengetahui dan memperbaiki
pencapaian kompetensi.Instrumen
penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan proses memperbaiki kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau sekelompok peserta didik.
III. PEMBAHASAN Analisis Kurikulum 2013
Sejumlah hal yang menjadi alasan pengembangan Kurikulum 2013 adalah (a) Perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu) dan proses penilaian (dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output) memerlukan penambahan jam pelajaran; (b) Kecenderungan akhir-akhir ini banyak negara menambah jam pelajaran (KIPP dan MELT di AS, Korea Selatan); (c) Perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia relatif lebih singkat, dan (d) Walaupun pembelajaran di Finlandia relatif singkat, tetapi didukung dengan pembelajaran tutorial.
Tiga faktor lainnya juga menjadi alasan Pengembangan Kurikulum 2013 adalah, pertama, tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan
teknologi, dan ekonomi berbasis
pengetahuan.Kedua, kompetensi masa depan yang antaranya meliputi kemampuan berkomunikasi,
kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda.Ketiga, fenomena sosial yang mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial (social unrest).Yang keempat adalah persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter.
Kurikulum 2013 telah diresmikan sejak Juli 2013, namun untuk tahun ajaran 2013/2014 hanya beberapa sekolah yang mulai mampu untuk menerapkan sistem kurikulum 2013, untuk melihat bagaimana hasil dari sistem kurikulum yang baru. Kurikulum yang baru dibuat tentunya untuk meningkatkan atau merubah sistem agar dalam proses pendidikan kita menjadi yang lebih baik dari sebelumnya, agar para penerus bangsa pun dapat menerapkan pengetahuan atau pengalaman yang telah mereka peroleh untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan di masa depan juga dalam dunia kerja. Ada beberapa perbedaan maupun perbandingan mengenai Kurikulum 2013 terhadap kurikulum sebelumnya ( KTSP ).
Kurikulum 2013 ini proses
pembelajarannya lebih menerapkan student learning centered. Berdasarkan struktur
Kurikulum 2013 pembelajaran yang dilakukan
lebih menekankan penilaian ke segala aspek, baik itu aspek kognitif, psikomotorik, juga afektif.
1. Struktur Kurikulum SD
Pemisahan antar kelompok bidang studi dibagi menjadi 2, yaitu : kelompok A (orientasi aspek afektif): Pendidikan Agama, PPKn, Matematika, Bahasa Indonesia. Dan kelompok B (Orientasi aspek afektif dan psikomotor): Seni Budaya & Keterampilan, Penjaskes.Integrasi konten IPA dan IPS adalah berdasarkan makna mata pelajaran sebagai organisasi konten dan bukan sebagai sumber dari konten.Konten IPA dan IPS diintegrasikan ke dalam mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia dan Matematika yang harus ada berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
2. Struktur Kurikulum SMP
Pemisahan antar kelompok bidang studi dibagi menjadi 2, yaitu : kelompok A (orientasi aspek intelektual & afektif) : Pendidikan Agama, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa Inggris. Kelompok B (Orientasi aspek afektif & psikomotorik): Seni Budaya, Penjaskes, Prakarya.
3. Struktur Kurikulum SMA
Menerapkan konsep kesamaan antara SMA dan SMK dikembangkanlah kurikulum pendidikan menengah terdiri atas kelompok mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan. Mata pelajaran wajib sebanyak sembilan mata pelajaran dengan beban pelajaran sebanyak 18 jam pelajaran.
Struktur ini menempatkan prinsip bahwa peserta didik adalah subyek dalam belajar dan mereka memiliki hak untuk memilih sesuai minatnya. Mata pelajaran pilihan terdiri atas pilihan akademik ( SMA ) serta pilihan akademik & vokasional ( SMK ). Bagi mereka yang memilih SMA tersedia pilihan kelompok peminatan (sebagai ganti jurusan) dan pilihan antar kelompok peminatan dan bebas. Nama Kelompok Peminatan digunakan karena memiliki keterbukaan untuk belajar di luar kelompok tersebut, sedangkan nama jurusan memiliki konotasi terbatas pada apa yang tersedia pada jurusan tersebut dan tidak boleh mengambil mata pelajaran di luar jurusan.
Struktur Kelompok Peminatan Akademik (SMA) memberikan keleluasaan bagi peserta didik sebagai subjek tetapi juga berdasarkan pandangan bahwa semua disiplin ilmu adalah sama dalam kedudukannya. Nama kelompok minat diubah dari IPA, IPS dan Bahasa menjadi Matematika dan Sains, Sosial, dan Bahasa. Nama-nama ini tidak diartikan sebagai namakelompok disiplin ilmu karena adanya berbagai pertentangan fisolosfis pengelompokan disiplin ilmu. Berdasarkan filosofi rekonstruksi sosial maka nama organisasi kurikulum tidak terikat pada nama disiplin ilmu.
Pola Perubahan Paradigma atau Pola Pikir Kurikulum 2013
1. Materi
o Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan.
o Standar Isi diturunkan dari Standar
Kompetensi Lulusan melalui
Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran.
o Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. o Mata pelajaran diturunkan dari
kompetensi yang ingin dicapai.
o Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas).
o Mengakomodasi Content Lokal, Nasional dan Internasional (antara lain TIMMS, PISA, PIRLS
2. Proses
Sikap & Perilaku: Menerima +
Menjalankan + Menghargai +
Menghayati + Mengamalkan.
Beriman, berakhlak mulia (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun), rasa ingin tahu, estetika, percaya diri, motivasi internal Toleransi, gotong royong,
kerjasama, dan musyawarah
Pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotik, dan cinta perdamaian
Keterampilan: Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah + Menyaji + Menalar + Mencipta .
Membaca, menulis, menghitung,
Menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, membuat, mencipta Pengetahuan: Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa + Mengevaluasi
Ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
Manusia, bangsa, negara, tanah air, dan dunia
Menggunakan Pendekatan Saintifik,
Karakteristik Kompetensi sesuai Jenjang (SD: Tematik Terpadu, SMP: Tematik Terpadu-IPA & IPS- dan Mapel, SMA : Tematik dan Mapel.
Mengutamakan Discovery Learning dan Project Based Learning
3. Kompetensi Inti
Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya
Mengembangkan perilaku (jujur,
disiplin, tanggungjawab, peduli,
santun, ramah lingkungan, gotong
royong, kerjasama, cinta damai,
responsif dan pro-aktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Memahami dan menerapkan
pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
Mengolah, menalar, dan menyaji
dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
4. Penilaian
Berbasis Tes dan Non Tes (porfolio). Menilai Proses dan Output dengan menggunakan authentic assesment. Rapor memuat penilaian kuantitatif tentang pengetahuan dan deskripsi kualitatif tentang sikap dan keterampilan Kecukupan.
Karakteristik Kurikulum 2013
1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap (keagamaan dan sosial), rasa ingin tahu, kreativitas,
kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik
2. Sekolah tidak terpisah dari masyarakat
karena kurikulum memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.
3. Mengembangkan keterampilan menerapkan untuk setiap pengetahuan yang dipelajari di kelas dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat sehingga memiliki kesempatan yang luas untuk menghilangkan verbalisme. 4. Sederhana dalam struktur kurikulum,
dalam jumlah mata pelajaran dan KD yang harus dipelajari peserta didik tetapi memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap dan keterampilan. 5. Isi kurikulum yaitu kompetensi
dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.
6. Kompetensi Inti (KI) bukan merupakan gambaran kategorial tetapi interaktif mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah
kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang
diorganisasikan dalam proses
pembelajaran siswa aktif.
7. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema di SD/MI, dan untuk materi pokok suatu mata pelajaran di kelas tertentu di SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK. 8. Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar di jenjang pendidikan dasar diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah berimbang dengan pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
9. Kompetensi Inti menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) Kompetensi Dasar dimana semua KD
dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai
kompetensi yang dinyatakan dalam Kompetensi Inti.
10. Kompetensi Dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). 11. Silabus dikembangkan sebagai
rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI).Dalam silabus tercantum
seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.Setiap tema terdiri atas beberapa sub-tema.
Elemen perubahan dalam kurikulum 2013 mempengaruhi struktur kurikulum yang saat ini biasa digunakan.Pada jenjang SD/MI, struktur kurikulum dilaksanakan secara holistik dan integratif.Berfokus kepada alam, sosial dan budaya. Sistem pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan sains, Jumlah matapelajaran dipadatkan dari 10 menjadi 6 sementara jumlah jam bertambah 4 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran.Pada jenjang SMP/MTs, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menjadi media semua matapelajaran. Selanjutnya, pengembangan diri terintegrasi pada setiap matapelajaran dan ekstrakurikuler. Sedangkan jumlah matapelajaran dirampingkan dari 12 menjadi 10, dan jumlah jam bertambah 6
JP/minggu akibat perubahan pendekatan
pembelajaran. Pada jenjang SMA/MA, mengalami perubahan sistem, yakni ada matapelajaran wajib dan ada matapelajaran pilihan. Terjadi pengurangan matapelajaran yang harus diikuti siswa serta jumlah jam bertambah 2 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran. Pada jenjang SMK, penyesuaian jenis keahlian berdasarkan spektrum kebutuhan saat ini.Selain itu dilakukan penyeragaman mata pelajaran dasar umum.Mata pelajaran produktif disesuaikan dengan tren perkembangan Industri.Di samping itu, dilakukan pengelompokan mata pelajaran
produktif sehingga tidak terlau rinci
pembagiannya.
Permasalahan Implementasi Kurikulum 2013 Implementasi Kurikulum 2013 akan menemui sejumlah masalah di lapangan. Selain persoalan paradigmatik, seperti mengubah mindset guru tersebut, ada problem teknis yang berkaitan dengan perubahan struktur kurikulum yang menyebabkan adanya pelajaran yang hilang
maupun bertambahnya jam.Semuanya itu
berimplikasi pada nasib guru.Pada pelaksanaannya Kurikulum 2013 di daerah masih menyisakan berbagai persoalan.Meski tujuan kurikulum baru itu baik, namun pelaksanaan di lapangan harus mendapat banyak perbaikan. Persoalan-persoalan yang muncul antara lain:
1. Guru sebagai manajer di kelas belum
memahami benar implementasi
kurikulum 2013 yang seharusnya. Meskipun sudah dilakukan pelatihan- pelatihan terhadap guru, tetapi belum semua guru memahaminya secara baik. Pun guru yang mengikuti pelatihan belum semua informasi terkait dengan implementasi kurikulum terserap dengan baik.
2. Kurangnya buku panduan pelajaran dari Pemerintah Pusat.Bahkan di beberapa sekolah SMP yang menjadi pilot project penerapan Kurikulum 2013 di Kabupaten Tegal (dan mungkin di kabupaten lainnya di Indonesia), hanya terdapat dua buku panduan.Untuk mengatasi itu, pihaknya mengunduh
buku panduan dari internet dan memperbanyaknya.
3. Buku siswa yang idealnya juga dimiliki siswa dengan komposisi satu buku satu siswa masih belum dapat disediakan dengan cukup.Kondisi tersebut memaksa sekolah untuk melakukan pengadaan buku tersebut dengan
penggandaan yang tentunya
membutuhkan biaya tambahan.
4. Sistem rapor. Masalah mungkin muncul pada pertengahan Oktober depan, berkaitan dengan sistem rapor kepada orang tua siswa. Hingga sekarang belum ada petunjuk teknis bagaimana rapor itu nanti dibuat, yang mengacu kepada sistem penilaian di perguruan tinggi dengan nilai A, B, C, dan seterusnya. 5. Lainnya adalah keberatan para orang tua
siswa berkaitan dengan adanya kata- kata kasar dalam buku panduan Kurikulum 2013.
6. Terdapat beberapa daerah yang memaksakan diri dalam pelaksanaan kurikulum 2013.Sebagai contoh Kota Tegal, pada tahun pelajaran 2013/2014 secara serentak mewajibkan seluruh sekolah untuk menerapkan kurikulum 2013.Hal ini jelas menimbulkan permasalahan, misalnya mahalnya biaya pengadaan buku. Masalah ini menjadi lebih parah manakala siswa diwajibkan untuk membeli buku sendiri (sekolah menjadi terkesan sangat mahal)
7. Penghapusan mata pelajaran TIK (teknologi informasi dan komputer) di SMP berimplikasi besar terhadap eksistensi para pengampu bidang TIK yang latar belakang pendidikannya TIK. Mereka akan disalurkan ke mana? Pengajar TIK dengan latar belakang IPA, matematika, atau lainnya dapat dengan mudah disalurkan ke mata
pelajaran lain sesuai dengan
kompetensinya. Tapi tidak mudah bagi pengajar bidang TIK yang sudah tersertifikasi.Mungkin mereka dapat disalurkan untuk mengajar prakarya yang berbasiskan teknologi.Tapi masalahnya adalah apakah regulasi yang menyangkut sertifikasi mendukung kebijakan tersebut. Bila tidak, guru pula yang akan menjadi korban. Perebutan jam mengajar tetap akan terjadi untuk tetap dapat mempertahankan sertifikasi.
8. Penjurusan/peminatan di SMA yang dimulai begitu murid masuk di kelas I menimbulkan persoalan manajerial baru
ihwal persyaratan pemilihan
jurusan/minat.Terutama bila para murid baru memilih jurusan/peminatan di kelompok tertentu, misalnya kelompok matematika dan IPA saja.Para kepala sekolah/guru di SMA harus cermat sekali dalam menampung minat para calon murid agar tidak sering terjadi perpindahan jurusan/minat.Hal itu
mengingat murid boleh pindah minat. Tapi seringnya pindah minat murid akan menyulitkan pengelolaan sekolah. Masalah pilihan jurusan/minat itu sebaiknya disosialisasi di kelas III SMP agar, ketika lulus SMP, murid sudah
memiliki gambaran mengenai
jurusan/minat yang akan diambil saat masuk SMA. Penulis menggunakan istilah ―penjurusan‖ di sini, karena ternyata apa yang disebut peminatan itu sama dengan penjurusan, hanya ditambah dengan boleh mengambil bidang studi disiplin lain. Misalnya, kelompok matematika dan IPA boleh mengambil antropologi.Atau, kelompok IPS boleh mengambil biologi.Tapi setiap murid wajib mengambil semua
mata pelajaran di kelompok
peminatan.Ketika perdebatan awal gagasan peminatan ini muncul, tidaklah demikian.Pada waktu itu, diharapkan murid betul-betul mengambil materi yang diminati dan sesuai dengan orientasi belajarnya di perguruan tinggi nantinya.
9. Soal penambahan jam pelajaran di semua jenjang pendidikan juga inkonsisten antara latar belakang penambahan dan penerjemahannya dalam struktur kurikulum. Latar belakangnya adalah karena adanya
perubahan pendekatan proses
pembelajaran, tapi dalam struktur
kurikulum terjadi penambahan jumlah jam mata pelajaran. Sebagai contoh, pendidikan agama di SD kelas I-III dari dua menjadi empat jam seminggu, yang diikuti dengan perumusan kompetensi dasar (KD) yang seimbang dengan jumlah jamnya, sehingga yang terjadi tetap mengejar materi, bukan proses
pembelajarannya yang dibenahi.
Semestinya yang diubah adalah lamanya tatap muka untuk setiap mata pelajaran, misalnya tatap muka di SD kelas I-III saat ini per jam mata pelajaran itu selama 35 menit, bisa ditambah menjadi 45 menit. Di SMP-SMTA, dari 45 menit per jam pelajaran dapat ditambah menjadi 60 menit per jam pelajaran, sehingga proses pembelajarannya lebih leluasa. Problem lain yang dimunculkan dari penambahan jam pelajaran per
minggu itu adalah makin
menghilangkan otonomi sekolah, karena
waktu yang tersedia untuk
mengembangkan kurikulum sendiri makin sempit. Bagi sekolah-sekolah
swasta, kurikulum baru jelas
menimbulkan beban baru bagi yayasan, karena harus memfasilitasi peningkatan kualitas guru lewat pelatihan, pengadaan perpustakaan yang lengkap, dan pendidikan tambahan agar guru dapat mengimplementasikan kurikulum baru tersebut secara baik, dengan biaya ditanggung sendiri oleh pihak yayasan,
yang ujungnya dipikul oleh para orang tua murid.
Terkait dengan permasalahan yang dijumpai dalam implementasi kurikulum tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia membeberkan tiga hal yang menjadi poin monitoring dan evaluasi (monev) dalam kurikulum 2013 yaitu :
a. Pertama mengenai buku, kedua tentang proses pelaksanaan pembelajaran dan ketiga menyangkut kemampuan guru. Evaluasi terhadap buku diperlukan agar terdapat perbaikan di periode
berikutnya.Sebab buku dalam
kurikulum bersifat model yang harus diidealkan dengan tujuan kurikulum. b. Sementara untuk guru, kementerian
berharap memiliki rapor penilaian seluruh guru.Penilaian dapat diperoleh melalui pelatihan-pelatihan yang sudah dilakukan. Evaluasi, ujar Mendikbud,
juga akan mempersiapkan
pendampingan terhadap para guru. c. Sedangkan tahap ketiga untuk
kompetensi, para guru akan diukur rasionalitasnya terhadap kurikulum. "Berapa nilainya, terhadap bagaimana analisis mengajar materinya, bagaimana dia menyusun rencana pembelajaran. Sementara itu dari pihak dinas pendidikan setempat seharusnya melakukan beberapa tindakan seperti:
a. Pendataan guru yang valid sehingga penempatan tenaga pendidik lebih tepat sesuai dengan kebutuhan.
b. Pengadaan pelatihan implementasi kurikulum pada guru pada tingkat kabupaten dan atau sekolah agar seluruh guru memahami kurikulum 2013 secara utuh.
c. Pengalokasian dana untuk pengadaan buku panduan dan buku siswa agar implementasi kurikulum dapat berjalan dengan lancar.
Kekuatan Kurikulum 2013
Pertama, kekautan kurikulum 2013 jelas
mendorong pada aspek kreatifitas dan inovasi pada anak didik sebagai upaya pengembangan karakter yang telah tertuang dalam program studi yang ada.Inilah yang dikatakan dengan pendidikan berbasis karakter.Tujuan mulia dari kurikulum pendidikan baru ini diharapkan bisa tercapai meskipun menyisakan berbagai masalah.System yang selalu berganti menyisakan berbagai hal baik negative maupun positif.Hendaknya pemerintah mampu mengambil kebijakan terbaik yang minim resiko negative.
Kedua, ―selain kreatif dan inovatif,
pendidikan karakter juga penting yang akan diintegrasikan menjadi satu.Misalnya, pendidikan budi pekerti dan karakter harus diintegrasikan ke semua program studi.Ketiga, asumsi dari kurikulum itu adalah tidak ada perbedaan antara anak desa atau kota. Anak di desa cenderung tidak diberi kesempatan untuk memaksimalkan potensi
mereka. Potensi siswa perlu dirangsang dari awal, misalnya melalui jenjang pendidikan anak usia dini. Keempat, guru harus terus dipacu kemampuannya melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan calon guru untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara terus menerus, misalnya, di Singapura, dalam setahun guru berhak mendapatkan pelatihan selama 100 jam. Sementara di Indonesia, ―tagihan‖ hanya mendapat sertifikat. Oleh karena itu, pemerintah akan memaksimalkan untuk memberikan pelatihan-pelatihan kepada guru agar mereka semakin profesional dalam menjalankan tugas mereka sebagai guru.
b) Kelemahan Kurikulum 2013
Kekurangan-kekurangann yang terdapat
pada kurikulum 2013 adalah sebagai
berikut:Pertama, kurikulum 2013 bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional karena penekanan pengembangan kurikulum hanya didasarkan pada orientasi pragmatis. Selain itu, kurikulum 2013 tidak didasarkan pada evaluasi dari pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 sehingga dalam pelaksanaannya bisa membingungkan guru dan pemangku pendidikan.
Kedua, guru juga tidak pernah dilibatkan
langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013. Pemerintah melihat seolah-olah guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama.Ketiga, tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian
nasional (UN) masih diberlakukan. UN hanya mendorong orientasi pendidikan pada hasil dan sama sekali tidak memperhatikan proses pembelajaran. Hal ini berdampak pada dikesampingkannya mata pelajaran yang tidak diujikan dalam UN.Padahal, mata pelajaran non- UN juga memberikan kontribusi besar untuk
mewujudkan tujuan pendidikan.Keempat,
pemerintah mengintegrasikan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar.
IV. SIMPULAN
Penerapan Kurikulum 2013 menyisakan permasalahan teknis dilapangan (munclnya pro dan kontra).Hal ini diakibatkan kebijakan yang pemerintah tidak sesuai dengan harapan dan kondisi nyata yang ada di lapangan.Para guru yang ditunjuk sebagai pelaksana kurikulum merasa bingung dengan diterapkannya kurikulum 2013 ini. Kebanyakan dari mereka masih menggunakan kurikulum sebelumnya yakni kurikulum KTSP dalam pembelajarannya, karena mereka belum begitu paham dengan kurikulum 2013 yang sebenarnya, padahal beberapa dari mereka telah dilatih dalam persiapan pelaksanaan Kurikulum 2013. Salah satu perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya adalah adanya buku siswa dan buku guru yang telah disediakan oleh pemerintah pusat sebagai buku wajib sumber belajar di sekolah.Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013, yakni pendekatan scientific.Pendekatan ini lebih
menekankan pada pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Pendekatan ini dilaksanakan dengan melibatkan tiga model pembelajaran diantaranya adalah problem based learning,
project based learning, dan discovery learning.
Ketiga model ini akan menunjang how to do dalam kurikulum 2013. Dalam pelaksanaannya pendekatan scientific ini menekankan lima aspek penting, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan komunikasi.
1. Mengamati.Pada kurikulum 2013 metode ceramah tidak dilupakan, hanya dikurangi takarannya.Siswa dituntut aktif dalam segala masalah. Proses mengamati dalam pelajaran Fisika, Biologi, Kimia merupakan suatu proses belajar yang sering digunakan. Namun bagi mata pelajaran lain, guru dituntut
harus paham materi sebelum
menghadirkan siswa ke dunia nyata dengan mengamati sendiri semua fenomena yang terjadi yang
berhubungan dengan materi
pelajarannya.
2. Menanya.Agar siswa merasa bertanya- tanya (rasa ingin tahu), seorang guru harus menyediakan pembelajaran yang menimbulkan masalah. Artinya guru harus mampu menyediakan kegiatan pembelajaran yang menarik yang dapat menimbulkan rasa ngin tahu siswa. 3. Mencoba.Dalam pelaksanaan kurikulum
2013, siswa dituntut untuk mencoba sendiri, dan terlibat langsung dalam
masalah yang dihadirkan guru.Dalam pembelajaran matematika misalnya, siswa diminta mencoba sendiri mencari data untuk disajikan dalam bentuk diagram, ataupun grafik.Data itu dapat diperoleh melalui pengukuran langsung, melalui wawancara, dan melalui pengamatan.
4. Menalar.Siswa dituntut untuk dapat memahami dengan benar pokok materi yang diajarkan guru. Siswa akan mudah menalar suatu materi ajar apabila pelajaran yang diajarkan tidak memberatkan mereka.
5. Komunikasi. Dalam proses
mengkomunikasian semua
permasalahan, siswa diminta
mempresentasikan hasil kerja mereka. Kelima aspek dalam pelaksanaan kurikulum 2013 sangat berkaitan satu sama lain. Pada dasarnya, kelima aspek ini sudah pernah dilakukan oleh sebagian guru.namun pendalamannya dilakukan kembali di kurikulum 2013
untuk menyegarkan semangat
pendidikan Indonesia.
Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersediaan kegiatan pada buku siswa dan buku guru.oleh karena itu guru perlu mencermati buku guru maupun buku siswa yang disediakan pemerintah ini. Hal ini diperlukan mengingat buku yang disediakan pemerintah
ditujukan untuk keperluan skala nasional.Padahal masing-masing sekolah memiliki karakteristik siswa masing-masing.Dengan demikian, guru diharapkan mampu mencermati dan menganalisis buku guru ataupun guru siswa, agar kekeliruan dan ketidaktepatan buku yang disesuaikan dengan karakteristik siswa masing-masing sekolah telah diketahui lebih awal.
Dalam pelaksanaannya, dengan
diterapkannya kurikulum 2013 ini banyak ditemui beberapa keluhan guru. Beberapa keluhan guru dapat diketahui melalui sumber informasi yang dihimpun dalam penjelasan sebagai berikut :
1. Kesulitan Guru dalam memahami Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Kesulitan yang paling banyak dikeluhkan oleh para guru adalah
mengenai pemahaman tentang
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
2. Guru Merasa Kurang Dilatih untuk Melaksanakan Kurikulum 2013 dalam Kegiatan Pembelajarannya
3. Para guru Sekolah Menengah Atas (SMA) merasa kebingungan karena semula hanya tiga mata pelajaran saja yang menggunakan kurikulum 2013 yaitu matematika, bahasa Indonesia, dan sejarah namun tiba-tiba kurikulum 2013 diterapkan untuk semua mata pelajaran padahal guru-guru lain selain matematika, bahasa Indonesia, dan
Sejarah belum dilatih bagaimana menerapkan kurikulum 2013 pada mata pelajaran yang diampunya.
4. Belum Adanya Silabus Final
Mengakibatkan Kesulitan dalam
Pembuatan RPP
Selain itu, dokumen silabus final belum diterima oleh para guru, padahal dalam pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dasarnya adalah silabus. 5. Keluhan Tentang Keterurutan Materi
Pelajaran
Susunan urutan pengajaran materi yang ada di buku ajar. ―susunan urutan pengajaran materi tiap minggunya yang tercantum di buku ajar perlu diperbaiki‖. Keluhan ini paling banyak muncul dari para guru SMA dan SMK.
Pada kenyataannya, karena adanya perbedaan kemampuan dan pengetahuan guru, belum semua guru mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengamati fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan materi pelajarannya.Hal inilah salah satunya yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Oleh karena, penulis menyarankan agar penerapan kurikulum 2013 ini dapat berjalan dengan baik maka masing-masing sekolah perlu mengadakan kegiatan berupa:
1. Lesson study ataupun workshop yang membahasa cara mengajarkan kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan dalam kurikulum 2013. Menurut Sudrajat
(2008) lesson study merupakan satu upaya meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh
sekelompok guru. dengan
berkolaborasi guru mampu
mengembangkan bagaimana siswa belajar dan bagaimana membelajarkan siswa. Selain itu melalui lesson study guru dapat memperoleh pengetahuan dari guru lainnya atau narasumber.Hal ini diperoleh melalui adanya umpan balik dari anggota lesson
study.Sehingga kemampuan guru
semakin hari semakin bertambah baik dengan melakukan contoh kemudian dikritisi ataupun dari memperhatikan contoh kemudian mengkritisi.
2. Pertemuan antar sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013
Pertemuan ini mengumpulkan semua perwakilan sekolah yang ditunjuk melaksanakan kurikulum 2013 untuk mengevaluasi tahap awal peneraan pola pembelajaran baru dalam sebulan terakhir.Pertemuan ini penting sebab sebagian sekolah merasa mampu menerapkan kurikulum baru dengan baik, namun yang lain kesulitan. Sehingga dengan adanya forum ini akan terjalin tukar menukar pengalaman tentang pelaksanaan kurikulum 2013 di masing-masing sekolah.
REFERENCES
[1] Abdul, Hamka. 2011, MembangunKarakterBangsa,Surakarta, Pustaka AlMawardi. Adisusilo, Sutarjo, 2012, Pembelajaran Nilai Karakter, Jakarta, Rajagrafindo
[2] Ahid, Nur. Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga. Tesis, Yogyakarta: IAIN Sunan KalijagaYogyakarta, 1993.
[3] Arif Rohman. (2009). Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan.Yogyakarta: LaksBang.
[4] Azra, Azzumardi. Esei-esei Intelektual Muslim Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1998.
[5] Bahtiar, Yoyon, 2012, Kebijakan Pembaharuan Pendidikan, Jakarta, RajawaliPress
[6] Gunawan, Heri, 2011, PendidikanKarakter Konsep dan Implementasi,Bandung, Alfabeta.
[7] Franklin, Babbit. The Curriculum.Boston: Hounghton Mifflin, 1918.
[8] Hamalik, Oema. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Mandar Maju, 1991.
[9] Hamalik, Oemar. 2013. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
[10] Langgulung, H. 1989. Manusia dan Pendidikan: Suatu Anaysis Psikologik dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
[11] Kartadinata, Sunaryo, 2008, Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling DalamJalurPendidikanFormal,Jakarta,Departemen Pendidikan Nasional
[12] Karyadi, Benny dan Ibrahim.1996. Pengembangan Inovasi dan Kurikulum Modul 1 – 6. Jakarta: Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
[13] Mediatama Imam Wahyudi. (2012). Mengejar Profesionalisme Guru Strategi Praktis Mewujudkan Citra Guru Profesional. Jakarta: Prestasi Pustaka.
[14] Mccain, Jhon, Mark Salter, 2009, Karakter-Karakter yangMenggungah Dunia,Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
[15] Nasution, S, 2008, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta, Bumi Aksara. [16] Permen No. 16 tahun 2007 tentang Kompetensi Guru Permendiknas No. 22 Tahun 2007 tentang Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, UU. No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
[17] Sagala, Saiful, 2010, Supervisi Pembelajaran : Dalam Profesi Pendidikan,Bandung, Alfabeta.
[18] Sukmadinata, Nana, 2004, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Rosdakarya, Bandung.
[19] Supriyoko,2011, PendidikanKarakterMembangunPeradaban, Jakarta, Samudra Biru
[20] Sukmadanata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: RemajaRosdakarya, 2000.
[21] Syarif, A. Hamid. Pengembangan Kurikulum. Surabaya: Bina Ilmu, 1996.
[22] Richards, J.C. & Farrell, T.S. (2005).Professional development for language teachers: strategies for teacher learning. New York: Cambridge University Press.
[23] Stronge, J.H. (2006). Teacher evaluationand school improvement: improving the educational landscape. In James H. Stronge(Ed.).Evaluating teaching. Thousand Oaks: Crown Press. [24] Tilaar,1999,Pendidikan,Kebudayaan,danMasyarakatMadani
Indonesia, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.
[25] Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu; Konsep Strategi dan Implementasi Dalam KurikulumTingkatSatuan PendidikanKTSP, BumiAksara,Jakarta
[26] Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Armas DutaJaya, 1990.