• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya

Pemaparan hasil pengumpulan data mengenai pertanyaan peneliti pertama

yaitu : “Seperti apakah gambaran perilaku konformitas terhadap kelompok teman

sebaya yang dilakukan remaja kelas XI SMA Negeri 24 Bandung”.

Dari hasil penyebaran instrument kepada 172 responden yaitu siswa-siswi

kelas XI SMAN 2 diperoleh gambaran umum perilaku konformitas terhadap

kelompok teman sebaya yang dilakukan remaja pada Siswa kelas XI SMAN 24

Bandung Tahun Ajaran 2009/2010. Diketahui bahwa sebesar 62.24 % remaja

kelas XI SMAN 24 Bandung tahun ajaran 2009/2010 berperilaku konformitas

terhadap kelompok teman sebayanya. Sedangkan responden yang berada pada

kelompok anti-konformitas adalah 37.76 %.

Secara visual gambaran umum gambaran perilaku konformitas terhadap

kelompok teman sebaya yang dilakukan remaja siswa kelas XI SMAN 24

(2)

Gambaran umum yang diperlihatkan oleh

sebagian besar responden melakukan konformitas terhadap kelompok teman

sebayanya. Selanjutnya

konformitas dan anti konformitas dalam aspek

k o n fo rm it a s a n ti -k o n fo rm it a s Aspek 1 65.63% 34.37%

Grafik 4.1

Persentase Tingkat Perilaku Konformitas

Gambaran umum yang diperlihatkan oleh Grafik 4.1 menunjukan bahwa

sebagian besar responden melakukan konformitas terhadap kelompok teman

Selanjutnya untuk lebih jelas grafik 4.2 menggambarkan perilaku

konformitas dan anti konformitas dalam aspek - aspek perilaku konformitas.

Gafik 4.2

Gambaran Aspek Perilaku Konformitas

62.24 % 37.76 % konformitas anti-konformitas a n ti -k o n fo rm it a s k o n fo rm it a s a n ti -k o n fo rm it a s k o n fo rm it a s a n ti -k o n fo rm it a s k o n fo rm it a s a n ti -k o n fo rm it a s k o n fo rm it a s a n ti -k o n fo rm it a s Aspek 1 Aspek 2 Aspek3 Aspek 4 Aspek 5 34.37% 77.20% 22.80%33.21% 66.79% 84.40% 15.60% 58.62% 41.38%

Konformitas

4.1 menunjukan bahwa

sebagian besar responden melakukan konformitas terhadap kelompok teman

menggambarkan perilaku

aspek perilaku konformitas.

a n ti -k o n fo rm it a s 41.38%

(3)

Keterangan

:

Aspek 1

= Aspek pengetahuan

Aspek 2

= Aspek pendapat

Aspek 3

= Aspek keyakinan

Aspek 4

= Aspek ketertarikan

Aspek 5

= Aspek kecenderungan berinteraksi

Grafik 4.2 menunjukkan bahwa remaja kelas XI SMA Negeri 24 Bandung

menunjukan perilaku konformitas dengan memiliki ketertarikan yang tinggi

terhadap kelompoknya yaitu sebesar 84.40%, kemudian memiliki pendapat

terhadap kelompok yang dipercaya sesuai dengan yang difikirkannya, memiliki

pengetahuan tentang kelompok 65.63%, dan juga memiliki kecenderungan untuk

saling berinteraksi yang tinggi yaitu sebesar 58.62%. Sedangkan pada aspek

keyakinan sebesar 33.21%, jika dilihat dari persentase keseluruhan aspek maka

aspek keyakinan ini merupakan aspek terendah dalam perilkau konformitas yang

dilakukan remaja kelas XI SMA Negeri 24 Bandung , yang berarti sebagian besar

remaja lebih memilih untuk berperilaku anti-konformitas atau tidak menyesuaikan

dirinya terhadap keyakinan yang ada dalam kelompok.

Selanjutnya untuk memperjelas gambaran konformitas yang dilakukan remaja

siswa kelas XI SMAN 24 Bandung tahun ajaran 2009/2010 maka diuraikan juga

gambaran umum masing-masing aspek perilaku konformitas yang meliputi aspek

pengetahuan, aspek pendapat, aspek keyakinan, aspek ketertarikan (perasaan

(4)

a.

Gambaran Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya pada

Aspek Pengetahuan

Hasil penelitian berkenaan dengan

teman sebaya pada

Gambaran Umum

Keterangan

Indikator 1 =

Indikator 2 =

Indikator 3 =

Indikator 4 =

Gambaran perilaku konformitas pada aspek pengetahuan menunjukan bahwa

remaja siswa kelas XI SMA Negeri 24 Bandung memiliki informasi yang t

Gambaran Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya pada

Aspek Pengetahuan

Hasil penelitian berkenaan dengan perilaku konformitas terhadap kelompok

teman sebaya pada aspek pengetahuan dapat dilihat pada grafik

Grafik 4.3

Gambaran Umum Perilaku Konformitas Terhadap Kelompok Teman Sebaya

pada Aspek Pengetahuan per-indikator

:

Indikator 1 = Pengetahuan induvidu tentang anggota kelompok.

Indikator 2 = Pengetahuan individu tentang aktivitas kelompok.

Indikator 3 = Pengetahuan individu tentang tujuan kelompok.

Indikator 4 = Pengetahuan individu tentang aturan atau norma kelompok.

Gambaran perilaku konformitas pada aspek pengetahuan menunjukan bahwa

remaja siswa kelas XI SMA Negeri 24 Bandung memiliki informasi yang t

k o n fo rm it a s a n ti -k o n fo rm it a s k o n fo rm it a s a n ti -k o n fo rm it a s k o n fo rm it a s a n ti -k o n fo rm it a s k o n fo rm it a s indikator 1 indikator 2 indikator 3 indikator 4 76.74% 23.26% 87.50% 12.50% 51.16% 48.84% 41.57%

Gambaran Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya pada

formitas terhadap kelompok

grafik di bawah ini:

Perilaku Konformitas Terhadap Kelompok Teman Sebaya

indikator

Pengetahuan induvidu tentang anggota kelompok.

Pengetahuan individu tentang aktivitas kelompok.

Pengetahuan individu tentang tujuan kelompok.

Pengetahuan individu tentang aturan atau norma kelompok.

Gambaran perilaku konformitas pada aspek pengetahuan menunjukan bahwa

remaja siswa kelas XI SMA Negeri 24 Bandung memiliki informasi yang tinggi

a n ti -k o n fo rm it a s indikator 4 58.43%

(5)

terutama mengenai aktivitas kelompok yaitu sebesar 87.50%, pengetahuan tentang

anggota kelompok sebesar 76.74%,

sebesar 51.16%, kemudian informasi tentang aturan atau norma kelompok sebesar

41.57%, jika di band

indikator pengetahuan individu tentang aturan atau norma kelompok adalah

indikator paling rendah

konformitas terhadap

kelompok.

b.

Gambaran Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya

Berdasarkan pada Aspek Pendapat

Hasil penelitian berkenaan dengan

teman sebaya pada

Gambaran Umum

terutama mengenai aktivitas kelompok yaitu sebesar 87.50%, pengetahuan tentang

anggota kelompok sebesar 76.74%, dan pengetahuan tentang tujuan kelompok

kemudian informasi tentang aturan atau norma kelompok sebesar

jika di bandingkan dengan tiga indikator yang lain terlihat bahwa

indikator pengetahuan individu tentang aturan atau norma kelompok adalah

indikator paling rendah yang berarti sebagian besar remaja tidak berperilaku

terhadap informasi tentang aturan atau norma yang ada dalam

Gambaran Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya

Berdasarkan pada Aspek Pendapat

Hasil penelitian berkenaan dengan perilaku konformitas terhadap kelompok

teman sebaya pada aspek pendapat dapat dilihat pada grafik 4.4

Grafik 4.4

Gambaran Umum Perilaku Konformitas Terhadap Kelompok Teman Sebaya

pada Aspek Pendapat per-indikator

k o n fo rm it a s a n ti -k o n fo rm it a s k o n fo rm it a s a n ti -k o n fo rm it a s k o n fo rm it a s a n ti -k o n fo rm it a s k o n fo rm it a s a n ti -k o n fo rm it a s indikator 1 indikator 2 indikator 3 indikator 4 64.15% 35.85% 92.25% 7.75% 83.14% 16.86% 52.52% 47.48%

terutama mengenai aktivitas kelompok yaitu sebesar 87.50%, pengetahuan tentang

pengetahuan tentang tujuan kelompok

kemudian informasi tentang aturan atau norma kelompok sebesar

ingkan dengan tiga indikator yang lain terlihat bahwa

indikator pengetahuan individu tentang aturan atau norma kelompok adalah

yang berarti sebagian besar remaja tidak berperilaku

orma yang ada dalam

Gambaran Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya

perilaku konformitas terhadap kelompok

4 di bawah ini:

Perilaku Konformitas Terhadap Kelompok Teman Sebaya

47.48%

(6)

Indikator 1 = Pendapat induvidu tentang anggota kelompok.

Indikator 2 = Pendapat individu tentang aktivitas kelompok.

Indikator 3 = Pendapat individu tentang tujuan kelompok.

Indikator 4 = Pendapat individu tentang aturan atau norma kelompok.

Aspek pendapat ini menggambarkan suatu kondisi kepercayaan individu

terhadap berbagi hal yang ada dalam kelompok dan ia meyakini hal-hal tersebut

sesuai dengan apa yang ia rasakan dalam kelompoknya. Grafik 4.4 menunjukan

bahwa remaja kelas XI SMA Negeri 24 Bandung berada pada kategori berperilaku

konformitas yang ditunjukan dengan memiliki pendapat yang mendukung terhadap

aktivitas kelompok, tujuan kelompok serta aturan dan norma yang ada dalam

kelompok.

c.

Gambaran Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya

Berdasarkan pada Aspek Keyakinan

Hasil penelitian berkenaan dengan perilaku konformitas terhadap kelompok

(7)

Gambaran Umum

Keterangan :

Indikator 1 = Kesediaan individu untuk menerima perlakuan kelompok.

Indikator 2 = Ada atau tidaknya kesediaan untuk mematuhi perlakuan kelompok.

Indikator 3 = Kesediaan untuk mematuhi

kelompok

Aspek keyakinan ini menggambarkan kondisi individu dalam kelompok yang

menganggap semua hal dalam kelompok adalah benar sehingga memunculkan

perilaku-perilaku penerimaan atau kesediaan a

kelompoknya. Grafik 4.

lebih memilih untuk bersikap anti konformitas terhadap keyakinan

ada dalam kelompoknya. Hanya sebanyak 32.75% remaja yang mau menerima

perlakuan kelompoknya, dan 39.73% saja yang bersedia mematuhi setiap

Grafik 4.5

Gambaran Umum Perilaku Konformitas Terhadap Kelompok Teman Sebaya

pada Aspek Keyakinan

Kesediaan individu untuk menerima perlakuan kelompok.

Ada atau tidaknya kesediaan untuk mematuhi perlakuan kelompok.

Kesediaan untuk mematuhi dan mengikuti aturan atau norma

kelompok

Aspek keyakinan ini menggambarkan kondisi individu dalam kelompok yang

menganggap semua hal dalam kelompok adalah benar sehingga memunculkan

perilaku penerimaan atau kesediaan atas hal-hal yang ditentukan dalam

kelompoknya. Grafik 4.5 menunjukan remaja siswa kelas XI SMAN 24 Bandung

lebih memilih untuk bersikap anti konformitas terhadap keyakinan

ada dalam kelompoknya. Hanya sebanyak 32.75% remaja yang mau menerima

perlakuan kelompoknya, dan 39.73% saja yang bersedia mematuhi setiap

k o n fo rm it a s a n ti -k o n fo rm it a s k o n fo rm it a s a n ti -k o n fo rm it a s k o n fo rm it a s a n ti -k o n fo rm it a s indikator 1 indikator 2 indikator 3 32.75% 67.25% 39.73% 60.27% 24.13% 75.87%

Perilaku Konformitas Terhadap Kelompok Teman Sebaya

Kesediaan individu untuk menerima perlakuan kelompok.

Ada atau tidaknya kesediaan untuk mematuhi perlakuan kelompok.

dan mengikuti aturan atau norma

Aspek keyakinan ini menggambarkan kondisi individu dalam kelompok yang

menganggap semua hal dalam kelompok adalah benar sehingga memunculkan

hal yang ditentukan dalam

menunjukan remaja siswa kelas XI SMAN 24 Bandung

lebih memilih untuk bersikap anti konformitas terhadap keyakinan-keyakinan yang

ada dalam kelompoknya. Hanya sebanyak 32.75% remaja yang mau menerima

perlakuan kelompoknya, dan 39.73% saja yang bersedia mematuhi setiap

75.87%

(8)

perlakuan kelompok serta 24.13% yang bersedia mematuhi dan mengikuti aturan

atau norma kelompoknya.

d.

Gambaran Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya

Berdasarkan pada Aspe

Hasil penelitian berkenaan dengan

teman sebaya pada

di bawah ini:

Gambaran Umum

pada Aspek Ketertarikan (perasaan senang) per

Keterangan :

Indikator 1 = Perasaan senang (ketertarikan) terhadap anggota kelompok.

Indikator 2 = Perasaan senang (ketertarikan) terhadap aktivitas kelompok.

perlakuan kelompok serta 24.13% yang bersedia mematuhi dan mengikuti aturan

atau norma kelompoknya.

Gambaran Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya

Berdasarkan pada Aspek Ketertarikan (Perasaan Senang).

Hasil penelitian berkenaan dengan perilaku konformitas terhadap kelompok

teman sebaya pada aspek ketertarikan (perasaan senang) dapat dilihat pada

Grafik 4.6

Gambaran Umum Perilaku Konformitas Terhadap Kelompok Teman Sebaya

pada Aspek Ketertarikan (perasaan senang)

per-Perasaan senang (ketertarikan) terhadap anggota kelompok.

Perasaan senang (ketertarikan) terhadap aktivitas kelompok.

k o n fo rm it a s a n ti -k o n fo rm it a s k o n fo rm it a s a n ti -k o n fo rm it a s indikator 1 indikator 2 90.93% 9.07% 51.74% 48.26%

perlakuan kelompok serta 24.13% yang bersedia mematuhi dan mengikuti aturan

Gambaran Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya

perilaku konformitas terhadap kelompok

dapat dilihat pada grafik

Perilaku Konformitas Terhadap Kelompok Teman Sebaya

-indikator

Perasaan senang (ketertarikan) terhadap anggota kelompok.

Perasaan senang (ketertarikan) terhadap aktivitas kelompok.

(9)

Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada grafik 4.

terlihat bahwa sebanyak 90.93% remaja memiliki ketertarikan (perasaan senang)

terhadap anggota kelompok seba

ketertarikan terhadap aktivitas yang dilakukan dalam kelompok. Aspek

ketertarikan ini merupakan aspek teringgi perilaku konformitas terhadap kelompok

teman sebaya.

e.

Gambaran Perilaku Konformitas terhadap Kelom

Berdasarkan pada Aspek kecenderungan berinteraksi.

Hasil penelitian berkenaan dengan

teman sebaya pada

bawah ini:

Gambaran Umum

Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada grafik 4.

terlihat bahwa sebanyak 90.93% remaja memiliki ketertarikan (perasaan senang)

terhadap anggota kelompok sebayanya dan 51.74% responden juga menunjukan

ketertarikan terhadap aktivitas yang dilakukan dalam kelompok. Aspek

ketertarikan ini merupakan aspek teringgi perilaku konformitas terhadap kelompok

Gambaran Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya

Berdasarkan pada Aspek kecenderungan berinteraksi.

Hasil penelitian berkenaan dengan perilaku konformitas terhadap kelompok

teman sebaya pada aspek kecenderungan berinteraksi dapat dilihat pada

Grafik 4.7

Gambaran Umum Perilaku Konformitas Terhadap Kelompok Teman Sebaya

pada Aspek kecenderungan berinteraksi

k o n fo rm it a s a n ti -k o n fo rm it a s k o n fo rm it a s a n ti -k o n fo rm it a s k o n fo rm it a s a n ti -k o n fo rm it a s indikator 1 indikator 2 indikator 3 64.88% 35.12% 25.58% 74.42% 81.20% 10.80%

Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada grafik 4.6 diatas

terlihat bahwa sebanyak 90.93% remaja memiliki ketertarikan (perasaan senang)

yanya dan 51.74% responden juga menunjukan

ketertarikan terhadap aktivitas yang dilakukan dalam kelompok. Aspek

ketertarikan ini merupakan aspek teringgi perilaku konformitas terhadap kelompok

pok Teman Sebaya

perilaku konformitas terhadap kelompok

dapat dilihat pada grafik di

Perilaku Konformitas Terhadap Kelompok Teman Sebaya

pada Aspek kecenderungan berinteraksi

(10)

Keterangan

:

Indikator 1 = Kecenderungan untuk menghabiskan waktu untuk berinteraksi

dengan anggota kelompok.

Indikator 2 = Kecenderungan untuk menyesuaikan perilaku individu dengan

perilaku kelompok.

Indikator 3 = Ada tidaknya kecenderungan untuk bekerja sama antara anggota

kelompok.

Memperhatikan grafik diatas, perilaku konformitas ditunjukan dengan tampak

bahwa di milikinya kecenderungan yang tinggi untuk menjalin kerjasama dalam

kelompoknya yaitu sebanyak 81.20% yang berarti bahwa sebagian besar remaja

memiliki hubungan kerjasama yang erat dalam kelompoknya dan sebanyak

64.88% remaja memilih untuk menghabiskan waktu luangnya bersama.

sedangkan kecenderungan remaja untuk mengikuti perilaku kelompok memiliki

persentase yang lebih rendah dari kedua indikator lainnya yaitu sebanyak 25.58%.

2. Gambaran Umum Status Identitas Diri Remaja

Pemaparan berikut merupakan hasil pengumpulan data mengenai pertanyaan

penelitian kedua yaitu: “Seperti apakah gambaran umum status identitas diri pada

remaja kelas XI SMA Negeri 24 Bandung Tahun Ajaran 2009-2010”.

Dari hasil penyebaran instrument kepada 172 responden yaitu siswa-siswi

kelas XI SMAN 2 diperoleh gambaran umum status identitas remaja kelas XI

(11)

telah dihitung berdasarkan

diketahui bahwa sebesar 53.33 % remaja memiliki komitmen dan eksplorasi pada

tingkat kualifikasi tinggi, sementara 46.67% remaja berada pada kualifikasi

“rendah” yang artinya sebagian besar remaja ini memiliki tingkat kom

eksplorasi yang

eksplorasi pada status identitas remaja siswa kelas XI SMAN 24 Bandung tahun

ajaran 2009/2010 divisualisasikan pada

Gambaran Umum

Selanjutnya untuk

kelas XI SMAN 24 Bandung tahun ajaran 2009/2010 maka diuraikan juga

gambaran umum masing

tinggi-rendahnya dimensi komitmen dan eksplorasi pada masing

status identitas seperti yang digambarkan matriks status identitas Marcia.

telah dihitung berdasarkan kombinasi skor total komitmen dan eksplorasi,

diketahui bahwa sebesar 53.33 % remaja memiliki komitmen dan eksplorasi pada

tingkat kualifikasi tinggi, sementara 46.67% remaja berada pada kualifikasi

yang artinya sebagian besar remaja ini memiliki tingkat kom

eksplorasi yang tinggi. Secara visual gambaran umum tingkat komitmen dan

eksplorasi pada status identitas remaja siswa kelas XI SMAN 24 Bandung tahun

ajaran 2009/2010 divisualisasikan pada grafik 4.8 berikut ini.

Grafik 4.8

Gambaran Umum Tingkat Komitmen dan Eksplorasi pada Status Identitas

Remaja

Selanjutnya untuk memperjelas gambaran status identitas diri remaja siswa

kelas XI SMAN 24 Bandung tahun ajaran 2009/2010 maka diuraikan juga

gambaran umum masing-masing staus identitas berdasarkan pada perolehan skor

rendahnya dimensi komitmen dan eksplorasi pada masing

ntitas seperti yang digambarkan matriks status identitas Marcia.

Tinggi

Rendah 53.33

46.67

Komitmen dan Eksplorasi

Tinggi Rendah

kor total komitmen dan eksplorasi,

diketahui bahwa sebesar 53.33 % remaja memiliki komitmen dan eksplorasi pada

tingkat kualifikasi tinggi, sementara 46.67% remaja berada pada kualifikasi

yang artinya sebagian besar remaja ini memiliki tingkat komitmen dan

Secara visual gambaran umum tingkat komitmen dan

eksplorasi pada status identitas remaja siswa kelas XI SMAN 24 Bandung tahun

Tingkat Komitmen dan Eksplorasi pada Status Identitas

ntitas diri remaja siswa

kelas XI SMAN 24 Bandung tahun ajaran 2009/2010 maka diuraikan juga

masing staus identitas berdasarkan pada perolehan skor

rendahnya dimensi komitmen dan eksplorasi pada masing-masing karakter

ntitas seperti yang digambarkan matriks status identitas Marcia.

Tinggi

(12)

Tabel 4.1

Matriks Status Identitas

Eksplorasi

Komitmen

Tinggi

Rendah

Tinggi

Identity

Achievement

Identity

Moratorium

Rendah

Identity

Foreclosure

Identity

Diffusion

Pada penelitian ini masing-masing pernyataan pada instrument pengungkap

status identitas yang diadaptasi peneliti dari EOM EIS-2 revision (Extended

Version of the Objective Measure of Ego Identity Status) yang disusun oleh

Bennion dan Adams (1986) dalam Adams (1998) telah menunjukan karakter

masing-masing status identitas maka dimensi komitmen dan eksplorasi menjadi

kesatuan yang tidak dipisahkan.

Data hasil penelitian yang telah dihitung berdasarkan kombinasi skor total

komitmen dan eksplorasi kemudian dikelompokan kedalam empat status identitas

dengan ketentuan nilai cut- off yang diperoleh masing-masing status identitas

serta aturan pengelompokan status identitas yang telah dijabarkan pada bab

sebelumnya, maka didapat gambaran umum status identitas pada remaja Siswa XI

(13)

Tabel 4.2

Gambaran Umum Pencapaian Status Identitas

Remaja Siswa kelas XI SMAN 24 Bandung

Status Identitas

Jumlah

%

Identity Achievement

24

13.95

Identity Foreclosure

16

9.30

Identity Moratorium

120

69.77

Identity Diffusion

12

6.98

TOTAL

172

100

Memperhatikan gambaran umum yang disajikan oleh tabel 4.2 , tampak

bahwa sebagaian besar remaja siswa kelas XI SMAN 24 Bandung berada pada

status identitas moratorium yang terdiri dari pure-moratorium dan low-profile

moratorium, pada urutan terbanyak selanjutnya remaja berada pada status

identitas Achievement dengan perbedaan persentase yang cukup tinggi.

Untuk lebih jelas, maka gambaran status identitas diri remaja siswa kelas XI

SMAN 24 Bandung tahun ajaran 2009/2010 divisualisasikan pada digram berikut

(14)

Persentase

Dari diagram 4.7, sebanyak 69.77% atau 110 remaja dari 172 responden

remaja kelas XI yang digunakan dalam penelitian ini merupakan remaja yang

berada pada status identitas

identitas achievement

foreclosure, sementara sisanya atau sebanyak 12 responden dari 172 responden

berada pada status identitas

3. Kontribusi Konformitas

XI SMAN 24 Bandung T

Pemaparan berikut merupakan hasil pengumpulan data mengenai pertanyaan

penelitian ketiga yaitu: “

status identitas diri pada remaja kel

2009-2010”. Untuk menjawab pertanyaan penelitian ke tiga ini yaitu dengan

menghitung korelasi dari kedua variab

Diagram 4.1

rsentase Pencapaian Status Identitas Diri Remaja

dengan Ketentuan Nilai Cut- Off

Dari diagram 4.7, sebanyak 69.77% atau 110 remaja dari 172 responden

remaja kelas XI yang digunakan dalam penelitian ini merupakan remaja yang

berada pada status identitas moratorium. Selanjutnya 13.95 % berada pada st

achievement, kemudian sebesar 9.30 % berada pada status identitas

, sementara sisanya atau sebanyak 12 responden dari 172 responden

berada pada status identitas diffusion.

Konformitas pada Pencapaian Identitas Diri Remaja

Bandung Tahun Ajaran 2009/2010

Pemaparan berikut merupakan hasil pengumpulan data mengenai pertanyaan

penelitian ketiga yaitu: “Berapa besar kontribusi konformitas

status identitas diri pada remaja kelas XI SMA Negeri 24 Bandung

Untuk menjawab pertanyaan penelitian ke tiga ini yaitu dengan

menghitung korelasi dari kedua variabel penelitian. Dengan demikian untuk

13.95 % 9.30 % 69.77 % 6.98 % Identity Achievement Identity Foreclosure Identity Moratorium Identity Difussion

Pencapaian Status Identitas Diri Remaja Siswa

Dari diagram 4.7, sebanyak 69.77% atau 110 remaja dari 172 responden

remaja kelas XI yang digunakan dalam penelitian ini merupakan remaja yang

Selanjutnya 13.95 % berada pada status

, kemudian sebesar 9.30 % berada pada status identitas

, sementara sisanya atau sebanyak 12 responden dari 172 responden

as Diri Remaja Siswa Kelas

Pemaparan berikut merupakan hasil pengumpulan data mengenai pertanyaan

konformitas pada pencapaian

as XI SMA Negeri 24 Bandung Tahun Ajaran

Untuk menjawab pertanyaan penelitian ke tiga ini yaitu dengan

penelitian. Dengan demikian untuk

Identity Achievement Identity Foreclosure Identity Moratorium Identity Difussion

(15)

menemukan korelasi kedua variabel digunakan rumus koefisien korelasi

Spearman .

Untuk melihat kontribusi konformitas kelompok teman sebaya pada

pencapaian status identitas diri remaja, diajukan hipotesis sebagai berikut.

H

0

: r = 0, ( Tidak terdapat hubungan antara konformitas dengan pencapaian

status identitas diri remaja)

H

1

: r ≠ 0, (Terdapat hubungan antara konformitas dengan pencapaian status

identitas diri remaja)

Uji korelasi dengan rumus koefisien korelasi Spearman :

´ = 1 −

6 ∑ 

²

(

²

− 1)

Rumus 3.2 ( Sudjana, 2005:455)

dimana diketahui :

n = 172 responden

∑

 ² =

488.635

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas diperoleh nilai korelasi

yang positif antara konformitas dan pencapaian identitas diri remaja sebesar

0.424.

Uji Signifikansi

Dik

:



tingkat signifikan (α) 5%

(16)



r tabel (batas nilai kritis)= 0.306

Berdasarkan hasil perhitungan statistik tersebut diperoleh nilai r hitung yang

bernilai positif sebesar 0.424, dan berada pada tingkat hubungan yang cukup kuat

antara konformitas kelompok teman sebaya dengan pencapaian status identitas

diri remaja. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa r

hitung

≥ r

tabel

atau 0,424 ≥

0,306. Oleh karena itu H

o

ditolak. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan

antara konformitas dengan pencapaian status identitas diri remaja.

Langkah selanjutnya yaitu menguji hipotesis, dengan menggunakan uji

signifikansi dan diperoleh nilai t

hitung

sebesar 6.101

Dik

:



tingkat signifikan (α) 0,05



dk (derajat kebebasan) = jumlah data (n) - 2 = 172-2=170



nilai t

tabel

= 1.645

Jika :

t

hitung

≥ t

tabel

, atau 6.101 ≥ 1.645, maka tolak Ho artinya signifikan, dan

t

hitung

≤ t

tabel

, atau 6.101 ≤ 1.645, maka terima Ho artinya tidak signifikan

Dapat dilihat bahwa nilai

t

hitung

=

6

.

101

> t

tabel

= 1,960 nampak bahwa

derajat hubungan antara konformitas kelompok teman sebaya dengan pencapaian

status identitas diri remaja adalah signifikan.

Kesimpulannya adalah hipotesis nol yang menyatakan tidak adanya

hubungan antara konformitas dengan pencapaian status identitas diri remaja

(17)

konformitas dan pencapain identitas diri remaja kelas XI SMA Negeri 24

Bandung sebesar 0.424 adalah signifikan dengan taraf kepercayaan 95 %.

Besarnya persentase kontribusi variabel independen terhadap variabel

dependen, dapat dilihat melalui harga koefisien determinasi (KD) yang dihitung

dengan rumus:

KD = r



× 100 %

KD = (0,424)² x 100 %

KD = 17.96 %

Jadi, koefisien determinasi dari perilaku konformitas terhadap pencapain

identitas diri remaja kelas XI SMA Negeri 24 Bandung adalah sebesar 17.96 %.

Dengan kata lain konformitas memberikan kontribusi pada pencapain identitas

diri remaja kelas XI SMA Negeri 24 Bandung sebesar 17.96% dan sisanya 82.04

% ditentukan oleh faktor lain.

4. Kontibusi Konformitas pada Masing-masing Pencapain Status Identitas Diri

Remaja

Pemaparan berikut merupakan hasil pengumpulan data mengenai pertanyaan

penelitian keempat yaitu: “Berapa besar kontibusi konformitas pada

masing-masing pencapaian status identitas diri remaja kelas XI SMA Negeri 24 Bandung

(18)

yaitu dengan menghitung korelasi dari variabel konformitas dan pencapain status

identitas yang dicapai oleh remaja dalam penelitian. Dengan demikian untuk

menemukan korelasi kedua variabel digunakan rumus koefisien korelasi

Spearman.

a.

Kontribusi Konformitas pada Pencapain Identitas Achievement Remaja

Untuk melihat kontribusi konformitas kelompok teman sebaya pada 24

remaja yang berada pada pencapaian status identitas achievement, diajukan

hipotesis sebagai berikut.

H

0

: r = 0, Tidak terdapat hubungan antara konformitas dengan pencapaian

status identitas achievement remaja.

H

1

: r ≠ 0, Terdapat hubungan antara konformitas dengan pencapaian status

identitas achievement remaja.

Dari hasil penghitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus

koefisien korelasi Spearman dan uji signifikansi, ditemukan adanya korelasi

antara perilaku konformitas terhadap pencapaian identitas achievement remaja

sebesar 0.599 dan lilai t

hitung

3.506 > t

tabel

1.72. Sesuai dengan pedoman

interpretasi koefisien korelasi (Sugiono,2009:257), maka nilai korelasi tersebut

memenuhi kriteria hubungan yang cukup kuat. Artinya pengaruh konformitas

terhadap pencapaian identitas diri achievement pada remaja memiliki derajat

(19)

artinya perilaku konformitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pencapaian identitas diri achievement pada remaja dengan nilai koefisien

determinasi 35.84 %.

b.

Kontribusi Konformitas pada Pencapain Identitas Foreclosure Remaja

Untuk melihat kontribusi konformitas kelompok teman sebaya terhadap 16

remaja yang berada pada pencapaian status identitas foreclosure, diajukan

hipotesis sebagai berikut.

H

0

: r = 0, Tidak terdapat hubungan antara konformitas dengan pencapaian

status identitas foreclosure remaja.

H

1

: r ≠ 0, Terdapat hubungan antara konformitas dengan pencapaian status

identitas foreclosure remaja.

Dari hasil penghitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus

koefisien korelasi Spearman dan uji signifikansi, ditemukan nilai korelasi antara

perilaku konformitas terhadap pencapaian identitas foreclosure pada remaja

sebesar 0.389 dan nilai t

hitung

1.58 < t

tabel

1.75. Sesuai dengan pedoman

interpretasi koefisien korelasi (Sugiono,2009:257), maka nilai korelasi tersebut

memenuhi kriteria hubungan yang rendah. Artinya hampir tidak ada pengaruh

konformitas terhadap pencapaian identitas diri forelosure pada remaja, dan hasil

uji signifikansi, menunjukan nilai t tabel lebih besar dari pada t hitung, ini berarti

(20)

yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara konformitas dengan pencapaian

status identitas foreclosure diterima. Jadi kesimpulannya koefisien korelasi antara

konformitas dan pencapaian status identitas foreclosure pada remaja sebesar

0.389 adalah tidak signifikan.

c.

Kontribusi Konformitas pada Pencapain Identitas Moratorium Remaja

Untuk melihat kontribusi konformitas kelompok teman sebaya terhadap 120

remaja yang berada pada pencapaian status identitas moratorium, diajukan

hipotesis sebagai berikut.

H

0

: r = 0, Tidak terdapat hubungan antara konformitas dengan pencapaian

status identitas moratorium remaja.

H

1

: r ≠ 0, Terdapat hubungan antara konformitas dengan pencapaian status

identitas moratorium remaja.

Dari hasil penghitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus

koefisien korelasi Spearman dan uji signifikansi, ditemukan adanya korelasi

antara perilaku konformitas terhadap pencapaian identitas moratorium pada

remaja sebesar 0.85 dan lilai t

hitung

17.55 > t

tabel

1.66. Sesuai dengan pedoman

interpretasi koefisien korelasi (Sugiono,2009:257), maka nilai korelasi tersebut

(21)

terhadap pencapaian identitas diri moratorium pada remaja memiliki derajat

hubungan yang sangat kuat. Koefisien korelasi tersebut juga bernilai positif

dengan nilai t hitung lebih besar dari t tabel, artinya perilaku konformitas

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pencapaian identitas diri moratorium

pada remaja dan diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 72.30 %.

d.

Kontribusi Konformitas pada Pencapain Identitas Difussi Remaja

Untuk melihat kontribusi konformitas kelompok teman sebaya terhadap 12

remaja yang berada pada pencapaian status identitas diffusion remaja, diajukan

hipotesis sebagai berikut.

H

0

: r = 0, Tidak terdapat hubungan antara konformitas dengan pencapaian

status identitas difussi remaja.

H

1

: r ≠ 0, Terdapat hubungan antara konformitas dengan pencapaian status

identitas difussi remaja.

Dari hasil penghitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus

koefisien korelasi Spearman dan uji signifikansi, ditemukan nilai korelasi antara

perilaku konformitas terhadap pencapaian identitas difussi pada remaja sebesar

0.306 dan nilai t

hitung

1.02 < t

tabel

1.80. Sesuai dengan pedoman interpretasi

koefisien korelasi (Sugiono,2009:257), maka nilai korelasi tersebut memenuhi

kriteria hubungan yang rendah. Artinya hampir tidak ada pengaruh konformitas

terhadap pencapaian identitas diri diffusi pada remaja, dan hasil uji signifikansi,

(22)

pada daerah penolakan H

1,

maka dapat dinyatakan hipotesis nol yang

menyatakan tidak terdapat hubungan antara konformitas dengan pencapaian status

identitas difussi pada remaja diterima. Jadi kesimpulannya koefisien korelasi

antara konformitas dan pencapaian status identitas difussi pada remaja sebesar

0.306 adalah tidak signifikan, artinya koefisien tersebut tidak berlaku pada

populasi dimana sampel diambil.

B.

Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini diuraikan pembahasan secara lebih mendalam untuk

mengungkapkan hal-hal yang terkandung dalam hasil penelitian yang telah

dilakukan. Melalui pembahasan, diharapkan dapat menemukan jawaban terhadap

permasalahan yang telah dikemukakan dalam rumusan masalah penelitian.

1.

Gambaran Umum Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman

Sebaya

Hasil penelitian menunjukan adanya kecenderungan perilaku konformitas

pada remaja kelas XI SMA Negeri 24 Bandung. Diketahui bahwa sebesar 62.24 %

remaja kelas XI SMAN 24 Bandung tahun ajaran 2009/2010 berperilaku

konformitas terhadap kelompok teman sebayanya. Konformitas terjadi ketika

remaja melakukan penyesuaian dengan meniru atau mengubah keyakinan, sikap

dan tingkah lakunya agar sesuai dengan tuntutan kelompok acuannya, baik ada

(23)

tertulis dari kelompok terhadap anggotanya, namun memiliki pengaruh yang kuat

dan dapat menyebabkan munculnya perilaku tertentu pada individu anggota

kelompok. Tekanan teman sebaya merupakan ide yang umum dalam kehidupan

remaja. Hal ini dapat terlihat pada hampir setiap sisi kehidupan remaja serta

pilihan-pilihan mereka terhadap gaya berpakaian, aktivitas, dan nilai-nilai atau

norma yang diyakini dalam kehidupan sehari-harinya.

Ada dua alasan utama mengapa terjadi konformitas terhadap kelompok. Yang

pertama adalah adanya normative sosial influence, yaitu keinginan individu untuk

dapat diterima sebagai bagian dari kelompok. Alasan kedua adalah karena

kelompok merupakan acuan atau dapat memberikan informasi yang dibutuhkan

individu (informational sosial influencel). Dalam kehidupan sehari-hari kedua

alasan ini sering terjadi secara bersama-sama sehingga perilaku conform yang

dimunculkan remaja bukan semata-mata karena keinginan untuk diterima dalam

suatu kelompok saja namun juga karena keinginan untuk berperilaku benar seperti

yang dilakukan orang lain dalam kelompoknya (Myers,2002). Pada dasarnya

konformitas yang dilakukan oleh remaja dapat menjadi positif atau negatif.

Konformitas menjadi negatif ketika remaja mengikuti tekanan teman sebayanya

yang melakukan hal-hal yang melanggar norma atau aturan di masyarakat, seperti

menggunakan NAPZA, free seks, atau terlibat dalam kenakalan remaja. Sedangkan

konformitas menjadi positif ketika remaja menyesuikan dirinya terhadap hal-hal

(24)

saling mengenal kelebihan dan kekurangan dalam diri sendiri dan teman yang lain

dan dapat saling menghargai satu sama lain dan terlibat dalam hal-hal yang

bersifat sosial.

Hasil penelitian pada aspek-aspek konformitas juga menunjukan bahwa

remaja kelas XI SMA Negeri 24 Bandung menunjukan perilaku konformitas

dengan memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap kelompoknya yaitu sebesar

84.40%, kemudian memiliki pendapat terhadap kelompok yang dipercaya sesuai

dengan yang difikirkannya, memiliki pengetahuan tentang kelompok, dan juga

memiliki kecenderungan untuk saling berinteraksi sebesar 58.62%. Sedangkan

pada aspek keyakinan remaja kelas XI SMA Negeri 24 Bandung lebih memilih

untuk berperilaku anti-konformitas. Perilaku anti konformitas muncul ketika

individu menolak terhadap harapan kelompok dan kemudian dengan sengaja

menjauh dari tindakan atau kepercayaan yang dianut kelompok (Santrock, 2003 :

221 ). Aspek keyakinan menggambarkan kondisi individu dalam kelompok yang

menganggap semua hal dalam kelompok adalah benar sehingga memunculkan

perilaku-perilaku penerimaan atau kesediaan atas hal-hal yang ditentukan dalam

kelompoknya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa walaupun remaja kelas

XI SMA Negeri 24 Bandung melakukan konformitas, dimana kelompok teman

sebaya dimanfaatkan sebagai tempat yang dapat memberikan informasi yang

dibutuhkan dalam mengeksplorasi diri dan memahami peran sosialnya, tidak

(25)

mengikuti setiap aturan atau norma kelompok. Hal ini memperlihatkan bahwa

remaja telah memiliki pertimbangan dalam memutuskan hal yang baik dan tidak

baik untuk diikuti dalam kelompok sebayanya.

Berikut ini dijelaskan lebih lanjut mengenai perilaku konformitas yang

dilakukan oleh remaja kelas XI SMA negeri 24 bandung pada aspek-aspek

konformitas yang terdiri dari aspek pengetahuan, aspek pendapat, aspek

keyakinan, aspek ketertarikan (perasaan senang) dan aspek kecenderungan

berinteraksi.

a.

Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya pada Aspek

Pengetahuan.

Aspek pengetahuan yang dimaksud pada perilaku konformitas adalah sejauh

mana penyesuaian individu pada informasi yang dimilikinya tentang anggota

kelompok, aktivitas kelompok, tujuan kelompok, norma dan aturan yang ada

dalam kelompok. Hasil penelitian menunjukan bahwa remaja siswa kelas XI SMA

Negeri 24 Bandung memiliki informasi yang tinggi terutama mengenai aktivitas

kelompok yaitu sebesar 87.50%, pengetahuan tentang anggota kelompok sebesar

76.74%, kemudian pengetahuan tentang tujuan kelompok sebesar 51.16%,

sedangkan informasi tentang aturan atau norma kelompok sebesar 41.57%. Dari

hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa remaja memiliki informasi yang tinggi

mengenai anggota, tujuan dan aktivitas dalam kelompok, namun remaja memiliki

(26)

Kelompok teman sebaya merupakan bentuk kelompok yang memiliki ikatan

interaksi yang erat namun tidak terorganisir atau formal sehingga aturan atau

norma yang ada dalam kelompok merupakan aturan yang sifatnya tidak tertulis,

walaupuan pada dasarnya anggota kelompok memiliki kesadaran terhadap hal-hal

yang lazim dan tidak lazim dalam kelompoknya, namun aturan yang tidak tertulis

ini dapat menimbulkan kurangnya kejelasan informasi terhadap aturan atau norma

yang berlaku dalam kelompok. Remaja melakukan penyesuaian (conform) dengan

cara membekali dirinya dengan informasi tentang anggota kelompok, tujuan

kelompok, aktivitas kelompok dan aturan atau norma kelompok agar ia dapat

memahami kondisi kelompok dan mampu menganalisis peran yang sesuai bagi

dirinya dalam kelompok sehingga ia dapat diterima menjadi bagain dari kelompok.

Dalam lingkungan teman sebayanya remaja belajar untuk mengidentifikasi

berbagai informasi yang ada tentang setiap anggota kelompok, aktivitas kelompok,

tujuan kelompok serta aturan dan nilai-nilai yang ada sehingga ia dapat bertindak

sesuai dengan harapan sosial dan pada akhirnya ia dapat diterima dalam kelompok

sosialnya. Kenneth dodge (1983) menyatakan bahwa setiap individu melewati lima

tahap pemrosesan informasi mengenai dunia sosial mereka, yaitu : 1) menerima

isyarat sosial, 2) menginterpretasikan, 3) mencari respon,4) memilih respon yang

optimal, dan 5) menghasilkan tindakan. Lingkungan kelompok teman sebaya dapat

(27)

tanggung jawab sosial yang harus dijalaninya kelak sebagai bagian dari

masyarakat.

b.

Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya Berdasarkan pada

Aspek Pendapat.

Aspek pendapat ini menggambarkan suatu kondisi kepercayaan individu

terhadap berbagi hal yang ada dalam kelompok dan ia meyakini hal-hal tersebut

sesuai dengan apa yang ia rasakan dalam kelompoknya. Hasil penelitian

menunjukan bahwa remaja kelas XI SMA Negeri 24 Bandung berada pada

kategori berperilaku konformitas yang ditunjukan dengan memiliki pendapat yang

mendukung terhadap aktivitas kelompok, tujuan kelompok serta aturan dan norma

yang ada dalam kelompok, serta pendapat yang positif terhadap keberadaan dan

perilaku anggota kelompok.

Remaja dalam kelompok sebayanya menginginkan teman-teman yang

mempunyai minat dan nilai-nilai yang sama, yang dapat membuatnya merasa

dimengerti dan membuatnya merasa aman, dan pada teman-teman sebaya inilah

remaja dapat mempercayakan masalah-masalahnya dan membahas hal-hal yang

menurutnya tidak dapat dibicarakan dengan orang dewasa. Remaja merasa bahwa

dirinya mengerti tentang apa yang diharapkan dari teman-teman sebayanya. Inilah

(28)

sebayanya sehingga dapat memutuskan untuk menjadi bagian dari kelompok dan

memposisikan diri untuk dapat diterima dalam kelompok.

c.

Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya Berdasarkan pada

Aspek Keyakinan.

Aspek keyakinan ini menggambarkan kondisi individu dalam kelompok yang

menganggap semua hal dalam kelompok adalah benar sehingga memunculkan

perilaku-perilaku penerimaan atau kesediaan atas hal-hal yang ditentukan dalam

kelompoknya. Dari hasil penelitian terlihat bahwa sebanyak 32.75% remaja yang

mau menerima perlakuan kelompoknya, dan 39.73% saja yang bersedia mematuhi

setiap perlakuan kelompok serta 24.13% yang bersedia mematuhi dan mengikuti

aturan atau norma kelompoknya.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar remaja menunjukan

perilaku anti-konformitas pada aspek keyakinan ini. Remaja menyadari akan

adanya tekanan dan tuntutan dari kelompoknya sehingga ia harus menyesuikan

dirinya dengan aturan dan perlakuan kelompok, namun usaha penyesuaian

terhadap harapan sosial ini juga dapat menimbulkan ketidakstabilan pada remaja.

Dengan memunculkan perilaku anti konformitas terhadap keyakinan kelompok,

remaja menunjukan bahwa dirinya memiliki kemandirian untuk mengontrol

dirinya dan tidak mengikuti harapan kelompok yang tidak sesuai bagi pribadinya.

Dalam kelompok sebayanya, remaja mempelajari bahwa dunia sosial dapat

(29)

juga dapat memunculkan kontrol pribadi atas tindakan mereka dan pengaruh yang

lain (Bandura,1989,1991).

d.

Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya Berdasarkan pada

Aspek Ketertarikan (Perasaan Senang).

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 90.93% remaja memiliki

ketertarikan (perasaan senang) terhadap anggota kelompok sebayanya dan 51.74%

responden juga menunjukan ketertarikan terhadap aktivitas yang dilakukan dalam

kelompok. Aspek ketertarikan ini merupakan aspek teringgi perilaku konformitas

terhadap kelompok teman sebaya.

Dengan

tingginya

ketertarikan

terhadap

anggota

kelompok

dapat

menggambarkan bahwa remaja memang memiliki ikatan yang kuat terhadap

teman-teman dalam kelompok sebayanya. Bagi remaja, teman-teman menjadi

sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik,

music dan film yang bagus dan sebagainya (Conger 1991). Adanya perasaan

senang atau ketertarikan terhadap anggota maupun aktivitas kelompok adalah

salah satu alasan utama remaja bertahan dalam kelompoknya. Remaja mencari

teman dan tempat yang dapat membuat dirinya merasa nyaman dan dihargai.

Dalam kelompok sebaya remaja dapat menilai dan mengevaluasi dirinya melalui

teman sebaya, hal ini dianggap nyaman dan adil oleh remaja karena yang menilai

adalah orang-orang yang sebaya dengannya dan memiliki tingkat perkembangan

(30)

cenderung sama, lain halnya jika orang dewasa yang melakukannya remaja malah

akan cenderung dihakimi oleh norma dan aturan yang dibuat orang dewasa yang

tentunya dirasa tidak cocok dan akhirnya menimbulkan penentangan.

Adanya ketertarikan pada anggota kelompok mendorong remaja untuk

meyesuaikan dirinya dengan kondisi teman-teman dan aktivitas dalam

kelompoknya. Dengan menyesuaikan diri terhadap ketertarikan yang ada dalam

kelompok, remaja akan semakin merasa menjadi bagian kelompok, hal ini juga

menambah keeratan hubungan emosional remaja dengan anggota kelompok yang

lainnya. Kesamaan-kesamaan yang ada menjadikan keberadaan kelompok sebagai

tempat yang paling memfasilitasi perkembangan diri bagi remaja. Dengan

dimilikinya ketertarikan yang sama, maka tujuan kelompok pun menjadi sejalan

dengan tujuan anggota sehingga penyesuaian pun terjadi untuk tercapainya tujuan

bersama.

e.

Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya Berdasarkan pada

Aspek kecenderungan berinteraksi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa remaja kelas XI SMA Negeri 24 Bandung

memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menjalin kerjasama dalam

kelompoknya yaitu sebanyak 81.20% yang berarti bahwa sebagian besar remaja

memiliki hubungan kerjasama yang erat dalam kelompoknya dan sebanyak

(31)

kecenderungan remaja untuk mengikuti perilaku kelompok memiliki persentase

yang lebih rendah dari kedua indikator lainnya yaitu sebanyak 25.58%.

Kedekatan dan keterikatan dalam kelompok membuat remaja melakukan

penyesuaian untuk dapat bekerjasama dalam kelompok baik itu kerjasama dalam

menyelesikan masalah, mengerjakan tugas atau hal-hal lain yang dianggap sebagai

kegiatan bersama kelompok. Kedekatan ini terjalin dengan banyaknya waktu yang

remaja habiskan dalam kelompok sebayanya. Remaja menjadi lebih banyak

bersama dengan kelompok sebayanya dibandingkan dengan keluarga. Pada usia

remaja mereka lebih memilih terlibat dalam kegiatan-kegiatan teman sebaya,

seperti kegiatan ekstrakulikuler, rekreasi atau kegiatan hobi.

Pada hasil penelitian terlihat bahwa meski remaja memiliki kecenderungan

untuk saling bekerja sama yang tinggi, juga kecenderungan untuk banyak

menghabiskan waktu lebih banyak bersama teman sebaya namun remaja memilih

untuk bersikap anti-konformitas dalam mengikuti perilaku kolompok. Hal ini

menandakan bahwa meski pun teman sebaya diakui memiliki pengaruh yang kuat

terhadap pertimbangan dan keputusan remaja tentang perilakunya (conger,1991;

deaux,et al,1993; papalia & olds,2001) , namun remaja juga dapat memunculkan

kontrol

pribadi

atas

tindakan

mereka

dan

pengaruh

yang

lain

(32)

2.

Gambaran Umum Status Identitas Diri pada Remaja

Dari hasil penyebaran instrument kepada 172 responden yaitu siswa-siswi

kelas XI SMAN 2 diperoleh gambaran umum status identitas remaja kelas XI

SMA Negeri 24 Bandung Tahun Ajaran 2009-2010. Data hasil penelitian yang

telah dihitung berdasarkan kombinasi skor total komitmen dan eksplorasi,

diketahui bahwa sebesar 53.33 % remaja memiliki komitmen dan eksplorasi pada

tingkat kualifikasi “tinggi”, sementara 46.67% remaja berada pada kualifikasi

“rendah” yang artinya sebagian besar remaja ini memiliki tingkat komitmen dan

eksplorasi yang tinggi.

Pada penelitian ini masing-masing pernyataan pada instrument pengungkap

status identitas yang diadaptasi peneliti dari EOM EIS-2 revision (Extended

Version of the Objective Measure of Ego Identity Status) yang disusun oleh

Bennion dan Adams (1986) dalam Adams (1998) telah menunjukan karakter

masing-masing status identitas maka dimensi komitmen dan eksplorasi menjadi

kesatuan yang tidak dipisahkan. Data hasil penelitian yang telah dihitung

berdasarkan kombinasi skor total komitmen dan eksplorasi kemudian

dikelompokan kedalam empat status identitas dengan ketentuan nilai cut- off

sehingga diperoleh gambaran umum status identitas pada remaja Siswa XI SMAN

24 Bandung Tahun Ajaran 2009/2010 sebagai berikut : sebanyak 13.95% remaja

(33)

foreclosure, 69.77% berada pada status identitas moratorium dan 6.98 % berada

pada status identitas diffusion.

Berdasarkan hasil pengelompokan dengan ketentuan nilai cut-off, dapat

dijelskan bahwa sebagian besar remaja berada pada fase status identitas

moratorium, artinya sebagian besar remaja kelas XI berada pada kondisi eksplorasi

yang tinggi namun belum memiliki komitmen yang jelas, salah satu media

eksplorasi yang dapat memfasilitasi remaja dalam pembentukn identitas dirinya

adalah melalui interaksi dengan kelompok sebaya. Hasil penelitian ini sejalan

dengan apa yang diungkapkan Marcia, bahwa remaja muda secara umum berada

pada status identitas moratorium atau diffusion.

Dalam kelompok sebaya remaja menyerap berbagai informasi yang

dibutuhkannya dalam pencarian peran sosial, mempelajari norma-norma dan nilai

sosial sehingga pada akhirnya remaja dapat memilih dan menentukan yang sesui

dengan dirinya hingga tercapailah identitas achievement. Remaja berproses

menjadi indivudu dewasa yang mandiri dan dapat memutuskan serta

merencanakan masa depannya. Terdapat tiga aspek dari perkembangan remaja

yang penting dalam pembentukan identitas (Marcia, 1987): remaja harus

membentuk rasa percaya terhadap dukungan orang tua, mengembangkan suatu

pemikiran untuk giat menghasilkan sesuatu dan memperoleh perspektif mengenai

(34)

3.

Kontribusi Konformitas pada Pencapaian Identitas Diri Remaja

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan adanya korelasi antara

perilaku konformitas terhadap pencapaian identitas diri remaja sebesar 0.410.

sesuai dengan pedoman interpretasi koefisien korelasi (Sugiono,2009:257), maka

nilai korelasi tersebut memenuhi kriteria hubungan yang cukup kuat Artinya

pengaruh konformitas terhadap pencapaian identitas diri remaja memiliki derajat

hubungan yang cukup kuat. Koefisien korelasi tersebut juga bernilai positif,

artinya perilaku konformitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pencapaian identitas diri remaja.

Selanjutnya dengan melalui perhitungan besarnya persentase kontribusi

variabel konformitas terhadap variabel identitas diri, dengan menghitung harga

koefisien determinasi (KD) dengan mengkuadratkan kefosien korelasi dikali

seratus persen diperoleh harga koefisien determinasi sebesar 17.96 %. Dengan kata

lain kontribusi konformitas terhadap pencapain identitas diri remaja kelas XI SMA

Negeri 24 Bandung adalah sebesar 17.96% dan sisanya 82.04 % ditentukan oleh

faktor lain.

Perkembangan dari suatu pemikiran tentang identitas adalah suatu tugas

perkembangan yang membutuhkan waktu lama, rumit dan sulit bagi setiap

individu. Hal ini sejalan dengan pandangan kontemporer mengenai perkembangan

identitas yang menyatakan bahwa perkembangan identitas adalah suatu proses

(35)

transisi yang bersifat tiba-tiba seperti yang disebut krisis oleh Erikson (Baumesiter,

1991). Perkembangan identitas juga merupakan suatu proses yang luar biasa

kompleks (Marcia, 1987, 1989). Pandangan yang kompleks dari Erikson mengenai

identitas melibatkan tujuh dimensi (Bourne,1978) :

1.

Genetik. Erikson menggambarkan perkembangan identitas sebagai suatu hasil

yang mencakup pengalaman individu pada lima tahap pertama dari

perkembangan. Perkembangan identitas merefleksikan cara individu mengatasi

tahap-tahap sebelumnya seperti trust versus mistrus, autonomy versus doubt,

initiative versus guilt dan industry versus inferiority.

2.

Adaptif. Perkembangan identitas remaja dapat dilihat sebagai suatu hasil atau

prestasi yang adaptif.

3.

Struktural. Identity conifusion dalam identitas merupakan suatu kemunduran

dalam perspektif waktu, inisiatif dan kemampuan untuk mengkoordinasikan

perilaku dimasa kini dengan tujuan dimasa depan. Kemunduran semacam ini

menunjukan adanya deficit secara struktural.

4.

Dinamis. Erikson meyakini bahwa pembentukan identitas diawali ketika

manfaat dari identifikasi berakhir. Proses ini muncul dari identifikasi masa

kecil individu dengan orang dewasa yang kemudian menarik mereka ke dalam

bentuk identitas baru, yang sebaliknya, menjadi tergantung dengan peran

masyarakat bagi remaja.

(36)

6.

Timbal balik psikososial. Erikson menekankan hubungan timbal balik antara

remaja dengan dunia dan masyarakat sosialnya. Perkembangan identitas tidak

hanya merupakan representasi jiwa diri namun juga melibatkan hubungan

dengan orang lain, komunitas dan masyarakat. Konformitas merupakan salah

satu perilaku timbal balik yang dilakukan remaja dalam lingkungan sosialnya.

7.

Status eksistensial. Erikson berpendapat bahwa remaja mencari arti dalam

hidupnya sekaligus arti dari hidup secara umum.

Erikson juga mengakui adanya hubungan factor lain yang mempengaruhi

pencapaian status identitas seperti kecemasan, self-esteem, moral reasoning, dan

pola tingkah laku remaja. Terjadi atau tidak terjadinya konformitas oleh individu

dalam kelompok, namun kelompok teman sebaya dapat memenuhi kebutuhan

pribadi remaja, menghargai mereka, menyediakan informasi, menaikan harga diri

dan memberikan suatu identitas (Santrock, 2003 : 231). Kelompok teman sebaya

adalah suatu stasiun penghubung antara lepasnya ketergantungan terhadap orang

tua pada masa kanak-kanak dengan pernyataan diri sendiri, keberhasilan dan

otonomi atas diri sendiri sebagai orang dewasa.

Konformitas mungkin memang tidak memiliki kontribusi yang sangat besar

dalam pencapain identitas diri remaja karena pembentukan identitas sendiri

merupakan proses yang kompleks dan rumit serta melibatkan banyak faktor dalam

diri individu seperti yang dijelaskan oleh Erikson. Namun kelompok teman sebaya

(37)

juga menunjukan bahwa remaja tidak kehilangan identitas pribadinya dengan

melakukan konformitas, yang terlihat dari sebagian besar remaja telah berada pada

pencapaian status identitas moratorium yang menandakan remaja sedang berada

pada tahap eksplorasi yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya dan remaja

memanfaatkan teman sebaya dalam proses eksplorasi ini.

4.

Kontribusi Konformitas pada masing-masing Pencapain Status Identitas

Diri Remaja

a.

Kontribusi Konformitas pada Pencapain Identitas Achievement Pada

Remaja

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 24 remaja atau 13.95%

responden penelitian telah mencapai staus identitas achievement yang

merupakan pencapain maksimal dalam status identitas Marcia. Meskipun

dalam perkembangnnya seorang individu remaja belum mencapai pada

pencapaian staus identitas yang stabil, karena masih akan dihadapkan pada

berbagai pilihan sebelum ia berada pada fase dewasa. Sejumlah peneliti status

identitas juga mengungkapkan bahwa terdapat suatu pola yang umum diantara

individu yang telah mengembnagkan identitas positif yaitu mengikuti siklus

“MAMA”,moratorium-achievement- moratorium-achievement (Archer,1989).

Siklus ini bisa terjadi berulang-ulang sepanjang hidup seseorang (Francis,

(38)

diperkirakan dan dibutuhkan fleksibilitas dan keterampilan baru dalam

mengeksplorasi alternatif baru dan komitmen baru yang dapat memfasilitasi

kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah.

Menurut Erikson, identitas adalah konsep yang koheren tentang diri

sendiri yang terdiri dari tujuan, nilai-nilai dan keyakinan pada seseorang yang

komitmennya telah stabil. Seorang individu yang telah mencapai identitas

achievement adalah individu yang telah menentukan komitmennya dengan

terlebih dahulu melalui proses eksplorasi (masa krisis).

Bagi remaja, kelompok teman sebaya merupakan tempat yang

memfasilitasi dalam mengeksplorasi nilai-nilai, dan keyakinan yang nantinya

akan ia pegang. Teman sebaya memberikan informasi yang dibutuhkan remaja

dalam mengeksplorasi diri dan lingkungan. Dalam kelompok sebaya remaja

belajar untuk dapat mengolah informasi dan menyesuikan dirinya atau

konfrom terhadap nilai-nilai moral atau norma, aturan-aturan yang ada dalam

kelompok agar dirinya dapat menemukan dan menjalani peran sosialnya. Salah

satu alasan remaja untuk berperilaku conform adalah agar ia dapat menjadi

bagian dari kelompok, karena kelompok dapat membantunya menemukan

konsep dirinya, menaikan harga diri, dan memberikan kepercayaan diri.

Hal-hal semacam ini akan sangat bermanfaat bagi remaja saat ia memasuki

kelompok sosial yang lebih besar yaitu masyarakat. Apa yang remaja pelajari

(39)

anti-konformitas, remaja dapat menentukan komitmen dalam memutuskan untuk

menjalani sesuatu setelah sebelumnya melakukan eksplorasi terhadap diri dan

lingkungan. Sehingga saat masuk kedalam lingkungan masyarakat ia dapat

menentukan perannya untuk dapat menjadi bagian dalam masyarakat. Maka,

konformitas dan teman sebaya memiliki hubungan yang cukup erat dalam

pencapaian identitas achievement pada remaja.

b.

Kontribusi Konformitas pada Pencapain Identitas Foreclosure Pada

Remaja

Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak adanya hubungan yang

signifikan antara perilaku konformitas remaja terhadap teman sebaya dengan

pencapain identitas foreclosur. Dari hasil penelitian dengan 172 responden 16

diantaranya atau 9.3 % berada pada pencapain identitas foreclosure.Menurut

Marcia, pencapaia status identitas ini terjadi ketika remaja telah membuat suatu

komitmen tanpa mengalami krisis (eksplorasi). Hal ini terjadi ketika orang tua

menyerahkan komitmen pada remaja denagan cara yang otoritarian

(Santrock,2003:345).

Dengan kata lain pencapain status identitas foreclosure ini tidak

dipengaruhi oleh penyesuaian remaja terhadap teman sebayanya, melainkan

penyesuaian yang dilakukan terhadap orang tua. Remaja yang hidup dengan

pola asuh orang tua yang otoriter tidak memiliki kesempatan untuk

Gambar

Grafik  4.2  menunjukkan  bahwa  remaja  kelas  XI  SMA  Negeri  24  Bandung  menunjukan  perilaku  konformitas  dengan  memiliki  ketertarikan  yang  tinggi  terhadap  kelompoknya  yaitu  sebesar  84.40%,  kemudian  memiliki  pendapat  terhadap  kelompok
Tabel 4.1  Matriks Status Identitas  Eksplorasi  Komitmen  Tinggi   Rendah  Tinggi  Identity  Achievement  Identity  Moratorium  Rendah  Identity  Foreclosure  Identity  Diffusion

Referensi

Dokumen terkait

konformitas teman sebaya sebesar 0,004. Karena kurang dari tarafnya yakni 0,05 maka hipotesis ditolak. Artinya terdapat hubungan antara konformitas teman sebaya

Penelitian korelasional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas kelompok teman sebaya dengan resiliensi pada remaja awal. Subjek penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan alat ukur sikap terhadap demonstrasi dan skala konformitas terhadap kelompok teman sebaya.. Data yang diperoleh

Diterimanya hipotesa ketiga yang berbunyi ada korelasi positif antara kecerdasan emosional dan konformitas kelompok teman sebaya dengan konsep diri remaja menunjukkan bahwa

Berdasarkan data yang dikumpulkan mengenai konformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan dilihat dari

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Partisipan berdasarkan Tingkat Sikap terhadap Perilaku Seksual dan Tingkat Konformitas terhadap Teman Sebaya ……….. Tabel 4.12 Hubungan

Penelitian yang dilakukan dalam kaitannya dengan konformitas teman sebaya terhadap perilaku delinkuen pada remaja di LAPAS anak Kutoarjo juga.. belum pernah dilakukan

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL PADA MAHASISWA SKRIPSI Diajukan Kepada Program Studi Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi