• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFORMITAS PESERTA DIDIK PADA PERILAKU SOSIAL TEMAN SEBAYA DI MTsN TALAOK BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONFORMITAS PESERTA DIDIK PADA PERILAKU SOSIAL TEMAN SEBAYA DI MTsN TALAOK BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KONFORMITAS PESERTA DIDIK PADA PERILAKU SOSIAL

TEMAN SEBAYA DI MTsN TALAOK BAYANG

KABUPATEN PESISIR SELATAN

Oleh: Frinka Efriandi * Dra. Suheni, M.Pd ** Suryadi, M.Pd *** * Student ** Lecturers

Student Guidence and Counseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

The study was backed by the conformity by learners on the social behavior of peers. The purpose of this study was to describe the: 1) Conformity learners on the social behavior of peers seen from conformity blindly, 2) Conformity learners on the social behavior of peers seen from 3) identification of conformity Conformity learners on the social behavior of peers seen from conformity internalization.

This research is quantitative descriptive research that seeks to describe about a situation for what it is. The population of this research is the entire learners class VIII MTsN Talaok amounted to 207 people. Sampling techniques using simple random sampling. The number of samples in the study 136 people. The instruments that are used now. Data analysis technique used percentage.

The results of these studies revealed in general conformity learners on the social behavior of peers in MTsN Talaok the shadow of the South Pesisir Regency is located on the category a lot. Judging from the respective variables: 1) Conformity learners on the social behavior of peers seen from conformity blindly are overwhelmingly on the category, 2) Conformity learners on the social behavior of peers viewed from the identification of conformity is on the category pretty much, 3) Conformity learners on the social behavior of peers as seen from the internalization of conformity is on the category quite a lot. Based on the findings of this study researchers recommended to the learners to not easy berkonformitas with peers.

Keyword : Conformity Learners on the Social Behavior of Peers. PENDAHULUAN

Seiring berjalannya waktu kemajuan zaman semakin berkembang dan maju. Perkembanggan teknologi semakin lama semakin berkembang, sehingga menimbulkan berbagai permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang mengakibatkan perubahan sosial dan konformitas peserta didik.

Setiap manusia dilahirkan dengan ketidakberdayaan dan ketidaktahuan sejalan dengan perkembagan usia, manusia mulai belajar untuk mengenali lingkungannya dan untuk memperoleh ilmu pengetahuan serta keterampilan. Semua ini diperoleh melalui dunia pendidikan, artinya pendidikan memiliki

peranan yang sangat penting untuk

mempersiapkan generasi muda yang bermutu

dan berkualitas tinggi yang menjadi penerus bangsa ini.

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi yang dimiliki peserta didik menjadi potensi-potensi

yang mencerminkan kemampuan dan

kecakapan individu dalam melakukan suatu tugas atau suatu pekerjaan peserta didik memilih sebagai salah satu lembaga untuk mendapatkan suatu pendidikan, dan sekolah juga merupakan salah satu lembaga yang berkewajiban mencerdaskan bangsa seperti yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa: “Pendidikan

nasional bertujuan mengembangkan

kemampuan dalam membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

(3)

rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk perkembangan peserta didik agar menjadi manusia bertaqwa, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Tujuan tersebut merupakan harapan semua pihak yang terkait dalam bidang

pendidikan, seperti guru, orang tua,

masyarakat, peserta didik itu sendiri dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Sekolah merupakan salah satu lembaga formal untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi peserta didik. Pendidikan yang didapat oleh peserta didik di sekolah bisa berupa pengetahuan, sikap atau kepribadian dan keterampilan. Pendidikan yang dilaksanakan oleh sekolah sangat bermanfaat bagi peserta didik, dan bisa membawa perubahan bagi peserta didik. Baik perubahan kepribadian,

perilaku, pengetahuan, sikap, maupun

keterampilan.

Peristiwa pendidikan terjadi dalam hubungan sosial antara pendidikan dan peserta didik berkenaan dengan hubungan sosial ini, para ahli dalam bidang psikologi sosial menampilkan berbagai pokok kajian tentang pengaruh sosial, salah satu diantaranya ialah

konformitas. Konformitas merupakan

pengaruh sosial dalam bentuk persamaan pendapat atau pola bertingkah laku seseorang terhadap orang lain yang mempengaruhinya. Dalam hubungan pendidikan, konformitas terjadi pada peserta didik sebagai hasil pengaruh dari pendidik.

Menurut Prayitno (2008:72) ahli

psikologi sosial mengemukakan “Pada

dasarnya ada tiga tingkat konformitas, yaitu

konformitas membabi buta, konformitas

identifikasi dan konformitas internalisasi. Masing-masing tipe konformitas itu memiliki sifat perwujudan dan menampilkan peran yang berbeda oleh pihak-pihak yang terkait di dalamnya”.

Konformitas yang pertama bersifat vulgar, tradisional dan primitif. Konformitas ini diwarnai oleh sikap masa bodoh, dalam arti meniru atau mengikuti apa yang menjadi kemauan orang lain tanpa pemahaman ataupun penghayatan, tanpa pertimbangan, pemikiran dan perasaan, apalagi keyakinan tentang kebenaran ataupun kesedihan dari sesuatu yang diikutinya itu. Konformitas yang kedua lebih maju dari pada konformitas yang pertama. Konformitas jenis kedua ini terbebas dari rasa takut ancaman sanksi sebagaimana

menjadi ciri konformitas yang pertama. Konformitas identifikasi tidak didasarkan atas

adanya kekuatan atau kekuasaan yang

memaksa untuk adanya persetujuan atau penerimaan dari orang-orang yang terkena pengaruh. Konformitas yang ketiga berbeda dari dua tipe terdahulu, pertimbangan rasional menyertai konformitas internalisasi. Sebelum

seseorang mengambil posisi tertentu,

konformitas atau non konformitas, sebenarnya ia memiliki kebebasan sepenuhnya untuk mempertimbangkan segenap aspek yang menjadi materi yang dapat mengarahkannya ke posisi konformitas atau non- konformitas itu.

Menurut Goldstein, Cialdini (Sears,

Peplau dan Taylor, 2009:253) “Conformity

(konformitas) adalah Tendensi untuk

mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain. Satu sisi, peserta didik tahu bahwa terkadang seseorang harus menyesuaikan diri agar bisa akrab. Mengikuti norma kelompok sering menjadi syarat agar peserta didik bisa diterima dan agar tercipta kerukunan”.

Menurut Santrock (2007:60)

“Konformitas (conformity) terjadi apabila

peserta didik mengadopsi sikap atau perilaku orang lain karena merasa didesak oleh orang lain”. Desakan untuk konform pada teman-teman sebaya cenderung sangat kuat terhadap peserta didik. Menurut King (2010:203)

“Konformitas (conformity) adalah perubahan

dalam perilaku seseorang untuk

menyelaraskan lebih dekat dengan standar kelompok”. Konformitas memiliki banyak bentuk dan mempengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang.

Menurut Myers (2012:252)

“Konformitas merupakan tidak hanya sekedar bertindak sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh orang lain, tetapi juga berarti

dipengaruhi oleh bagaimana mereka

bertindak”. Konformitas adalah bertindak atau berfikir secara berbeda dari tindakan dan

pikiran yang dilakukan jika sendiri.

Konformitas (conformity) adalah perubahan

perilaku atau kepercayaan agar selaras dengan orang lain.

Menurut Monks dan Knoers

(2006:283) “Konformitas kelompok sebaya ada hubungannya dengan kontrol ekternal. Peserta didik yang kontrol eksternalnya lebih tinggi akan lebih peka terhadap pengaruh kelompok”. Lefcourt (Monks dan Knoers,

(4)

2006:283) “mengemukakan bahwa “Orang-orang dari kelas sosial yang lebih rendah mempunyai skor yang lebih tinggi pada kontrol eksternalnya”. Hubungan dengan peserta didik dan kelompoknya dikatakan bahwa peserta didik yang berasal dari kelas

sosial yang lebih rendah mempunyai

kecenderungan yang lebih banyak untuk melakukan konformitas dengan kelompoknya. Kelompok tersebut dirasa menguntungkan maka peserta didik akan berbuat sesuai

dengan tuntutan (pemimpin-pemimpin)

kelompoknya, misalnya tuntutannya

bertentangan dengan norma-norma yang baik.

Konformitas kelompok ada

hubungannya dengan perilaku sosial peserta didik, peserta didik berperilaku sesuai dengan tuntutan dari kelompok demi mendapatkan rasa aman dari anggota kelompok. Persepsi diri peserta didik dipengaruhi oleh perilaku orang lain terhadap diri mereka, peserta didik yang membuat kesalahan atau berperilaku buruk akan selalu menangkap perhatian orang lain lebih cepat dibandingkan peserta didik yang memberikan respon yang tepat.

Menurut Sukmadinata (2011:40)

“Pengertian perilaku sering dibatasi kepada yang dapat dilihat dari luar, yang berkenaan dengan kegiatan jasmaniah, atau psikomotor”. Perilaku atau kegiatan individu seringkali dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu kegiatan kognitif, afektif dan psikomotor.

Kegiatan kognitif berkenaan dengan

penggunaan pikiran atau rasio di dalam mengenal, memahami atau memecahkan

masalah-masalah yang dihadapi dalam

kehidupannya. Kegiatan afektif berkenaan dengan penghayatan perasaan, sikap, moral dan nilai-nilai, sedangkan kegiatan psikomotor

menyangkut aktivitas-aktivitas yang

mengandung gerakan-gerakan motorik.

Kegiatan atau perilaku psikomotor dapat nampak keluar, sedangkan pada kegiatan kognitif dan afektif hanya sebagian kecil saja yang dapat nampak keluar.

Menurut Notoatmodjo (2010:8)

“Perilaku dilihat dalam konteknya. Perilaku manusia bukan sekedar respons dan stimulus, tetapi produk dari berbagai gaya psikologis yang disebut ruang hayat (life space). Perilaku

merupakan hasil interaksi antara “person”

(diri orang) dengan environment

(lingkungan)”.

Perilaku peserta didik berasal dari dorongan yang ada dalam diri peserta didik,

sedangkan dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri peserta didik. Kehidupan sehari-hari peserta didik berperilaku dalam segala aktivitas, banyak hal yang mengharuskan peserta didik berperilaku.

Menurut Prayitno (2006:94)

“Kelompok teman sebaya memungkinkan peserta didik belajar keterampilan sosial, mengembangkan minat yang sama, dan saling membantu dalam mengatasi kesulitan untuk mencapai kemandirian”. Teman sebaya dijadikan tempat memperoleh sokongan dan penguatan dalam rangka melepaskan diri dari

ketergantungan terhadap orang tua.

Pentingnya peranan teman sebaya bagi perkembangan sosial peserta didik, maka apabila terjadi penolakan dari kelompok teman sebaya dapat menghambat kemandirian dalam hubungan sosial, penolakan sosial dapat menghancurkan kehidupan peserta didik yang sedang mencari identitas diri.

Menurut Danim (2013:139)

“Kolompok teman sebaya berpengaruh penting bagi sejarah hidup peserta didik”. Sering muncul kontroversi tentang mana yang

paling dominan bagi perkembangan

kepribadian, apakah pengaruh kelompok sebaya atau pengaruh orang tua. Peserta didik dalam situasi ini tidak diskriminatif mengenai jenis kelompok mana mereka bergabung.

Mereka sering akan berubah menjadi

kelompok lain hanya kerena kelompok itu menerima mereka, bahkan kelompok itu terlibat dalam kegiatan ilegal atau negatif sekalipun.

Menurut Rintyastini dan Charlotte

(2006:28) “Teman sebaya (peer) adalah

peserta didik dengan tingkat kedewasaan yang relatif sama”. Peserta didik dengan tingkat usia dan kedewasaan yang relatif sama

biasanya cenderung berkelompok dan

membentuk kelompok teman sebaya (peer

group). Munurut Santrock (Rintyastini dan

Charlotte, 2006:28) “Peer group adalah

sekumpulan peserta didik yang punya

hubungan erat dan saling tergantung”. Kesamaan yang ada pada kelompok teman sebaya ini tidak hanya dari usia atau tingkat kedewasaan saja, tetapi bisa juga dari segi latar belakang sosial, ekonomi, aktivitas, minat dan sebagainya. Interaksi teman sebaya lebih banyak muncul pada peserta didik yang berjenis kelamin sama dari pada yang berbeda jenis kelamin.

(5)

Menurut Santrock (2003:232) “Teman sebaya adalah peserta didik yang tingkat kematangan dan umurnya kurang lebih sama”. Teman sebaya menyediakan sarana untuk perbandingan secara sosial dan sumber informasi tentang dunia di luar keluarga. Hubungan teman sebaya yang baik mungkin diperlukan untuk perkembangan sosial yang normal pada peserta didik.

Menurut Benimof (Al-Mighwar,

2006:123) “Kelompok teman sebaya

merupakan dunia nyata peserta didik yang menyiapkan panggung tempat dia menguji diri sendiri dan orang lain”. Kelompok teman sebaya ia merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya, disinilah ia dinilai oleh orang lain sejajar dengan dirinya dan yang tidak

dapat memaksakan sanksi-sanksi dunia

dewasa yang justru ingin dihindari. Kelompok sebaya memberikan sebuah dunia tempat peserta didik dapat melakukan sosialisasi dalam suasana dimana nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai-nilai yang ditetapkan oleh

orang dewasa melainkan oleh teman

seusianya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa konformitas peserta didik terhadap perilaku sosial teman sebaya dapat mempengaruhi tingkah laku dan sikap peserta didik dalam belajar baik dari stimulus atau rangsangan yang di berikan oleh teman-teman sebaya.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran:

1. Konformitas peserta didik pada peilaku

sosial teman sebaya dilihat dari

konformitas membabi buta.

2. Konformitas peserta didik pada perilaku

sosial teman sebaya dilihat dari

konformitas identifikasi.

3. Konformitas peserta didik pada perilaku

sosial teman sebaya dilihat dari

konformitas internalisasi.

Hasil observasi yang di lakukan pada tanggal 06 Februari 2016 di MTsN Talaok Bayang ternyata ada peserta didik yang terpengaruh oleh teman-temannya untuk tidak belajar saat proses pembelajaran berlangsung, peserta didik menuruti keinginan kelompok untuk keluar kelas dalam proses pembelajaran berlangsung, masih ada peserta didik yang mengikuti keinginan dari teman sebaya, peserta didik yang rajin akan dicemooh oleh teman-teman sebayanya, peserta didik akan

dipanggil anak yang sok rajin, sok pintar, dan kutu buku, peserta didik harus mengikuti apa

keinginan teman sebayanya demi

mendapatkan rasa aman dan tidak dijahui oleh anggota kelompok.

Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara dengan 6 orang peserta didik pada tanggal 11 Februari 2016 di MTsN Talaok Bayang disini peneliti dapat memperoleh keterangan bahwa peserta didik memang mempunyai keingin yang kurang untuk belajar, peserta didik keluar masuk kelas saat proses pembelajaran berlangsung, peserta didik bosan dengan cara gurunya mengajar, peserta didik mengantuk dalam belajar karena suara gurunya pelan, peserta didik suka mengganggu teman-teman yang lain dalam belajar agar peserta didik yang lain sama-sama tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar.

Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara dengan 3 guru mata pelajaran yang mengajar di MTsN Talaok Bayang ini. Hasil wawancara yang di dapatkan dari guru mata pelajaran di sekolah ini yaitu, peserta didik ada yang main-main dalam belajar, peserta didik sering keluar masuk saat proses pembelajaran berlangsung, peserta didik suka mengganggu teman-teman yang lain saat belajar dan ribut di lokal, peserta didik sulit di atur untuk mendengarkan guru yang sedang menjelaskan pelajaran.

Berdasarkan latar belakang

permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah ini dengan

judul “Konformitas Peserta Didik pada

Perilaku Sosial Teman Sebaya di Sekolah MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan ”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif

kuantitatif, yaitu jenis penelitian yang

menggambarkan suatu keadaan atau situasi tertentu sebagaimana adanya secara sistematis, aktual, akurat dan ditentukan hubungan antara

variabel yang diteliti. Menurut Yusuf

(2005:83) “Penelitian deskriptif adalah salah

satu penelitian yang bertujuan

mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi

tertentu”. Selanjutnya menurut Lufri

(2007:56) “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala,

(6)

fakta, peristiwa atau kejadian yang sedang atau sudah terjadi”.

Penelitian ini dilaksanakan pada

tanggal 15-18 Juni 2016 di MTsN Talaok Bayang Kebupaten Pesisir Selatan, dengan judul “Konformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang”.

Peneliti mengambil sasaran yang akan diteliti yaitu peserta didik kelas VIII di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Populasi dari penelitian ini sebanyak 207 orang dan sampel penelitian yaitu sebanyak 136 orang dengan semua populasi dijadikan sampel. Untuk pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik simpel

random sampling.

Jenis data yang digunakan ialah jenis data interval. Riduwan (2012:9) “Data interval adalah data yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama.” Jadi, data yang diintervalkan dalam penelitian ini adalah konformitas peserta didik terhadap perilaku sosial teman sebaya di sekolah MTsN Talaok Bayang.

Alat pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian adalah angket. Menurut Riduwan (2010:71) “Angket adalah daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons

(responden) sesuai dengan permintaan

pengguna”. Menurut Yusuf (2005:525) sedangkan “Angket adalah suatu rangkain pernyataan yang berhubungan dengan topik tertentu diberikan kepada kelompok individu dengan maksud untuk memperoleh data”.

Analisis data dilakukan setelah data

terkumpul melalui angket. Data yang

terkumpul melalui angket dideskripsikan melalui pengolahan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Memeriksa kelengkapan isi instrumen

(angket) yang telah diterima dari sampel penelitian.

2. Membuat tabel pengolahan data

berdasarkan item pernyataan angket penelitian yang telah dijawab responden.

3. Mencari dan menghitung jumlah skor

serta memasukkan data ke tabel

pengolahan.

4. Perumusan kriterium sturgess

5. Menghitung persentase masing-masing

frekuensi yang diperoleh, dengan

menggunakan teknik analisis persentase

yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013: 43) sebagai berikut. p = x 100% Keterangan: P = Tingkat persentase f = Frekuensi N = jumlah sampel 100 = Bilangan tetap HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa konformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan dapat diungkapkan sebagai berikut.

1. Konformitas Peserta Didik pada Perilaku Sosial Teman Sebaya di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan Dilihat dari Konformitas Membabi Buta.

Berdasarkan data yang dikumpulkan mengenai konformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan dilihat dari konformitas membabi buta dapat diketahui bahwa koformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang tergolong ke dalam kategori sangat banyak. a. Rasa Takut

Dari hasil pengolahan data tentang konformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang dilihat dari konformitas membabi buta rasa takut di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan terdapat 97 dari 136 peserta didik (71,32/%) yang termasuk kategori sangat banyak, terdapat 30 dari 136 peserta didik (22,06%) pada kategori banyak, terdapat 9 dari 136 peserta didik (6,62%) pada kategori cukup banyak, sedangkan kurang banyak, dan sangat kurang banyak tidak ada. Jadi dapat diketahui bahwa konformitas peserta didik terhadap perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang dilihat dari konformitas membabi buta yaitu rasa takut di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan berada pada kategori sangat banyak. Hal ini terjadi karena peserta didik sangat banyak melakukan konformitas membabi buta di kerenakan rasa takut terhadap kelompok teman sebaya jika tidak mengikuti keinginan dari kelompok.

Berdasarkan pendapat di atas maka sesuai dengan pendapat Prayitno (2008:107) menyatakan “Konformitas ini diwarnai oleh

(7)

sikap masa bodoh, dalam arti mandiri atau mengikuti apa yang menjadi kemauan orang lain tanpa pemahaman ataupun penghayatan, tanpa pertimbangan, pemikiran atau perasaan, apalagi keyakinan tentang kebenaran ataupun kesedihan dari sesuatu yang diikutinya itu. Konformitas tingkat pertama ini biasanya

disertai rasa takut atas sanksi yang

diancamkan terhadap mereka yang tidak mau berkonformitas”.

Maksud dari pendapat di atas yaitu konformitas membabi buta yang disertai rasa takut karena peserta didik takut untuk menolak permintaan dari anggota kelompok maka dari situlah peserta didik melakukan konformitas dengan teman sebayanya yang berada pada ketegori sangat banyak.

b. Mengharapkan Imbalan

Berdasarkan hasil pengolahan data tentang konformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya di MTsN dilihat dari konformitas membabi buta mengharapkan imbalan di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan dapat diketahui terdapat 57 dari 136 peserta didik (41,91%) yang tergolong kategori cukup banyak, terdapat 34 dari 136 peserta didik (25,00%) pada kategori banyak, terdapat 24 dari 136 peserta didik (17,65%) pada kategori sangat banyak, terdapat 21 dari 136 peserta didik (15,44%) pada kategori kurang banyak dan sangat kurang banyak tidak ada. Dapat diketahui bahwa konformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang dilihat dari konformitas membabi buta yaitu mengharapkan imbalan di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Hal ini terjadi karena peserta didik mengharapkam imbalam di dalam pertemanan.

Berdasarkan keterangan di atas maka sesuai dengan pendapat Prayitno (2008:107) menyatakan “Mereka yang berkonformitas primitif ini banyak di antaranya yang mengharapkan imbalan atas kepatuhannya itu. Rasa takut dan harapan akan imbalan merupakan dua sisi yang sepertinya berjahuan tetapi serbenarnya saling bersangkutan dalam konformitas tradisional”.

Maksud dari pendapat di atas yaitu peserta didik mengharapkan imbalam atas kepatuhan dari suatu pertemanan agar diterima dengan baik di dalam kelompoknya.

2. Konformitas Peserta Didik pada Perilaku Sosial Teman Sebaya di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan Dilihat dari Konformitas Identifikasi.

Berdasarkan data yang dikumpukan mengenai konformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan dilihat dari

konformitas identifikasi dapat diketahui

bahwa konformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya dilihat dari konformitas

identifikasi di MTsN Talaok Bayang

Kabupaten Pesisir Selatan tergolong ke dalam kategori cukup banyak.

a. Kekuasaan

Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui konformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan dilihat dari kekuasaan, terdapat 55 dari 136 peserta didik (40,44%) tergolong kategori sangat banyak, terdapat 50 dari 136 peserta didik (36,76%) pada kategori banyak, terdapat 31 dari 136 peserta didik ( 22,79%) pada kategori cukup banyak, sedangkan kurang banyak dan sangat kurang banyak tidak ada.

Hal ini diketahui bahwa konformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan dilihat dari kekuasaan berada pada kategori sangat banyak. Hal ini terjadi karena peserta didik mempunyai kekuasaan terhadap teman-temannya untuk mengikuti semua kehendak dari anggota kelompok.

Menurut Prayitno (2008:107) “Adanya kekuatan atau kekuasaan yang memaksa untuk adanya persetujuan atau penerimaan dari

orang-orang yang terkena pengaruh.

Kekuasaan itu terpancar dari seseorang pemimpin atau ketua kelompok”.

Maksud dari pendapat di atas yaitu kekuasaan berada pada kategori sangat banyak, teman sebaya mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi peserta didik yang lain untuk tidak belajar di saat jam pelajaran berlangsung yang berada pada kategori sangat banyak.

b. Memaksa

Berdasarkan hasil analisis dapat

diketahui konformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan dilihat dari memaksa terdapat 104 dari 136 peserta didik (76,47%) pada kategori sangat banyak,

(8)

terdapat 22 dari 136 peserta didik (16,18%) pada kategori banyak, terdapat 10 dari 136 peserta didik (7,35%) pada kategori cukup banyak, sedangkan kurang banyak dan sangat kurang banyak tidak ada.

Hal ini dimaksud bahwa konformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan dilihat dari memaksa berada pada kategori sangat banyak. Hal ini terjadi karena peserta didik dipaksa untuk mengikuti semua keinginan kelompok.

Berdasarkan data di atas maka sesuai

dengan pendapat Prayitno (2008:107)

“Kekuasaan yang menekankan atau memaksa, dilandasi oleh sikap mempercayai, mengakui, menerima secara sukarela tanpa sedikitpun rasa takut, terancam akan dikenai sanksi atau sikap non-konformitas, dan tanpa harapan akan adanya imbalan atas posisi konformitas”. Maksud dari pendapat di atas yaitu dari segi memaksa berada pada kategori sangat banyak, peserta didik dipaksa untuk mengikuti semua keinginan kelompok. maka peserta didik berada pada kategori sangat banyak. 3. Konformitas Peserta Didik pada

Perilaku Sosial Teman Sebaya di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan Dilihat dari Konformitas Interalisasi.

Berdasarkan data yang dikumpukan mengenai koformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan dilihat dari konformitas internalisasi dapat diketahui bahwa konformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya dilihat dari konformitas

internalisasi di MTsN Talaok Bayang

Kabupaten Pesisir Selatan tergolong ke dalam kategori cukup banyak banyak.

a. Konformitas Sepenuhnya

Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui koformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan dilihat dari konformitas sepenuhnya, terdapat 98 dari 136 peserta didik (72,06%) tergolong kategori sangat banyak, terdapat 20 dari 136 peserta didik (14,71%) pada kategori banyak, terdapat 18 dari 136 peserta didik ( 13,24%) pada kategori cukup banyak, sedangkan kurang banyak dan sangat kurang banyak tidaka ada.

Hal ini dapat diketahui bahwa

konformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang

Kabupaten Pesisir Selatan dilihat dari

konformitas sepenuhnya berada pada kategori sangat banyak. Hal ini terjadi karena peserta didik sangat banyak melakukan konformitas sepenuhnya pada perilaku teman sebaya di sekolah.

Menurut Prayitno (2008:107)

“Seseorang mengambil posisi tertentu,

sebenarnya ia memiliki kebebasan sepenuhnya untuk mempertimbangkan segenap aspek yang menjadi meteri yang dapat mengarahkannya

keposisi konformitas itu”. Ia dapat

menggunakan rasionya, wawasan,

pengetahuan ilmunya, pengalamannya, bahkan perasaannya dalam mengkaji aspek-aspek yang dimaksudkan itu.

Maksud dari pendapat di atas yaitu konformitas sepenuhnya berada pada kategori sangat banyak, disini peserta didik melakukan

semua kehendak dari kelompok tanpa

mempertimbangkan, memikirkan semua

ajakan dari teman sebayanya, meskipun mereka mengetahui kalau itu salah.

b. Non-konformitas

Berdasarkan hasil analisis dapat

diketahui konformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan dilihat dari non-konformitas terdapat 107 dari 136 peserta didik (78,68%) pada kategori sangat banyak, terdapat 23 dari 136 peserta didik (16,91%) pada kategori banyak, terdapat 6 dari 136 peserta didik (4,41%) pada kategori cukup banyak, sedangkan kurang banyak dan sangat kurang banyak tidak ada.

Hal ini dapat diketahui bahwa

konformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan dilihat dari non-konformitas berada pada kategori sangat banyak. Hal ini terjadi karena peserta didik melakukan non-konformitas dengan teman sebayanya.

Berdasarkan data di atas maka sesuai

dengan pendapat Prayitno (2008:107)

“Konformitas yang digunakannya kekuatan-kekuatan manusiawi, yaitu pikiran, perasaan pengalaman hati nurani dan semangat, untuk menentukan pilihan-pilihan dalam bersikap dan bertingkah laku, juga dalam berfikir dan berpendapat”. Keputusan sepenuhnya terletak ditangan mereka yang berhak mendudukan diri pada posisi tertentu. Orang-orang yang

bersangkutan benar-benar memahami,

(9)

rasional dan kedalaman pengalaman) tingkat kebenaran atas hal-hal yang berasal dari orang lain yang berkemungkinan mempengaruhinya. Maksud dari pendapat di atas yaitu dari segi non-konformitas disini peserta didik sangat banyak yang non-konformitas yang ada sebagian dari peserta didik tersebut tidak mau mengikuti keinginan kelompok ke hal yang negatif.

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

a. Konformitas peserta didik pada

perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang Kabupaten

Pesisir Selatan dilihat dari

konformitas membabi buta berada pada kategori sangat banyak.

b. Konformitas peserta didik pada

perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang Kabupaten

Pesisir Selatan dilihat dari

konformitas membabi buta

mengharapkan imbalan berada pada kategori cukup banyak.Konformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan dilihat dari konformitas identifikasi berada pada kategori cukup banyak.

c. Konformitas peserta didik pada

perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang Kabupaten

Pesisir Selatan dilihat dari

konformitas internalisasi berada pada kategori cukup banyak.

2. Saran

a. Peserta didik, dapat mengurangi

tentang konformitas membabi buta, konformitas identifikasi dan dapat

meningkatkan konformitas

internalisasi.

b. Guru BK, guru BK dapat

menciptakan kondisi yang kondusif untuk mengembangkan konformitas internalisasi dan mencegah terjadinya konformitas membabi buta

c. Guru mata pelajaran, guru mata

pelajaran lebih memahami

bagaimana konformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya di dalam belajar.

d. Pengelola Program Studi Bimbingan

dan Konseling, hendaknya mampu menghasilkan calon pendidik yang

memiliki konformitas internalisasi yang tinggi dan menguasai berbagai

ilmu yang berkenaan dengan

konformitas peserta didik pada

perilaku sosial teman sebaya.

e. Peneliti Selanjutnya,

direkomendasikan kepada peneliti

selanjutnya bagaimana upaya

selanjutnya untuk menimalisir

konformitas peserta didik pada

perilaku sosial teman sebaya. KEPUSTAKAAN

Al-Mighwar, Muhammad. 2006. Psikologi

Remaja. Bandung: Pustaka setia.

Danim, Sudarwan. 2013. Perkembangan

Peserta Didik. Bandung: ALFABETA.

Lufri. 2007. Kiat Memahami dan

Melakukan Penelitian. Padang: UNP Press.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Monks dan Knoers. 2006. Psikologi

Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Myers, David G. 2012. Psikologi Sosial.

Jakarta: Salamba Humanika.

Prayitno, Elida. 2006. Psikologi

Perkembangan Remaja. Padang: Angkasa Raya.

Riduwan. 2012. Skala Pengukuran

Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian.

Bandung: Alfabeta.

Rintyastini, Yulita dan S Charlotte, Suzy

Yulia. 2006. Bimbingan dan

Konseling SMP. Jakarta: Erlangga. Santrock, John W. 2007. Remaja. Jakarta:

(10)

Sukmadinata, Syaodih Nana. 2011. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Undang-Undang Dasar No. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pandidikan Nasional.

Yusuf, A Muri. 2005. Metodologi Penelitian Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah. Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model debat (debate) terhadap kemampuan menulis paragraf argumentasi

Berdasarkan masalah yang dialami oleh warga masyarakat, maka usaha yang dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan memberikan kegiatan sosialisasi yang

Untuk mengetahui alat dapat berfungsi dengan benar dan valid, dilakukan pengujian alat menggunakan berberapa gelas dengan ukuran yang berbeda sebagai variabelnya dengan

Berdasarkan tabel diatas Selasar Sunaryo memiliki Isu teknis yang cukup baik namun peran elemen interior ini kurang dimainkan dari pandangan wayfinding signage, elemen interior 4

♣ Berdasarkan struktur PDRB menurut Lapangan Usaha, pada triwulan I tahun 2007, tiga sektor utama yaitu sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sektor perdagangan, hotel,

1) PTP melakukan seleksi terhadap penerima rekomendasi Bidik Misi yang merupakan lulusan seleksi nasional (SPMB PTAIN) sesuai persyaratan dan kriteria yang ditetapkan

• Sebagai desain awal – Analisa kehandalan menjadi dasar untuk desain awal dari sistem yang dibangun dengan memperkecil celah antara analisa dan desain seperti yang

Jadi, yang dimaksud dengan melakukan query TRIGGER pada contoh di atas adalah untuk melakukan sebuah output bahwa ada data yang sudah dirubah dimana nama data yang lama tersebut