• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007 p:59-62). Proses penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu. Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung turut memperkaya hidup kita.

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan diperoleh melalui kenyataan (fakta) dengan melihat dan mendengar sendiri, serta melalui alat-alat komunikasi seperti membaca surat kabar, mendengarkan radio, melihat film atau televisi (Soekanto,2000).

b. Pentingnya Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior ). Dari pengalaman penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh

(2)

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo ,2007).

Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subyek mulai timbul.

3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5) Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku

(3)

tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.

c. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2003, membagi 6 tingkat pengetahuan. Ada 6 tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu 1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang, tabu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

(4)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real), aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan bagi kasus-kasus yang ada.

4) Analisis (Analysys)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan) membedakan, mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya. 5) Sintesa (Syntesis)

Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun informasi baru misalnya dapat menyusun, menggunakan, meringkaskan dan menyesuaikan suatu teori dan rumusan yang ada.

(5)

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan krteria yang telah ada. Misalnya dapat menanggapi terjadinya kematian ibu dan kematian bayi disuatu wilayah.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawan cara atau angket. Pengukuran dengan menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur, dengan demikian dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut di atas. d. Pengkategorian Pengetahuan

Tujuan pengkategorian adalah menempatkan individu kedalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini misalnya dari tinggi ke rendah karena pengkategorian bersifat relatif, maka kita tidak bolrh menerapkan secara subyektif luasnya interval yang mencakup setiap kategori yang kita inginkan. Penyusunan skala boleh membuat skor dari jawaban-jawaban pertanyaan dan membuat beberapa kategori sesuai dengan tingkat deferensiasi yang dikehendaki, akan tetapi ditetapkan lebih dahulu batasannya.

Setelah jumlah skor jawaban benar dari keseluruhan pernyataan yang diketahui, didasari asumsi bahwa skor subyek dalam

(6)

kelompok mempunyai estimasi terhadap skor subyek dalam populasi, maka kita akan dapat membuat skor teoritis menurut model norma (Notoatmodjo,2003).

e. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1) Cara Tradisional

Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain : a) Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lama.

b) Cara kekuasaan (otoritas)

Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada kekuasaan, baik otoritas tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin, maupun otoritas ilmu pengetahuan.

c) Berdasarkan pengalaman

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

(7)

Manusia telah mampu menggunakan penlarannya dalam memperoleh pengetahuan.

2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah, cara ini disebut dengan metode penelitian ilmiah atau lebih popular lagi metodologi penelitian (Notoatmodjo, 2002).

f. Cara Pengukuran Pengetahuan

Cara mengukur pengetahuan seseorang menggunakan alat bantu kuesioner dengan cara menilainya dengan dikategorikan baik, cukup, dan kurang. Pengetahuan dinyatakan baik bila 76-100% pertanyaan dijawab benar, cukup bila 56-75% pertanyaan dijawab benar dan kurang bila pertanyaan dijawab benar >56% (Arikunto,2006 p:49).

g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Sukmadinata (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut :

1) Faktor Internal a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

(8)

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut Yb Mantra yang dikutip notoadmojo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang yang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah meneriam informasi.

b) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membonsankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

c) Umur

Menurut elizabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan samapi berulang tahun. Sedangkan menurut Huolok (1998)

(9)

semakin cukup umur, tingkat kematangan dan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (A. Wawan dan Dewi M, 2010 p.16 ).

2. Postpartum

a. Definisi Postpartum

Postpartum adalah masa dimulainya setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alal-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Sarwono, 2008 p:122).

3. Perdarahan Postpartum

(10)

Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai hilangnya darah 500 ml atau lebih dari organ-organ reproduksi setelah selesainya kala tiga persalinan (Benzion Taber, 2000 p:356).

Perdarahan postpartum adalah sebab penting kematian ibu: ¼ dari kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan postpartum, plasenta previa, solusio plasenta, kehamilan ektopik, abortus dan ruptur uteri) disebabkan oleh perdarahan postpartum (Saleha, 2009 p:231).

Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin. Terdapat beberapa masalah mengenai definisi ini, yaitu (Bahiyatun, 2009 p:115).

1) Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur cairan amnion atau urine. Darah tersebar pada spon, handuk, dan kain didalam ember dan lantai.

2) Volume darah yang hilang juga bervariasi. Kekurangan darah dapat diketahui dari kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal dapat menyesuaikan diriterhadap kehilangan darah yang mungkin dapat menyebabkan anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.

(11)

3) Perdarahan dapat terjadi secara lambat dalam jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini mungkin tidak dikenali sampai terjadi syok.

b. Sebab-sebab perdarahan postpartum Penyebab perdarahan postpartum diantaranya:

1) Perdarahan atonis (kemungkinan perdarahan atonis ini timbul pada : bayi yang besar, kehamilan kembar, hydramnion).

2) Robekan servik atau robekan vagina 3) Tertinggalnya bagian-bagian plasenta 4) Perdarahan karena kuagulopati c. Kriteria diagnosis

1) Perdarahan terus-menerus setelah lahirnya bayi

2) Pucat dan terdapat tanda-tanda syok atau presyok (tensi rendah, nadi cepat dan lemah, ekstremitas dingin), perdarahan terus mengalir pervaginam

3) Pemeriksaan obstetri ;

a) Bila ada atonia / hipotonia uteri : uterus teraba lembek dan membesar

b) Bila kontraksi uterus baik, kemungkunan telah terjadi perlukaan jalan lahir (laserasi)

c) Pemeriksaan dalam dapat dilakukan setelah keadaan umum diperbaiki dan dinilai kontraksi uterus, perlukaan jalan lahir dan adanya sisa plasenta.

(12)

d. Masalah Perdarahan Postpartum

Dalam masalah perdarahan postpartum terdapat 2 masalah yaitu (Sarwono, 2008 p:173):

1) Perdarahan pasca persalinan dini (Early Post Partum Hemohagia) yaitu perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir dan dalam 24 jam pertama persalinan .

2) Perdarahan pasca persalinan lanjut (Late Post PartumHemohagia) yaitu perdarahan yang terjadi pada masa nifas (puerperium) tidak termasuk 24 jam pertama setelah bayi lahir .

Perdarahan postpartum lanjut atau tertunda biasanya terjadi dalam 6 sampai 10 hari setelah kelahiran. Penyebab yang paling sering adalah produk-produk konsepsi yang tertinggal. Penyebab-penyebab lainnya meliputi infeksi, involusi abnormal tempat plasenta, retensi dan pelepasan desidua vera abnormal, trauma koitus, pecahnya episiotomi dan perekahan parut seksio sesarea.

e. Faktor-faktor predisposisi

Faktor-faktor predisposisibmeliputi salah satu atau lebih dan yang tersebut dibawah ini, baik dalam bentuk tunggal ataupun kombinasi: 1) Penggunaan anestesia umum

2) Partus lama 3) Partus presipitatus

4) Uterus terlalu tegang (misalnya hidramnion, kembar) 5) Solusio plasenta

(13)

6) Plasenta previa

7) Riwayat perdarahan postpartum sebelumnya.

f. Penanganan Umum Perdarahan Postpartum Dalam penanganan umum (Saefudin, 2007) :

1) Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk)

2) Mintalah bantuan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan keperluan fasilitas tindakan gawat darurat dan lakukan penilaian klinik serta upaya penolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan komplikasi.

3) Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya pencegahan perdarahan pasca persalinan) 4) Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pascapersalinan (di

ruang persalinan) dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya (diruang rawat gabung). Perhatikan pelaksanaan asuhan mandiri.

5) Lakukan pemeriksaan secara tepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, pernafasan dan suhu tubuh).

6) Jika dicurigai adanya syok, segera lakukan tindakan spesifik.

7) Pastikan bahwa kontraksi uterus baik (lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah karena bekuan darah yang

(14)

terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif, berikan 10 IU unit oksitosin IM dilanjutkan infus 20 IU dalam 500 cc NS/RL dengan 40 tetesan per menit).

8) Pasang kateter menetap dan pantau keluar masuk cairan.

9) Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, periksa kemungkinan robekan servik, vagina, dan perinium.

10) Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.

11) Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa kadar Hb:

a) Jika Hb ≤ 7 g/dl atau hematokrit ≤ 20% anemia berat segera berikan sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg ditambah asam folat 400 mg per oral sekali sehari selama 6 bulan.

b) Jika Hb 7-11 g/dl segera beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 60 mg ditambah asam folat 400 mg per oral sekali sehari selam 6 bulan.

c) Pada daerah endemik cacing gelang (prevalensisama atau ≥ 20%) berikan terapi albendasol 400 mg per oral sekali, atau mebendason 500 mg per oral sekali atau 100 mg 2 kali sehari selam 3 hari.

g. Tanda dan gejala perdarahan postpartum

(15)

Perdarahan yang membutuhkan lebih dari satu pembalut dalam waktu satu atau dua jam, sejumlah besar perdarahan berwarna merah terang tiap saat setelah minggu pertama pasca persalinan.

Hal-hal yang menyebabkan perdarahan postpartum adalah atonia uteri, perlukaan jalan lahir, terlepasnya sebagian plasenta dari uterus, tertinggalnya sebagian dari plasenta seperti kotiledon penyakit darah (Saleha, 2009).

Pencegahan perdarahan postpartum Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care yang baik. Ibu-ibu mempunyai predisposisi atau riwayat perdarahan postpartum sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit.

Tanda dan gejala perdarahan postpartum:

a. Uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera setelah anak lahir (Atonia uteri)

b. Darah segar yang mengalir segera setelah anak lahir, uterus berkontraksi dan keras, plasenta lengkap (Robekan jalan lahir) c. Plasenta belum lahir setelah 30 menit perdarahan segar uterus

berkontraksi dan keras (Retensio plasenta).

d. Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap, perdarahan segera (sisa plasenta).

(16)

e. Sub involusi uterus, nyeri tekan perut bawah dan pada uterus, perdarahan sekunder lokhia mukopurulen dan berbau (Endometritis atau sisa fragmen plasenta) (Saefudin, 2007).

h. Atonia uteri

1) Lakukan masase (pemijatan) rahim dan berikan oksitosin dan etil ergometrin intravena atau berikan prostaglandin.

2) Bila ada perbaikan dan perdarahan berhenti, oksitosin atau prostaglandin diteruskan.

3) Bila tidak ada perbaikan, lakukan kompresi bimanual dan kumudian dipasang tampon foley catheter yang diisi dengan 100 ml aquadest steril, lalu tampon dipertahan kan selama 24-48 jam. Selama itu, dilakukan monitor terhadap perdarahan dan jika perdarahan tetap berlangsung (tampon basah kuyup atau darah tertampung melalui kateter cukup banyak), segera dilakukan laparotomi dan dilakukan ligasi arteria uterina atau hipogastrika jika dimungkinkan (yakni untuk penderita usia muda atau belum punya anak). Bila tidak mungkin, dapat dilakukan histerektomia.

i. Perlukaan jalan lahir

Segera lakukan reparasi, jika perlu dengan bantuan anestesia umum dikamar operasi.

j. Retensio plasenta/sisa plasenta

Jika pada pemerikasaan plasenta ternyata jaringan plsenta tidak lengkap, maka harus dilakukan eksplorasi dari cavum uteri.

(17)

Potongan-potongan plasenta yang ketinggalan tanpa diketahui biasanya menimbulkan perdarahan pospartum lambat. Kalau perdarahan banyak hendaknya sisa-sisa plasenta ini segera dikeluarkan walaupun ada demam.

1) Usahakan melahirkan plasenta jika belum lahir, lakukan dengan tarikan pada tali pusat, lalu segera inspeksi keadaan plasenta tersebut.

2) Bila plasenta tidak berhasil dilahirkan dengan dugaan adanya plasenta akreta, maka perlu dilakukan laparotomi/hesteroktomia. 3) Bila hanya sisa plasenta (rest placentae), pengeluaran dilakukan

secara digital/manual ataupun dengan menggunakan kuret besar dan tajam secara hati-hati.

4. Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa. Manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain. Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok, atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.

(18)

Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Kegiatan belajar mempunyai ciri-ciri: belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial. Ciri kedua dari hasil belajar bahwa perubahan tersebut di dapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama. Ciri yang ketiga adalah bahwa perubahan itu terjadi karena usaha, dan didasari buukan karena kebetulan (Notoadmodjo, 2007, p: 108).

b. Manfaat / fungsi Pendidikan

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa, kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serat bertanggung jawab (UU No.23 tahun 2003).

c. Tujuan Pendidikan

Menurut Notoadmodjo (2007, p:127) tujuan pendidikan diantaranya : 1) Mengubah pengetahuan/ pengertian, pendapat, dan konsep-konsep 2) Mengubah sikap dan persepsi

3) Menanamkan tingkah laku/ kebiasaan yang baru. d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pendidikan

(19)

Menurut Notoadmodjo (2007, p:109) faktor-faktor yang mempengaruhi proses pendidikan, diantara lain :

1) Masukan (Input)

Menyangkut sasaran belajar (sasaran didik). Yaitu individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya.

2) Proses (Process)

Mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan (perilaku) pada subjek belajar tersebut. Dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor, antara lain : subjek belajar, pengajar (pendidik atau fasilitator), metode, dan teknik belajar, alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari. 3) Keluaran (OutPut)

Hasil belajar itu sendiri, yaitu beberapa kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar.

e. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

Jenjang pendidikan formal menurut UU RI tentang Pendidikan No. 20 tahun 2003 diantara lain :

(20)

Jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Contohnya: Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Madrasah Tsanawiyah (MTs)

2) Pendidikan sekolah menengah

Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar yang terdiri dari pendidikan menengah kejuruan. Contohnya: Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentu lain yang sederajat.

3) Pendidikan tinggi

Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, dokter, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, Institut, Universitas

Pendidikan juga dapat dikategorikan menjadi pendidikan rendah : tamat SLTP ke bawah dan pendidikan tinggi yaitu : tamat SLTA ke atas (Riskesdas, 2007).

(21)

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi Sukmadinata,2003, Notoatmodjo,2003, Wawan dan Dewi 2010

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005).

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Tingkat pendidikan

ibu hamil TM III

Tingkat pengetahuan tentang perdarahan postpartum Faktor Internal: 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Umur Tingkat pengetahuan tentang perdarahan postpartum Faktor Eksternal: 1. Faktor lingkungan 2. Sosial budaya Perdarahan Postpartum

(22)

D. Hipotesis

Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil trimester III dengan tingkat pengetahuan tentang terjadinya perdarahan postpartum.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIA tahun pelajaran 2015 – 2016 yang berjumlah 37 orang anak terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan

Dalam Movescount, Anda dapat membuat mode olahraga pilihan, mengedit mode olahraga yang telah ditetapkan sebelumnya, menghapus mode olahraga, atau hanya menyembunyikannya agar

 Kabel berfungsi untuk menyambungkan bahangian-bahagian utama ke subutama dan subutama ke litar akhir dan litar akhir alat-alat kawalan, alat tambah dan alat mudahalih. 

AIDS adalah penyakit hilangnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). HIV merupakan anggota dari famili Retroviridae,

Apabila remaja tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan fisik yang terjadi pada dirinya, seperti yang telah dipaparkan di atas, remaja akan mengalami tingkat emosi

interactive model of Miles and Huberman in the form of data reduction, data presentation and verification. To check data validity with increasing persistence /

-Cocok untuk kulit normal dan berminyak (untuk pagi hari) Cara Penggunaan Gunakan setelah pembersihan wajah dan setelah serum. Tuangkan secukupnya (kira-kira 2 cm) ke tangan,

Keberadaan ekosistem lamun di Kepulauan Seribu terutama di Pulau Pramuka, Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNKpS) mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan biota