• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN MINAT GURU DALAM MENYUSUN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA MELALUI SUPERVISI KLINIS. Tarnyo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN MINAT GURU DALAM MENYUSUN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA MELALUI SUPERVISI KLINIS. Tarnyo"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN MINAT GURU DALAM MENYUSUN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA MELALUI SUPERVISI KLINIS Tarnyo

1 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)

Vol. 6, No. 1, Januari – April 2021

ISSN 2477-2240 (Media Cetak).

2477-3921 (Media Online)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN MINAT GURU

DALAM MENYUSUN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA

MELALUI SUPERVISI KLINIS

Tarnyo

SD Negeri Tembongwah 01 Balapulang Tegal Prop Jawa Tengah tarnyospd@gmail.com

Abstract

Assessment is something that cannot be assessed by learning activities. Assessment is one of the important activities that teachers must do, apart from arranging and implementing learning activities. The form of results can be used in the form of instrument tests, so that teachers' abilities can be improved through clinical supervision activities. The purpose of this classroom action research is to increase the ability and interest of teachers in developing multiple choice test instruments, so that the learning evaluation is carried out in accordance with predetermined goals. This research was conducted from August to November 2017 at SD Negeri Tembongwah 01, Balapulang District, Tegal Regency. The study consisted of two cycles, each of which consisted of planning, implementing, observing and reflecting. The results showed that through clinical supervision it could increase the ability and interest of teachers in compiling multiple choice test instruments, namely: the ability of the teacher to compile multiple choice test instruments on the average action score was only 61 to 76 in cycle I and 87.5 in cycle II, whereas teacher interest in cycle I mean value 77 to 93.

Keywords: Test Instruments; Teacher Abilities and Interests; Clinical Supervision. Abstrak

Penilaian merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan pembelajaran. Penilaian merupakan salah satu kegiatan penting yang harus dilakukan guru, selain menyusun perencanaan dan melaksanakan pembelajaran. Bentuk penilaian yang dapat digunakan dalam bentuk instrumen tes, sehingga kemampuan guru perlu ditingkatkan melalui kegiatan supervisi klinis. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan kemampuan dan minat guru dalam menyusun instrumen tes pilihan ganda, sehingga evaluasi pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November 2017 bertempat di SD Negeri Tembongwah 01 Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal. Penelitian ini terdiri dari dua siklus yang masing-masing terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan dan minat guru dalam menyusun instrumen tes pilihan ganda, yaitu : kemampuan guru dalam menyusun instrumen tes pilihan ganda pada para tindakan rerata nilai hanya 61 menjadi 76 pada siklus I dan 87,5 pada siklus II sedangkan minat guru pada siklus I rerata nilai 77 menjadi 93.

© 2021 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia Kata Kunci: Instrumen Tes; Kemampuan dan Minat Guru; Supervisi Klinis

PENDAHULUAN

Penilaian merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan pembelajaran. Penilaian merupakan salah satu kegiatan penting yang harus dilakukan guru, selain menyusun

(2)

perencanaan dan melaksanakan pembelajaran. Sebagai pihak yang bertanggung jawab atas keberhasilan kegiatan pembelajaran, guru dituntut mampu mempersiapkan dan melakukan penilaian dengan baik sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai secara optimal, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Sesuai dengan tuntutan pelaksanaan kurikulum, guru dituntut mampu melaksanakan penilaian kelas, yakni kegiatan penilaian yang dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan itu, kegiatan penilaian tentu bukanlah merupakan hal baru bagi guru atau praktisi pendidikan. Penilaian kelas dapat dilakukan melalui metode tes dan nontes. Apapun metode penilaian yang digunakan, untuk dapat melaksanakan kegiatan penilaian dengan baik guru dituntut terlebih dahulu mampu menyusun instrumen penilaian khususnya tes pilihan ganda. Guru diharapkan mampu menyusun instrumen tes pilihan ganda sesuai dengan kompetensi yang hendak dinilai pada diri peserta didik. Siswa semakin semangat dalam belajar ketika guru dapat memberikan pembelajaran menggunakan metode yang mudah diterima (Supraptono, 2015).

Berdasarkan hasil analisis terhadap instrumen tes pilihan ganda yang dibuat oleh sejumlah guru di SD Negeri Tembongwah 01 Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal diketahui bahwa kemampuan guru dalam menyusun instrumen tes pilihan ganda masih rendah. Berdasarkan hasil penilaian terhadap jenis instrumen tes pilihan ganda yang disusun guru dapat diketahui bahwa rerata nilai sebesar 61. Kekurangmampuan guru dalam menyusun instrumen penilaian, khususnya instrumen tes pilihan ganda tersebut, antara lain terlihat pada: (1) kurangnya kemampuan guru dalam menjabarkan kompetensi dasar (KD) ke indikator soal; (2) kurangnya kemampuan guru dalam menyesuaikan antara tingkat kesukaran soal dengan waktu yang tersedia; (3) kurangnya kemampuan guru dalam menyusun soal-soal yang kontekstual; (4) kurangnya kemampuan guru dalam menentukan pengecoh pada soal pilihan ganda; dan (5) kurangnya kemampuan guru dalam menentukan homogenitas option pada soal pilihan ganda.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para guru dan refleksi peneliti sebagai kepala sekolah dapat diidentifikasi sejumlah faktor penyebab permasalahan tersebut. Faktor-faktor penyebab itu adalah masih rendahnya kemampuan dan minat guru dalam menyusun instrumen tes pilihan ganda karena masih minimnya motivasi Dalam melaksanakan kunjungan ke kelas, pengamatan yang dilakukan kepala sekolah lebih banyak pada aspek hasil daripada proses. Kepala sekolah jarang memberikan bimbingan kepada guru untuk menyusun instrumen tes yang baik. Kepala sekolah belum memberikan bimbingan yang terencana dan berkelanjutan kepada guru dalam hal penyusunan instrumen tes pilihan ganda. Karena lebih berorientasi pada hasil, guru jarang sekali memperoleh

feedback dari kepala sekolah guna memperbaiki atau menyempurnakan hasil kerjanya, khususnya dalam penyusunan instrumen tes pilihan ganda.

Banyak pakar menjelaskan pengertian tes, menurut Nurkancana dan Sumartana (2016: 80) bahwa tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang berbentuk tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data tentang nilai dan prestasi siswa tersebut yang dapat dibandingkan dengan yang dicapai kawan-kawannya atau nilai standar yang ditetapkan. Dengan demikian, tes merupakan suatu bentuk pemberian tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan oleh siswa yang sedang dites. Jawaban yang diberikan siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan itu dianggap sebagai informasi terpercaya yang mencerminkan kemampuannya.

Kegiatan tes dapat terlaksana jika tersedia suatu perangkat tugas, pertanyaan, atau latihan. Perangkat tugas, pertanyaan, atau latihan itulah yang kemudian dikenal sebagai alat tes atau instrumen tes pilihan ganda, isian, dan uraian. Dalam kenyataan sehari-hari di sekolah, jarang guru

(3)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN MINAT GURU DALAM MENYUSUN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA MELALUI SUPERVISI KLINIS Tarnyo

3 atau siswa yang menyebut hal tersebut sebagai alat tes atau instrumen tes, melainkan sebagai soal-soal.

Tes pilihan ganda sangat efektif untuk mengukur kemampuan mulai dari kemampuan yang sederhana sampai dengan kemampuan yang rumit seperti kemampuan dalam pengetahuan, pemahaman, dan penggunaan konsep. Pilihan jawaban terdiri atas jawaban yang benar yang kunci jawaban serta kemungkinan jawaban salah yang dinamakan pengecoh (distractor, atau decoy, atau foils), namun memungkinkan seseorang memilihnya apabila tidak menguasai materi yang ditanyakan dalam soal (Surapranata, 2015: 105).

Supervisi klinis, menurut Sulo, Effendi, dan Godjali (2010: 5-6), adalah suatu bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada calon guru atau guru berdasarkan kebutuhannya melalui siklus yang sistematik dalam perencanaan, observasi yang cermat atas pelaksanaan, dan pengkajian balikan dengan segera dan objektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata untuk meningkatkan keterampilan mengajar dan sikap profesional guru tersebut. Jadi supervisi klinis merupakan satu model supervisi untuk menyelesaikan masalah tertentu yang sudah diketahui sebelumnya dengan menggunakan cara ini (Sari, dkk, 2017:4).

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan kemampuan dan minat guru dalam menyusun instrumen tes pilihan ganda, sehingga evaluasi pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

METODE PENELITIAN a. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November tahun 2017. Pemilihan waktu tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa guru sebelum melakukan evaluasi harus memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup berkaitan dengan pengembangan instrumen tes bentuk soal pilihan ganda.

b. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Tembongwah 01 Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal. Pemilihan tempat itu didasarkan pada pertimbangan bahwa : (a) kemampuan guru kelas di sekolah tersebut dalam mengembangkan instrumen tes bentuk soal pilihan ganda masih rendah dan (b) sekolah tersebut sangat berpotensi dilihat dari kondisi sekolah secara umum sehingga sangat perlu dilaksanakannya usaha meningkatkan kemampuan dan minat guru dalam menyusun instrumen tes bentuk soal pilihan ganda.

c. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah semua guru di SD Negeri Tembongwah 01 Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal. Sementara itu, objek penelitian tindakan ini adalah peningkatan kemampuan dan minat guru dalam menyusun instrumen tes pilihan ganda.

d. Sumber Data

Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan dan minat guru dalam menyusun instrumen tes pilihan ganda. Data yang diperlukan adalah sebagai berikut. (1) Data tentang kemampuan awal guru dalam menyusun instrumen tes pilihan ganda, diperoleh dengan menggunakan lembar tes pilihan ganda. (2) Data tentang minat guru dalam mengikuti kegiatan penyusunan instrumen tes pilihan ganda bersama kepala sekolah, diperoleh melalui instrumen (angket) hasil observasi.

e. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primernya adalah kemampuan guru dalam menyusun instrumen tes bentuk soal pilihan ganda, diperoleh dari guru dan data sekundernya minat guru dalam mengikuti peningkatan kemampuan penyusunan instrumen tes pilihan ganda.

(4)

f. Validasi Data

Data yang digunakan dalam penelitian harus benar-benar valid. Untuk itu data yang digunakan harus diperiksa dulu validitasnya. Ada lima cara untuk menguji validitas data, yaitu: triangulasi data,

review informan, member check, data base, dan penyusunan mata rantai bukti penelitian. Dalam penelitian ini pemeriksaan validitas data dilakukan dengan dua cara yaitu triangulasi data dan review

informan.

g. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hasil observasi, jawaban angket (soal) pada awal siklus dan akhir siklus, dan hasil wawancara.

h. Indikator Kinerja

Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Kemampuan guru mengembangkan instrumen tes meningkat, artinya pada tahap akhir 100 % guru mampu menyusun instrumen tes ganda dengan baik; dan (2) Minat guru mengembangkan instrumen tes meningkat, artinya pada tahap akhir 100 % guru memiliki minat tinggi mengikuti kegiatan penyusunan instrumen tes pilihan ganda.

i. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui proses pengkajian yang bersifatnsiklikal. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan ini meliputi dua siklus berikut.

1. Siklus I a. Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan : (1) pembuatan skenario pelaksanaan supervisi klinis; (2) penyusunan materi pengembangan instrumen tes sebagai bahan diskusi; (3) penyusunan instrumen pengamatan pelaksanaan supervisi klinis; (4) penyusunan instrumen penilaian instrumen tes pilihan ganda; dan (5) penyiapan fasilitas dan sarana pendukung untuk pelaksanaan supervisi klinis.

b. Pelaksanaan

Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dilakukan tindakan untuk mengembangkan kemampuan dan minat guru dalam mengembangkan instrumen tes pilihan ganda dengan memperhatikan konteks yang ada.

c. Pengamatan

Pengamatan terhadap proses pelaksanaan bimbingan dengan supervisi klinis dilakukan untuk mengumpulkan data tentang minat guru dalam melakukan kegiatan pengembangan instrumen maupun hasil yang dicapai, yakni peningkatan kemampuan dalam pengembangan instrumen tes. d. Refleksi

Pada bagian ini dilakukan analisis untuk mengetahui apa yang telah terjadi dan tidak terjadi, apa yang telah tercapai dan yang belum tercapai, mengapa segala sesuatu terjadi dan/atau tidak terjadi, serta menjajaki alternatif-alternatif solusi yang perlu dikaji, dipilih, dan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan apa yang dikehendaki.

2. Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I disusun perencanaan ulang untuk mengatasi permasalahan yang belum terpecahkan. Berdasarkan perencanaan itu dilakukan tindakan dan sekaligus dilakukan pengamatan untuk mengetahui keberhasilan yang telah dicapai dan pada akhirnya direfleksikan. Dari serangkaian tindakan itu dapat diketahui peningkatan kemampuan dan minat guru dalam mengembangkan instrumen tes pilihan ganda melalui supervisi klinis.

(5)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN MINAT GURU DALAM MENYUSUN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA MELALUI SUPERVISI KLINIS Tarnyo

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pelaksanaan supervisi klinis untuk meningkatkan kemampuan dan minat guru dalam mengembangkan instrumen tes. Kegiatan yang dilakukan antara lain (1) menyusun skenario pelaksanaan supervisi klinis; (2) menyiapkan materi pengembangan instrumen tes sebagai bahan diskusi dalam pelaksanaan supervisi; (3) menyusun instrumen pengamatan pelaksanaan supervisi; (4) menyusun instrumen penilaian kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes; dan (5) menyusun jadwal dan menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Sesuai dengan rencana yang telah disepakati antara peneliti (Kepala sekolah) dan guru (subjek penelitian), Sabtu, 16 September 2017 dan Sabtu, 23 September 2017 diadakan pertemuan untuk mendiskusikan berbagai persoalan yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan instrumen tes khususnya bentuk pilihan ganda. Kegiatan dilaksanakan di Ruang Kepala Sekolah sejak pukul 10.00 sampai dengan 12.00. Kegiatan dibuka oleh peneliti dengan menyampaikan salam dan menegaskan kembali pentingnya guru memiliki kemampuan mengembangkan instrumen tes pilihan ganda. Selanjutnya, peneliti memaparkan hal-hal pokok yang perlu dipahami dalam mengembangkan instrumen tes tersebut. Hal-hal pokok itu antara lain (1) prosedur pengembangan instrumen tes; (2) penjabaran kompetensi dasar ke indikator soal; (3) pembuatan kisi-kisi sebelum menyusun soal; (4) peengem-bangan butir-butir soal; (5) pengemasan soal; dan (6) bahasa yang digunakan dalam soal.

Selesai kegiatan diskusi, atas persetujuan subjek penelitian, peneliti meminta 6 ( enam ) guru untuk mengembangkan instrumen penilaian tes sesuai dengan kompetensi dasar yang akan diajarkan. Instrumen tes yang dikembangkan adalah instrumen tes pilihan ganda. Atas kesepakatan bersama instrumen tes tersebut dikerjakan guru di rumah. Mareka menyepakati instrum tes itu akan direview bersama pada tanggal Sabtu, 23 September 2017. Namun demikian, sehari sebelumnya (Jumat, 22 September 2017) guru diharapkan telah menyerahkan instrumen tes yang telah disusun kepada peneliti (kepala sekolah). Setelah tugas diberikan kepada guru dan telah disepakati beberapa hal, peneliti menutup pertemuan dengan mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf kalau ada kekhilafan serta mengucapkan salam.

c. Pengamatan dan Evaluasi

Berdasarkan hasil pengamatan, antusiasme dan minat guru dalam mengikuti kegiatan pengembangan instrumen tes ini baik. Materi diskusi yang disampaikan atau dijelaskan oleh peneliti langsung mendapat tanggapan atau respon dari guru. Banyak sekali pertanyaan yang diajukan oleh guru, yang antara lain: (1) bagaimana menjabarkan kompetensi dasar yang baik sesuai dengan kebutuhan siswa?; (2) adakah strategi agar dapat menyusun soal yang kontekstual?; (3) adakah ciri-ciri pengecoh yang baik; dan (4) haruskah pada setiap soal kita menggunakan kata-kata operasional? Guru pun merespon positif tugas yang diberikan oleh peneliti.

Dalam kegiatan itu terjadi interaksi antara peneliti dan guru. Sesuai dengan hakikat supervisi klinis, penjelasan yang disampaikan peneliti (kepala sekolah) tidak bersifat menggurui. Diskusi berjalan secara terbuka dan seimbang. Namun demikian, harus diakui bahwa karena terbatasnya waktu keaktifan yang tinggi belum ditunjukkan oleh semua guru. Keaktifan atau minat guru mengikuti kegiatan pengembangan instrumen tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

(6)

Tabel 1. Minat Guru Mengikuti Kegiatan Pengembangan Instrumen Tes (Siklus I) No Guru 1 Guru 2 Guru 3 Guru 4 Guru 5 Guru 6

1 Jumlah Skor 36 37 39 39 39 41

2 Nilai 72 74 78 78 78 82

Minat yang ditunjukkan guru tersebut ternyata selaras dengan kemampuan pengembangan instrumen tes yang dicapainya. Nilai kemampuan mengembangkan instrumen tes dapat dilihat pada tabel selanjutnya. Mencermati data pada tabel 2 diketahui bahwa terdapat peningkatan kemampuan guru mengembangkan instrumen tes bandingkan data tabel sebelumnya.

Tabel 2. Nilai Kemampuan Guru Mengembangkan Instrumen Tes Pilihan Ganda (Siklus I) No Guru 1 Guru 2 Guru 3 Guru 4 Guru 5 Guru 6

1 Jumlah Skor 74 75 77 76 77 77

2 Nilai 74 75 77 76 77 77

d. Analisis dan Refleksi

Melalui supervisi klinis pada siklus pertama diharapkan kemampuan guru meningkat. Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi terhadap instrumen tes buatan guru dapat dinyatakan bahwa tujuan supervisi pada siklus pertama telah tercapai. Guru menunjukkan antusiasmenya dalam mengembangkan dan mampu menghasilkan instrumen tes yang cukup baik. Namun demikian, perlu diakui bahwa masih terdapat sejumlah kekurangan atau permasalahan yang belum terpecahkan, yang antara lain (1) guru belum sepenuhnya mampu menyesuaikan antara tingkat kesukaran dan waktu yang tersedia, (2) pengecoh belum begitu berfungsi, dan (3) masih sedikit soal-soal yang kontekstual. Berdasarkan hasil tersebut pengembangan kemampuan guru pengembangan instrumen perlu dilanjutkan. Untuk lebih memberi pemahaman yang lebih baik tentang instrumen tes yang baik, guru-guru perlu diberi contoh yang baik maupun contoh yang kurang baik agar dapat membedakan antara keduanya serta mampu menyusun instrumen yang lebih baik.

2. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan siklus II ini peneliti menyusun kembali rencana pelaksanaan supervisi klinis untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes. Selain persiapan sebagaimana telah dikemukakan pada siklus I, pada tahap ini peneliti mempersiapkan contoh instrumen tes yang baik. Hal ini diharapkan agar guru lebih memiliki pemahaman yang konkret tentang pengembangan instrumen tes.

b. Pelaksanaan Tindakan

Berdasarkan pada rencana yang telah dibuat dan disepakati antara peneliti dan subjek penelitian pada hari Sabtu, 7 Oktober 2017 dan Sabtu, 14 Oktober 2017 diadakan pertemuan untuk mendiskusikan berbagai persoalan yang belum terpecahkan berkaitan dengan kegiatan pengembangan instrumen tes. Kegiatan supervisi pada siklus II ini juga dilaksanakan di Ruang Kepala Sekolah sejak pukul 10.00 sampai dengan 12.00. Sebagaimana lazimnya, kegiatan dibuka oleh peneliti dengan menyampaikan salam dan mengucapkan terima kasih atas komitmen yang diberikan guru dalam kegiatan pengembangan instrumen tes ini. Pada kegiatan inti, peneliti mengulas atau menjelaskan berbagai permasalahan yang belum teratasi bertalian dengan kegiatan pengembangan instrumen tes. Sebagaimana yang terjadi pada siklus I, pada siklus II kegiatan juga berlangsung secara interaktif. Seperti telah direncanakan, selain kegiatan diskusi, peneliti menyampaikan contoh instrumen yang baik kepada guru. Mengacu pada contoh itulah supervisi klinis dilakukan. Melalui kegiatan ini guru memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pengembangan instrumen tes.

Setelah kegiatan diskusi dianggap cukup, baik oleh peneliti maupun guru, atas persetujuan subjek penelitian, peneliti meminta guru untuk memperbaiki atau menyempurnakan instrumen tes

(7)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN MINAT GURU DALAM MENYUSUN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA MELALUI SUPERVISI KLINIS Tarnyo

7 yang telah dikembangkan pada siklus sebelumnya. Instrumen tes yang dikembangkan adalah instrumen tes soal pilihan ganda. Revisi instrumen pun dilakukan guru di rumah. Waktu yang disediakan selama satu minggu. Mereka menyepakati instrumen tes itu akan direview bersama pada hari Sabtu, 14 Oktober 2017. Namun demikian, pada tanggal 13 Oktober 2017 guru diharapkan telah menyerahkan instrumen tes yang telah direvisi itu kepada peneliti (kepala sekolah). Setelah tugas diberikan kepada guru dan telah disepakati beberapa hal, peneliti menutup pertemuan dengan mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang telah terjalin dengan baik.

c. Pengamatan dan Evaluasi

Berdasarkan hasil pengamatan atas kegiatan bimbingan dan diskusi antara kepala sekolah dan guru dapat dikemukakan bahwa minat guru dalam mengikuti kegiatan pengembangan instrumen tes ini makin baik. Seperti pada pelaksanaan supervisi pada siklus I, banyak pertanyaan diajukan oleh guru untuk merespon penjelasan yang disampaikan peneliti, yang antara lain adalah bagaimana membuat soal yang waktunya singkat, tapi isi memadai? Guru juga menanggapi secara positif tugas yang diberikan kepala sekolah untuk merevisi instrumen tes yang telah mereka kembangkan.

Berdasarkan hasil analisis terhadap instrumen tes yang telah direvisi atau disusun guru dapat dikatakan bahwa kemampuan mereka dalam mengembangkan instrumen tes sudah sangat baik. Nilai kemampuan mengembangkan instrumen tes (hasil revisi) dapat dilihat pada tabel selanjutnya. Dengan membandingkan data pada tabel sebelumnya dan data pada tabel selanjutnya dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes.

Tabel 3. Minat Guru Mengikuti Kegiatan Pengembangan Instrumen Tes (Siklus II)

No Guru 1 Guru 2 Guru 3 Guru 4 Guru 5 Guru 6

1 Jumlah Skor 47 46 48 46 46 47

2 Nilai 94 92 96 92 92 94

Tabel 4. Nilai Kemampuan Guru Mengembangkan Instrumen Tes Pilihan Ganda (Siklus II) No Guru 1 Guru 2 Guru 3 Guru 4 Guru 5 Guru 6

1 Jumlah Skor 86 88 87 89 88 87

2 Nilai 86 88 87 89 88 87

d. Analisis dan Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi terhadap instrumen tes yang telag direvisi guru dapat dinyatakan bahwa tujuan supervisi pada siklus kedua telah tercapai. Berbagai permasalahan yang belum dapat diatasi pada siklus I, telah dapat diatasi pada siklus II. Kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes meningkat secara berarti. Guru juga makin menunjukkan minatnya dalam mengembangkan dan mampu menghasilkan instrumen tes yang baik. Hal yang dirasakan belum dapat dicapai pada siklus ini adalah masih kurangnya kemampuan guru dalam menyusun soal yang kontekstual. Hal ini disadari tidak mudah karena menuntut pemahaman guru tentang berbagai aspek di luar bidang matematika. Berdasarkan hasil yang dicapai dapat dinyatakan bahwa peningkatan kemampuan guru dalam pengembangan instrumen masih perlu ditingkatkan dengan lebih menekankan pada kemandirian guru tersebut.

Berdasarkan hasil yang telah disajikan pada masing-masing siklus di atas dapat dinyatakan bahwa penerapan supervisi klinis mampu meningkatkan kemampuan dan minat guru dalam mengembangkan instrumen tes pilihan ganda. Peningkatan itu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

(8)

Tabel 5. Peningkatan Nilai Minat Guru dalam Mengembangkan Instrumen Tes Guru Siklus I Siklus II Keterangan

1 72 94 meningkat 2 74 92 meningkat 3 78 96 meningkat 4 78 92 meningkat 5 78 92 meningkat 6 80 94 meningkat Rerata 77 93 meningkat

Tabel 6. Nilai Kemampuan Guru Mengembangkan Instrumen Tes

Jenis Tes Guru Pratindakan Siklus I Siklus II Keterangan

Tes Pilihan Ganda 1 59 74 86 meningkat

2 63 75 88 meningkat

3 61 77 87 meningkat

4 62 76 89 meningkat

5 61 77 88 meningkat

6 60 77 87 meningkat

Rerata Nilai 61 76 87,5 meningkat

Gambar 1. Grafik Nilai Kemampuan Guru Mengembangkan Instrumen Tes Pembahasan

Guru memiliki peran penting dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Menurut Sunarto (2014: 28) bahwa pentingnya guru dalam sistem pendidikan ditunjukkan oleh peranannya sebagai pihak yang harus mengorganisasi atau mengelola elemen-elemen lain seperti sistem kurikulum, sistem penyajian bahan pelajaran, sistem administrasi, dan sistem evaluasi. Sementara itu, dalam KBM, menurut Gagne (2010: 10), terdapat tiga kemampuan pokok yang dituntut dari guru, yaitu (1) kemampuan merencanakan KBM; (2) kemampuan mengelola KBM; dan (3) kemampuan menilai KBM.

Berkaitan dengan tugas yang ketiga, guru dituntut memiliki kemampuan mengembangkan instrumen penilaian dan menerapkannya untuk kepentingan pembelajaran. Penilaian, baik dengan tes maupun nontes, dilakukan guna melihat seberapa jauh perencanaan kegiatan belajar-mengajar telah diimplementasikan dan mengetahui kompetensi yang telah dicapai siswa. Dalam upaya pemberdayaan guru, kemampuan guru, termasuk kemampuan mengembangkan instrumen tes, perlu secara terus-menerus ditingkatkan. Pendekatan yang digunakan untuk tindakan pemberdayaan guru

0 20 40 60 80 100

Guru 1 Guru 2 Guru 3 Guru 4 Guru 5 Guru 6

Grafik Nilai Kemampuan Guru Mengembangkan Instrumen Tes

(9)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN MINAT GURU DALAM MENYUSUN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA MELALUI SUPERVISI KLINIS Tarnyo

9 tersebut, sebagaimana telah dikemukakan adalah penerapan supervisi klinis. Supervisi klinis ialah suatu proses peningkatan kemampuan guru yang didasarkan pada observasi secara langsung terhadap kinerja guru. Dengan demikian, bimbingan yang diberikan oleh kepala sekolah berbentuk bantuan yang sesuai dengan kebutuhan guru dan bukan sebagai suatu instruksi atau perintah.

Sebagaimana terlihat pada setiap siklus yang ada, pada umumnya kesepakatan mengenai tindakan penelitian dirumuskan melalui kegiatan diskusi bersama antara kepala sekolah (sebagai peneliti) dengan memberikan penekanan pada tumbuhnya prakarsa dan tanggung jawab guru, sehingga pada akhirnya dia menjadi mandiri dan profesional. Kepala sekolah bertindak sebagai pihak yang memahami (understander) kinerja guru dan lebih banyak memberi dorongan kepadanya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gebhard (2015: 159) yang menyatakan bahwa dalam model kolaboratif, supervisi lebih bersifat tidak langsung. Terbukti melalui supervisi klinis kemampuan dan minat guru mengembangkan instrumen tes bentuk pilihan ganda dapat ditingkatkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindakan-tindakan yang dipilih dan dilakukan dalam penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan baik secara teoritik maupun secara empirik.

Menurut Cogan (dalam Sagala, 2016), bahwa supervisi klinis sebagai upaya yang dirancang secara rasional dan praktis untuk memperbaiki performansi guru di kelas dengan tujuan untuk mengembangkan profesional guru dan perbaikan pengajaran. Jadi, supervisi klinis dirancang untuk memperbaiki dan mengembangkan pengajaran melalui pengembangan profesional guru.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian kegiatan supervisi klinis di SD Islam Baburrohmah yaitu membawa manfaat diantaranya mahasiswa dapat memahami proses dan dapat melaksanakan aktivitas supervisi klinis. Juga terhadap guru di sekolah setempat kegiatan ini memilki dampak positif yaitu berupa motivasi yang kuat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sebagai indikator meningkatnya kinerja guru. Proses supervisi klinis lebih mudah dilaksanakan dengan dasar keterbukaan antara guru dan supervisor dalam mencari solusi permasalahan pembelajaran. Pada kegiatannya juga antara guru dan supervisor bersifat kolegial sehingga terhindar dari ketegangan dalam tindakannya (Ansori, dkk, 2016).

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya yaitu penelitian yang berjudul Peningkatan Kompetensi Guru Menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik oleh Sukhemi pada tahun 2014. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kompetensi guru dan aktivitas guru dalam menerapkan TIK melalui supervisi akademik melalui pembelajaran dua siklus. Pembelajaran pada siklus 1 mencapai nilai 119 menempati kategori baik dan hasil penilaian pada siklus 2 mencapai nilai 151 menempati kategori sangat baik. Penelitian ini menggunakan supervisi akademik teknik individual kunjungan kelas yang bertujuan untuk melakukan verifikasi terhadap data yang diperoleh dari hasil supervisi. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan pada sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut, (1) Kemampuan dan minat guru dalam mengembangkan instrumen tes dapat ditingkatkan melalui penerapan supervisi klinis. Peningkatan itu terjadi pada kemampuan dan minat mengembangkan instrumen tes pilihan ganda. (2) Kepala sekolah dalam melaksanakan tugas memiliki kepentingan secara langsung dengan guru terutama dalam membina mengembangkan keterampilan dan pengetahuan guru yang berkaitan dengan pengembangan instrumen tes. (3) Penerapan supervisi klinis terbukti mampu meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes, yakni nilai kemampuan pada siklus I dari 76 menjadi 87,5. (4) Penerapan supervisi klinis terbukti mampu meningkatkan minat guru dalam mengembangkan instrumen tes, yakni nilai minat pada siklus I dari 77 menjadi 93.

(10)

SARAN

Berdasarkan simpulan di atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut, (1) Guru diharapkan untuk secara terus-menerus meningkatkan kemampuan mengembangkan instrumen tes pilihan ganda, baik secara mandiri maupun melalui kerja kolaboratif bersama teman sejawat dan pengawas. (2) Kepala sekolah diharapkan secara terpogram meningkatkan kinerjanya dalam memberikan bimbingan dan bantuan kepada guru melalui supervisi klinis. (3) Kepala Sekolah diharapkan dapat melaksanakan program kolaboratif dengan pengawas dalam upaya meningkatkan kinerja guru. UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada seluruh pihak yang membantu berjalannya penelitian ini, terutama kepada pihak SD Negeri Tembongwah 01, meliputi kepala sekolah, guru, seluruh staf dan seluruh responden penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Sunarto. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Rineka Cipta. Jakarta.

Ansori, A., Supriyanto, A., & Burhanuddin, B. (2016). Pelaksanaan Supervisi Klinis Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 1(12), 2321-2326. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru

dan Dosen. Depdiknas RI : Jakarta.

Gagne. Robert M, 2010. Kondisi Belajar dan Teori Pembelajaran. (terjemah Munandir). PAU Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta.

Gebhard, J. 2015. Teaching English as a Foreign or Second Language. A Self-Development Methodology Guide. The University of Michigan Press.

La Sulo, S.L, Effendi, A.R, dan Godjali, D. 2010. Supervisi Klinis. Jakarta: Depdikbud, DIKTI Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah. Tidak diterbitkan.

Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Sumartana. 2016. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Sagala, S. 2016. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Sari, S. I., Ngaba, A. L., Lalupanda, E. M., & Aji, A. G. P. (2017). Pengendalian Dan Penjaminan Mutu Pengajaran Melalui Supervisi Klinis. Satya Widya, 33(1), 1-10.

Sukhemi. (2014). Peningkatan Kompetensi Guru Menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran melalui Supervisi Akademik. Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan,

1(2), 24-29.

Supraptono, E. (2015). PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DRILL BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MATERI MICROSOFT EXCEL 2007. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 16(4).

Surapranata, Sumarna. 2015. Panduan Penu lisan Tes Tertulis Implementasi

Gambar

Tabel 5. Peningkatan Nilai Minat Guru dalam Mengembangkan Instrumen Tes  Guru  Siklus I  Siklus II  Keterangan

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah tunas terbentuk pada penambahan BAP secara tunggal ke dalam media, jumlah tunas tertinggi terdapat pada perlakuan B3 yaitu penambahan 1 mg/l BAP

Menganalisis karakeristik perilaku menyiap kendaraan ringan yang meliputi kecepatan menyiap (passing speed) dan kecepatan disiap (passed speed), jarak lateral, jarak

29 Dengan mengusung nilai budaya dalam sebuah teknologi canggih seperti robot yang memiliki kemampuan untuk meringankan pekerjaan manusia Jepang mampu membuat robot

Jika individu sering tidak mampu mengendalikan emosi negatifnya, maka individu tersebut akan cenderung merasa terancam dalam menyikapi tuntutan dari lingkungannya, baik lingkungan

Mengingat bahasa Indonesia juga merupakan bahasa asing bagi orang Jepang, sehingga kosakata yang berkaitan erat dengan budaya Indonesia atau yang menyangkut jati

6LPSXODQ SHQHOLWLDQ LQL PHQXQMXNNDQ DGDQ\D SHUEHGDDQ GDUL NRQVHS WHRULWLN VHEHOXP\D GLPDQD NRPSHWHQVL LGHDOQ\D PHPLOLNL SHQJDUXK \DQJ OHELK WLQJJL GLEDQGLQJNDQ GHQJDQ PRWLYDVL

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta tidak lupa shalawat serta salam kepada nabi Muhammad SAW yang

Dapat dinyatakan bahwa model konseptual merupakan sebuah kerangka kerja yang dibangun melalui kerangka teori atau tinjauan teoritis yang menggambarkan model hubungan