• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Bisnis merupakan rangkaian aktifitas yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk memperoleh keuntungan (Hadita, 2019). Saat ini perkembangan dunia bisnis semakin meningkat, khususnya bisnis restoran cepat saji. Menurut Hidata, 2019 fenomena tersebut disebabkan karena adanya peluang ekonomi yang terkait dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang ditandai dengan mobilitas yang tinggi dan aktivitas yang sibuk sehingga mengakibatkan masyarakat mencari sesuatu yang bersifat praktis dan instan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan menurut Bonita dan Fitranti (2017) jenis fast food yang paling banyak dikonsumsi oleh konsumen adalah jenis fast food dengan menu olahan ayam. Pengambilan objek studi pada penelitian ini adalah restoran cepat saji yang menjual jenis makanan sejenis (menjual ayam olahan) di Indonesia, yaitu KFC, McDonald’s, A&W, Hoka Hoka Bento, dan Richeese Factory

a. KFC (Kentucky Fried Chicken)

KFC adalah suatu merek dagang dari Yum! Brands, Inc., Amerika Serikat. Dengan produk unggulan berupa ayam goreng. Di Indonesia, pemegang hak waralaba tunggal KFC adalah PT. Fastfood Indonesia, Tbk yang didirikan oleh keluarga Gelael pada tahun 1978, dan terdaftar sebagai perusahaan publik sejak tahun 1993. Restoran KFC di Indonesia pertama kali dibuka pada bulan Oktober 1979 di Jalan Melawai, Jakarta (KFC Indonesia, 2018).

b. McDonald’s

McDonald’s merupakan restoran cepat saji yang didirikan pada tahun 1955 di California, Amerika Serikat. Dengan produk unggulan berupa burger dan juga menyajikan produk olahan ayam. McDonald’s hingga saat ini telah memiliki ribuan gerai restoran, salah satunya Indonesia. McDonald’s pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1991. Pada tahun 2009 PT. Rekso Nasional Food (RNF) yang merupakan salah satu anak perusahaan dari Rekso group menandatangani Master

(2)

2 (MIPCO) yang memberikan izin untuk mengoperasikan semua restoran dengan merek McDonald’s dan membuka restoran baru di seluruh Indonesia. Hingga saat ini PT.RNF telah membuka lebih dari 200 gerai McDonald’s tersebar di berbagai kota di Indonesia. PT. RNF melalui McDonald’s Indonesia selalu berkomitmen penuh menyuguhkan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan, menghadirkan kualitas makanan terdepan, serta memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat Indonesia (McDonald's Indonesia, 2019).

c. A&W

Restoran A&W pertama kali berdiri pada tahun 1919 ketika Roy Allen membeli formula sebuah minuman dari sebuah toko obat di Flagstaff, Arizona. Dimana gerai pertama yang berada di Lodi, California menjual minuman yang terbuat dari resep rahasia. Minuman ini terdiri dari 14 tumbuhan herbal, rempah-rempah, kulit kayu dan beberapa jenis buah beri. Pada tahun 1963 A&W membuka gerai pertama di asia, yaitu di Malaysia kemudian tahun 1972 merambah ke Singapura dan masuk ke Indonesia pada tahun 1985 di Melawai Blok M (A&W Indonesia, 2016).

d. Hoka - Hoka Bento

Hoka – Hoka Bento didirikan di Jakarta pada tanggal 18 April 1985, dibawah lisensi PT. Eka Bogainti. Restoran pertama hadir di kebon kacang, Jakarta. Perusahaan tersebut didirikan oleh Hendra Arifin. Hokben menyajikan makanan cepat saji bergaya Jepang. Mulai 15 oktober 2013 Hoka Hoka Bento disingkat menjadi Hokben mengubah strateginya menjadi lebih segar dengan tampilan, penawaran, pelayanan dan nuansa yang lebih modern. Semua gerai Hokben dimiliki penuh oleh PT Eka Bogainti dan tidak membuka sistem waralaba (Hoka-Hoka Bento Indonesia, 2019).

e. Richeese Factory

Richeese Factory merupakan restoran cepat saji, dimana hampir semua menu disajikan dengan saus keju. Richeese Factory hadir pertama kali di Indonesia pada tanggal tanggal 8 Februari 2011, bertempat di paris van java, Bandung, Jawa Barat. Hingga tahun 2018 jumlah gerai yang telah dimiliki Richeese Factory sebanyak 133 gerai. Richeese Factory berkomitmen untuk terus dapat berinovasi dalam

(3)

3 memberikan pelayanan dan pengalaman yang memuaskan bagi pelanggan (Richeese Factory Indonesia, 2019).

1.2 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan dunia usaha dan bisnis pada era globalisasi tumbuh dengan sangat pesat membuat adanya peluang dan juga tantangan. Hal tersebut diiringi dengan pola hidup yang bergerak dengan cepat menyebabkan konsumen menginginkan kepraktisan dalam melakukan sesuatu dengan cepat dan mudah. Aktifitas yang padat menuntut seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhan berupa makanan (Aulia et al., 2018). Kesibukan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan semakin tinggi sehingga menyebabkan masyarakat mengkonsumsi makanan cepat saji, seperti pada survei yang telah dilakukan oleh DBS research group selama periode 2010 hingga 2018 point persentase untuk mengkonsumsi makanan cepat saji meningkat sebesar 5,4 ppt (point persentase). Dengan adanya pergeseran pola konsumsi ini mendapat respon positif dari industri kuliner baik kuliner nusantara, cafe maupun restoran cepat saji yang semakin meningkat (dream, 2019).

Sehingga tidak heran apabila masyarakat saat ini lebih suka mengkonsumsi makanan cepat saji. Sebuah survei yang dilakukan oleh roy morgan research

company menyatakan bahwa lebih dari 55 juta masyarakat Indonesia membeli

makanan di restoran cepat saji (Statista, 2018). Hal ini diperkuat oleh survei mengenai seberapa sering mengunjungi restoran cepat saji dalam satu minggunya yang digambarkan pada Gambar 1.1 berikut:

(4)

4 Gambar 1. 1 Survei Kunjungan Restoran Cepat Saji

Sumber : Statista (2018)

Gambar 1.1 di atas merupakan hasil survei kunjungan restoran cepat saji per-minggu yang dilaksanakan pada tahun 2016 hingga 2018. Pada survei tersebut dijelaskan bahwa pada tahun 2016 pernyataan mengenai kurang dari satu kali dalam satu minggu mengunjungi restoran cepat saji mendapat persentase terbesar, yaitu sebanyak 41.14 %. Selanjutnya dijelaskan bahwa pada tahun 2017 pernyataan mengenai kurang dari satu kali dalam satu minggu mengunjungi restoran cepat saji mendapat persentase terbesar, yaitu sebanyak 39.58 %. Kemudian dijelaskan juga bahwa pada tahun 2018 pernyataan mengenai satu sampai tiga kali dalam seminggu mengunjungi restoran cepat saji mendapatkan persentase terbesar, yaitu sebanyak 36.81 %. Dari pernyataan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa periode kunjungan restoran cepat saji per minggu semakin meningkat, dimana pada tahun 2016 hingga 2017 periode kunjungan sebanyak kurang dari satu kali seminggunya, pada tahun 2018 periode kunjungan menjadi satu hingga tiga kali dalam satu minggunya.

Tingginya persentase pembelian makanan cepat saji dan meningkatnya periode waktu kunjungan menunjukkan adanya peluang besar bagi pertumbuhan bisnis restoran cepat saji, sehingga persaingan yang ada di dalam industri restoran cepat saji semakin ketat dengan bermunculannya berbagai restoran cepat saji

16,42% 32,83% 4,76% 1,05% 1,06% 41 ,14% 2,73% 16,03% 34,21% 5,10% 1,21% 1,17% 39,58% 2,71% 15,34% 36,81% 6,32% 1,70% 1,49% 35,61% 2,73% 0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 35,00% 40,00% 45,00% I don't eat at fast food restaurants One to three timer per week Four to six times per week Seven to nine times per week Ten times or more per week Less than once per week Prefer not to say 2016 2017 2018

(5)

5 (Hadita, 2019). Menurut Kotler dalam jurnal Aryani dan Rosinta (2010) tingkat persaingan yang tinggi mengakibatkan konsumen dihadapkan dengan lebih banyak alternatif produk, harga dan kualitas yang bervariasi. Seperti pada survei yang dilakukan oleh roy morgan research company dalam periode waktu penelitian selama 12 bulan KFC menempati urutan pertama dalam kategori restoran cepat saji yang paling sering dikunjungi dengan jumlah pengunjung sebanyak 24 juta orang, diikuti McDonalds sebanyak 7,7 juta orang, Pizza Hut sebanyak 6,5 juta orang, Solaria 3,2 juta orang, dan A&W sebanyak 2,4 juta orang (Roy Morgan, 2018). Namun sedikit berbeda dengan survei yang dilakukan oleh top brand award. Dalam menentukan sebuah brand dapat berada pada peringkat lima teratas Top Brand

Award memiliki beberapa kriteria khusus dalam menilai sebuah brand. Kriteria

khusus yang dimaksud yaitu mind share, market share, dan commitment share. Diamana mind share mengindikasikan kekuatan merek dalam ingatan konsumen,

market share menunjukkan kekuatan merek dalam perilaku pembelian konsumen,

sedangkan commitment share mengindikasikan kekuatan merek dalam mendorong konsumen untuk membeli produk dimasa yang akan datang (topbrandaward, 2019). Berdasarkan Top Brand Award terdapat beberapa restoran cepat saji yang masuk peringkat top brand di Indonesia pada tahun 2016 hingga 2019 dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1. 1 Top Brand Award Retoran Cepat Saji

Peringkat 2016 2017 2018 2019

1 KFC KFC KFC KFC

2 McDonald’s McDonald’s McDonald’s McDonald’s

3 A&W Hoka–Hoka Bento A&W A&W

4 Hoka–Hoka Bento A&W Hoka–Hoka Bento Hoka–Hoka Bento

5 CFC CFC Richeese Factory Richeese Factory

Sumber : Top Brand Award (2016, 2017, 2018, 2019)

Pada Tabel 1.1 berdasarkan top brand award dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 hingga tahun 2019 KFC dan McDonald’s berada di peringkat konstan yaitu peringkat 1 dan 2. Sedangkan CFC pada tahun 2016 hingga tahun 2017 menempati peringkat 5, namun pada tahun 2018 CFC sudah tidak termasuk dalam kategori top brand, yang mana pada tahun 2018 peringkat 5 dalam top brand diraih oleh Richeese Factory hingga tahun 2019 ini. Diketahui Richeese Factory sendiri

(6)

6 merupakan restoran cepat saji yang baru berdiri pada tahun 2011 namun sudah dapat memasuki peringkat lima besar top brand siap saji. Hal itu menunjukkan bahwa CFC tak mampu bertahan dalam persaingan bisnis. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada brand KFC, McDonald’s, A&W, Hoka-hoka Bento, dan Richeese Factory.

Pada setiap restoran cepat saji menawarkan perbandingan harga yang berbeda beda dapat dilihat pada Tabel 1.2

Tabel 1. 2 Daftar Perbandingan Harga

Brand Harga Sumber

KFC Rp 16.818 (KFC, 2020)

McDonald’s Rp 15.000 (McDonald's, 2020)

A&W Rp 20.000 (AWrestaurants, 2020)

Hoka–Hoka Bento Rp 25.000 (Hokben, 2020)

Richeese Rp 19.000 (Richeese Factory, 2020)

Sumber: Olahan Peneliti (2020)

Pada Tabel 1.2 berdasarkan daftar perbandingan harga diketahui bahwa restoran cepat saji yang memiliki harga terendah yaitu McDonald’s, sebesar Rp 15.000, KFC sebesar Rp 16.818, Richeese Factory sebesar Rp 19.000, A&W sebesar Rp 20.000, dan Hoka-Hoka Bento sebesar Rp 25.000. Menurut Erinda et

al. (2016) harga dapat mempengaruhi preferensi konsumen. Harga yang sesuai

dengan yang didapatkan oleh konsumen dapat membuat konsumen puas karena telah memutuskan untuk membeli di restoran tersebut.

Dari sekian banyak restoran cepat saji yang ada di Indonesia, menurut Top

Brand Award pada tahun 2016 hingga tahun 2019 KFC selalu mendominasi pasar

di Indonesia. Agar dapat unggul dari para pesaing KFC menerapkan standarisasi dengan menjamin mutu produk di setiap gerai KFC yang ada di Indonesia, PT Fast Food Indonesia, selaku pemegang franchise KFC di Indonesia mengirimkan langsung bumbu ayam seperti resep asli yang berasal dari Colonel Sanders, Amerika Serikat. Selain itu untuk pasokan daging ayam, PT Fast Food Indonesia mengambil dari 18 pemasok besar yang tersebar di Indonesia. Sementara untuk proses penggorengannya PT Fast Food Indonesia menerapkan standarisasi yaitu memasak dengan suhu 171 derajat celcius (Tirto, 2016). Namun pada kenyataannya

(7)

7 terdapat sebuah kasus mengenai kualitas makanan yang dijual oleh gerai KFC di Bontang, Kalimantan Timur. Salah satu konsumen KFC menemukan belatung yang terdapat di dalam daging ayam goreng tersebut (JawaPos, 2017). Dampaknya konsumen dan calon konsumen akan menjatuhkan pilihannya kepada pesaing, sehingga membuat commitment share pada restoran cepat saji KFC akan menurun. Penurunan commitment share yang merupakan salah satu kriteria dari TBI (Top Brand Index) mengindikasikan adanya penurunan kekuatan merek yang ada di ingatan konsumen terhadap KFC, apabila kekuatan merek menurun maka loyalitas konsumen terhadap merek juga menurun sehingga akan mempengaruhi volume penjualan (Affandi, 2019).

KFC Indonesia menerapkan kampanye beres-beres meja yang dimulai pada bulan April, 2018 dengan tujuan untuk mengajak konsumen membereskan meja setelah makan. Menurut Hendra selaku general manager KFC Indonesia, kampanye beres-beres meja merupakan kelanjutan dari kampanye anti sedotan yang telah berjalan selama dua tahun (Kompas, 2019). Kampanye beres-beres meja usai makan mengakibatkan banyak spekulasi di kalangan masyarakat, salah satunya adalah permasalahan pajak yang dibayar oleh konsumen. Konsumen merasa telah membayar pajak namun masih harus membereskan meja usai makan. Namun pada faktanya pajak yang dimaksud adalah pajak PB1 yang merupakan pajak pembangunan daerah, sedangkan untuk pelayanan KFC tidak menambahkan pajak pelayanan pada setiap pembelian. Dalam mempertahankan standar pada kualitas layanan, PT Fast Food Indonesia rutin mengadakan pelatihan mengenai kepuasan pelanggan dalam sisi layanan selama satu sampai dua bulan dalam dua kali pertahun (Kompas.com, 2019). Manurut Aryani dan Rosinta (2010) dengan diterapkannya standar kualitas layanan yang tinggi akan mendorong konsumen untuk komitmen pada sebuah restoran cepat saji, sehingga berdampak pada peningkatan top of

market share, di mana top of market share merupakan salah satu kriteria dari TBI

(Top Brand Index).

KFC mendapat kritik dari konsumen atas salah satu menu olahan ayam yang ditampilkan dalam poster. Pada iklan dalam poster ditampilkan menu KFC Cheesy Rods dengan dua potong ayam crispy tebal dan saus keju di atasnya, poster tersebut

(8)

8 juga menampilkan harga yang ditawarkan. Namun pada kenyataannya produk yang sampai pada konsumen tidak sesuai dengan yang ditampilkan dalam poster. Menurut salah satu konsumen KFC dengan harga yang harus dibayar konsumen sebesar sembilan belas ribu rupiah, produk yang didapatkan tidak sesuai dengan apa yang ditampilkan dalam iklan (Suara, 2019). Dengan mengutamakan visual terbaik untuk menu-menu dengan harga tinggi dimaksudkan agar konsumen tertarik memilih menu tersebut (Qraved, 2018). Menurut Apriliani dan Ferdinand (2015) dengan ditetapkannya harga yang kompetitif, maka berdampak pada top of market

share perusahaan, di mana top of market share merupakan salah satu kriteria dari

TBI (Top Brand Index). Jika kualitas makanan dan kualitas layanan yang ditawarkan tidak sebanding dengan harga yang harus dibayar oleh konsumen, maka konsumen dan/atau calon konsumen akan memilih restoran cepat saji dengan harga yang lebih murah namun menawarkan kualitas makanan dan kualitas layanan yang lebih baik. Pada akhirnya restoran cepat saji tidak akan diminati atau konsumen dan/atau calon konsumen akan menjatuhkan pilihannya kepada pesaing. Maka, perusahaan restoran cepat saji perlu mengetahui akan preferensi konsumen terhadap makanan cepat saji. Dengan demikian perusahaan dapat menyusun strategi agar produknya dapat diterima oleh konsumen.

Dilihat dari beberapa kasus KFC yang ada di Indonesia, namun kasus-kasus tersebut tidak mempengaruhi peringkat KFC sebagai top brand award yang mana konsumen tetap bertahan pada brand restoran cepat saji KFC dan tidak beralih pada

brand restoran cepat saji lainnya. Sedangkan pada restoran cepat saji McDonald’s,

A&W, Hoka-Hoka Bento, dan Richeese Factory meskipun tidak ditemukan kasus khusus yang dapat mempengaruhi peringkat dalam top brand award namun restoran cepat saji ini terus bersaing dengan ketat dalam menarik konsumen untuk tetap bertahan. Dapat dikatakan bahwa bisnis restoran cepat saji di Indonesia semakin kompetitif. Selain itu dengan adanya permintaan dan kebutuhan dari konsumen yang semakin meningkat, maka perusahaan restoran cepat saji harus dapat memberikan kualitas makanan dan kualitas layanan agar sesuai dengan preferensi konsumen, hal ini dapat menjadi salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk mempertahankan dan meningkatkan konsumen

(9)

9 dan calon konsumen juga mencegah konsumen dan calon konsumen menjatuhkan pilihannya kepada pesaing. Melihat fonemena tersebut para pengusaha industri restoran cepat saji perlu mengetahui preferensi konsumen untuk menarik para konsumennya. Preferensi konsumen menjadi nilai yang sangat penting untuk para pengusaha industri restoran cepat saji agar bisnisnya dapat berjalan dengan baik. Dengan mempelajari preferensi konsumen pada makanan cepat saji, sehingga dapat mengetahui tren pola konsumsi makanan cepat saji dan mengetahui pentingnya berbagai faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian bagi konsumen (Rai et

al., 2019).

Fokus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi atribut preferensi konsumen restoran cepat saji di Indonesia. Kombinasi ini nantinya dapat dijadikan nilai untuk mengembangkan strategi perusahaan dalam industri restoran cepat saji. Atribut yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas makanan, kualitas layanan, suasana, dan harga, yang dipetik dari penelitian terdahulu mengenai penelitian bagaimana ulasan online mempengaruhi preferensi restoran pada tahun 2017 (Guden, 2017). Menurut Guden (2017) atribut yang diinginkan konsumen diantaranya adalah kualitas makanan, kualitas layanan, suasana, dan harga. Penelitian ini dilakukan dengan analisis konjoin dengan hasil kualitas makanan mendapatkan penilaian atribut tertinggi, disusul oleh harga, kualitas layanan, dan suasana di posisi selanjutnya. Keempat variabel ini mampu memberikan kontribusi tingkat importance lebih dari 85%. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Guden (2017) tersebut memiliki kekurangan yaitu tidak melakukan studi pada restoran cepat saji secara langsung (hanya pada ulasan online) sehingga hal ini dapat menjadi celah penelitian dimana konsep yang diterapkan oleh Guden dapat dicoba untuk diterapkan pada restoran cepat saji yang ada di Indonesia. Berdasarkan data tersebut, maka peneliti melakukan penelitian berjudul “ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN DALAM MEMILIH ATRIBUT RESTORAN CEPAT SAJI DI INDONESIA”.

(10)

10 1.3 Perumusan Masalah

Pergeseran pola konsumsi masyarakat Indonesia berdampak pada industri kuliner baik kuliner nusantara, cafe maupun restoran cepat saji. Menurut Sudrajat sebagai wakil ketua umum bidang restoran perhimpunan hotel dan restoran Indonesia, restoran cepat saji merupakan salah satu subsektor industri kuliner yang cukup stabil. Bisnis restoran cepat saji tumbuh di kisaran 10% hingga 15% tiap tahunnya, hal ini didukung dengan meningkatnya pendapatan masyarakat dan kebiasaan mengkonsumsi makanan diluar rumah (Ekonomi, 2019).

Pada fenomena nyata di Indonesia, bisnis restoran cepat saji dianggap cukup stabil dan peresntase tumbuhnya meningkat tiap tahun. Fenomena tersebut didasari dengan pergeseran pola konsumsi masyarakat Indonesia, yang mengakibatkan daya saing industri restoran cepat saji di Indonesia semakin ketat dalam menarik para konsumen dan/atau calon konsumen. Namun tidak semua perusahaan yang membuka bisnis restoran cepat saji dapat menguasi pasar dan memenuhi harapan konsumen. Hal ini ditunjukan pada kondisi yang terjadi dilapangan dimana masih banyak restoran cepat saji yang menawarkan produk dan fasilitas yang tidak sesuai dengan preferensi konsumen sehingga restoran cepat saji tersebut tidak dapat bertahan dari persaingan industri restoran cepat saji. Untuk dapat bertahan dalam persaingan industri restoran cepat saji, pelaku usaha industri restoran cepat saji perlu mengetahui preferensi konsumen agar dapat menarik konsumen dan/atau calon konsumennya. Preferensi konsumen menjadi nilai yang sangat penting untuk pelaku usaha industri restoran cepat saji agar bisnisnya dapat berjalan dengan baik.

Beberapa restoran cepat saji yang dapat menguasai pasar Indonesia menurut

top brand adalah KFC, McDonald’s, Hoka-Hoka Bento, A&W, dan Richeese.

Hal ini dikarenakan kelima restoran cepat saji tersebut memiliki cara dalam memenuhi preferensi konsumen. Oleh sebab itu kelima restoran cepat saji tersebut menggunakan standar yang sama pada setiap gerai di seluruh Indonesia.

Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan, maka masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah bagaimana customer value index dalam memilih restoran cepat saji di Indonesia dimana yang menjadi acuannya adalah

(11)

11 lima restoran yang masuk dalam top brand, yaitu KFC, McDonald’s, Hoka-Hoka Bento, A&W, dan Richeese. Indentifikasi ini dilakukan dengan melihat kombinasi atribut restoran cepat saji untuk mendapatkan customer value index yang memiliki nilai tertinggi, serta mengetahui value driver dari nilai customer

value index tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana cara mengetahui kombinasi atribut restoran cepat saji yang menghasilkan customer value index tertinggi?

2. Apa saja atribut yang merupakan value driver dari restoran cepat saji? 1.4 Tujuan Penelitian

Berikut tujuan dari penelitian:

1. Untuk mengetahui kombinasi atribut restoran cepat saji yang menghasilkan

customer value index tertinggi.

2. Untuk mengetahui atribut mana yang merupakan value driver dari restoran cepat saji.

1.5 Manfaat Penelitian a. Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti di bidang operasional maupun pemasaran dalam memahami karakteristik produk yang diharapkan oleh konsumen pada restoran cepat saji di Indonesia. Selain itu manfaat teoritis yang diharapkan oleh peneliti dapat menambah ilmu serta pengalaman mengenai preferensi konsumen dalam memilih restoran cepat saji di Indonesia berdasarkan atribut yang diteliti. selain itu dapat juga memberikan wawasan mengenai apa yang akan dihadapi oleh peneliti kelak ketika lulus dari Universitas dan berada di lingkungan pekerjaan yang sebenarnya.

b. Aspek Praktis

Dari hasil penelitian mengenai customer value index dalam memilih restoran cepat saji di Indonesia diharapkan dapat memberi wawasan dan informasi kepada pemilik bisnis restoran di Indonesia. Dengan adanya penelitian ini juga diharapkan dapat membantu manajemen restoran agar dapat menyusun strategi bisnis yang

(12)

12 efektif dan paling cocok untuk melayani segmen pasar dan dapat memberikan solusi dari masalah yang ada.

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Agar pembaca dapat memahami pembahasan dalam skripsi ini dengan mudah, maka peneliti menyusun skripsi ini secara sistematis dan ringkas seperti berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini peneliti menguraikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, pernyataan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dalam aspek teoritis dan aspek praktis, ruang lingkup penelitian seperti objek dan lokasi penelitian serta waktu dan periode penelitian, serta sistematika penulisan secara singkat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Dalam bab ini peneliti menguraikan teori-teori terkait penelitian, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini peneliti menegaskan pendekatan, metode, dan Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian, meliputi uraian tentang karakteristik penelitian, alat pengumpulan data, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data dan sumber data, validasi dan reliabilitas, dan teknik analisis data dan pengujian data.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini peneliti menguraikan hasil penelitian secara kronologis dan sistematis sesuai dengan perumusan masalah serta tujuan penelitian. Bab ini menguraikan karakteristik responden, hasil penelitian, dan juga pembahasan hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran dari penelitian. Kesimpulan disajikan dengan secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan.

Gambar

Gambar 1.1 di atas merupakan hasil survei kunjungan restoran cepat saji per- per-minggu  yang  dilaksanakan  pada  tahun  2016  hingga  2018
Tabel 1. 1 Top Brand Award Retoran Cepat Saji
Tabel 1. 2 Daftar Perbandingan Harga

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan publik adalah urusan baru pada Pemerintah Kota Ambon yang dibentuk berdasarkan Perda Kota Ambon No.10 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Dalam melakukan perilaku menggosok gigi adalah dengan memecah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam sebuah task analysis. Berikut ini merupakan task analysis

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki