• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERIODESASI SEJARAH PEMIKIRAN DALAM DUNIA ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERIODESASI SEJARAH PEMIKIRAN DALAM DUNIA ISLAM"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERIODESASI SEJARAH

PEMIKIRAN DALAM DUNIA ISLAM

Munawirsazali

Abstrak: Periodesasi pemikiran Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga periode, yaitu periode klasik yang dimulai dari abad VII M – XII M, periode pertengahan yang dimulai dari abad XII M-XVIII M, dan periode modern yang dimulai dari abad XVIII M-XX M. masing-masing periode memiliki corak tersendiri..Pada periode klasik, Islam sudah mulai membangun serta mengembangkan pemikiran dan peradaban Islam. Pada masa dinasti umayah misalnya dalam bidang ilmu pengetahuan, kehidupan intelektual di Basrah dan Kufah telah melahirkan tokoh-tokoh intelektual. Masa Dinasti Abbasiyah dalam sejarah diketahui sebagai masa umat Islam berada dalam puncak penalaran, daya cipta, dan penemuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang skarang memberikan kontribusi bagi peradaban Barat. Pada pertengahan dikenal sebagai “masa gelap” bagi dunia Islam yang ditandai dengan kejatuhan imperium-imperium kesultanan di dunia Islam karena perebutan kekuasaan. Periode modern ini dimulai dari abad XVIII sampai dengan abad XX yang muncul sebagai bentuk kesadaran dari beberapa tokoh muslim ketika melihat dunia Islam mengalami kemunduran. Periode pertengahan mereka berupaya untuk mengembalikan kemajuan peradaban Islam dulu yang telah lama tenggelam dalam panggung sejarah.

Keyword: Periodesasi, Pemikiran, Islam, Klasik, Peretengahan, Moderen

Pendahuluan

Pemikiran Islam merupakan istilah Bahasa Indonesia. Pemikiran Islam pada dasarnya sebagai terjemahan dari Bahasa Arab

Al-Afkar al-Islamiyyah. Bahkan dalam istilah

lain juga dikenal pemikiran keagamaan atau

AL-Afkar ad-Diniyyah.Sejauh pembacaan

penulis, belum ditemukan pengertian dari pemikiran Islam itu sendiri, melainkan yang

dtemukan adalah disiplin ilmu yang masuk dalam bidang Pemikiran Islam, seperti ilmu kalam/tauhid, falsafah, tasawuf, dan aliran modern. M. Amin Abdullah menambahkan tafsir dan fikih dalam pemikiran Islam.

Secara bahasa, Pemikiran Islam dapat dipahami sebagai suatu aktivitas nalar intelektual umat manusia (muslim) terhadap sumber-sumber utama ajaran Islam dan

(2)

menghasilkan produk dari aktivitas nalar tersebut yaitu berupa tafsir fikih, tasawuf, falsafah, dan lain sebagainya.

Produk-produk dari aktivitas nalar manusia sebagai pemikiran Islam dalam sejarah mengalami perkembangan dari masa ke masa. Pemikiran-pemikiran Islam dari masa ke masa mengalami corak atau karakteristik tersendiri. Oleh sebab itu, perlu dilakukan kajian mengenai periodesasi pemikiran Islam itu sendiri. Dengan demikian, tulisan ini secara khusus membahas tentang periodesasi dari pemikiran Islam beserta karakter dari masing-masing perkembangan tersebut. Priodesasi Sejarah Pemikiran dalam

Dunia Islam

Meminjam bahasa Mujamil Qomar dalam pengantarnya menyebutkan bahwa pemikiran-pemikiran Islam itu banyak se-kali jumlahnya, antara lain pemikiran Islam tradisional, modernis, moderat, trans formatif, fundamentalis, dan liberal. Betapa beragamnya pemikiran Islam dalam rentang sejarah, bahkan sejak abad ke-empat hijriyah sampai waktu kita sekarang menunjukkan akan keragaman pemikiran Islam.

Namun, agar pembahasan tentang pemikiran Islam secara sistematis, maka dalam tulisan ini periodesasi pemikiran Islam diklasifikasikanmenjadi tiga bagian, yaitu periode klasik, periode menengah, dan periode modern. Sebagaimana disebutkan olehDudung Abdurrahman dalam Kata Pengantarnya yang menyatakan bahwa periode klasik dimulai dari abad VII – XIII M., sementara periode pertengahan dimulai

dari abad XIII – XIX M.Untuk periode modern dimulai dari abad XIX – XX M. Secarasederhana dapat digambarkan melalui bagan di bawah ini:

1. Periode Klasik

Masa klasik ini dimulai sejak zaman Nabi Muhammad saw sampai dengan masa abbasiyah.Periode klasik dalam Islam berbeda dengan periode klasik dalam dunia Barat. Dalam dunia Islam, masa klasik dimulai dari masa Rasulullah. Sementara dalam dunia Barat masa klasik dimulai dari Yunani. Oleh sebab itu, dalam tulisan ini dibahas masa klasik dalam dunia Islam, antara lain dari masa Nabi saw. sekitar abar VII hingga masa dinasti abbasiyah skitar abad XII.

Keistimewaan masa Nabi dan Khulafa al-Rasyidin adalah periode Madinah sebagai pusat pemerintahan yang dijiwai ajaran Islam. Inti pelajaran agama terpusat langsung dari sumber aslinya, yakni memahami dan mengamalkan ajaran Qur`an dan al-Hadis. Ilmu-ilmu keislaman yang lain belum tumbuh atau belum ada. Oleh karena al-Qur`an secara langsung dikaji, digeluti, dan direnugkannya maka pemikiran dan pengamalan Islam tumbuh dan berkembang secara sinkron (serempak antara zikir, piker,

dan amal perbuatan nyata.

Pada masa Nabi, ijtihad belum ber-kembang secara menonjol karena hampir segala masalah bisa langsung ditanyakan kepada Nabi yang jawabannya bisa dengan turunnya wahyu. Namun, dalam per-kembangannya, ijtihad mulai berkembang dan amat dubutuhkan sekali pada masa al-khulafa ar-rasyidun dan yang berkelanjutan

(3)

dalam masa pemerintahan bani Umayah di Damaskus. Ijtihad ini kemdian mengalami perkembangan yang amat subur dan amat indah dalam masa kebesaran Bani Abbasiyah dengan ibu kota kerajaan di Baghdad.

Salah satu bukti ijtihad yang terjadi pada masa sahabat adalah ijtihad yang dilakukanoleh khalifah Umar bin Khattab. Diantara persoalan-persoalan yang pernah disentuh oleh ijtihad khalifah Umar adalah tidak memberikan zakat kepada muallaf , tidak membagikan tanah rampasan perang kepada tentara yang ikut perang , dan lain sebagainya.

Selain itu, pada masa al-khulafa ar-rasyidun juga telah berhasil membuat dasar-dasar bagi suatu pemerintahan yang demokratis dengan sistem pemilihan khilafah yang berprinsip pada musyawarah, mengatur administrasi Negara dengan membentuk departemen-departemen, antara lain keuangan, pertahanan, hukum, ekonomi, dan pengembangan pengetahuan. Selain itu juga dibentuk lembaga eksekutif (khalifah),

legislatif (dewan syura), dan yudikatif

(qadhi) dan jabatan lainnya yang menangani

kepentingan publik.

Masa klasik ini merupakan masa di mana dunia Islam memasuki masa perintisan dan kemajuan. Menurut Harun Nasution, masa klasik ini dibagi menjadi dua masa, yaitu masa kemajuan Islam I yang dimulai dari tahun 650 s/d 1000 M. dan masa Disintegrasi yang dimulai dari tahun 1000 s/d 1250 M .

a. Masa Kemajuan Islam I

Masa pertama ini dikenal sebagai masa ekspansi, integrasi, dan keemasan Islam.

Secara sederhana, dapat diringkas melalui skema di bawah ini:

Dalam hal ekspansi, sebelum Nabi wafat, seluruh Semenanjung Arabia telah tunduk ke bawah kekuasaan Islam. Sementara ekspansi ke daerah-daerah luar Arabia dimulai pada zaman khalifah pertama, yaitu khalifah Abu Bakar.

Untuk melihat pemikiran Islam yang muncul pada masa kemjuan Islam I ini, maka dapat dilihat dari Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah. Sebab, masing-masing dinasti tersebtu memiliki pemikiran-pemikiran yang berbeda sebagai produk pemikiran yang dihasilkan.

Masa Dinasti Umayyah

Pada masa Dinasti Umayyah,menurut Harun telah menghasilkan beberapa pemikiran. Diantara pemikiran yang muncul pada masa ini adalahpemikiran di bidang tafsir, hadis, fikih, dan ilmu kalam. Dengan demikian, di zaman ini muncul beberapa tokoh muslim seperti Hasan al-Basri, ibn Shihab al-Zuhri dan Wasil bin Atha`. Yang menjadi pusat dari kegiatan-kegiatan ilmiah ini adalah Kufah dan Basrah di Irak.

Dengan data yang sama, Azizah juga menjelaskan bahwa pada masa dinasti Umayyah dengan menjadikan Basrah dan Kufah sebagai pusat kehidupan intelektual telah melahirkan beberapa pemikiran dan sekaligus tokoh-tokohnya, seperti al-Khalil bin Ahmad yang menyusun kamus Bahasa Arab kitab `Ayn. Al-Khalil punya murid dalam

bidang tata Bahasa Arab yaitu Sibawaih yang menyusun kitab yang berisi tata bahasa Arab. Kemudian di bidang hukum dan hadis maka

(4)

tokoh-tokoh intelektualnya adalah Hasan al-Basri dan Ibnu Syihab az-Zuhri. Al-Zuhri mengkaji hadis-hadis Nabi dan hukum Islam. Sementara al-Basri sendiri adalah seorang perawi hadis yang diyakini mengenal 70 pribadi sahabat yang ikut perang badar. Kajian sejarah periwayatan hadis merupakan embrio lahirnya kajian historiografi Arab yang nantinya melahirkan kitab-kitab

Maghazidan Sirah.

Dinasti Abbasiyah

Pada masa Dinasti Abbasiyah ini, Islam dikenal sebagai masa integrasi.Disebutnya masa integrasi pada zaman Abbasiyah ini adalah karena pada masa inilah pertama kalinya dalam sejarah terjadi kontak antara Islam dengan kebudayaan Barat yaitu kebudayaan Yunani klasik yang terdapat di Mesir, Suria, Mesopotamia, dan Persia.Diantara integrasi yang terjadi pada zaman Abbasiyah ini adalah integrasi dalam bidang bahasa. Di mana bahasa al-Qur`an yaitu bahasa Arab dipakai di mana-mana. Bahasa Arab telah menggantikan bahasa Yunani dan bahasa Persia sebagai bahasa administrasi. Bahasa Arab juga menjadi bahasa ilmu pengetahuan, filsafat dan diplomasi. Disamping integrasi dalam bidang bahasa, integrasi juga dalam bidang kebudayaan. Di mana kebudayaan yang ada mulai dari Spanyol di Barat sampai ke India di Timur dan dari Sudan di Selatan sampai ke Kaukasus di Utara adalah kebudayaan Islam dengan bahasa Arab sebagai alatnya.

Masa Dinasti Abbasiyah dalam sejarah diketahui sebagai masa umat islam berada dalam puncak penalaran, daya cipta, dan penemuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi

yang skarang memberikan kontribusi bagi peradaban Barat sekarang. Pada masa ini, umat Islam telah berhasil membangun sistem peradaban.

Islam pada masa dinasti abbasiyah ini menunjukkan konsepsinya yang menjadi karakteristiknya terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. Semangat mempelajari hasil-hail peradaban kuno sangat menggebu. Bahkan, para khalifah mengundang para terpelajar terkemuka dari seluruh kerajaan, mereka mengumpulkan seluruh karya literature klasik dan keagamaan dan menyusun tertib hukum Islam.

Karena Negara memiliki kekayaan yang mendukung, maka Negara pun membiayai proyek besar yaitu menerjemahkan karya klasik dari Yunani dan Persia serta daerah-daerah lain. Khalifah Harun al-Rasyid juga menggunakan kekayaann Negara untuk mendirikan rumah sakit, membiayai pendidikan kedokteran dan farmasi. Demikian juga pada masa al-Makmun, ia menggunakan kekayaan Negara untuk menggaji penerjemah-penerjemah dari Kristen, Sabi, dan bahkan penyembah bintang untuk menerjemahkan berbagai buku berbahasa asing ke dalam Bahasa Arab. Perpustakaan-perpustakaan besar serta pusat-pusat penerjemahan didirikan, buku-buku penting yang berisi ilmu pegetahuan, kedokteran dan filsafat Barat dan Timur dikumpulkan dan diterjemahkan oleh orang-orang Kristen dan Yahudi, dari bahasa Yunani, Latin, Persia, Koptik, Syiria ke dalam bahasa Arab.

Ilmu filsafat Yunani masuk ke dalam Islam pada abad ke- 8 M, yaitu ketika umat Islam

(5)

menguasai Iskandariah di Mesir, Antiokia di Syuriah, serta Jundisabur dan Bactra di Persia. Penyatuan kebudayaan Yuani dan Persia melahirkan kebudayaan Hellenisme. Umat

Islam mempelajari filsafat dengan tujuan untuk menyerap jiwa manusia dalam alam spiritual yang darinya filsafat datang.

Penerjemahan karya-karya Yunani dari Persia ini sudah mulai dirintis pada masa Khalifah Abu Ja`far al-Mansur. Kemudian pada masa Harun al-Rasyid, buku-buku ilmu pengetahuan yang berbahasa Yunani mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Arab secara besar-besaran. Di samping itu, Harun al-Rasyid juga mengirim utusan ke Romawi untuk mencari buku-buku pengetahuan

yang akan diterjemahkan ke dalam Bahas Arab. Kegiatan penerjemahan ini semakin meningkat pada masa khalifah al-Ma`mun. dalam kegiatan penerjemahan ini sebagian besar karagan Plato dan Aristoteles serta buku-buku filsafat lainnya berhasil diterjemahkan ke dalam bahasa Arab terutama filsafat etika dan logika.

Kegiatan penerjemahan ini juga melahirkan cendikiawan-cendikiawan dan filsuf yang masyhur, seperti al-Kindi (801-866 M), ar-Razi (864-926 M), al-Farabi (850-950 M), Ibnu Sina (908-1037 M), Ibnu Maskawaih (941-1030 M), dan al-Ghazali (1051-1111 M). Tokoh Filosof Muslim 1 1.. A All--KKiinnddii 2 2.. A Arr--RRaazzii 3 3.. A All--FFaarraabbii 4 4.. I IbbnnuuSSiinnaa 5 5.. I IbbnnuuMMaasskkaawwaaiihh 6 6.. A All--GGhhaazzaallii

(6)

Ilmu kedokteran masuk ke dalam Islam melalui terjemahan pada masa Abbasiyah oleh para penerjemah dari Jundisabur. Ilmu kedokteran Islam lahir sebagai pembaruan teori kedokteran Yunani yang dirintis oleh Hipokrates.1 Dengan demikian, pada masa Harun al-Rasyid terdapat 800 orang dokter di Bagdad. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya kemajuan ilmu kedokteran pada masa dinasti Abbasiyah.2 Diantara tokoh-tokoh dalam bidang kedokteran pada masa dinasti Abbasiyah ini adalah Ali bin Rabban at-Tabari yang menulis Firdaus al-Hikamh pada tahun 805 M. kemudian setelah Tabari lahir pula tokoh-tokoh ahli kedokteran lain seperti ar-Razi, Ali bin al-Abbas, Ibnu Sina, Jabir bin Hayyan, al-Kindi, dan al-Farabi. Sejak itulah lahir para tokoh kedokteran lain baik di Baghdad, Mesir, Syuriah, Persia, Spanyol, Aprika Utara, sampai India.3

Selain ilmu kedokteran, pada masa dinasti Abbasiyah lahir pula ilmu astronomi atau ilmu falak. Ilmu ini lahir karena berkaitan erat dengan beberapa ketentuan dalam Islam sepertipenentuan awal waktu shalat, penentuan arah kiblat, dan penetuan awal bulan qamariyah. Diantara tokoh dalam bidang Astronomi adalah Al-Biruni yag mendapatkan julukan al-Ustadz fil `ulum (bapak berbagai ilmu), Nasiruddin at-Tusi yang memodifikasi model semesta Ptolomeus dengan prinsip-prinsip mekanika untuk emnjaga keseragaman rotasi benda-benda langit, Al-Khawarizmi di Baghdad yang membuat table-tabel untuk

1Abdul Mun`im Majid, Tarikh Hadhoroh

al-Islamiyah: Fi al-Ushur al-Wustho, terj. Ahmad Rofi`I Usmani (Bandung: Pustaka, 1978), h. 160.

2 Badri Yatim, Sejarah, h. 52. 3Abdul Mun`im, Tarikh, h. 162-163.

menentukan saat terjadinya bulan baru, terbit dan terbenamnya matahari, bulan, planet dan untuk prediksi gerhana. Al-Khawarizmi juga mengembangkan matematika trigonometri dan sistem bilangan dengan angka 0 (nol).4

Setelah periode penerjemahan di atas kemudian diikuti oleh periode kreativitas besar dalam pengembangan pengetahuan.5 Peradaban itelektual yang terjadi pada dasarnya muncul sebagai akibat dari semangat mencari ilmu yang luar biasa dari orang-orang Islam. Semangat keilmuan menekankan pada metode pengamatan dan eksperimen ilmiah. Dengan demikian, eksperimen-eksperimen ilmiah dalam bidang kimia, fisika, dan farmasi dilakukan di laboratorium. Sementara penelitian dalam bidang patologi dan pembedahan dilakukan di rumah sakit. Sejumlah observatorium juga dibangun di beberapa di Damaskus, Baghdad, Naisabur untuk melakukan pengamatan astronomi. Persiapan bedah mayat juga dilakukan dalam rangka praktik pengajaran anatomi.6

Dengan demikian, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa pemikiran-pemikiran yang muncul pada masa Dinasti Abbasiyah ini adalah pemikiran pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan.

b. Disintegrasi

Masa disintegrasi ini terjadi dalam bidang politik. Di mana daerah-daerah yang jauh letaknya dari pusat pemerintahan di Damaskus dan di Bagdad, melepaskan

4.Ibid., h.150.

5John L. Esposito, Ancaman Islam Mitos atau

Realitas (Bandung: Mizan, 1994), h. 44.

6Azizah, “Islam Masa Dinasti Umayah” dalam

(7)

diri dari kekuasaan Khalifah di pusat dan meuncullah dinasti-dinasti kecil.

Periode Pertengahan

Abad pertengahan dalam dunia Islam mulai dari abad XIII sampai dengan abad XVIII. Dalam sejarah, akhir abad ke XVIII adalah masa dimana dikenal “masa gelap” bagi dunia Islam. Preseden kemunduran Islam sebenarnya sudah ada sejak jauh-jauh hari. Kemunduran Islam ini ditandai dengan kejatuhan imperium-imperium kesultanan di dunia Islam karena perebutan kekuasaan.7

Kemunduran Islam pada abad per tengah-an ini terjadi karena adtengah-anya stagnasi terutama di bidang sains dan teknologi.Menurut M. Umer Chapra,8 setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan stagnasi tersebut, yaitu:

1) Menurunnya dukungan finansial dari Negara

Langkanya akuntabilitas politik merupa-kan alasan utama atas mengaupnya dukungan Negara dari sisi finansial terutama dalam bidang pendidikan yang sebelumnya tersedia sangat besar. Gaya hidup mewah keluarga istana ditambah dengan korupsi dan pemborosan belanja Negara untuk kampanye militer turut menguras sumber-sumber kekayaan Negara dan mengurangi daya kemampuannya dalam membiayai bidang pendidikan, sains, dan teknologi.

7M. Lutfi Mustofa dan Helmi Syaifuddin (ed),

Intelektualisme Islam: Melacak Akar-akar Integrasi Ilmu dan Agama (Malang: LKQS UIN Malang, 2007), h. 102.

8M. umer Chapra, Peradaban Muslim: Penyebab

Keruntuhan dan Perlunya Reformasi, terk. Ikhwan A. Basri (Jakarta: Amzah, 2010), h. 133-159.

Turki Usmani kurang memprioritaskan bidang pendidikan dan aktivitas-aktivitas pembangunan bangsa yang lain. Sehingga percikan semangat Islam yang meredup saat Turki Usmani naik ke tampuk kekuasaan pasa awal abad XIV M menjadi titik kemunduran.9

2) Ketidakberdayaan sector swasta untuk menanggung beban pendidikan

Menurunnya peran Negara membuat sector swasta, dalam hal ini badan-badan wakaf, menanggung beban berat dalam bidang pendidikan.10

3) Pemaksaan kaum rasionalis untuk memasukkan pandangan-pandangan mereka yang bertentangan dengan pandangan masyarakat, dibarengi reaksi balik di atasnya, telah menceraikan sains dari sekolah-sekolah keagamaan.

Faktor yang memperparah kemunduran sains dan teknologi dalam dunia Islam adalah adanya konflik yang mencuat antara antara kaum rasionalis dan konservatif sebagai hasil dari penggunaan kekuatan Negara oleh kaum rasionalis untuk memaksakan pandangan-pandangannya yang tidak dapat diterima kepada rakyat. Barulah al-Ghazali melakukan serangan fata terhadap kaum rasionalis ekstrem. Dalam bukunya Tahafut al-Falasifah

(kekacauan para filsuf). Setelah 85 tahun seragan fatal dari al-Ghazali, maka Ibnu Rusyd berupaya menyelamatkan gerakan rasionalis dari kehancuran. Ibnu Rusyd kemudian menyiapkan argumen balik melalui bukunya Tahafut at-Tahafut atas

9Ibid., h. 134.

(8)

serangan al-Ghazali. Dua buku yang berjudul Tahafut dari al-Ghazali dan Ibnu

Rusyd ini adalah sebagai tanda adanya perdebatan atau pertentangan gagasan mengenai akal dan wahyu yang terjadi dalam dunia Islam.11

Menurut Mujamil Qomar, terdapat sembilan faktor yang menyebabkan kemunduran Islam pada masa pertengahan ini.12 Sembilan faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1) Hancurnya Baghdad sebagai pusat kemajuan pemikiran umat Islam d pertengahan abad ke-XIII. Pada tahun 1258 M., Bagdad sebagai pusat peradaban Islam diserbu dan dihancurkan oleh Hulaqu Khan, seorang pemimpin bangsa Tar-tar. Invansi ini dilakukan secara brutal dengan membantai penduduk. Sekitar 1.600.000 jiwa yang binasa dalam pembantaian itu, dan diantara mereka adalah para ulama, pemikir dan ilmuwan. 2) Perpecahan yang terjadi

di kalangan umat Islam. Perpecahan yang terjadi adalah (a) perpecahan teologis antara Sunni dan Syi`ah, maupun perpecahan antara Mu`tazilah dengan Asy`ariyah bersama Maturidiyah. (b) perpecahan etnik antara Arab dengan

11Ibid., h. 151-156.

12Mujamil Qomar, Merintis Kejayaan Islam

Kedua: Merombak Pemikiran dan Mengmbangkan Aksi (Yogyakarta: Teras, 2011), h. 71-84.

Persia. (c) perpecahan yuridis atau hukum yang terjadi antara pengikut empat mazhab (para pengikut mazhab Hanafi, Maliki, Syafi`i, dan Hanbali). Dan (d) perpecahan mistik antara kaum sufi dan kaum syari`ah.

3) Adanya paham jumud atau fatalisme (aqidah jabariyah).

Paham jumud di sini dimaksudkan

bahwa umat Islamtidak meng-hendaki perubahan dan tidak mau menerima perubahan, me-reka hanya berpegang teguh pada tradisi yang mengakibatkan keadaan mereka menjadi beku dan statis.

Adapunpaham fatalisme (aqidah jabari-yah) mengajarkan bahwa manusia itu dalam

keadaan terpaksa, mereka tidak memiliki kekuatan apapun, mereka tidak memiliki kebebasan berkehendak maupun kebebasan berbuat. Semua kekuatan adalah kekuatan Tuhan dan semua perbuatan adalah perbuatan yang diciptakan Tuhan.

1) Kalahnya aliran rasionalisme, pintu ijtihad tertutup, taklid, dan anti pemikiran.

2) Umat Islam telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran-ajaran yang datang dari luar dan asing bagi Islam.

3) Kehidupan zuhud dan fana` yang

ber-lebihan. Zuhud dan tasawuf secara umum

dianggap sebagai salah satu biang keladi kemunduran Islam.

4) Sifat umat Islam yang penakut, pengecut dan inkar. Dewasa ini umat Islam sangat bertolak belakang dengan leluhur masa

(9)

lalu yang gagahpemberani menghadapi kekuatan negara manapun.

5) Perubahan sistem pemerintahan dalam Islam dari sistem kekhalifahan menjadi sistem Kerajaan. Sistem kekhalifahan mencerminkan demokrasi sedangkan sistem Kerajaan mencerminkan auto-krasi. dan;

6) Kolonialisasi dan imperialisasi Barat. Penjajahan Barat biasanya diberlakukan kepada negara-negara yang masih lemah baik dari segi politik, militer, sosial, ekonomi, maupun pendidikan. Kekuatan-kekuatan kaum muslimin berusaha dipatahkan sehingga tidak memiliki semangat dan potensi untuk melakukan perlawanan. Kekuatan militernya dihancurkan, kekuatan politiknya ditekan, kekuatan ekonominya dirampas, dan kekuatan pendidikannya dipersempit.

Periode Modern

Periode modern ini dimulai dari abad XVIII sampai dengan abad XX. Periode modern ini muncul sebagai bentuk kesadaran dari beberapa tokoh muslim ketika melihat dunia Islam mengalami kemunduran atau kejumudan sebagai akibat dari koloalisme dan imprealisme Barat di Negara-negara Islam pada XIX. Motif pembaruan yang dilakukan oleh beberapa tokoh muslim, sebut saja seperti Muhammad Abduh dan Jamaludin al-Afghani, adalah karena apabila memotret ke belakang maka Islam telah menorehkan tinta emas peradabannya. Oleh sebab itu, mereka berupaya untuk mengembalikan kemajuan peradaban Islam dulu yang telah

lama tenggelam dalam panggung sejarah, yaitu abad pertengahan.

Perubahan global membuat dunia Islam mengalami krisis. Dan krisis inilah yang kemudian yang mengisnpirasikan tokoh muslim kembali membuka lembaran sejarah awal munculnya kebangkitan Islam untuk merumuskan formulasi setrategi kebangkitan Islam berhadapan dengan Barat secara efektif. Barat sudah terlalu kuat untuk dilawan karena Barat sendiri sudah mendominasi berbagai diskursus dunia kontemporer, baik dalam bidang sains, politik, ekonomi, militer, dan lain sebagainya. Maka dari itu, tidak ada jalan lain kecuali Islam harus bangkit untuk mengimbangi gerak peradaban Barat.13

Akar-akar historis dari kebangkitan Islam di pada abad modern untuk melakukan pembaruan adalah berawal ketika Napoleon Bonaparte mendaratkan pasukannya ke lembah Nil sekitar tahun 1798 (abad XVIII). Pada tahun inilah dijadikan sebagai gerbang awal dunia Arab (Islam) mulai bersentuhan dengan modernitas.14

Jamaluddin al-Afghani (1839) adalah tokoh yang sangat berpengaruh dalam gerakan Islam dan berkenalan dengan mahasiswa muda al-Azhar yaitu Muhammad Abduh (1849). Abduh sendiri adalah pemikir Islam yang dijuluki sebagai “arsitek modernism Islam” oleh Esposito.15

Menurut Abduh, kemuduran Islam disebabkan oleh ke-jumud-an yang sudah

13Ibid., 78-79.

14Alberth Hourani, Arabic Thought in The Liberal

Age 1798-1939 (Cambridge: Cambridge University Press, 1991), iv-x.

15M. Lutfi Mustofa dan Helmi Syaifuddin (ed),

(10)

menjadi kronis di kalangan umat Islam sendiri.

Kesimpulan

Periodesasi pemikiran Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga periode, yaitu periode klasik yang dimulai dari abad VII M – XII M, periode pertengahan yang dimulai dari abad XII M-XVIII M, dan periode modern yang dimulai dari abad XVIII M-XX M. masing-masing periode memiliki corak tersendiri.

Pada periode klasik, Islam sudah mulai membangun serta mengembangkan pemikiran dan peradaban Islam.Pada masa Nabi dan Khulafa al-Rasyidin, maka dapat dikatakan bahwa ada dua sumber perkembangan pemikiran agama dalam Islam, yaitu sumber baku yaitu qur`an dan al-Sunnah, dan sumber dinamika yaitu ijtihad.

Pada masa dinasti umayah misalnya dalam bidang ilmu pengetahuan, kehidupan intelektual di Basrah dan Kufah telah melahirkan tokoh-tokoh intelektual, seperti al-Khalil bin Ahmadyang menyusun kamus Bahasa Arab kitab `Ayn. Al-Khalil punya

murid dalam bidang tata Bahasa Arab yaitu Sibawaih yang menyusun kitab yang berisi tata bahasa Arab. Kemudian di bidang hukum dan hadis maka tokoh-tokoh intelektualnya adalah Hasan al-Basri dan Ibnu Syihab az-Zuhri.Adapun masa Dinasti Abbasiyah dalam sejarah diketahui sebagai masa umat islam berada dalam puncak penalaran, daya cipta, dan penemuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang skarang memberikan kontribusi bagi peradaban Barat sekarang. Pada periode abbasiyah ini dilakukan proyek

penerjemahan karya klasik dari Yunani dan Persia sehingga muncul tokoh-tokoh seperti al-Kindi (801-866 M), ar-Razi (864-926 M), al-Farabi (850-950 M), Ibnu Sina (908-1037 M), Ibnu Maskawaih (941-1030 M), dan al-Ghazali (1051-1111 M).Ilmu-ilmu yang berkembang pada masa ini adalah ilmu kedokteran, astronomi, matematika, fisika, kimia, filsafat, dan lain sebagainya

Pada pertengahan dikenal sebagai “masa gelap” bagi dunia Islam.Kemunduran Islam ini ditandai dengan kejatuhan imperium-imperium kesultanan di dunia Islam karena perebutan kekuasaan. Di samping itu, Kemunduran Islam pada abad pertengahan ini terjadi karena adanya stagnasi terutama di bidang sains dan teknologi. Menurut M. Umer Chapra, setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan stagnasi tersebut, yaitu pertama

menurunnya dukungan finansial dari Negara;

kedua ketidakberdayaan sector swasta untuk

menanggung beban pendidikan; dan ketiga

adanya konflik antara kaum rasionalis dengan kaum konservatif.

Periode modern ini dimulai dari abad XVIII sampai dengan abad XX. Periode modern ini muncul sebagai bentuk kesadaran dari beberapa tokoh muslim ketika melihat dunia Islam mengalami kemunduran atau kejumudan sebagai akibat dari koloalisme dan imprealisme Barat di Negara-negara Islam pada XIX. Motif pembaruan yang dilakukan oleh beberapa tokoh muslim, sebut saja seperti Muhammad Abduh dan Jamaludin al-Afghani, adalah karena apabila memotret ke belakang maka Islam telah menorehkan tinta emas peradabannya. Oleh sebab itu, mereka berupaya untuk mengembalikan

(11)

kemajuan peradaban Islam dulu yang telah lama tenggelam dalam panggung sejarah, yaitu abad pertengahan.

Daftar Pustaka

Abdul Mun`im Majid, Tarikh al-Hadhoroh al-Islamiyah: Fi al-Ushur al-Wustho,

terj. Ahmad Rofi`I Usmani, Bandung: Pustaka, 1978.

Alberth Hourani, Arabic Thought in The Liberal Age 1798-1939, Cambridge:

Cambridge University Press, 1991. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 1993.

Hanung Hasbullah Hamda, dkk., Mozaik Sejarah Islam, Yogyakarta: Nusantara

Press, 2011.

Harun Nasution, dkk., Tradisi Baru Peelitian Agama Islam, Tinjauan Antardisiplin Ilmu, Jakarta: Penerbit Nuansa, 1998.

____, Islam Ditijau dari Berbagai Aspeknya,

Jilid 1, akarta: UI Press, 1985.

Ira Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam,

Terj. Gufron A. Mas`adi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000.

John L. Esposito, Ancaman Islam Mitos atau Realitas, Bandung: Mizan, 1994.

M. Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi, cet. Ke-II, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010.

_____, Falsafah Kalam di Era Post Modernisme, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2009.

M. Atha` Mudzhar, Membaca Gelombang Ijtihad: Antara Tradisi dan Liberasi,

Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998. M. Lutfi Mustofa dan Helmi Syaifuddin (ed),

Intelektualisme Islam: Melacak Akar-akar Integrasi Ilmu dan Agama, Malang:

LKQS UIN Malang, 2007.

M. umer Chapra, Peradaban Muslim: Penyebab Keruntuhan dan Perlunya Reformasi,

terk. Ikhwan A. Basri, Jakarta: Amzah, 2010.

Mujamil Qomar, Pemikiran Islam Metodologis: Model Pemikiran Alternatif dalam Memajukan Peradaban islam,

Yogyakarta: Teras, 2012.

_____, Merintis Kejayaan Islam Kedua: Merombak Pemikiran dan Mengmbangkan Aksi, Yogyakarta:

Teras, 2011.

Nourouzzaman Shiddiqi, Jeram-Jeram Peradaban Muslim, Yogyakarta: Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Naive Bayes Clasifier dapat digunakan untuk model sistem klasifikasi sentimen pendapat masyarakat di twitter terhadap bakal calon gubernur Jawa Barat 2018 dengan rata-rata akurasi

Islam dalam kitab Manhajut Tarbiyatil Islamiyah karya Syaikh

DAFTAR MATA KULIAH YANG DITAWARKAN PADA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMBANGUNAN NEGARA SEMESTER GASAL

Akibat hukum dari suatu akta yang se- harusnya dibuat dihadapan PPAT tetapi ka- rena penerima hak tidak memenuhi syarat mendapatkan suatu hak atas tanah maka ak- tanya harus

Kedudukan PPAT selaku pejabat umum dalam proses penerbitan sertifikat hak milik atas tanah yaitu dapat dikatakan sebagai pejabat perantara kepentingan antara pemegang

Bahwa benar, dengan demikian Terdakwa telah meninggalkan dinas/satuan tanpa ijin Komandan satuan atau atasan lain yang berwenang sejak tanggal 10 Maret 2010 sampai dengan

mengalami suatu permainan harga atau tidak, kemudian jaminan bahwa kata–kata yang tercantum dalam label kemasan sesuai dengan senyatanya serta jamianan terhadap keselamatan dan

Negara Indonesia telah menjamin hak-hak anak dalam Undang- Undang Dasar 1945, pasal 28B ayat 2, berbunyi; “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan