• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

10 2.1 Laporan Keuangan

2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah suatu laporan tertulis yang merupakan bentuk pandangan secara wajar mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta

menunjukkan pertangggungjawaban (stewardship) manajemen atas

penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (IAI, 2002).

Laporan keuangan melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan. Menurut Harahap (2008) yang dimaksud laporan keuangan adalah suatu alat di mana informasi keuangan dikumpulkan dan diproses dalam akuntansi keuangan yang akhirnya dimasukkan dalam bentuk laporan dan dikomunikasikan secara periodik kepada pemakainya.

Analisa laporan keuangan merupakan proses yang penuh

(2)

hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.

Analisa rasio keuangan merupakan sebuah indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan didapat dengan membagi satu angka dengan angka lainnya James dan John (2000).

Prastowo (2003) mengartikan rasio sebagai pengukapan hubungan matematik suatu jumlah dengan jumlah yang lainnya atau perbandingan antara satu pos dengan pos yang lainnya. Rasio keuangan sangat penting bagi analis eksternal yang menilai suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangan yang diumumkan. Penilaian ini meliputi masalah likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, efisiensi manajemen dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Selain itu rasio keuangan berguna bagi analisis internal untuk membantu manajemen membuat evaluasi tentang hasil-hasil perusahaan, memperbaiki kesalahan-kesalahan dan menghindari keadaan yang dapat menyebabkan kesulitan keuangan.

Menurut Mott (1996) rasio merupakan angka yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang dihubungkan bersama-sama sebagai suatu presentase atau fungsi, sehingga pada akhirnya terlihat bahwa rasio ini berkaitan dengan pengukuran input dan output.

(3)

Analisis rasio keuangan, yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba rugi satu dengan yang lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. Analisis rasio juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi para kreditor dan memberikan pandangan kedalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh.

Helfert (1996) mengungkapkan terdapat banyak rasio keuangan yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian kunerja keuangan. Akan tetapi manfaat yang sebenarnya dari setiap rasio keuangan sangat ditentukan oleh tujuan spesifik dari analis. Lebih lanjut rasio-rasio itu bukan merupakan kriteria yang mutlak. Rasio-rasio yang bermanfaat dapat menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau kinerja operasi, dan membantu menggambarkan kecenderungan serta pola perubahan tersebut, yang pada gilirannya dapat menunjukkan kepada analis risiko dan peluang dari perusahaan yang sedang ditelaah. Terdapat banyak individu dan kelompok yang berkepentingan atas suatu perusahaan, antara lain : pemilik (investor), manajer, pemberi pinjaman, karyawan, organisasi pekerja, agen pemerintahan dan masyarakat umum.

Analisa rasio keuangan adalah perbandingan antara dua atau kelompok data laporan keuangan dalam satu periode tertentu, data tersebut bisa antar data dari neraca dan laporan laba rugi. Tujuannya adalah memberi

(4)

gambaran kelemahan dan kemampuan financial perusahaan dari tahun ke tahun. Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya James C Van Horne, (2010).

2.1.2 Macam-macam Laporan Keuangan

Ada tiga laporan keuangan dasar yang biasa digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan : neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas.

Neraca menggambarkan mengenai aktiva, utang dan ekuitas para pemilik perusahaan untuk tanggal tertentu, sedangkan laporan laba rugi menggambarkan pendapatan bersih dari kegiatan operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan arus kas menggabungkan informasi dari neraca dan laporan laba rugi untuk menggambarkan sumber dan penggunaan kas selama periode tertentu dalam sejarah hidup perusahaan. 1. Neraca

Neraca adalah laporan keuangan yang melaporkan jumlah kekayaan, kewajiban, keuangan dan modal sendiri perusahaan pada waktu tertentu yang dibuat berdasarkan periode tertentu (tahunan).

(5)

2. Laporan Rugi / Laba

Menunjukkan pendapatan dari penjualan, berbagai biaya dan laba yang diperoleh dari perusahaan selama periode tertentu. Laporan ini harus dibuat dalam suatu siklus periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan dan biaya yang telah dikeluarkan sehingga perusahaan dapat mengetahui keadaan perusahaan dalam keadaan laba/rugi.

3. Laporan perubahan modal

Menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini. Laporan ini juga menujukkan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal.

4. Laporan Arus Kas

Laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar diperusahaan pada periode tertentu. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain, sedangkan arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan.

5. Laporan catatan atas laporan keuangan

Laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi lebih jelas

(6)

sebab penyebabnya agar pengguna laporan keuangan dapat memahami jelas data yang disajikan.

2.1.3 Bentuk-bentuk Rasio Keuangan

Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa rasio keuangan. Dimana setiap rasio memiliki tujuan, kegunaan dan arti tertentu.

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.

a. Rasio lancar (current ratio): mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya (jatuh tempo kurang dari satu tahun) dengan menggunakan aktiva lancar.

b. Rasio sangat lancar (acid test ratio/quick ratio): menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutang-hutangnya tepat pada waktunya dengan cara mengurangi persediaan dengan asset lancar, kemudian membagi sisanya dengan kewajiban lancar.

2. Rasio Solvabilitas (Laverage Ratio)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

(7)

a. Rasio total utang / Debt ratio (DR) terhadap total asset: rasio ini mengukur presentase yang diberikan oleh kreditor.

b. Rasio kelipatan pembayaran bunga / time interest earned (TIE): mengukur kemampuan perusahaan membayar utang dengan laba sebelum bunga dan pajak.

c. Ratio FiXed charge coverage: mengukur kemampuan perusahaan membayar total beban tetap, yang biasanya mencakup biaya bunga dan sewa.

3. Rasio Rentabilitas

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan

keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, modal dan saham tertentu.

a. Margin laba atas penjualan / profit margin on sales (PM): menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.

b. Return on asset (ROA): mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu.

c. Return on equity (ROE): mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan modal tertentu.

(8)

Rasio ini menggambarkan hubungan antara perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity).

5. Rasio Activity (Activity Ratio)

Rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas (efisiensi) perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.

a. Perputaran sediaan (inventory turn over)

Rasio yang digunakan untuk berapa kali dana yang ditanam dalam (inventory) ini berputar dalam suatu periode.

b. Perputaran piutang (receivable turn over)

Rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.

c. Perputaran aktiva tetap (fixed assets turn over)

Rasio yang digunakan untuk mengukkut berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode, dengan kata lain mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kepastian aktiva sepenuhnya atau belum.

(9)

6. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)

Rasio pertumbuhan (growth ratio) merupakan rasio yang

menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi

ekonominya ditengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usaha. 7. Rasio Penilaian (Valuation Ratio)

Rasio penilaian (valuation ratio) yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar usahanya diatas biaya investasi.

a. Rasio harga saham terhadap pendapatan (Price Earning Ratio / PER) menunjukkan perbandingan antara harga saham dipasar yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima.

b. Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku (market to book value ratio) menunjukkan perbandingan harga saham dipasar dengan nilai buku saham tersebut yang digambarkan di neraca.

2.1.4 Kinerja Keuangan Perusahaan

Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja

(10)

suatu perusahaan diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal.

Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam mengahadapi perubahan lingkungan.

Menurut Helfert (1996) “Kinerja Perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen”. Pengertian lain tentang kinerja yaitu “Performance adalah ukuran seberapa efisien dan efektif sebuah organisasi atau seorang manajer untuk mencapai tujuan yang memadai. “(Stoner Et Al) .Adapun pengertian efektif dan efisien menurut Stoner Et Al: “Efisien adalah kemampuan untuk meminimalkan sumber daya alam mencapai tujuan organisasi berarti melakukan dengan tepat, sedangkan efektivitas adalah kemampuan untuk menentukan tujuan yang memadai berarti melakukan hal yang tepat.”

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja (Performance) perusahaan adalah banyak dari hasil keputusan yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.

(11)

2.1.5 Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin adalah suatu pengukuran dari setiap satuan nilai penjualan yang tersisa setelah dikurangi oleh seluruh biaya, termasuk bunga dan pajak. Diukur dari rasio antara laba bersih setelah pajak dibagi dengan total penjualan. Margin ini secara logis terkait dengan objek perataan laba dikarenakan margin ini dapat merefleksikan motivasi manajer untuk meratakan pengahasilan. Tindakan manajemen melakukan praktik perataan laba pada laba bersih adalah untuk menjaga kestabilan laba dan pembagian deviden.

Menurut Horne dan Wachowicz terjemahan Sutojo (1997)

mengemukakan bahwa: “Net profit margin secara umum digunakan untuk

mengukur keuntungan berkenaan dengan peningkatan penjualan,

pendapatan bersih dari 1 Rupiah penjualan”.

Jadi NPM adalah indikator seberapa besar laba bersih dari setiap rupiah pendapatan. Net profit margin yang tinggi tidak hanya sekedar menunjukan kekuatan bisnis tetapi juga semangat yang kuat pihak manajemen untuk melakukan kontrol terhadap biaya. Dengan demikian perusahaan tersebut memiliki efisiensi yang tinggi dan juga berarti menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang tinggi dari penjualannya.

(12)

Rasio margin laba (profit margin) menurut Harahap (2007) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dan menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Margin laba dapat ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut :

Net Profit Margin (NPM) =

Syamsuddin (2007), mendefinisikan NPM sebagai berikut: “Net profit

margin adalah merupakan rasio antara laba bersih (Net Profit) yaitu

penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expense termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi NPM, semakin baik operasi suatu perusahaan”. Rumus NPM dapat ditulis sebagai berikut:

Net Profit Margin =

Net Operating Profit After Tax (NOPAT) Sales

Menurut Bambang Riyanto (1994), Net Profit Margin diartikan sebagai keuntungan netto per rupiah penjualan (2001). Tidak jauh berbeda dengan definisi para ahli sebelumnya. Helfert (1997) mengartikan bahwa: “Net profit

margin adalah hubungan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan”.

Masih menurut pendapat beliau Net Profit Margin menunjukan kemampuan manajemen perusahaan sampai cukup berhasil memulihkan harga pokok barang dagang atau jasa, beban operasi (termasuk penyusutan)

Laba Bersih Setelah Pajak Penjualan Bersih

(13)

dan biaya pinjaman. Rasio ini juga menunjukan kemampuan manajemen menyisihkan marjin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya dengan suatu resiko.

2.1.6 Pengertian Saham

Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut Darmadji dan Fakhruddin (2001).

Saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan aset sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas pendapatan masa depan seorang peminjam yang dijual oleh peminjam kepada yang meminjamkan, sering juga disebut instrumen keuangan Mishkin (2001).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa saham adalah suatu sekuritas yang menjadi tanda penyertaan atau kepemilikan terhadap pendapatan dan aset seseorang atau badan dalam suatu perusahaan.

(14)

2.1.7 Jenis – Jenis Saham

Menurut Baridwan (2000), saham dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Saham Biasa (common stock) adalah saham yang pelunasannya dilakukan diurutan paling akhir dalam penglikuidasian perusahaan, sehingga saham biasa mempunyai resiko yang paling besar dibandingkan saham lainnya. Oleh karena resiko yang besar inilah, apabila perusahaan berjalan dengan baik, dividen untuk saham biasa akan lebih besar daripada dividen untuk saham prioritas.

2. Saham Prioritas (preferen stock) adalah saham yang dividennya dibagikan paling awal, dan apabila ada kelebihan, barulah dibagikan kepada pemegang saham biasa.

3. Sertifikat saham yang dikeluarkan oleh PT. Reksa Dana yang didirikan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk membeli saham perusahaan-perusahaan yang “go public” melalui pasar modal, dan menjualnya kembali pada masyarakat umum dalam bentuk sertifikat saham.

2.1.8 Harga Saham

Setelah mengetahui pengertian saham dari beberapa para ahli maka selanjutnya adalah penjelasan mengenai pengertian dari harga saham.

(15)

Berikut adalah pengertian harga saham dari beberapa ahli ilmu ekonomi. Menurut Jogiyanto (2003), ”Harga saham merupakan harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa.”

Pengertian harga saham menurut Widiatmodjo (2000), “Harga saham merupakan harga atau nilai uang yang bersedia dikeluarkan untuk memperoleh atas suatu saham.”

Menurut Sartono (2001), harga saham terbentuk dipasar modal dan ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham atau earning

per share, rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price earning ratio, tingkat bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito

pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Harga Saham adalah harga yang terbentuk dari kesepakatan penjual dan pembeli saham atau harga yang terbentuk dari kekuatan permintaan dan penawaran saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu.

2.1.9 Analisis Harga Saham

Pada dasarnya terdapat kegiatan investasi yang mengacu pada masa depan dalam memperhitungkan return on equity, yakni modal yang

(16)

diinvestasikan didalam perusahaan. Masa depan adalah sesuatu yang tidak dapat dipastikan dan ketidakpastian, mengandung risiko dalam berbagai tingkatan tertentu.

Namun masa depan juga menjanjikan sesuatu yang lebih baik dari masa sekarang, atas dasar itulah banyak orang yang melakukan investasi, salah satunya dalam bentuk saham. Untuk menentukan harga saham ada dua pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan fundamental

Pendekatan ini didasari pada informasi – informasi yang diterbitkan oleh perusahaan maupun administrator bursa efek. Analisis ini diawali dengan siklus usaha perusahaan yang secara umum, lalu dilanjutkan ke sektor industri, dan akhirnya pengevaluasian terhadap kinerja perusahaan dan saham yang diterbitkan. Formula yang umum digunakan analisis fundamental dalam menaksir harga saham.

2. Pendekatan Teknikal

Pendekatan yang berdasarkan atas data (perubahan) harga saham di masa yang lalu untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang. Analisis ditentukan oleh besarnya permintaan (demand) dan penawaran (supply) pada jangka pendek. Namun bagi mereka yang menggunakan pendekatan ini cenderung tidak memperhitungkan risiko

(17)

dan pertumbuhan laba sebagai barometer dari permintaan dan penawaran.

2.1.10 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham

Menurut Weston dan Brigham (2001), faktor-faktor yang

mempengaruhi Harga Saham adalah: 1. Laba per lembar saham

Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.

2. Tingkat Bunga

Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara:

a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga mengalami penurunan.

(18)

b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan.

3. Jumlah Kas Deviden yang Diberikan

Kebijakan pembagian deviden dapt dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik.

4. Jumlah laba yang didapat perusahaan

Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan.

5. Tingkat Resiko dan Pengembalian

Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan.

(19)

Biasanya semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima.

2.1.11 Pembentukan Harga Saham

Harga saham di bursa ditentukan oleh kekuatan pasar, artinya harga saham tergantung dari kekuatan permintaan dan penawaran. Bila dilihat dari pembentukan, harga efek, pasar digolongkan kedalam dua jenis : pasar

regular dan pasar negosiasi. Pada pasar regular harga terjadi akibat proses

tawar – menawar (auction market) secara terus menerus sesuai kekuatan pasar, sedangkan di pasar negosiasi harga saham terjadi akibat proses negosiasi antara pihak penjual dan pihak pembeli. Adiningsih (1998).

2.1.12 Nilai Saham

Saham yang biasanya diperdagangkan dilantai bursa dengan harga pasar (market value) juga mempunyai nilai-nilai lain kita mengenal berbagai jenis nilai saham, yaitu:

1. Nilai Pari / Nilai Nominal (Par Value)

Nilai nominal atau nilai pari adalah nilai yang tercantum dalam setiap saham seperti yang dikemukakan oleh J.C Van Horne“ The Par Value of a

share is merely a recorded figure in the corporate charter and is of little economic signifikan”.

(20)

2. Nilai Buku (Book Value)

Nilai buku persaham adalah modal pemegang saham – total asset dikurangi kewajiban dan saham preferen seperti yang tercantum dalam neraca – dibagi jumlah saham yang beredar.

3. Nilai Intrinsik (Intrinsik Value)

Nilai Intrinsik suatu saham adalah harga yang sesuai (pantas) untuk suatu saham berdasarkan faktor-faktor, asset, pendapatan, prospek masa depan dan manajemen.

4. Nilai Pasar (Market Value)

Nilai Pasar adalah harga saham biasa yang terjadi dilantai bursa pada saat saham tersebut di perdagangkan atau dengan kata lain, harga pasar selembar saham biasa adalah harga yang dibentuk oleh penjual dan pembeli ketika mereka memperdagangkan saham. Untuk saham yang tidak aktif diperdagangkan harga saham sulit diperoleh, informasi yang tercermin hanya penjualan sejumlah kecil saham dan tidak menggambarkan nilai pasar secara keseluruhan dihubungkan dengan nilai intrinsiknya, terdapat dua kondisi nilai pasar saham Horne (1997) antara lain:

1. Clearly Undervalued,yaitu nilai intrinsik lebih besar dari pada nilai pasar. Pada kondisi ini investor sebaiknya membeli saham tersebut untuk dapat meraih keuntungan.

(21)

2. Clearly Overvalued, yaitu nilai intrinsic lebih kecil daripada nilai pasar pada kondisi ini investor sebaiknya menjual sahamnya.

2.1.13 Indeks Harga Saham

Indeks Harga Saham adalah ukuran yang didasarkan pada perhitungan statistika untuk mengetahui perubahan-perubahan harga saham setiap saat terhadap harga tahun dasarnya. Indeks harga saham individual sering kali dipergunakan oleh investor untuk menentukan perkembangan suatu perusahaan yang dicerminkan dari indeks harga sahamnya sedangkan indeks gabungan sering kali dipakai investor untuk mengukur situasi umum perdagangan efek.

2.1.14 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Untuk mengukur keberhasilan sebuah manajemen dalam mengelola perusahaan serta seberapa besar perusahaan tersebut mampu mendapatkan laba, ada sebuah alat analisa yang dapat mengukur kedua hal diatas, alat analisis tersebut dinamakan Net Profit Margin (NPM). NPM juga merupakan bagian dari rasio profitabilitas yang mengukur seberapa jauh perusahaan mendapatkan laba dari kegiatan operasionalnya.

Lukman Syamsuddin (2007) mendefinisikan NPM sebagai berikut: “Net profit margin adalah merupakan rasio antara laba bersih (Net Profit)

(22)

yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expense termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi NPM, semakin baik operasi suatu perusahaan”.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa NPM merupakan sebuah alat ukur bagi perusahaan dalam mengelola kegiatan operasional bisnisnya yang pada akhirnya dapat memprediksi berapa besar perusahaan tersebut mampu mendapatkan laba dari kegiatan operasionalnya. Dari laba ini, kita dapat mengetahui berapa banyak dividen yang dapat dibagikan kepada para investor. Semakin besar dividen yang akan dibagikan dari hasil laba bersih perusahaan, semakin banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut, dan hal ini tercermin dalam besar kecilnya harga saham. Hubungan kedua variabel ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Soeparlan Pranoto (2003) yang berpendapat seperti ini: “Salah satu faktor internal yang memepengaruhi fluktuasi harga pasar saham adalah: Net Profit Margin (NPM), dengan mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih, maka di harapkan investor dapat mengestimasi dividen yang akan dibagikan”.

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa NPM adalah salah satu faktor yang mempengaruhi naik turunnya harga saham di pasar modal. NPM juga berfungsi untuk mengetahui laba perusahaan dari setiap penjualan atau

(23)

pendapatan perusahaan, dan laba perusahaan mempengaruhi fluktuasi harga saham.

Hal diatas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mulyono (2000) sebagai berikut: “Bahwa ketika laba meningkat maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun maka harga saham ikut juga menurun”.

Eduardus Tandelilin (2002) berpendapat bahwa: “Jika laba perusahaan tinggi maka pengembalian investasi perusahaan akan tinggi sehingga para investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut, sehingga harga saham tersebut akan mengalami kenaikan”.

Dari pendapat para pakar diatas, laba yang diwakili NPM mempunyai korelasi positif terhadap harga saham. Analisis ini dapat dijelaskan sebagai berikut: apabila NPM naik mengindikasikan laba perusahaan meningkat, dan investor akan tertarik dengan kenaikan laba bersih perusahaan, maka akibatnya permintaan saham perusahaan tersebut akan meningkat sehingga akan menaikan harga saham karena jumlah permintaan saham tersebut lebih besar dibandingkan jumlah penawarannya. Begitu juga sebaliknya, apabila laba menurun, akan menyebabkan permintaan saham turun yang akhirnya harga saham juga akan turun.

Sedangkan pengertian Harga Saham menurut Martono (2007) didefinisikan sebagai berikut: “Harga saham merupakan refleksi dari

(24)

keputusan-keputusan investasi, pendanaan (termasuk kebijakan dividen) dan pengelolaan aset”.

Faktor sentimen lebih banyak ditentukan oleh rumor, isu atau tingkah laku masa investor yang ikut-ikutan jual atau beli, tanpa mengerti dasar yang benar dan efektif dari keputusan yang diambilnya. Faktor sentiment sangat tampak pada investor kita, jika investor asing menjual saham, investor lokal ikut-ikutan jual tanpa banyak mengetahui latar belakangnya faktor ini lebih banyak irrasionalnya ketimbang kebijakan ilmiah/ analisis yang bias dipertanggung jawabkan. Faktor sentiment ini biasanya bersifat sesaat.

2.2 Penelitian Terdahulu

Nurmalasari (2008) tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan dan pengaruh antara NPM, EPS, DER, ROA, BV, OPM, ROE serta untuk mengetahui rasio yang paling berpengaruh. Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan Agroindustri yang terdapat pada indeks LQ45 di bursa efek indonesia. Dalam penelitian ini dipereoleh kesimpulan yaitu hubungan antara NPM, EPS, DER, ROA, BV, OPM, ROE dengan harga saham mempunyai hubungan yang positif,sedangkan hubungan antara DER dengan harga saham adalah negatif. Adapun pengaruh rasio terhadap harga saham baik secara simultan menunjukkan variabel independen yaitu NPM, EPS, DER, ROA, BV, OPM, ROE

(25)

mempengaruhi variabel dependen yaitu harga saham dan secara parsial ROA mempengaruhi harga saham secara signifikan. Sedangkan variabel NPM, EPS, DER, BV, OPM, ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham, dan ROA adalah rasio keuangan yang paling berpengaruh terhadap harga saham.

Penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari data laporan keuangan perusahaan sektor beberapa penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Net Profit Margintelah dilakukan. Salah satu peneliti adalah otomotif yang terdaftar di bursa efek indonesia pada tahun 2003 sampai 2007. Teknik pengambilan sampel purposive sampling dilakukan oleh Widiyanti Nurjannah (2010) dengan variabel bebas yaitu dengan Net Profit Margin (X1), Laverage operasi (X2), dan variabel terikat yaitu harga saham (Y), serta dianalisis dengan analisis regresi logistik. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Net Profit Margin (X1) berpengaruh terhadap harga saham (Y) , dan laverage operasi tidak berpengaruh terhadap harga saham (X2).

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pikir pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan

(26)

dilakukan. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dijelaskan pada skema sebagai berikut:

(27)

LAPORAN KEUANGAN adalah beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan asset-aset nyata yang mendasari angka tersebut.Brigham dan Houston (2006:44). Komponen Laporan Keuangan : Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laporan Perubahan Modal, Laporan Arus Kas.

 Net Profit Margin (NPM) adalah suatu pengukuran dari setiap satuan nilai penjualan yang tersisa setelah dikurangi oleh seluruh biaya, termasuk bunga dan pajak.

 Harga saham mencerminkan juga nilai dari suatu perusahaan. Jika perusahaan mencapai prestasi yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan banyak diminati oleh para investor.

Dasar Teori

 Net Profit Margin (NPM) merupa- kan sebuah alat analisis

yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam mendapatkan laba..

 Harga saham mencerminkan juga nilai dari suatu perusahaan. Jika perusahaan mencapai prestasi

yang baik, maka saham

perusahaan tersebut akan banyak diminati oleh para investor.

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Nurmalasari (2008) yang meneliti tentang bagaimana hubungan dan pengaruh antara NPM, EPS, DER, ROA, BV, OPM, ROE serta untuk mengetahui rasio yang paling berpengaruh.Objek penelitian ini adalah perusahaan Agroindustri yang terdapat pada indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Gambar 2.1 Model Konseptual Pengaruh

Net Profit Margin Terhadap Harga Saham

(28)

Pertumbuhan penjualan mencerminkan prospek perusahaan yang cerah dan akan mengakibatkan profitabilitas perusahaan di masa yang akan datangmeningkat. Apabila pertumbuhan penjualan yang diharapkan perusahaan naik, maka akan berpengaruh pada profitabilitas perusahaan meningkat dan prospek perusahaan semakin baik. Dengan demikian semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, akan mendorong kenaikan harga saham karena pada dasarnya harga saham dipengaruhi oleh profitabilitas di masa yang akan datang dan resiko yang ditanggung oleh pemodal. Adanya kenaikan Net Profit Margin akan menyebabkan kenaikan harga saham.

2.4 Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, tinjauan teoritis dan kerangka pemikiran di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Terdapat pengaruh Net Profit Margin terhadap Harga Saham Perusahaan PT. Astra Internasional, Tbk.”

Gambar

Gambar 2.1    Model  Konseptual Pengaruh  Net Profit Margin Terhadap Harga Saham

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Pengelolaan Sungai Batanghari Kabupaten Dharmasraya Berdasarkan Daya Tampung Beban Pencemaran dengan Metode QUAL2Kw ini adalah menggunakan pendekatan

Pada bab ini dikemukakan rencana program, kegiatan serta pendanaan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten

Hasil yang diperoleh menunjukkan penggunaan daun dalam kondisi segar dan kering, serta rasio prekursor AgNO 3 dengan air rebusan yang cenderung optimum untuk proses biosintesis

Dapat dilihat secara visual bahwa komponen sumber ion sudah saatnya dibersihkan antara lain : tabung lucutan sumber ion yang terbuat dari gelas pirex tidak

Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan bubu bambu dan bubu paralon pada penelitian ini berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan lobster (Cherax quadricarinatus) dimana

BPR Syariah Artha Mas Abadi Pati sudah sesuai dengan teori yang ada antara lain: Penerapan unsur-unsur pembiayaan, jenis pembiayaan merupakan modal kerja yang

Dengan kuasa resmi untuk mewakili dan bertindak untuk dan atas nama (nama perusahaan/Joint Operation) dan setelah memeriksa serta memahami sepenuhnya seluruh isi

Irfan Prasatya adalah praktisi yang sangat berpengalaman di bidang Leadership, HRD dan Service Excellence selama lebih dari 20 tahun, Berbagai posisi manajerial di