ANTI TIROSINASE
ANTI TIROSINASE
Pendahuluan
Pendahuluan
•
•
Melanin = pigmen atau zat warna alami pada
Melanin = pigmen atau zat warna alami pada
makhluk hidup
makhluk hidup
•
•
Melanin berlebih = Timbul noda coklat pada
Melanin berlebih = Timbul noda coklat pada
kulit, terlalu berlebihan
kulit, terlalu berlebihan dapat menyebabk
dapat menyebabkan
an
hiperpigmentasi
hiperpigmentasi
•
•
Pembentukan
Pembentuk
an melanin:
melanin:
Melanosit
Melanosit
Melanin
Melanin
(Proses ini dikat
(Proses ini dikatalisasi oleh
alisasi oleh sinar UV dan
sinar UV dan enzim
enzim
tirosinase)
Pendahuluan
Pendahuluan
•
•
Melanin = pigmen atau zat warna alami pada
Melanin = pigmen atau zat warna alami pada
makhluk hidup
makhluk hidup
•
•
Melanin berlebih = Timbul noda coklat pada
Melanin berlebih = Timbul noda coklat pada
kulit, terlalu berlebihan
kulit, terlalu berlebihan dapat menyebabk
dapat menyebabkan
an
hiperpigmentasi
hiperpigmentasi
•
•
Pembentukan
Pembentuk
an melanin:
melanin:
Melanosit
Melanosit
Melanin
Melanin
(Proses ini dikat
(Proses ini dikatalisasi oleh
alisasi oleh sinar UV dan
sinar UV dan enzim
enzim
tirosinase)
•
• Dengan menginhibisi enzim Dengan menginhibisi enzim tirosinasetirosinase prosesproses
pembentukan melanin melambat
pembentukan melanin melambat
mencerahkan warna kulit mencerahkan warna kulit
•
• Inhibitor enzim tirosinase antara lain:Inhibitor enzim tirosinase antara lain: •
• Asam askorbatAsam askorbat •
• ArbutinArbutin •
• Kojic acidKojic acid •
• MerkuriMerkuri •
•
• Penelitian terus berlanjut untuk mendapatkanPenelitian terus berlanjut untuk mendapatkan
senyawa inhibitor tirosinase yang aman dan senyawa inhibitor tirosinase yang aman dan efisien
efisien
•
• Senyawa aktif dalam bahan alam yang berfungsiSenyawa aktif dalam bahan alam yang berfungsi
sebagai inhibitor tirosinase diantaranya adalah sebagai inhibitor tirosinase diantaranya adalah arbutin
arbutin , , asam elagat, oksiresveratrol, kloroforin,asam elagat, oksiresveratrol, kloroforin, dan noratokarpanon, dan artokarpanon.
dan noratokarpanon, dan artokarpanon.
•
• Tanaman Tanaman yang memiliyang memiliki senyawa aktif ski senyawa aktif sebagaiebagai
inhibitor tirosinase biasanya juga memiliki inhibitor tirosinase biasanya juga memiliki
senyawa aktif yang berfungsi sebagai antioksidan senyawa aktif yang berfungsi sebagai antioksidan
Jurnal 1
POTENSI EKSTRAK Rhizophora sp. SEBAGAI INHIBITOR TIROSINASE
(Potency of Rhizophora sp. Extracts as Tyrosinase Inhibitor) Eti Rohaeti1, Irmanida Batubara1,2, Anastasia Lieke LDN1,
Latifah K Darusman1,2
1 Departemen Kimia FMIPA Institut Pertanian Bogor 2 Pusat Studi Biofarmaka LPPM Institut Pertanian bogor
Alat dan Bahan
ALAT
lempeng KLT analitik
kertas saring Whatman nomor 1
chamber , gelas piala gelas ukur pipet mohr
pipet volumetrik pelat silika gel tabung reaksi neraca analitik penguap putar vortex . BAHAN R. mucronata R. Stylosa Metanol
Preparasi dan Ekstraksi Rhizophora sp.
Pemisahan bagian daun, batang, dan akar yang
kemudian dikeringkan dan direndam dalam larutan metanol
Sampel tanaman kering ini diekstraksi dengan metanol dengan perbandingan 1:10 selama 24 jam sebanyak 3 kali ulangan
Ekstrak yang diperoleh disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman nomor 1 dan dipekatkan
Sampel daun, batang, dan akar R. mucronata dan batang
R. stylosa yang telah kering selanjutnya diekstraksi menggunakan metode maserasi.
• Maserasi dilakukan dengan cara merendam sampel ke dalam pelarut
metanol. Rendemen yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 2.
• Berdasarkan hasil ekstraksi sampel Rhizophora sp.dari berbagai daerah,
rendemen tertinggi dari ekstrak metanol daun, batang dan akar Rhizophora sp.berturut-turut terdapat pada daerah Gebang, Cirebon; Pantai Kapuk, Jakarta; dan Gebang, Cirebon, yaitu sebesar 28.33%; 16.06%; dan 14.36%.
• Berdasarkan Tabel 2, diperoleh bahwa sebagian besar ekstrak daun,
batang, dan akar yang berasal dari pulau Jawa tidak memberikan nilai IC50 pada monofenolase dan difenolase hingga konsentrasi 2000μg/ml.
• Hal ini mengindikasikan bahwa bagian daun, batang, dan akar R.
mucronata dari pulau Jawa tidak memiliki potensi inhibitor tirosinase. Ekstrak daun, batang, dan akar R. mucronata dan R. stylosa dari Samboja, Kalimantan Timur memiliki potensi sebagai inhibitor tirosinase pada monofenolase. Ekstrak akar R. mucronata memiliki aktivitas inhibitor tirosinase lebih baik daripada daun dan batang dari segi monofenolase. Jika dibandingkan dengan batang R. mucronata, maka batang R. stylosa dari Samboja, Kalimantan Timur memiliki aktivitas inhibitor tirosinase yang lebih baik dalam hal monofenolase
KESIMPULAN
• Ekstrak R. mucronata yang berasal dari daerah pulau
Jawa tidak memiliki aktivitas inhibitor tirosinase, sedangkan ekstrak R. mucronata dan R. stylosa
daerah Samboja, Kalimantan Timur memiliki aktivitas inhibitor tirosinase. Aktivitas akar R. mucronata dan batang R. stylosa dari Samboja, Kalimantan Timur memberikan daya penginhibisi yang lebih baik, yaitu dari segi monofenolase (IC50: 15.34 μg/ml dan IC50: 38.02 μg/ml).
Pendahuluan
• Anti tirosinase menjadi penting karena dapat
menghambat sintesa dari pigmen melanin
• Karena kemampuannya untuk menurunkan
pigmentasi, anti tirosinase penting dalam
beberapa bidang, meliputi industri kosmetik, sebagai obat, dan dalam industri makanan .
• Meskipun melanin menghasilkan zat yang efektif
secara kuat melawan radiasi sinar UV, tetapi akumulasi melanin yang abnormal dapat
menyebabkan masalah dalam bidang kecantikan seperti melasma, bintik-bintik, dan pikun
• Meskipun anti tirosinase dapat diperoleh dari dua cara yaitu secara
alami dan sintesis, dilakukan upaya pencegahan untuk terjadinya komersialisasi pada inhibitor ini.
• Ada banyak jenis anti tirosinase seperti hidrokinon, derivat asam
askorbat, asam azelat, retinoid, arbutin, dan kojic acid.
• Namun, telah diketahui bahwa beberapa pemutih, seperti
hidrokinon dan kojic acid merupakan bahan yang berbahaya karena memiliki efek samping yang tidak diharapkan seperti sitotoksisitas, kanker kulit, dan dermatitis.
• Telah disintesis senyawa baru yang memiliki struktur berbeda yang
dapat menjadi solusi dalam mengatasi gangguan pada kulit terkait dengan pigmentasi.‘
Tujuan
• Identifikasi dan karakterisasi antitirosinase baru.
• Efek hambatan dari 3-DBP pada aktivitas tirosinase
murin dan, melanogenesis dievaluasi menggunakan model invitro dengan sel melanoma tikus B16F10.
• Selanjutnya digunakan tikus tanpa rambut HRM2
secara invivo. 3-DBP diidentifikasi sebagai senyawa pemutih kulit yang dapat digunakan dalam mengatasi hiperpigmentasi kullit tanpa senyawa yang bersifat sitotoksik.
Metode dan bahan
1. Bahan
• 3-DBP mengandung 1 pirolidin-dion telah
disintesis menggunakan reaksi Wittig di dalam laboratorium.
• Mushroom tirosinase L-tyrosine, α-melanocyte
stimulating hormone (α-MSH), dan reagen kimia lain yang dibeli dari Sigma (St.Louis, MO, USA).
• Antibodi terhadap tirosinase,
microphtalmia-associated transcription factor (MITF), dan β -actin dibeli dari laboratorium bioteknologi Santa Cruz ( Santa cruz, CA, USA).
Sintesis dari
(E)-3-(
2,4-dihydroxybenzylidene)pyrrolidine-2,5-dione
Kultur sel
• Sel melanoma murin B16F10 diperoleh dari American
Type Culture Collection (Manassas, VA, USA).
• Sel dikultur dalam media Dulbecco's Modified Eagle
(DMEM), yang mengandung 10% serum janin sapi (FBS, Gibco, NY, USA), dan penisilin / streptomisin (100IU/50µg/mL) dengan kelembaban udara di atmosfer mengandung 5% CO2 pada suhu 37oC.
• Sel B16F10 dikultur dalam 24 sumuran untuk control
hidup (MTT) dan 60 Π dish untuk uji ketersediaan melanin dan uji aktivitas tirosinase. Semua percobaan dilakukan 3 kali untuk meyakinkan keakuratannya.
Uji stabilitas sel
• Uji viabilitas sel diperoleh dari
3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyltetrazoliumbromide (MTT; Sigma). Selanjutnya 5 x 104 sel diletakkan pada masing-masing sumuran dari 24 sumuran.
• Setelah sel diberi 3-DBP pada rentang konsentrasi
10-200µM selama 24 jam, larutan MTT ditambahkan dan derivat tidak larut berasal dari sel dehidrogenase yang larut dalam campuran etanol dan dimetilsulfoksida (EtOH-DMSO, larutan 1:1).
• Serapan dari masing-masing sumuran pada 560 nm
Evaluasi aktivitas mushroom
tyrosinase
• 20 µL larutan cair dari tirosinase jamur (100 unit)
ditambahkan pada 96 sumuran microplate dengan 200 µL campuran reaksi yang mengandung 1mM larutan L-tyrosine, 50 mM dapar fosfat (pH 6,5), dan bahan uji 3-DBP (0.5-10µM).
• Larutan uji diinkubasi pada suhu 25oC selam 30 menit. • Setelaah inkubasi, sejumlah dopachrome yang
dihasilkan oleh larutan pereaksidalam mikroplate reader dideteksi dengan spektrofotometri pada λ 492 nm (OD492).
•
Konsentrasi hambatan -50 (IC
50) adalah
konsentrasi
dari
senyawa
yang
dapat
menghambat respons standar sebesar 50%.
•
Untuk menghitung mekanisme hambatan dari
3-DBP,dilakukan uji kinetik tirosin. Berbagai
macam konsentrasi L-tyrosine (16, 8, 4, 2,
1mM) digunakan pada uji inhibisi.
•
Sesudah
pengujian,
masing-masing
hasil
dihitung mengikuti plot Lineweaver-Burk.
•
Hasil plot menunjukkan kecepatan reaksi (1/V)
berbanding dengan konsentrasi substrat (1/S).
Berdasarkan pada konvergensi garis pada plot,
maka mekanisme inhibisi dapat ditemuk
Penentuan kadar melanin
• Pada penelitian ini jumlah melanin digunakan sebagai
indeks dari melanogenesis.
• Secara singkat, sel B-16 diletakkan pada 60Π-dish dan
diinkubasi dengan atau tanpa 100 µM α-MSH, selanjutnya sel diinkubasi selama 48 jam dengan atau tanpa 3-DBP pada rentang konsentrasi dari 10 – 100 µM.
• Setelah dicuci 2X dengan PBS, sampel dilarutkan dalam
500 µL NaOH 1N. Sampel diinkubasi pada 60o C selama 1 jam dan diaduk untuk melarutkan melanin.
• Diukur serapannya pada λ 405 nm dibandingkan dengan
Evaluasi aktivitas tirosinase sel
• Aktivitas tirosinase pada sel B16F10 diukur
berdasarkan pada laju oksidasi L-DOPA. Sel diletakkan pada 60Π- well dishes dengan kepadatan 5×104 cells/mL..
• Sel B16 diinkubasi dengan atau tanpa 100µM α
-MSH dan diuji selama 48 jam dengan berbagai macam konsentrasi (10-100µM) dari 3-DBP.
• Sel- sel digoreskan pada 500µL dari 50 µM dapar
Na3PO4 (pH6.8) mengandung 25 µL dari 1% Triton X-100 dan 25 µL dari 0,1 µM fenilmetil-sulfonil florida dan dibekukan pada -80oC selama 30 menit
•
Setelah diencerkan dan diaduk, ekstrak
seluler diklarifikasi dengan cara sampel
disentrifugasi pada 12000 X g selama 30
menit pada 4
oC.
•
Supernatan (80µL) dan 20 µL dari L-DOPA
(2mg/ml) diletakkan pada p96-well palte,
dan diukur serapannya pada
λ
492 nm dan
dibaca setiap 10 menit selama 1 jam pada
37
oC menggunakan ELISA plate reader.
Uji dengan western blot
•
Sel hasil penggoresan /sel lisat (20µg dari
masing-masing protein) dimasak selama 5
menit dalam gel- mengandung dapar (0,125
M Tris-HCl, pH6,8, 4% SDS, 10%
2-merkaptoetanol, dan 0,2 % biru bromfenol).
Pada perbandingan 1:1, total protein setara
dengan
masing-masing
sampel
secara
terpisah menggunakan SDS-PAGE pada 10%
dan dipindahkan ke membran polivinilidin
fluorida (PVDF).
• Membran secara cepat ditempatkan pada blocking buffer (5%
susu nonfat) dalam 10 mM Tris, pH 7,5, 100mM NaCl, dan 0,1% Tween 20. Bercak disimpan pada suhu ruang selam 1 jam.
• Membran diinkubasi dengan antibody spesifik primer pada 4oC
selama 24 jam, diikuti dengan inkubasi horseradish peroxidase conjugated anti-mouse antibody (Santa Cruz, 1:10,000), anti rabbit antibody (Santa Cruz, 1:10,000), atau anti-goat antibody (Santa Cruz, 1:10,000) pada 25 °C selama 1 jam .
• Pelabelan antibody dideteksi menggunakan West-zol Plus dan
chemiluminescence Fluorchem TMSP (Alpha Innotech Corporation, San Leandro, CA, USA). Protein penanda bercak digunakan untuk menemukan bobot molekul.
Evaluasi aktivitas depigmentasi pada
mencit tanpa bulu hmr2
• Efikasi depigmentasi secara in vivo dari 3-DBP
diujicobakan pada hewan telah dilakukan oleh Universitas Nasional Pusan.
• Mencit tanpa bulu jantan berusia 6 minggu HRM-2
yang mengandung melanin diperoleh dari Laboratorium Hewan Hosino (Yasino, Saitama, Jepang) dan ditempatkan dalam ruang kontrol (23o C ±
1o C, kelembaban 55 ± 5%, 12 jam pencahayaan / ruang gelap) dengan pemberian air dan diet standar lab seperlunya.
• Setelah periode aklimasi (2 minggu), mencit dibagi
• 3-DBP disiapkan dalam 3 konsentrasi (0,4 ; 2; dan
10µM) dalam larutan propilen glikol dan etanol (3:7).
• Larutan kontrol dan larutan 3-DBP terlarut (200µL)
dioleskan secara topikal pada tempat yang ditandai (3 cm X 3 cm) pada bagian kulit dorsal hewan sekali sehari.
• Hewan dipaparkan dengan UVB dalam sebuah
CROSSLINKER (BEX-800, Ultra-Lum, Inc.,
Claremont, CA, USA) pada 150mJ/cm2.
• Warna kulit diukur menggunakan
spektrofotometer CR-10 (Konica Minolta Sensing, Inc., Sakai, Osaka. Jepang) dimana warna dijelaskan berdasarkan nilai L*, a*, dan b* menurut sistem warna dari komisi internasional l’Edairage.
Pewarnaan fontana-masson
•
Kulit yang telah diberi 4% paraformoldehid
selama 1 malam pada suhu ruang dan diuji
warna untuk melanin menggunakan kit
pewarnaan Fontana-Masson dari American
Mastertech, Inc (Lodi, CA, USA) mengikuti
instruksi manufaktur.
•
Secara singkat, lembaran kulit yang telah
diwarnai dengan larutan Ag ammoniacal
selama 60 menit pada 60
oC diikuti dengan
inkubasi dalam AuCl
20,1% dan kemudian
dalam Na
2S
2O
35%
Hasil
• 3-DBP didesain dengan kombinasi karakter struktur dari
resorsinol dan pirolidin-2,5-dion menjadi 1 senyawa. 3-DBP (gambar. 1a) disiapkan dengan reaksi Wittig antara 2,4-dihidroksibenzaldehid dan trifenilfosforidenil suksinamid, yang telah disintesis dari reaksi adisi Michael dari trifenilfosfin menjadi maleimid (gambar 1b).
• Proses reaksi Wittig dilakukan dalam refluk perlahan
dengan metanol akan dihasilkan 3-DBP sebanyak 82 % yang padat dan berwarna coklat pucat. Isomer dengan konfigurasi (E) diperoleh dari filtrasi dari pengendapan dalam reaksi Wittig.
• Struktur 3-DBP diperoleh dengan 1H dan 13C NMR dan
Penemuan efek anti melanogenesis
dalam mushroom tyrosinase
•
Dalam gambar 2a, tergambar aktivitas
hambatan tirosinase
•
Nilai IC
50dari 3-DBP dan faktor pembanding
(reservatrol dan asam kojat) ditunjukkan
dalam gambar 2b. Nilai IC
50yang rendah dari
3-DBP mengindikasi bahwa memiliki nilai
potensial dibandingkan reservatrol dan asam
kojat yang digunakan sebagai kontrol positif
Evaluasi aktivitas depigmentasi 3-dbp
dalam klutur sel
• Digunakan sistem sel melanoma B16F10 untuk mengevaluasi aktivitas depigmentasi dari 3-DBP • Hasil uji invitro dari sel B16F10 dengan 3-DBP
untuk pertahanan sel , aktivitas tirosinase dan keberadaan melanin ditunjukkan pada gambar 3 • Hasil uji viabilitas menggunakan MTT untuk sel B16F10 (gambar. 3a) menunjjukkan bahwa 3-DBP relatif tidak bersifat sitotoksik pada sel
Efek 3-dbp dalam pigmentasi kulit
secara invivo
•
Efek hambatan dari 3-DBP dalam pigmentasi
kulit secara in vivo yang diuji pada kandungan
melanin dari mencit tanpa bulu ditunjukkan
dalam gambar. 4a
•
Hewan yang diberi larutan 3-DBP selama 3
hari
dan
diberi
paparan
UVB
tidak
menunjukkan adanya iritasi kulit
•