BAB I PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah institusi tempat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan tujuan penyembuhan penyakit serta terhindar dari kematian atau kecacatan. Dalam melaksanakan fungsinya RS Karya Medika II harus pula mengendalikan atau meminimalkan risiko baik klinis maupun non klinis yang mungkin terjadi selama proses pelayanan kesehatan berlangsung, sehingga terlaksana pelayanan yang aman bagi pasien. Dalam mengendalikan atau meminimalkan resiko tersebut dibutuhkan upaya peningkatan mutu secara menyeluruh baik dari segi klinis, keselamatan pasien maupun segi manajerial rumah sakit.
Peningkatan mutu dan keselamatan pasein ini meliputi:
- Memimpin dan merencanakan program peningkatan mutu dan program keselamatan pasein
- Merancang proses-proses klinis baru dan proses manajerial dengan benar.
- Mengukur apakah proses berjalan dengan baik melalui pengumpulan data
- Analisis data
- Menerapkan dan melanjutkan perubahan yang dapat menghasilkan perbaikan.
Semua upaya ini dilaksanakan untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan RS Karya Medika II yaitu:
Visi
Rumah Sakit Karya Medika II menjadi rumah sakit yang handal dan terkemuka di Bekasi.
Misi
1. Mengembangkan sumber daya secara terencana, bertahap dan periodik.
2. Mewujudkan kinerja efektif, efisien, harmonis dan dapat dipertanggungjawabkan secara profesional.
3. Meraih kepuasan pelanggan dengan pelayanan yang bermutu. 4. Mewujudkan kesejahteraan bersama lahir dan batin.
Tujuan
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Bekasi dengan memberikan pelayanan menyeluruh.
Motto
BAB II
LATAR BELAKANG
Di Indonesia, langkah awal yang sangat mendasar dan terarah telah dilakukan oleh pemrintah dalam rangka upaya peningkatan mutu yaitu penetapan kelas rumah sakit melalui Peraturan Menteri Kesahatan No. 340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Secara umum telah ditetapkan beberapa kriteria untuk tiap kelas rumah sakit A, B, C, dan D. Kriteria ini kemudian berkembang menjadi standar-standar.
Keselamatan pasien sudah diakui sebagai suatu prioritas dalam pelayanan kesehatan di dunia melalui pernyataan Sir Liam Donaldson, Chairman WHO World Alliance for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007 ketika meresmikan “Nine Life Saving Patient Safety Solution” di WHO Collaborating Centre for Patient Safety.
Upaya peningkatan mutu dapat diartikan sebagai keseluruhan upaya dan kegiatan secara komprehensif dan integrative memantau dan manila mutu pelayanan Rumah Sakit Karya Medika II, memecahkan masalah-masalah yang ada dan mencari jalan keluarnya, sehingga mutu RS Karya Medika II menjadi lebih baik.
BAB III
TUJUAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
Tujuan Umum:
Meningkatkan mutu secara keseluruhan dan terus menerus untuk mengurangi risiko terhadap pasien dan staf baik dalam proses asuhan klinis maupun lingkungan fisik.
Tujuan khusus:
1. Terwujudnya indikator mutu Rumah Sakit
2. Terciptanya mutu pelayanan yang berorientasi pada pasien berdasarkan bukti klinis
3. Terlaksananya manajemen risiko dan keselamatan pasien untuk staf di lingkungan rumah sakit
4. Terlaksananya pelaporan insiden yang transparan
5. Peningkatan mutu SDM yang berorientasi kepada keselamatan pasien
6. Terciptanya pengendalian infeksi yang sesuai standar di seluruh area prioritas
BAB IV DEFINISI
1. Mutu
Mutu bersifat persepsi dan dipahami berbeda oleh orang yang berbeda namun berimplikasi pada superioritas sesuatu hal. Penilaian indikator dapat digunakan untuk menilai mutu berbagai kondisi.
2. Peningkatan Mutu
Pendekatan terhadap proses pembelajaran dan proses perbaikan yang terus menerus dari proses penyediaan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
Perbaikan kualitas secar terus menerus, perbaikan yang terus menerus, perbaikan kinerja di tingkat TS dan manajemen mutu total.
3. Keselamatan pasien
Suatu sistem di mana RS membuat asuhan pasien yang meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian RIdak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian TIdak Cedera (KTC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC).
5. Sentinel
Kejadian tidak diharapkan yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius.
6. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
Insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.
7. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
Terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.
8. Kejadian Tidak Cedera (KTC)
Insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
9. Kondisi Potensial Cedera (KPC)
Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
10. RCA (Root Case Analysis) / Analisis Akar Masalah
Suatu proses berulang yang sistematik di mana factor-faktor yang berkontribusi dalam suatu insiden diidentifikasi dengan merekonstruksi kronologis kejadian menggunakan pertanyaan kenaoa yang diulang hingga menemukan akar penyebabnya dan penjelasannya. Pertanyaan kenapa harus ditanyakan hingga tim investigator mendapatkan fakta, bukan hasil spekulasi.
Risk Manajemen
Manajemen risiko adalah analisis dari risiko, seperti sebuah proses untuk melakukan evaluasi terhadap KNC dan proses risiko tinggi lainnya, yang kegagalannya dalat berakibat terjadinya kejadian sentinel.
Proses manajemen risiko: a. Identifikasi risiko
b. Pelaporan risiko (Laporan insiden) c. Prioritas risiko (Risk Grading Matrix) d. Investigasi kejadian tidak diharapkan
1. Investigasi sederhana
e. Manajemen risiko
11. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
FMEA adalah salah satu alat yang dapat digunakan secara proaktif melakukan analisis terhadap konsekuensi suatu kejadian yang berujung pada proses yang kritis dan risiko tinggi.
BAB V
1. Struktur Organisasi 2. Uraian Tugas
3. Tata Hubungan Kerja
BAB VII
1. Pimpinan berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien. 2. Pimpinan menetapkan mekanisme pengawasan program,
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.
3. Pimpinan melaporkan hasil kegiatan program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien ke pemilik
4. Pimpinan menetapkan prioritas yang dievaluasi
5. Pimpinan menetapkan prioritas kegiatan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
6. Pimpinan memahami teknologi dan unsure bantuan lain
7. Seluruh unit kerja di Rumah Sakit melaksanakan program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.
8. Program menangani sistem dari Rumah Sakit, rancangan sistem dan rancang ulang dari Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien, dengan menerapkan pendekatan sistematik.
9. Program menangani koordinasi semua komponen dari kegiatan penilaian/pengukuran dan pengendalian mutu.
10.Sasaran Keselamatan Pasien merupakan salah satu program prioritas Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
11.Hasil Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien diinfokan ke staf secara regular.
Kebijakan Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien RUmah Sakit mengikuti Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah sebagai berikut:
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
CIptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil Langkah penerapan:
a. Bagi Rumah Sakit
Pastikan Rumah Sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang harus dilakukan staf, segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.
Pastikan Rumah Sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan akuntabilitas individual bilamana ada insiden
Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di Rumah Sakit
Lakukan asesmen dengan menggunakan survey penilaian keselamatan pasien
b. Bagi unit / tim
Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden
Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di Rumah Sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran tindakan / solusi yang tepat.
2. Pimpin dan dukung Staf RS
Bangunlah komitmen dan focus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien di Rumah Sakit anda.
Langkah penerapan: a. Untuk Rumah Sakit
Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung jawab atas Keselamatan Pasien
Identifikasi di tiap bagian Rumah Sakit, orang-orang yang dapat diandalkan untuk menjadi “PenggerakP dalam gerakan Keselamatan Pasien.
Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat DIreksi / Pimpinan maupun Rapat-rapat Manajemen Rumah Sakit.
Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf Rumah Sakit anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektifitasnya.
b. Untuk unit / tim
Nominasikan “Penggerak” dalam tim anda sendiri untuk meminpin Gerakan Keselamatan Pasien
Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi mereka dengan menjalankan Gerakan Keselamatan Pasien
Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden
3. Integrasikan aktifitas pengelolaan risiko
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan asesmen hal yan gpotensial bermasalah.
a. Untuk Rumah Sakit
Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis dan non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan Staf
Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko yang dapat dimonitor oleh DIreksi / Pimpinan Rumah Sakit
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien b. Untuk unit / tim
a. Bentuk forum-forum dalam Rumah Sakit untuk mendiskusikan isu-isu Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada manajemen yang terkait
b. Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen risiko Rumah Sakit
c. Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil risiko tersebut.
d. Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses asesmen dan pencatatan risiko Rumah Sakit.
4. Kembangkan sistem pelaporan
Pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian / insiden, serta Rumah Sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS).
Langkah penerapan: a. Untuk Rumah Sakit
Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar, yang harus dilaporkan ke KKPRS – PERSI. b. Untuk unit / tim
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah terjadi tetapi terjadi juga, karena mengandung bahan pelajaran yang penting.
5. LIbatkan dan berkomunikasi dengan pasien
Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien. Langkah penerapan:
a. Untuk Rumah Sakit
Pastikan Rumah Sakit memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka selama proses asuhan tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya.
Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar dan jelas bilamana terjadi insiden
Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya. b. Untuk unit / tim
Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan keluarganya bila telah terjadi insiden
Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar secara tepat
Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien dan keluarganya
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
Dorong staf anda untuk melakiukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
Langkah penerapan: a. Untuk Rumah Sskit
Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab
Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis / RCA) yang mencakup insiden yang terjadi dan mminimum satu kali per tahun melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk prosedur risiko tinggi.
b. Untuk unit / tim
Diskusikan dalam tim anda penglaman dari hasil analisis insiden
Identfikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan
Langkah penerapan: a. Untuk Rumah Sakt
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan, assesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analilsis, untuk menentukan solusi setempat.
Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (struktur dan proses), penyesuaian pelatiha staf dan/atau kegiatan klinis , termasuk penggunaan instrument yang menajmin Keselamatan Pasien
Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan
Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKKPRS – PERSI
Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden yang dilaoirkan
b. Untuk unit / tim
Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman
Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan pastikan pelaksanaannya
Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan.
Tujuh langkah Keselamatan Pasien RS merupakan panduan yang komprehensif untuk menuju Keselamatan Pasien, sehingga tujuh langkah tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh Rumah Sakit.
Dalam pelaksanaannya,, Tujuh Langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus serentak. Pilih langkah-langkah yang paling strategis dan paling mudah dilaksanakan di RUmah Sakit. Bila langkah-langkah ini berhasil, maka kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan.
Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik, Rumah Sakit dapat menambah penggunaan metoda-metoda lainnya.
BAB VIII
KEGIATAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
A. PENYUSUNAN CLINICAL PATHWAY
Alur asuhan klinis (Clinical care pathways) adalah alat yang
bermanfaat dalam upaya klinis untuk memastikan adanya integrasi dan koordinasi yang efektif dari pelayanan dengan menggunakan secara efisien sumber daya yang tersedia. Pedoman praktek klinis, alur asuhan klinis dan protocol klinis adalah relevan dengan
1. Dipilih dari yang dianggap cocok dengan pelayanan dan pasien RUmah Sakit
2. Dievaluasi berdasarkan relevansinya untuk mengidentifikasi populasi pasien
3. Jika perlu disesuaikan dengan teknologi, obat-obatandan sumber daya lauin di RS atau dengan norma professional yang diterima secara nasional.
4. Dinilai untuk bukti ilmiah mereka
5. Diakui secara resmi atau digunakan oleh Rumah Sakit
6. Diterapkan dan dimonitor agar digunakan secara konsisten dan efektif
7. Didukung oleh staf terlatih melaksanakan pedoman atau pathways
8. Diperbaharui secara berkala berdasarkan perubahan dalam bukti dan hasil evaluasi dari proses dan hasil (outcomes)
Dalam melaksanakan standarisasi asuhan klinis, RS Karya Medika 1 melakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Penetapan prioritas
Penetapan area prioritas untuk pelaksanaan standarisasi asuhan klinis dilakukan secara bertahap dimulai dengan 5 area prioritas dan setiap tahun akan ditambah 5 area prioritas. Area yang akan distandatisasi bisa berdasarkan diagnose penyakit maupun tindakan dan dipilih bisa berdasarkan high volume, high cost atau high risk. Penetapan area prioritas akan ditetapkan dengan SK Direktur dan dilakukan evaluasi setiap tahunnya.
2. Penyusunan dokumen
Dalam rangka pelaksanaan standarisasi asuhan klinis maka akan disusun antara lain dokumen sebagai berikut:
Kebijakan penyusunan PPK dan CP
Penyusunan PPK dan CP untuk area prioritas
Panduan / SPO audit klinis
3. Sosialisasi penetapan area prioritas melalui mekanisme pertemuan dan diklat
4. Monitoring melalui aduit klinis secara berkala dan berkesinambungan.
Clinical pathway yang dibuat di RS Karya Medika II adalah sebagai berikut: 1. Kejang Demam 2. Demam Tifoid 3. Appendisitis 4. Stroke 5. 6. 7.
B. PENETAPAN INDIKATOR MUTU
Indikator adalah suatu cara untuk menilai penampilan dari suatu kegiatan, merupakan variable yang digunakan untuk menilai perubahan.
Proses penetapan indikator untuk menilai peningkatan mutu dan keselamatan pasien melalui beberapa tahap yaitu:
1. Rapat internal antara komite mutu, unit kerja dan pokja
2. Menyusun indikator mutu klinis dan manajerial dengan unit kerja 3. Pengumpulan data
4. Validasi data
5. Analisis data oleh komite mutu 6. Tindak lanjut
1. INDIKATOR AREA KLINIS
Area Klinis Indikator PIC
IAK 1
Pengkajian Pasien 1. Pengkajian awal medis dalam 24 jam pasien RI
2. Asesmen risiko jatuh pada pasien RI
keperawata n IAK 2 Pelayanan laboratorium
1. Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium
2. Waktu tunggu pemeriksaan lab cito 3. Pelaporan nilai kritis laboratorium
Penunjang (laboratoriu m) IAK 3 Pelayanan radiologi dan pencitraan diagnostic
1. Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto
2. Angka pengulangan foto 3. Angka penolakan ekspertise
Penunjang (radiologi)
IAK 4
Prosedur bedah 1. Waktu tunggu operasi elektif
2. Angka ketidaklengkapann laporan operasi Keperawata n (ruang OK) IAK 5 Penggunaan
antibiotika dan obat lainnya
1. Penggunaan antibiotic profilaksis dalam waktu 30 menit – 1 jam sebelum insisi bedah
2. Penggunaan obat aspirin untuk AMI
Dr. Meli/ Dr. Fera
(Aspirin on arrival)
IAK 6
Kesalahan medikasi / pemberian obat
1. Kejadian nyaris cidera peresepan obat Farmasi IAK 7 Penggunaan anestesi dan sedasi
1. Pengkajian pra anesthesia
IAK 8
Penggunaan darah dan produk darah
1. Pelaporan kejadian reaksi transfusi SKP
IAK 9
Ketersediaan isi dan penggunaan rekam medis pasien
1. Kelengkapan rekam medis 24 jam selesai pelayanan
2. Waktu penyediaan dokumen rekam medis pelayanan rawat jalan
Rekam Medis IAK 10 Pencegahan infeksi, surveilans dan pelaporan
1. Hospital Acquired Pneumonia PPI
2. INDIKATOR JCI
JCI Indikator PIC
JCI 3
Stroke 1. Pasien dengan stroke ischemic atau
hemorrhagic yang menerima pelayanan rehabilitasi
Rehab Medis
JCI 6
Nursing sensitive Care 1. Angka kejadian ulkus dekubitus Keperawatan
JCI 7
Perinatal Cate 1. Inisisasi menyusui dini
JCI 8
Pneumonia 1. Hospital acquired pneumonia
JCI 1
Acute myocardial infarction (AMI)
1. Pemberian aspirin saat pertama kali os datang ke IGD (Aspirin on arrival)
3. INDIKATOR MANAJERIAL Area Manajerial Indikator PIC IAM 1 Pengadaan rutin peralatan kesehatan dan obat untuk memenuhi
kebutuhan pasien
1. Ketidaktersediaan obat rutin yang ditindaklanjuti farmasi IAM 2 Pelaporan yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan
1. Pelaporan kasus HIV yanmed
IAM 3
Manajemen Risiko 1. Angka kejadian tertusuk jarum Keperawat an
4 penggunaan sumber daya
2. Average length of Stay
IAM 5
Harapan dan
kepuasan pasien dan keluarga
1. Tingkat kepuasan pelanggan Humas
IAM 6
Harapan dan
kepuasan staf
1. Tingkat kepuasan pegawai HRD
IAM 7
Demografi pasien dan diagnosis klinik
1. Laporan 10 penyakit terbesar MR
IAM 8
Manajemen keuangan
1. Rasio pendapatan PNBP ?? terhadap biaya operasional (POBO) Keuangan IAM 9 Pencegahan dan pengendalian dari kejadian yang dapat menimbulkan
masalah bagi
keselamatan pasien, keluarga pasien dan staf
1. Analisis kejadian nyaris cedera (KNC)
SKP/Pasien Safety
4. INDIKATOR KESELAMATAN PASIEN
Area SKP Indikator PIC
SKP 1
Identifikasi pasien secara benar
1. Kepatuhan penggunaan gelang identitas pasien rawat inap
SKP 2
Meningkatkan komunikasi efektif
1. Melakukan TBaK saat memberi / menerima instruksi verbal dan per telepon (Read Back)
SKP 3
High Alert Medication 1. Kepatuhan penyimpanan elektrolit pekat
SKP 4
Prosedur keselamatan operasi
1. Penandaan lokasi operasi
SKP 5
Hand hygiene 1. Kebersihan tangan PPI
SKP 6
Menurunkan risiko pasien cedera karena jatuh
1. Kelengkapan pengisian form penilaian risiko jatuh pasien rawat inap
SKP/Pasient Safety
C. PENILAIAN KERJA UNIT KERJA (AUDIT INTERNAL) D. IMPLEMENTASI SASARAN KESELAMATAN PASIEN E. PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG MUTU DAN
BAB IX
METODE PELAKSANAAN
Peningkatan mutu adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk menjamin tercapainya sasaran perusahaan dalam hal kualiras produk dan jasa pelayanan yang diproduksi. Peningkatan mutu kualitas pelayanan pada dasarnya adalah Peningkatan mutu kualitas kerja dan proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan (quality of customer’s satisfaction) yang dilakukan oleh setiap orang dari setiap bagian di RS.
Pengertian peningkatan mutu kualitas pelayanan di atas mengacu pada siklus Peningkatan Mutu (control cycle) dengan memutar siklus Plan – Do – Study – Action (PDSA) = Relaksasi (rencanakan – laksanakan – studi – aks), dengan penjelasan sebagai berikut:
P (Plan) = rencana upaya peningkatan mutu yaitu kegiatan PMKP yan dilengkapi dengan uraian kegiatannya:
a. Langkah 1 : Menentukan tujuan dan sasaran
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan. Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh Kepala RS atau Kepala Bagian. Penetapan sasaran didasarkan pada data pendujkung dan analisis informasi.
Sasaran ditetapkan secara konkret dalam bentuk angka, harus pula diungkapkan dengan maksud tertentu dan disebarkan kepada semua karyawan. Semakin rendah tingkat karyawan yang hendak dicapai oleh penyebaran kebijakan dan tujuan, semakin rinci informasi.
b. Langkah 2 : Menentukan metode untuk mencapai tujuan
Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai tanpa disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang ditetapkan harus rasional, berlaku untuk semua karyawan dan tidak menyulitkan karyawan untuk menggunakannya. Oleh karena itu dalam menetapkan metode yang akan digunakan perlu pula diikuti dengan penetapan standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti oleh semua karyawan.
D (Do) = Pelaksanaan upaya PMKP, yaitu pelaksanaan dari kegiatan-kegiatan, di mana kegiatan-kegiatan tersebut wajib dibuatkan laporan kegiatannya atau hasil monitoringnya.
a. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar dapat dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para karyawan untuk memahami standar kerja dan program yang ditetapkan.
b. Melaksanakan pekerjaan
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi dan standar kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat berubah. Oleh karena itu, ketrampilan dan pengalaman para karyawan dapat dijadikan modal dasar untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan karena ketidaksempurnaan standar kerja yang telah ditetapkan.
S (Study) = Analisa dari laporan kegiatan atau monitoring mutunya. Yang bisa berupa analisa hasil audit, analisa IKP, analisa indikator mutu.
Manajer atau atasan perlu menganalisa apakah pekerjaan dilaksanakan dengan baik atau tidak. Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan dan mengikuti standar kerja, tidak berarti pemeriksaan dapat diabaikan. Hal yang harus disampaikan pada karyawan adalah atas dasar apa pemeriksaan itu dilakukan. Agar dapat dibedakan manakah penyimpangan dan manakah yang bukan penyimpangan, maka kebijakan dasar, tujuan, metode (standar kerja) dan pendidikan harus dipahami dengan jelas baik oleh karyawan maupun oleh manajer. Untuk mengetahui penyimpangan, dapat dilihat dari akibat yang timbul dari pelaksanaan pekrjaan dan setelah itu dapat dilihat dari penyebabnya.
A (Action) = upaya perbaikan yang direncanakan berdasarkan dari hasil analisa.
Pemeriksaan melalui akibat yang ditimbulkan bertujuan untuk menemukan penyimpangan. Jika penyimpangan telah ditemukan, maka penyebab timbulnya penyimpangan harus ditemukan untuk
PLAN
DO
STUD
Y
ACT
mengambil tindakan yang tepat agar tidak terulang lagi penyimpangan. Menyingkirkan faktor-faktor penyebab yang telah mengakibatkan penyimpangan merupakan konsepsi yang penting dalam Peningkatan mutu kualitas pelayanan.
BAB X
MONITORING DAN PELAPORAN
A. MONITORING INDIKATOR KLINIS
B. MONITORING INDIKATOR AREA MANAJERIAL
C. ALUR PELAPORAN INDIKATOR MUTU
Pemilihan Indikator
Komite Mutu Informasi
Pengumpulan data
Komite Mutu
Tetapkan frekuensin
ya Validasi data Metode Statistik
Komite Mutu
Dibandingkan : Dalam RS / Trend RS lain, Standar Praktik
terbaik Analisis Data Pemilihan Indikator Komite Mutu Tetapkan frekuensin ya Pengumpulan data
Komite Mutu Hasil Analisis
Komite Mutu
Analisis Data
Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Perbaikan
PIC Pengumpul data Indikator Kinerja (mengumpulkan data
pencapaian seluruh indikator di Unit Kerja
D. BAB XI PENUTUP Feedback untuk Unit Kerja tembusan Komite Mutu, Direktur terkait PPI, K3, Subkomite Mutu Komite Mutu
Komite Mutu Pembahasan di
Rapim Direktur Utama