1
PERANAN DAN TEKNIK
PENYUSUNAN ANALISIS STANDAR BELANJA DALAM PENYUSUNAN APBD
Oleh:
Abdul Hafiz Tanjung, SE.,M.Si.,Ak.* Disampaikan Pada :
Bimbingan Teknis Penyusunan Standar Biaya Kabupaten Pelalawan-Riau
23-24 Maret 2010
PENDAHULUAN
Pada masa sekarang ini, tuntutan transparan dan akuntabel atas pengelolaan keuangan daerah semakin meningkat. Untuk dapat memenuhi tuntutan tersebut, terutama atas tuntutan akuntabel dapat dilakukan dengan cara pengelolaan keuangan daerah secara ekonomis, efisien, dan efektif.
Salah satu cara yang dapat diambil oleh pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan secara ekonomis, efisien, dan efektif dengan menyusun standar biaya atau dalam bahasa resmi dalam Permendagri 13/2006 yaitu Analisis Standar Belanja (ASB). Pentingnya dilakukan penyusunan ASB ini karena adanya ketidakadilan dan ketidakwajaran anggaran belanja antar kegiatan sejenis antar program dan antar SKPD, yang disebabkan oleh :
1. Tidak jelasnya definisi suatu kegiatan 2. Perbedaan output kegiatan
3. Perbedaan lama waktu pelaksanaan 4. Perbedaan kebutuhan sumberdaya
2 Disamping ke lima penyebab tersebut diatas, sering juga terjadi pada anggaran pemerintah daerah pemborosan anggaran.
LANDASAN LEGAL FORMAL ASB
Bagi pemerintah daerah yang menyusun ASB, landasan hukum yang dapat digunakan adalah :
1. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah pasal 167 ayat 3 : Belanja daerah mempertimbangkan beberapa instrument pendudkung, berupa : analisis
standar belanja, standar harga satuan, tolak ukur kinerja, dan standar pelayanan
minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. PP Nomor 58/2005 Pasal 39 ayat 2 : Penyusunan anggaran berdasarkan prestasi kerja dilakukan berdasarkan capaian kinerja, indicator kinerja, analisis standar
belanja, standar harga satuan, dan standar pelayanan minimal.
3. Permendagri No 13 Tahun 2006 pasal 93 ayat 1 disebutkan bahwa penyusunan RKA SKPD berdasarkan prestasi kerja, indikator kinerja, capaian atau target kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal.
Oleh karena itu dipandang perlu pemerintah daerah menyusun buku panduan analisis standar belanja (ASB) sebagai panduan bagi SKPD dalam menyusun RKA SKPD yang bersangkutan serta sebagai alat evaluasi kewajaran RKA bagi pemerintah daerah.
3
DEFINISI
Berikut ini dijelaskan beberapa definisi yang digunakan dalam penulisan makalah ini :
Analisis Standar Belanja adalah :
Penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang dialokasikan untuk melaksanakan suatu kegiatan.
Kegiatan adalah :
Bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya yang berupa personil, barang modal, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua objek sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang atau jasa.
PRINSIP DASAR PENYUSUNAN ASB
Dalam penyusunan ASB, ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan pemerintah daerah yaitu :
1. Penyederhanaan (modeling)
Penyusunan ASB bertujuan membuat model belanja untuk objek-objek kegiatan yang menghasilkan output yang sama.
2. Mudah diaplikasikan
Model yang dibuat mudah diaplikasikan, atau tidak membuat susah yang menggunakan model tersebut.
4 3. Mudah diup-date
Model yang dibuat mudah untuk diperbaharui, dalam arti jika ditambahkan data-data baru tidak merubah formula model tersebut secara keseluruhan.
4. Fleksibel, dalam hal ini model yang dibuat menggunakan konsep belanja rata-rata dan memiliki batas minimum belanja dan batas maksimum belanja.
PERANAN ASB DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN
Sesuai dengan isi Permendagri 13/2006 pasal 93 ayat 1, menyatakan bahwa penyusunan RKA SKPD berdasarkan pada ASB (salah satu dasar), dan pada ayat 4 menyatakan bahwa ASB merupakan penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan, serta memperhatikan prinsip-prinsip dasar penyusunan ASB. Maka dapat dikatakan peranan ASB dalam penyusunan anggaran pada pemerintah daerah adalah sebagai berikut :
1. Menjamin kewajaran beban kerja dan biaya yang digunakan antar SKPD dalam melakukan kegiatan sejenis.
2. Mendorong terciptanya anggaran daerah yang semakin efisien dan efektif
3. Memudahkan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) melakukan verifikasi total belanja yang diajukan dalam RKA SKPD untuk setiap kegiatan.
4. Memudahkan SKPD dan TAPD dalam menghitung besarnya anggaran total belanja untuk setiap jenis kegiatan berdasarkan target output yang ditetapkan dalam RKA SKPD.
5
PENDEKATAN PENYUSUNAN ASB
Penyusunan Analisis Standar Belanja menggunakan tiga pendekatan utama, yaitu: pendekatan Activity Based Costing (ABC), pendekatan Ordinary Least Square (regresi sederhana) dan pendekatan metode diskusi (focused group discussion).
Pendekatan ABC
Pendekatan ABC merupakan suatu teknik untuk mengukur secara kuantitatif biaya dan kinerja dari satu kegiatan (the cost and performance of activities) serta teknik mengalokasikan penggunaan sumber daya dan biaya kepada masing-masing objek biaya (operasional maupun administrasi) dalam satu kegiatan.
Pendekatan ABC bertujuan untuk meningkatkan akurasi biaya penyediaan barang dan jasa yang dihasilkan dengan menghitung biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost), sehingga total biaya dengan pendekatan ABC adalah :
Disamping itu, proses evaluasi dan penilaian kewajaran biaya dengan pendekatan ABC dilakukan atas dasar biaya-biaya per kegiatan dan bukan atas dasar alokasi bruto (gross allocations) pada suatu organisasi atau SKPD.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan pendekatan ABC adalah :
1. Mengelompokkan kegiatan-kegiatan yang menghasilkan output yang sama dalam satu kelompok.
6 2. Menentukan aktivitas-aktivitas apa saja yang akan menyebabkan timbulnya biaya
dalam satu kegiatan.
3. Menentukan cost driver . yang merupakan faktor-faktor yang mempunyai efek terhadap perubahan level biaya total dalam satu kegiatan, atau cost driver merupakan variabel-variabel yang menjadi penyebab munculnya perbedaan biaya dalam melaksanakan suatu kegiatan tertentu.
Pendekatan Regresi Sederhana
Analisis regresi sederhana adalah suatu teknik yang digunakan untuk membangun suatu persamaan yang menghubungkan antara variabel tidak bebas (Y) dengan variabel bebas (X) sekaligus untuk menentukan nilai ramalan atau dugaannya. Dalam regresi sederhana ini, variabel tidak bebas merupakan total biaya dari suatu kegiatan, sedangkan variabel bebas merupakan cost driver dari kegiatan tersebut.
Penggunaan regresi sederhana dalam menyusun ASB berguna untuk membuat model (persamaan) regresi untuk peramalan belanja dari suatu kegiatan. Peramalan belanja dengan model regresi ini dengan cara menghitung belanja rata-rata, menghitung batas minimum belanja, dan batas maksimum belanja, serta menghitung prosentase alokasi kepada masing-masing objek belanja.
Persamaan garis regresi sederhana adalah sebagai berikut :
bX a Y
Di mana X dan Y adalah nilai-nilai yang diperoleh dari pengamatan. Yang perlu ditaksir adalah koefisien a dan b.
7 Taksiran terbaik untuk koefisien a dan b adalah dengan menggunakan metode kuadrat terkecil , yaitu : di mana : n X X ; n Y Y ; n = jumlah data
a
Y
b
X
Dimana koefisien a merupakan biaya tetap, dan koefisien b merupakan koefisien
untuk belanja variabel. Untuk melihat reliabilitas dari persamaan garis yang ditaksir,
maka dapat digunakan apa yang disebut sebagai kekeliruan baku taksiran (standar deviasi). Rumus yang digunakan adalah :
2 ) ˆ ( 2 n Y Y se
Bentuk (Y Yˆ)2 disebut pula sebagai jumlah kuadrat kekeliruan.
2 2
X
n
X
Y
X
n
XY
b
8 Jika prediksi terhadap Yˆ berdasarkan sebuah nilai X yang ditetapkan telah dibuat, maka kita dapat menentukan interval taksiran untuk Yˆ ini dengan menggunakan kekeliruan baku taksiran yang dikemukakan di atas.
Dengan demikian batas bawah (minimum) untuk taksiran Yˆ dapat dihitung dengan :
e
p
s
t
Y
ˆ
.
Sedangkan batas atas (maksimum) taksiran Yˆ adalah :
e
p
s
t
Y
ˆ
.
di mana t diperoleh dari tabel t dengan derajat bebas n – 2
Pendekatan Metode Diskusi (focused group discussion)
Pendekatan metode diskusi dalam penyusunan ASB digunakan untuk memperoleh masuk-masukan dari SKPD tentang aktivitas dan output dari suatu kegiatan, dan juga masukan-masukan tentang cost driver dari suatu kegiatan. Hasil yang diharapkan dari pendekatan metode diskusi ini adalah kesepahaman tentang aktivitas, output dan cost driver dari suatu kegiatan antara penyusun dan SKPD dalam penyusunan ASB.
Langkah-Langkah Penyusunan ASB
Berikut ini adalah langkah-langkah sistematis yang digunakan untuk penyusunan ASB dengan menggunakan ketiga pendekatan-pendekatan diatas :
9 1. Mengumpulkan data sekunder berupa kegiatan eksisting pemerintah daerah pada tahun berjalan (dapat berupa RKA atau DPA) dan juga data sekunder berupa standar harga satuan.
2. Memeriksa kesesuai harga satuan yang ada pada RKA/DPA dengan peraturan gubernur/bupati/walikota tentang standar harga satuan.
3. Mengidentifikasi setiap jenis kegiatan tentang output dan cost drivernya.
4. Menentukan kegiatan-kegiatan apa saja yang perlu dan akan dibuatkan ASBnya. 5. Melakukan pengelompokan awal setiap kegiatan yang memiliki kesamaan output
dan cost drivernya menjadi satu kelompok ASB, lalu memberi nama kelompok ASB tersebut.
6. Melakukan diskusi atas pengelompokan awal yang telah dibuat tentang aktivitas,
output dan cost driver dari suatu kegiatan. Lalu menyepakati penyempurnaan atas
kelompok-kelompok ASB tersebut.
7. Membuat model regresi sederhana masing-masing kelompok ASB yang telah disepakati.
8. Menghitung nilai minimum dan maksimum belanja dari model regresi sederhana dari masing-masing kelompok ASB.
9. Menghitung prosentase alokasi belanja kepada masing-masing objek belanja (aktivitas) pada satu kelompok ASB, baik alokasi belanja rata-rata, alokasi belanja minimum, dan alokasi belanja maksimum.
10
CONTOH PENYUSUNAN ASB Bintek dan Pelatihan
Langkah 1 s.d 6 : Misalnya data sekunder dari masing-masing RKA SKPD pada tahun anggaran 2010 (dalam
ribuan rupiah) yang dapat dikelompokan dalam satu kelompok ASB Bintek dan Pelatihan, sebagai berikut : N
O
Kegiatan Anggaran Objek Belanja berdasarkan aktivitas Hon PNS Hon Non
PNS Foto copy Bhn Hbs Pakai Mamin Perjalanan Dinas Sewa 1 Pel Aparat dlm Perencanaan Tata Ruang 75.500 7.500 30.000 1.500 4.500 9.500 12.500 10.000 2 Pel kompetensi tenaga pendidik 162.500 12.000 75.000 2.000 13.500 20.000 25.000 15.000 3 Bintek Tenaga Pengelola Keuangan Dae 94.600 9.000 40.800 1.800 6.000 10.000 15.000 12.000 4 Pel Aparatur Desa dlm bid pengl.keu desa 62.900 3.000 27.200 1.200 6.000 7.500 10.000 8.000 5 Pel Tenaga Pendamping Bina Keluarga 33.700 3.000 13.200 1.000 3.000 3.500 6.000 4.000 6. Diklat Fungsional PNS Daerah 224.000 15.000 102.000 4.500 22.500 25.000 30.000 25.000 Jumlah 653.200 49.500 288.200 12.000 55.500 75.500 98.500 74.000 Setelah mendalami data-data dari RKA tersebut, dan melakukan diskusi, ditentukan bahwa yang menjadi Output dari masing-masing kegiatan diatas adalah Orang Hari (OH), sedangkan yang menjadi cost driver dari masing-masing kegiatan diatas adalah : jumlah peserta dan hari pelatihan. Diringkas seperti tabel berikut ini :
No Kegiatan Anggaran Cost Driver Output Peserta Hari OH 1 Pelatihan Aparat dalam Perencanaan Tata Ruang 75.500 30 5 150 2 Pel kompetensi tenaga pendidik 162.500 90 4 360 3 Pel Tenaga Pengelola Keuangan 94.600 30 6 180 4 Pel Aparatur Desa dlm bid pengl.keu desa 62.900 60 2 120 5 Pel Tenaga Pendamping Bina Keluarga 33.700 30 2 60 6. Diklat Fungsional PNS Daerah 224.000 150 3 450 653.200 1.320
11
Langkah 7 : Untuk membuat persamaan regresi sederhana (model ASB), dilakukan dengan cara berikut ini :
No Anggaran (Y) Output (X) XY X2 1 75.500 150 11.325.000 22.500 2 162.500 360 58.500.000 129.600 3 94.600 180 17.028.000 32.400 4 62.900 120 7.548.000 14.400 5 33.700 60 2.022.000 3.600 6 224.000 450 100.800.000 202.500 Jumlah 653.200 1.320 197.223.000 405.000 220 6 320 . 1 n X X 67 , 866 . 108 6 200 . 653 n Y Y
12 01 , 467 600 . 114 6 , 995 . 518 . 53 ) 48400 )( 6 ( 000 . 405 ) 67 , 866 . 108 )( 220 )( 6 ( 000 . 223 . 197 2 2 X n X Y X n XY b
47
,
124
.
6
)
220
)(
01
,
467
(
67
,
866
.
108
X
b
Y
a
Dengan demikian persamaan regresi adalah : Y = 6.124,47 + 467,01 X atau dengan kata lain, Model ASB Bintek dan Pelatihan adalah : Belanja Total = 6.124,47 + 467,01 x (jumlah peserta) x (hari)
Langkah 8 : Untuk menentukan batas minimum dan batas maksimum belanja terlebih dahulu dicari nilai kekeliruan
baku taksiran dengan menggunakan rumus berikut :
2 ) ˆ ( 2 n Y Y
13 No X Y Yˆ 6.124,47 467,01X e Y Yˆ 2 ) ˆ (Y Y 1 150 75.500 76.175,97 -675,97 456.935,44 2 360 162.500 174.248,07 -11.748,07 138.017.148,7 3 180 94.600 90.186,27 4.413,73 19.481.012,51 4 120 62.900 62.165,67 734,33 539.240,55 5 60 33.700 34.145.07 -445.07 198.087,31 6 450 224.000 216.278,97 7.721,03 59.614.304,26 218.306.728,8
Dari tabel di atas maka diperoleh :
2 ) ˆ ( 2 n Y Y se 19 , 682 . 576 . 54 2 6 8 , 728 . 306 . 218 e s 6 , 387 . 7 e
14 Setelah diperoleh kekeliruan baku taksiran, selanjutnya dapat dihitung besarnya belanja rata-rata, belanja minimum, dan belanja maksimum dengan menggunakan model ASB Bintek dan Pelatihan sebagai berikut :
Belanja Rata : Y = 6.124,47 + 467,01 X = 6.124,47 + 467,01 (220) = 108.866,67 Belanja Minimum =
Y
ˆ
t
p.
s
e = 108,866,67 – (2,776)(7.387,6) = 88.358,69Belanja Maksimim =
Y
ˆ
t
p.
s
e = 108.866,67 + (2,776)(7.387,6) = 129.374,65Langkah 9 : setelah belanja rata-rata, belanja minimum, dan belanja maksimum
dihitung, lalu dihitung prosentase alokasi belanja kepada masing-masing objek belanja (aktivitas) pada satu kelompok ASB, baik alokasi belanja rata-rata, alokasi belanja minimum, dan alokasi belanja maksimum.
Prosentase Alokasi Belanja Rata-rata
Menghitung prosentase alokasi belanja rata-rata kepada masing-masing objek belanja (aktivitas) dilakukan dengan cara membagi total belanja masing-masing objek dengan total belanja suatu kegiatan, lalu dikalikan dengan 100% . Hasilnya terlihat seperti berikut ini :
Objek Belanja Perhitungan Alokasi %
Honor PNS 49.500/653.200 X 100% 7,58%
Honor Non PNS 288.200/653.200 X 100% 44,12%
Foto copy 12.000/653.200 X 100% 1,83%
Bahan Habis Pakai 55.500/653.200 X 100% 8,50%
Makan dan Minum 75.500/653.200 X 100% 11,56%
Perjalanan Dinas 98.500/653.200 X 100% 15,08%
15
Prosentase Alokasi Belanja Minimum
Menghitung prosentase alokasi belanja minimum kepada masing-masing objek belanja dilakukan dengan cara : mencari terlebih dahulu selisih prosentase belanja rata-rata dengan belanja minimum, hasilnya dialokasikan kepada masing-masing objek belanja, lalu besarnya prosentase alokasi belanja minimum adalah = % belanja rata-rata - % alokasi selisih masing-masing objek belanja, sebagai berikut :
Selisih Prosentase = (108.866,67- 88.358,69)= 20.507,98 = 20.507,98/108.866,67 X 100% = 18,84%
Objek Belanja Perhitungan Alokasi % alokasi belanja minimum
Honor PNS 7,58/100 x 18,84 = 1,43 7,58% - 1,43% = 6,15% Honor Non PNS 44,12/100 x 18,84 = 8,31 44,12% - 8,31% = 35,81% Foto copy 1,83/100 x 18,84 = 0,34 1,83% - 0,34% = 1,49% Bahan Habis Pakai 8,5/100 x 18,84 = 1,60 8,50% - 1,60% = 6,90% Makan dan Minum 11,56/100 x 18,84 = 2,18 11,56% - 2,18% = 9,38% Perjalanan Dinas 15,08/100 x 18,84 = 2,84 15,08% - 2,84% = 12,24% Sewa Ruangan 11,33/100 x 18,84 = 2,14 11,33% - 2,14% = 9,19%
Prosentase Alokasi Belanja Maksimum
Menghitung presentase alokasi belanja maksimum dilakukan dengan cara mencari terlebih dahulu selisih prosentase belanja rata-rata dengan belanja maksimum, hasilnya dialokasikan kepada masing-masing objek belanja, lalu besarnya alokasi belanja maksimum = % belanja rata-rata + % alokasi selisih masing-masing objek belanja, hasilnya sebagai berikut
Selisih Prosentase = (108.866,67- 129.374,65)= 20.507,98 = 20.507,98/108.866,67 X 100% = 18,84%
16
Objek Belanja Perhitungan Alokasi % alokasi belanja maksimum
Honor PNS 7,58/100 x 18,84 = 1,43 7,58% + 1,43% = 9,01% Honor Non PNS 44,12/100 x 18,84 = 8,31 44,12% + 8,31% = 52,43% Foto copy 1,83/100 x 18,84 = 0,34 1,83% + 0,34% = 2,17% Bahan Habis Pakai 8,5/100 x 18,84 = 1,60 8,50% + 1,60% = 10,10% Makan dan Minum 11,56/100 x 18,84 = 2,18 11,56% + 2,18% = 13,74% Perjalanan Dinas 15,08/100 x 18,84 = 2,84 15,08% + 2,84% = 17,92% Sewa Ruangan 11,33/100 x 18,84 = 2,14 11,33% + 2,14% = 13,47%
Langkah 10 : menyusun buku panduan ASB secara keseluruhan, untuk contoh
soal ini adalah sebagai berikut :
ASB 01: Bintek dan Pelatihan
Deskripsi : Bintek atau pelatihan adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah untuk meningkatkan kemampuan atau keahlian pada bidang tertentu bagi PNS dilingkungan pemerintah daerah dengan mendatangkan narasumber atau instruktur ke lokasi pemerintah daerah.
Kegiatan Yang Termasuk Dalam Lingkup ASB 01
1. Pelatihan aparatur dalam perencanaan tata ruang 2. Pelatihan kompetensi tenaga pendidik
3. Bimbingan teknis tenaga pengelola keuangan daerah
4. Pelatihan aparatur desa dalam bidang pengelolaan keuangan desa 5. Pelatihan tenaga pendamping bina keluarga di kecamatan
6. Pendidikan dan latihan fungsional dan PNS daerah 7. Pelatihan SDM dalam bidang komunikasi dan informasi
8. Pelatihan teknis pengawasan/ audit bagi aparatur inspektorat daerah 9. Dll.
17
Pengendali Belanja (cost driver) :
Jumlah peserta hari pelatihan/bintek
Satuan Pengendali Belanja Tetap :
Rp. 6.124.470. per kegiatan
Satuan Pengendali Belanja Variabel
Rp. 467.010 x Jumlah peserta x hari pelatihan/bintek
Perhitungan Belanja Total
Rp.6.124.470 + Rp. 467.010 x jumlah peserta x hari pelatihan/bintek
Batasan Alokasi Objek
No
Objek Belanja
Rata-rata Batas bawah Batas atas
% % %
1 Honor PNS 7,58 6.15 9.01
2 Honor Non PNS 44,12 35,81 52,43
3 Foto copy 1,83 1,49 2,17
4 Bahan Habis Pakai 8,50 6,90 10,10
5 Makan dan Minum 11,56 9,38 13,74
6 Perjalanan Dinas 15,08 12,24 17,92
7 Sewa Ruangan 11.33 9,19 13,47
VERIFIKASI KEWAJARAN BELANJA DALAM SAUATU KEGIATAN DENGAN MUNGGUNAKAN MODEL ASB
Untuk menggambarkan lebih lanjut penggunaan model ASB yang telah dibuat dalam mengevaluasi kewajaran nilai belanja suatu kegiatan. Berikut ini dihitung besarnya belanja berdasarkan model ASB, baik secara rata-rata, minimum, maupun maksimum dari contoh yang telah dibuat lalu dibandingkan dengan belanja yang ada
18
ASB 01 : Bintek dan Pelatihan
Model : 6.124.470 + 467.010 x jumlah peserta x hari pelatihan/bintek
Kegiatan Anggaran belanja Berdasarkan RKA
Output (OH)
Belanja Berdasarkan ASB
Batas Minimum Belanja Berdasarkan ASB
Batas Maksimum Belanja Berdasarkan ASB Keterangan 1 75.500.000. 150 76.175.970. 61.824.417,25 90.527.522,75 Wajar 2 162.500.000. 360 174.248.070. 141.419.733,60 207.076.406,40 Wajar 3 94.600.000. 180 90.186.270. 73.195.176,73 107.177.363.33 Wajar 4 62.900.000. 120 62.165.670. 50.453.657,77 73.877.682,23 Wajar 5 33.700.000. 60 34.145.070. 27.712.138,81 40.578.001,19 Wajar 6 224.000.000. 450 216.278.970. 175.532.012,10 257.025.927,90 Wajar
Dari tabel tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai belanja yang diajukan dalam RKA masing-masing kegiatan dianggap wajar berdasarkan analisis dengan model ASB 01 ini, maka RKA-RKA tersebut dapat disetujui berdasarkan kriteria kewajaran belanja.
Misalkan, seandainya dari SKPD lain mengajukan suatu kegiatan bimbingan teknis atau pelatihan dengan rincian RKA sebagai berikut (dalam ribuan rupiah):
NO Kegiatan Anggar
an
Objek Belanja berdasarkan aktivitas Hon PNS Hon Non
PNS Foto copy Bhn Hbs Pakai Mamin Perjalanan Dinas Sewa 1 Pelatihan Penyusunan Kurikulum 110.000 . 10.000. 40.000. 1.500. 8.500. 20.000. 20.000. 10.000. 2 Pelatihan perawatan anak balita 120.000 . 15.000. 75.000. 1.000. 3.000. 6.000. 10.000. 10.000.
19 Untuk kegiatan pertama yang menjadi cost driver adalah : jumlah peserta 32 orang, lama pelatihan 5 hari, sedangkan untuk kegiatan kedua cost drivernya adalah : 85 orang dan lama pelatihan selama 4 hari. Dalam melakukan verifikasi kewajaran belanja kegiatan pelatihan yang diajukan dalam RKA tersebut, maka perlu dilakukan perhitungan dengan menggunakan ASB 01 seperti diatas, hasilnya adalah sebagai berikut :
Model : 6.124.470 + 467.010 x jumlah peserta x hari pelatihan/bintek
Kegiatan Anggaran belanja Berdasarkan RKA
Output (OH)
Belanja Berdasarkan ASB
Batas Minimum Belanja Berdasarkan ASB
Batas Maksimum Belanja
Berdasarkan ASB Keterangan 1 110.000.000. 160 80.846.070. 65.614.670.41 96.077.469,59
Tidak wajar melebihi batas maksimum yang
diperkenankan. 2 120.000.000. 340 164.907.870. 133.839.227,30 195.976.512,7
Tidak wajar dibawah batas minimum yang
diperkenankan.
Kedua RKA tersebut dikembalikan kepada SKPD yang mengusulkan untuk diperbaiki, pada RKA kegiatan pertama terjadi pemborosan anggaran sebesar = Rp. 13.922.530,41 (Rp.110.000.000. – Rp. 96.077.469,59), sedangkan pada RKA kegiatan kedua, anggaran yang diajukan dibawah nilai kewajaran, dikhawatirkan output yang dihasilkan dari kegiatan tersebut tidak tercapai dengan baik, karena beban kerja lebih besar dibandingkan dengan anggaran yang diberikan.
Analisis lebih lanjut atas ketidakwajaran belanja yang diajukan dalam RKA dari kedua kegiatan tersebut dapat
20
Kegiatan Pelatihan Penyusunan Kurikulum
No Objek Belanja Belanja Dalam RKA Belanja Berdasarkan ASB Batas Minimum Berdasarkan ASB Batas Maksimum Berdasarkan ASB Keterangan % Rupiah % Rupiah % Rupiah
1 Honor PNS 10.000.000 7,58 6.128.132 6,15 4.972.033 9,01 7.284.231 > dari batas mak 2 Honor Non PNS 40.000.000 44,12 35.669.286 35,81 28.950.978 52,43 42.387.595 wajar
3 Foto copy 1.500.000 1,83 1.479.483 1,49 1.204.606 2,17 1.754.360 wajar
4 Bahan Habis Pakai 8.500.000 8,5 6.871.916 6,9 5.578.379 10,1 8.165.453 > dari batas mak 5 Makan dan Minum 20.000.000 11,56 9.345.806 9,38 7.583.361 13,74 11.108.250 > dari batas mak 6 Perjalanan Dinas 20.000.000 15,08 12.191.587 12,24 9.895.559 17,92 14.487.616 > dari batas mak 7 Sewa Ruangan 10.000.000 11,33 9.159.860 9,19 7.429.754 13,47 10.889.966 > dari batas mak
Kegiatan Pelatihan Perawatan Anak Balita
No Objek Belanja Belanja Dalam RKA Belanja Berdasarkan ASB Batas Minimum Berdasarkan ASB Batas Maksimum Berdasarkan ASB Keterangan % Rupiah % Rupiah % Rupiah
1 Honor PNS 15.000.000 7,58 12.500.017 6,15 10.141.834 9,01 14.858.199 > dari batas mak 2 Honor Non PNS 75.000.000 44,12 72.757.352 35,81 59.053.508 52,43 86.461.196 wajar
3 Foto copy 1.000.000 1,83 3.017.814 1,49 2.457.127 2,17 3.578.501 < dari batas min 4 Bahan Habis Pakai 3.000.000 8,5 14.017.169 6,9 11.378.643 10,1 16.655.695 < dari batas min 5 Makan dan Minum 6.000.000 11,56 19.063.350 9,38 15.468.358 13,74 22.658.341 < dari batas min 6 Perjalanan Dinas 10.000.000 15,08 24.868.107 12,24 20.184.723 17,92 29.551.490 < dari batas min 7 Sewa Ruangan 10.000.000 11,33 18.684.062 9,19 15.155.033 13,47 22.213.090 < dari batas min
21
PENUTUP
Penyusunan ASB untuk setiap kegiatan sebenarnya dapat dilakukan dengan cara menghitung ulang besarnya beban kerja dan biaya dari setiap kegiatan berdasarkan outputnya, sehingga bila ada kegiatan yang sama antar SKPD dengan output yang sama dan cost driver yang sama pula, seharusnya anggaran kegiatan yang memiliki kesamaan tersebut harus sama besar (unsur keadilan). Namun hal ini, akan memerlukan waktu yang sangat lama.
Pendekatan menggunakan analisis regresi dengan membuat model belanja merupakan pendekatan yang cukup praktis, analisis regresi merupakan alat analisis yang dapat dipertanggungjawabkan secara matematis dan biasa digunakan untuk peramalan, karena tujuan menggunakan analisis regresi dalam penyusunan ASB adalah menentukan kewajaran dari nilai belanja dibandingkan dengan beban kerja dari suatu kegiatan.
Banyak yang mengkhawatiran, model ASB yang dibuat dari anggaran kegiatan yang kewajaran belanjanya masih dipertanyakan, apakah akan menghasilkan model ASB yang wajar?, Hal ini dapat dihilangkan dengan cara mengeliminasi kegiatan-kegiatan yang anggaran belanjanya tidak wajar, dalam arti tidak diikut sertakan dalam analisis regresi, sehingga tidak merusak model ASB yang dibuat.
Sebelum makalah ini ditutup, catatan penting yang harus menjadi perhatian penyusun ASB adalah:
1. Penggabungan beberapa kegiatan dalam satu RKA
2. Penggunaan objek belanja yang tidak sesuai dengan kegiatan 3. Ketersediaan standar harga satuan
22 4. Kepatuhan terhadap penggunaan standar harga satuan
Daftar Bacaan
Bambang S, Soedibjo, Analisis Regresi, Modul Kuliah Universitas Nasional Pasim. Kamaruddin Ahmad, 2005, Akuntansi Manajemen, Edisi Revisi, Raja Grafindo Persada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri 13 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
Suharyadi, dan Purwanto, 2009, Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Salemba Empat.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah
Wawan Junaidi, Sekilas Tentang Analisis Standar Belanja, www.wawan-junaidi.blogspot.com
Yanne Kardias, 2006, Penyusunan Base Line Data Analisis Standar Belanja Pemerintah Daerah dengan pendekatan ABC, PSE-KP UGM