• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abses Leher Dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Abses Leher Dalam"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

 Abses Leher dalam

 Abses Leher dalam

Refferat

Refferat

Kepaniteraan Klinik  Kepaniteraan Klinik  Ilmu Kesehatan

Ilmu Kesehatan TTelinga Hielinga Hidung Tdung Tenggorok Kepala enggorok Kepala LeherLeher Universitas Muhammadiyah Jakarta

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Dokter Pembimbing :

Dokter Pembimbing :

DrDr. Dian Nurul Al

. Dian Nurul Al Amini Sp. TH

Amini Sp. TH

Karina Sandra Amilia

(2)
(3)

Pada daerah leher terdapat beberapa ruang

Pada daerah leher terdapat beberapa ruang

potensial yang dibatasi oleh fasia servikal. Fasia

potensial yang dibatasi oleh fasia servikal. Fasia

servikal dibagi menjadi dua yaitu fasia

servikal dibagi menjadi dua yaitu fasia

superfisial dan fasia profunda.

superfisial dan fasia profunda.

 Abses

 Abses

Leher

Leher

Dalam

Dalam

Ludwig Angina Ludwig Angina Etiologi Etiologi Epidemiologi Epidemiologi Definisi Definisi Patogenesis Patogenesis Klasifikasi Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Parafaring Abses

Abses SubmandibuSubmandibulala Anatomi

(4)

Fasia superfisial terletak dibawah dermis. Ini

Fasia superfisial terletak dibawah dermis. Ini

termasuk sistem

termasuk sistem muskuloapen

muskuloapenouretik, yang

ouretik, yang

meluas mulai dari epikranium sampai ke aksila

meluas mulai dari epikranium sampai ke aksila

dan dada, dan tidak termasuk bagian dari

dan dada, dan tidak termasuk bagian dari

daerah leher dalam

daerah leher dalam

 Abses

 Abses

Leher

Leher

Dalam

Dalam

Fasia profunda mengelilingi daerah leher dalam

Fasia profunda mengelilingi daerah leher dalam

dan terdiri dari 3

dan terdiri dari 3

lapisan, yaitu:

lapisan, yaitu:

lapisan superfisial

lapisan superfisial

lapisan tengah

lapisan tengah

lapisan dalam.

lapisan dalam.

Ludwig Angina Ludwig Angina Etiologi Etiologi Epidemiologi Epidemiologi Definisi Definisi Patogenesis Patogenesis Klasifikasi Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Parafaring Abses

Abses SubmandibuSubmandibulala Anatomi

(5)

Ruang potensial leher dalam

Ruang potensial leher dalam

Ruang potensial leher dalam dibagi menjadi

Ruang potensial leher dalam dibagi menjadi

ruang yang melibatkan daerah sepanjang leher,

ruang yang melibatkan daerah sepanjang leher,

ruang suprahioid dan ruang infrahioid.

ruang suprahioid dan ruang infrahioid.

 Abses

 Abses

Leher

Leher

Dalam

Dalam

Ruang infrahioid:

Ruang infrahioid:

Ruang Pretrakeal. Ruang Pretrakeal.

Ruang suprahioid terdiri dari:

Ruang suprahioid terdiri dari:

Ruang Ruang submandibula submandibula Ruang Ruang parafaring parafaring Ruang Ruang parotis parotis Ruang Ruang mastikor mastikor Ruang Ruang peritonsil peritonsil Ruang Ruang temporalis. temporalis.

Ruang yang melibatkan sepanjang leher terdiri dari:

Ruang yang melibatkan sepanjang leher terdiri dari:

Ruang retrofaring

Ruang retrofaring Ruang bahaya(danger space (danger space Ruang bahaya  )

 ) Ruang prevertebra.Ruang prevertebra.

Ludwig Angina Ludwig Angina Etiologi Etiologi Epidemiologi Epidemiologi Definisi Definisi Patogenesis Patogenesis Klasifikasi Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Parafaring Abses

Abses SubmandibuSubmandibulala Anatomi

(6)
(7)

Ruang Retrofaring

Berisi jaringan ikat jarang dan fasia

prevertebralis

o

Batas atas : basis cranii

o

Batas bawah : fasia servikalis

o

Batas depan : dinding belakang

faring

(mukosa

faring.

Fasia

faringobasilaris, oto-otot laring)

o

Batas lateral : fosa faringomaksila

Pada anak-anak banyak terisi

kelenjar limfe

Kelenjar limfe berkurang dg

pertumbuhan anak

Ruang

(8)

Ruang prevertebra

Terletak diantara otot-otot

prevertebra dan fasia pravertebra.

Infeksi disini dapat menerobos ke

lateral atau inferior ke dalam

mediastinum psoterior

Ruang prevertebra merupakan ruang

silindris dari lapisan yang mengelilingi

columna vertebralis dan otot.

Lapisan prevertebra melekat

sepanjang psteerior dari ligamentum

nuchae dan bagian superiornya

berlanjut melingkari garis yang

berlekatan dengan dasar tengkorak.

Ruang

(9)

Ruang

prevertebra

Lingkaran tersebut meliputi :

Anterior

: Melekat pada bagian

dasar tulang occipital,

area foramen jugularis

dan canalis carotis

Lateral

: Melekat pada prosesus

mastoideus

Posterior

: Sepanjang superior garis

akhir nuchal pada p

rotuberance occiput

eksterna yang

berhubungan dengan sisi

lawannya.

Ruang pravertebra melekat pada

vertebra Ci sampai dengan CVII

Ruang

(10)

Ruang Suprahioid

Terletak diatas tulang hioid

antara lapisan selubung dan

pembungkus m. milohioid.

Infeksi disini dapat meluas

keruang submental atau

submaksila atau dapat

meluas ke bawah ke dalam

ruang visera

Ruang Suprahioid

(11)

Ruang Parafaring

Merupakan rongga segitiga besar

dipenuhi dengan jaringan lemak

longgar, terletak lateral dari faring

Dikenal sebagai faringomaksila,

perifaring atau ruang faring lateral

terdiri dari dua bagian, anterior

(prastiloid) dan posterior (retrostiloid)

Berbentuk kerucut dengan dasar

tulang tengkorak dan puncaknya

pada kornu mayus os hioid.

 –

Batas dalam : m. Konstriktor

faring superior

 –

Batas luar : ramus ascenden

mandibula

Ruang

(12)

Ruang Pretrakeal

Berisi kumpulan fasia yang

mengelilingi trakhea dan

gland tiroid.

Bagian Anterior : Berisi

lapisan pratrakea yang

melewai leher, hanya

posterior otot infrahioid

dan menutupi trachea

adan kelenjar tiroid

(13)

Menurut Sloan Kattering Memorial

Cancer Center Classification dibagi

dalam 5 daerah penyebaran

kelompok kelenjar yaitu :

I. Kelenjar yang terletak di segitiga

submental dan submandibula

II. Kelenjar yang terletak di 1/3 atas

dan termasuk kelenjar limfe

 jugularsuperior, kelenjar digastik

dan kelenjar servikal posterior 

superior 

III.Kelenjar limfe jugularis diantara

bifurkasio karotis dan persilangan

m.omohioid dengan

m.sternokleidomastoid dan batas

posterior m.sternokleidomastoid.

(14)

D

Abses leher dalam adalah terkumpulnya

nanah (pus) di dalam ruang potensial di

antara fasia leher dalam sebagai akibat

penjalaran dari berbagai sumber infeksi,

seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus

paranasal, telinga dan leher

Definisi

Abses Leher

Dalam

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(15)

Abses parafaring

(38,4)

Abses submandibula

(15,7%)

Abses

Ludwig’s angina

(12,4%)

Abses Parotis

(7%)

Abses Retrofaring

(5,9%)

laki-laki dan perempuan 3:2

Epidemiologi

 Abses

Leher

Dalam

Parafaring Submandibula Ludwig angina Parotis Retrofaring

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(16)

 Abses

Leher

Dalam

Bakteriologi dari daerah gigi, oro-fasial,

dan abses leher, kuman yang paling

dominan adalah kuman anaerob yaitu,

Prevotella, Porphyromonas, Fusobacterium 

spp, dan Peptostreptococcus spp .

Bakteri aerob dan fakultatif adalah

Streptococcus pyogenic dan Stapylococcus 

aureus 

Etiologi

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(17)

 Abses

Leher

Dalam

ABSES LEHER

DALAM

Abses Retrofaring AbsesParafaring Abses submandibula Abses Peritonsil Angina Ludovici Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(18)

 Abses

Leher

Dalam

 ABSES PERITONSIL

(QUINSY)

Abses peritonsil merupakan terkumpulnya

material purulen yang terbentuk di luar kapsul

tonsil dekat kutub atas tonsil

Sebagai komplikasi tonsilitis akut atau infeksi

yang bersumber dari kelenjar mukus Weber di

kutub atas tonsil

Etiologi = tonsilitis, dapat ditemukan kuman

aerob & anaerob

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(19)

 Abses

Leher

Dalam

 ABSES PERITONSIL

(QUINSY)

Infeksi

tonsilitis akut

Infiltrasi supurasi

kedaerah superior dan

lateral fosa tonsilaris

Pembengkakan

&

Hiperemis

Supurasi

lunak

Peritonsil

mendorong

tonsil & uvula

ke arah kontralateral

Iritasi pada

m.pterigoid interna

Trismus

Abses pecah spontan

Aspirasi

ke paru

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(20)

 Abses

Leher

Dalam

 ABSES PERITONSIL

(QUINSY)

Gejala

Gejala tonsilitis

akut

Odinofagia

Trismus

Otalgia

Regurgitasi

Mulut berbau

Hipersaliva

Pembengkakan

& nyeri tekan

KGB

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(21)

 Abses

Leher

Dalam

 ABSES PERITONSIL

(QUINSY)

Pemeriksaan

Palatum mole tampak membengkak dan

menonjol ke depan

Uvula bengkak, terdorong kesisi kontralateral

Tonsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak

detritus dan terdorong ke arah tengah, depan, dan

bawah.

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(22)

 Abses

Leher

Dalam

 ABSES PERITONSIL

(QUINSY)

   S

   t

   a

    d

   i

   u

   m

   i

   n

    f

   i

    l

   t

   r

   a

   s

   i

   :

Antibiotika gol. Penisilin/klindamisin • Obat simtomatik • Kumur- kumur

dengan cairan hangat dan kompres dingin pada leher.

   B

   i

    l

   a

   t

   e

    l

   a

    h

   t

   e

   r

    b

   e

   n

   t

   u

    k

   a

    b

   s

   e

   s

   :

Pungsi • Kemudian pasien dianjurkan operasi tonsilektomi

Penatalaksanaan

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi insisi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(23)

 Abses

Leher

Dalam

 ABSES PERITONSIL

(QUINSY)

Insisi Abses Peritonsil

Tempat insisi : daerah yang paling menonjol

dan lunak, atau pada pertengahan garis

yang menghubungkan dasar uvula dengan

gerahan atas terakhir pada sisi yang sakit

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(24)

 Abses

Leher

Dalam

 ABSES PERITONSIL

(QUINSY)

Penatalaksanaan

Tonsilektomi

Umumnya tonsilektomi sesudah

infeksi tenang: 2-3 minggu

setelah drainase abses.

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(25)

 Abses

Leher

Dalam

Abses pecah spontan perdarahan aspirasi paru / piemia. Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring abses parafaring mediastinitis. Penjalaran intrakranial trombus sinus kavernosus, meningitis & abses otak. Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi

Komplikasi

Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(26)

 Abses

Leher

Dalam

 ABSES RETROFARING

Biasanya ditemukan pada anak usia < 5

tahun

Ruang retrofaring masih

berisi kelenjar limfa yang

menampung aliran limfa dari

hidung, sinus paranasal, nasofaring,

faring, tuba eustachius dan telinga

tengah

usia > 6 tahun akan atrofi.

Etiologi

ISPA

limfadenitis

retrofaring

Trauma benda asing/tindakan medis TB vertebra servikalis Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(27)

 Abses

Leher

Dalam

 ABSES RETROFARING

Gejala dan tanda

Rasa nyeri dan

sukar menelan

Demam, leher

kaku dan nyeri

Sesak napas

Stridor

Perubahan

suara

Terdapat

benjolan pada

dinding

belakang faring

Mukosa

bengkak dan

hiperemis

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(28)

 Abses

Leher

Dalam

 ABSES RETROFARING

Diagnosis

Berkurang lordosis vertebra servikalis

Foto Rontgen

Pelebaran ruang retrofaring > 7 mm pada

anak dan dewasa

Pelebaran retrotrakeal > 14 mm pada anak dan >

22 mm pada dewasa

Gejala dan tanda klinis

Riwayat ISPA atau trauma

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(29)

 Abses

Leher

Dalam

 ABSES RETROFARING

Terapi

Antibiotik spektrum luas dosis tinggi

parenteral

Pungsi dan insisi abses melalui laringoskopi

langsung

Komplikasi

Penjalaran ke ruang parafaring

Mediastinitis

Obstruksi jalan napas sampai asfiksia

Bila pecah spontan

pneumonia aspirasi dan

abses paru

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(30)

 Abses

Leher

Dalam

 ABSES RETROFARING

Insisi Abses Retrofaring

Insisi melalui laringoskopi langsung dalam

posisi pasien baring trendelnburg.

Pus yang keluar

diisap, agar tidak aspirasi

Dalam anetesia lokal atau umum

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(31)

 Abses

Leher

Dalam

 ABSES PARAFARING

Etiologi

Langsung: tusukan jarum

Supurasi kelenjar limfe leher bagian dalam gigi, tonsil,

faring, hidung, sinus paranasal, mastoid, vertebra

servikal

Penjalaran infeksi ruang peritonsil, retrofaring,

submandibula

Gejala dan Tanda

Trismus

Pembengkakan sekitar angulus mandibula

Demam tinggi

Pembengkakan dinding lateral faring

menonjol ke

medial

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(32)

 Abses

Leher

Dalam

 ABSES PARAFARING

Diagnosis

• Riwayat penyakit

• Gejala dan tanda klinik

• Foto jaringan lunak AP atau CT scan

Terapi

• Antibiotik spektrum luas dosis tinggi parenteral

• Evakuasi abses  Insisi

Komplikasi

• Peradangan intrakranial • Perdarahan hebat • Septikemia Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(33)

 Abses

Leher

Dalam

 ABSES PARAFARING

Insisi Abses Parafaring

2 ½ jari dibawah dan sejajar mandibula

Secara tumpul eksplorasi dilanjutkan dari batas anterior

m. Sternokleidomastoideus ke arah atas belakang

menyusuri bagian medial mandibula dan m. Pterigoid

interna mencapai ruang parafaring dengan terabanya

prosessus stiloid

Pus dalam selubung karotid

insisi dilanjutkan vertikal

dari pertengahan insisi horizontal ke bawah di depan m.

sternokleidomastoideus

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(34)

 Abses

Leher

Dalam

 ABSES SUBMANDIBULA

Ruang submandibula: ruang sublingual dan

submaksila.

Ruang sublingual dipisahkan dari ruang submaksila

oleh: otot milohioid.

Ruang submaksila

ruang submental dan ruang

submaksila (lateral) oleh otot digastrikus anterior.

Pembagian lain: ruang submandibula terbagi atas

ruang submental dan ruang submaksila saja.

Abses dapat terbentuk di ruang submandibula /

bagiannya sbg kelanjutan infeksi dari kepala leher.

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(35)

 Abses

Leher

Dalam

 ABSES SUBMANDIBULA

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(36)

 Abses

Leher

Dalam

 ABSES SUBMANDIBULA

Etiologi

Infeksi dari gigi,

dasar mulut, faring,

kelenjar liur,

kelenjar limfa

submandibula

Kuman: campuran

aerob & anaerob

Gejala dan Tanda

Demam dan nyeri

leher

Pembengkakan di

bawah mandibula

& / dibawah lidah

Trismus

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(37)

 Abses

Leher

Dalam

 ABSES SUBMANDIBULA

Terapi

Pasien dirawat inap 1-2 hari sampai gejala dan

tanda infeksi mereda

Evakuasi abses :

abses yg dangkal/terlokalisasi

dalam anastesi lokal

Abses yg dalam dan

luaseksplorasi dalam narkosis

Antibiotik dosis tinggi terhadap kuman aerob dan

anaerob secara parenteral

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(38)

 Abses

Leher

Dalam

 ABSES SUBMANDIBULA

Dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi

atau setinggi os. Hioid, tergantung letak dan

luas abses

Ludwig Angina Etiologi

Epidemiologi

Insisi Abses Submandibula

Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(39)

 Abses

Leher

Dalam

 ANGINA LUDOVICI

(ANGINA LUDWIG)

Infeksi ruang submandibula berupa selulitis dengan

tanda khas:

pembengkakan seluruh ruang submandibula

tidak membentuk abses  keras pada perabaan submandibula.

Etiologi :

Infeksi kuman aerob dan anaerob yang berasal dari gigi atau dasar mulut. Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(40)

 Abses

Leher

Dalam

 ANGINA LUDOVICI

(ANGINA LUDWIG)

Gejala dan tanda

Dasar mulut membengkak dapat mengakibatkan

dapat mendorong

lidah ke atas belakang  jalan napas tersumbat sesak napas.

Pembengkakan di daerah submandibula, yang tampak hiperemis dan keras pada perabaan

Nyeri tenggorok dan leher

Riwayat sakit gigi,

Gejala & tanda klinis

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(41)

 Abses

Leher

Dalam

 ANGINA LUDOVICI

(ANGINA LUDWIG)

Pasien dirawat inap sampai infeksi mereda.

Lakukan pengobatan terhadap sumber infeksi untuk  mencegah kekambuhan

Insisi di garis tengah secara horizontal setinggi os hioid (3-4 jari dibawah mandibula)

Evakuasi pus atau jaringan nekrosis

Lakukan eksplorasi yang dilakukan untuk tujuan dekompresi (mengurangi ketegangan)

Antibiotik dosis tinggi spektrum luas secara parenteral Terapi Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(42)

 Abses

Leher

Dalam

 ANGINA LUDOVICI

(ANGINA LUDWIG)

Sumbatan jalan

napas

Penjalaran abses

ke ruang leher

dalam lain dan

mediastinum

Sepsis

Komplikasi

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

(43)

 Abses

Leher

Dalam

 ANGINA LUDOVICI

(ANGINA LUDWIG)

Insisi Angina Ludovici

Eksplorasi

tujuan : dekompresi dan

evakuasi pus

Insisi dilakukan di garis tengah secara

horizontal setinggi os. Hioid (3-4 jari di bawah

mandibula)

Ludwig Angina Etiologi Epidemiologi Definisi Patogenesis Klasifikasi Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula Anatomi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah pada konsentrasi filtrat jeruk nipis 0% didapatkan kadar protein 10.68%, konsentrasi 50% sebesar 8.50%, dan konsentrasi 75% sebesar

Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar) merupakan penyebab dari90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di

Resiko terjadinya serangan ulang Stroke (pecahnya pembuluh darah otak) berhubunga n dengan ketidakma mpuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mennderita Hipertensi

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui individu dengan harga diri tinggi lebih cenderung dapat menyelesaikan masalah dengan baik, terbuka dengan masukan orang

Berdasarkan hasil analis Gambaran Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Premenstruasi Sindrom Pada Mahasiswi AKPER Ngudi Waluyo sebagian besar responden mendapatkan

Ada dua faktor yang menyebabkan peningkatan pada tindakan kemandirian di kelompok perlakuan, yang pertama adalah karena saat pre test atau sebelum dilakukan intervensi,

Kuesioner tersebut kemudian dianalisis menggunakan Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian yang didapat adalah 4 hipotesis diterima, dan 4 hipotesis lainnya

Penerapan model pembelajaran advance organizer dengan menggunakan media peraga molymood gabus dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas X2 SMAN 8 Kota Bengkulu pada