1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara
termasuk Indonesia. Dari data
world populations data sheet jumlah penduduk pada
pertengahan 2008 adalah 239,9 juta jiwa. Dengan laju penduduk 1,4% pertahun yang
artinya setiap tahun bertambah 3,3-3,4 juta jiwa. Bila tanpa pengendalian pada tahun
2015 akan menjadi 252 juta jiwa (Yulizawati, 2012). Laju tingkat penduduk yang
tinggi harus diimbangi dengan peningkatan kualitas penduduk sehingga
mempengaruhi
kehidupan
dan
kesejahteraan
penduduk.
Dalam
rangka
menanggulangi hal itu, pemerintah telah mencanangkan program kependudukan dan
keluarga berencana (KB) sebagai program nasional (Handayani, 2010).
dan pelestarian lingkungan serta permintaan untuk barang publik dan pelayanan
(Pendit, 2006; Timothy, Wawire, Mburu. 2011;
Creatsas. 2004). Kontrasepsi adalah
upaya mencegah kehamilan, metode ini bersifat sementara dan permanen.
Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas
(Mansjoer, 2000). Pendit (2006) memaparkan lebih lanjut tentang beberapa metode
kontrasepsi yang biasa digunakan di seluruh dunia, dintaranya adalah strerilisari
wanita, alat kontasepsi dalam rahim (AKDR), kontrasepsi oral, strerilisari pria
sukarela, kondom, koitus interuptus, metode keluarga berencana alami, metode
sawar vagina, dan metode lain.
3
paling rendah dibandingkan dengan yang lain. Data nasional dari BKKBN pada
bulan agustus 2010 penggunaan KB sebanyak 688.951 peserta. Dilihat dari per mix
kontrasepsi hanya terdapat : IUD 4.32%, MOW 1.12%, MOP 0.20%, kondom
13.75%, implan 10.54%, suntik 43.35%, dan pil 26.76% (Bkkbn, 2010). Untuk jumlah
pasangan usia subur (PUS) di Tulungagung yaitu 202.186 dari 512.871 wanita yang
ada (Dinkes Tulungagung, 2014).
Perangkat intra-uterine/dalam rahim (IUD) adalah alat kontrasepsi yang aman,
efektif dan reversibel, penggunaan kontrasepsi secara luas digunakan di Cina, tetapi
penggunaan dihentikan oleh beberapa wanita karena efek samping yang tidak dapat
diterima, seperti berlebihan perdarahan menstruasi, memperpanjang menstruasi dan
bercak vagina selama haid sehingga pengggunaan IUD juga rendah (Qian, Wang,
Yang. 2010). Berbanding lurus dengan data nasional penggunaan IUD di desa
Sumberingin kulon masih juga rendah, hal ini dipertegas dengan hasil studi
pendahuluan dengan melakukan wawancara bidan desa Siwi Indriati, dikatakan
bahwa penggunaan KB sudah cukuip tinggi yaitu 245 orang dari 472 PUS di desa
Sumberingin kulon. Sangat rendahnya penggunaan IUD ini karena beberapa faktor
diantaranya faktor pendidikan, ekonomi dan dukungan dari suami. Tingkat
pendidikan ibu-ibu di desa Sumberingin Kulon yang berada pada usia subur rata-rata
sekolah menengah sedangkan status ekoniminya berada pada tingkat menengah
sementara, mereka beranggapan penggunaan IUD menggunakan biaya yang tinggi
dan menggunakan prosedur yang susah. Selain itu, faktor yang paling mempengaruhi
adalah dukungan dari suami, banyak suami yang melarang pasanganya menggunakan
IUD karena merasa dapat menggangu saat berhubungan.
mempengaruhi seseorang termasuk perilaku seseorang akan pola hidup terutama
dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Tingkat
pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan alat kontrasepsi tetapi
juga pemilihan suatu metode. Penelitian Rogers (1974), dalam Notoatmodjo (2003)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu:
Awareness, Interest, Evaluation, Trial
dan
Adaption. Pendidikan yang rendah membuat responden kurang bisa menerima dan
memahami konseling keluarga berencana yang diberikan oleh petugas KB, sehingga
menghambat proses penyebaran informasi dan pelayanan KB serta menghambat
proses perubahan dari tidak menggunakan AKDR memilih untuk menggunakan
AKDR yang diharapkan dalam program KB (Widiyawati, 2012 ).
5
kontrasepsi, dapat memotivasi suami dan untuk menganjurkan istrinya memakai alat
kontrasepsi tersebut (Ovita, 2008).
Dalam penggunaan alat kontrasepsi pelayanan kesehatan juga dapat
dipengaruhi oleh status ekonomi dimasyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang,
pelayanan kesehatan akan lebih diperhatikan dan mudah dijangkau, demikian juga
sebaliknya apabila tingkat ekonomi seseorang rendah, maka sangat sulit menjangkau
pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Keadaan ekonomi ini
sangat mempengaruhi dalam keterjangkauan pemilihan alat kontrasepsi . Status
ekonomi, tinggi rendahnya status sosial dan keadaan ekonomi akan mempengaruhi
perkembangan dan kemajuan program KB. Kemajuan tersebut berkaitan erat dengan
kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi (Hidayat, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, masalah ini perlu mendapat perhatian serius dari
tenaga kesehatan terutama perawat untuk melaksanakan peran perawat yaitu sebagai
konselor, pendidik dan advokator seingga pertumbuhan penduduk dapat terkendali.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan dukungan
sosial suami dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD pada wanita usia subur.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “ bagaimana hubungan dukungan
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan dukungan sosial suami dengan penggunaan alat
kontrasepsi IUD pada pasangan subur.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Mengidentifikasi gambaran dukungan sosial suami.
2.
Mengidentifikasi gambaran penggunaan alat kontrasepsi IUD.
3.
Mengidentifikasi hubungan dukungan sosial suami dengan penggunaan alat
kontrasepsi IUD pada pasangan usia subur.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Responden Dan Masyarakat
Responden dan keluarga serta masyarakat mendapat informasi tentang
macam-macam kontrasepsi sehingga bisa menggunaan alat kontrasepsi yang paling efektif.
1.4.2 Bagi Perawat
Dapat menambah wawasan perawat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan alat kontrasepsi IUD serta menjadi literatur untuk melakukan sosialisasi,
konselor dan advokasi kepada masyarakat.
1.4.3 Bagi Peneliti Lain
7
1.5
Keaslian Penelitian
1.
Siti Widiyawati dkk. Meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemakaian AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) di wilayah kerja puskesmas
Bahtuah Kutai Kartanegara, Pada tahun 2012. Penelitian ini merupakan
penelitian
Diskriptif Analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional,
tehnik pengumpulan data menggunakan lembar kuisioner, untuk mengetahui
hubungan antara variabel dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan
rumus
Chi Square. Hasil tiap variabel pendidikan P value 0,001. Pemakaian
AKDR terhadap dukungan suami dengan P value 0,006. Sedangkan pada
pemakaian AKDR terhadap pengetahuan didapat hasil P value 0,007,
menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna pemakaian AKDR dengan
pendidikan, dukungan suami dan pengetahuan. Perbedaan dengan penelitian
yang di lakukan oleh peneliti adalah subjek penelitian berada pada wilayah
berbeda yang memungkinkan perbedaan budaya dan pendidikan karena
perbedaan wilayah.
2.
Ali Rifa’i, meneliti tentang faktor
-faktor yang berhubungan dengan
penggunaan alat kontrasepsi pada pasangan usia subur di wilayah puskesmas
Buhu kabupaten Gorontalo, tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian
Diskriptif Analitik dengan menggunakan pendekatan
Cross Sectional. Teknik
1.6 Batasan Penelitian
1.
IUD adalah alat kontrasepsi dalam rahim.
2.
Pasangan usia subur adalah pasangan suami istri yang berada dalam masa
produktif.
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 diantara 6 penduduk dunia adalah remaja,
sebanyak 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja
dan kaum muda berkembang sangat cepat. Tahun 2000, kelompok umur 15-24 tahun
jumlahnya 43 juta jiwa atau 21% dari total jumlah populasi penduduk Indonesia
(Kusmiran, 2011). Menurut pusat penelitian dan pengembangan
kependudukan-BKKBN jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa, 26,7%
adalah remaja (Wahyuni & Rahmadewi, 2011). Remaja merupakan suatu masa
kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi psikologis untuk menemukan identitas
diri. Pada masa transisi dari masa anak-anak ke masa remaja, individu mulai
mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi lebih berbeda. Remaja
mempunyai sifat yang unik, yaitu salah satunya sifat ingin meniru suatu hal yang
dilihat, kepada keadaan, serta lingkungan sekitarnya (Kusmiran, 2011).
Keinginan untuk mandiri akan timbul dalam diri remaja. Salah satu bentuk
kemandirian ini adalah mulai melepaskan diri dari pengaruh orang tua dan
ketergantungan secara emosional kepada orang tua. Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki
(seperti menjadi egosentesis, kebingungan peran, dan lain-lain). Pada usia remaja
seseorang lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya dibadingkan
dengan orang tuanya sehingga wajar saja tingkah laku dan norma atau aturan-aturan
Kebiasaan remaja yang sulit dihindari ialah merokok, kebiasaan merokok pada
remaja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain karena masa perkembangan
anak yang mencari identitas diri dan selalu ingin mencoba hal baru yang ada
dilingkungannya. Walaupun remaja ingin melepaskan diri dari pengaruh orang tua
akan tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kebiasaan merokok pada
remaja dimulai karena mengikuti kebiasaan orang tua yang merokok, perananan
media informasi dalam mengiklankan rokok dan juga film-film yang secara tidak
langsung mempromosikan perilaku merokok yang dilakukan oleh pemeran utama
sebagai sosok yang banyak dikagumi oleh penenontonnya (Husaini, 2007)
Faktor lain yang mempengaruhi kebiasan merokok adalah kurang perhatian
dari orang tua karena kesibukan dan sosial ekonomi yang tinggi, sehingga remaja
mudah untuk mendapatkan rokok. Berapa hasil penelitian juga menemukan bahwa
remaja, terutama wanita merokok karena ingin lansing. Pada orang yang berhenti
merokok, mereka mengatakan bahwa bila berhenti merokok akan susah
berkonsentrasi, gelisah, bahkan bisa gemuk, sedangkan bila merokok akan merasa
lebih dewasa dan bisa timbul ide atau inspirasi. Faktor-faktor psikologis dan fisiologis
inilah yang banyak mempengaruhi kebiasaan merokok di masyarakat (Tandra, 2003).
Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang dinilai sangat merugikan,
baik bagi diri sendiri maupun orang lain disekitarnya. Meskipun semua orang
mengetahui tentang bahaya yang ditimbulkan oleh aktivitas merokok, hal ini tidak
pernah surut dan merupakan perilaku yang masih bisa ditolerir oleh masyarakat.
Fenomena tersebut bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan
rumah, kantor, angkutan umum, dan jalanan. Hampir setiap saat dapat disaksikan dan
3
dikalangan remaja, kebiasaan ini terus berlanjut sampai ia memasuki masa dewasa ,
bahkan hingga usia lanjut (Aula, 2010).
Kondisi ini tentu saja memprihatinkan karena remaja merupakan kelompok
yang rentan dan berpotensi menjadi perokok jangka panjang (Soerojo, dalam Astuti
2010) perilaku merokok yang dimulai dari usia remaja juga seringkali disertai dengan
perilaku kekerasan dan penggunaan narkoba. Perilaku merokok pun membuat
seseorang cenderung untuk mencoba obat-obatan terlarang di masa depan (Astuti,
2010).
Diperkirakan bahwa 900 juta (84%) perokok sedunia hidup di Negara- Negara
berkembang termasuk Indonesia. The tobacco atlas mencatat adanya lebih dari 10 juta
batang rokok di hisap setiap menit, tiap hari, diseluruh dunia oleh 1 miliar laki-laki
dan 250 juta perempuan. Sebanyak 50% total konsumsi rokok dunia dimiliki oleh
Cina, Amerika Serikat, Rusia, Jepang, dan Indonesia. Bila kondisi ini terus berlanjut,
jumlah total rokok yang diisap tiap tahun adalah 9000 triliun rokok pada tahun 2025.
Di Asia, badan kesehatan dunia (WHO) menyebutkan bahwa Indonesia menepatkan
urutan ketiga terbanyak jumlah perokok yang mencapai 146.860.000 jiwa (Aula,
2010). Sedangkan menurut Setyowadi (2011, dalam Chodijah 2013) Indonesia
menempati urutan pertama jumlah perokok remaja terbanyak di dunia. Sekitar 80%
perokok di Indonesia memulai kebiasaanya tersebut sebelum berumur 19 tahun.
Hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) perilaku merokok penduduk Indonesia
berumur 15 tahun keatas belum terjadi penurunan dari tahun 2007 hingga tahun 2013
bahkan cenderung meningkat dari 34, 2% pada tahun 2007 menjadi 36, 3% tahun
Menurut data World Health Organization (WHO) rokok berada pada peringkat
utama pada kematian yang dapat dicegah di dunia (Depkes, 2009 dalam Aula, 2010).
Merokok menyebabkan 1 dari 10 kematian orang dewasa di seluruh dunia, dan
mengakibatkan 5,4 juta kematian pada tahun 2006. Ini berarti bahwa rata –rata ada 1
kematian setiap 6,5 detik. Kematian pada tahun 2020 akan mendekati 2 kali jumlah
kematian saat ini, jika kebiasaan konsumsi rokok sekarang terus berlanjut (Aula,
2010).
Upaya dalam mengurangi angka perokok didunia diberlakukan berbagai
kebijakan diantaranya dengan mencantumkan pesan bahaya merokok seperti pada
gambar 1.1 dimulai dari Amerika Serikat dengan menggunakan 4 pesan bahaya
merokok didesain pada samping bungkus rokok dimulai tahun 1984, Inggris
menggunakan 6 pesan bahaya merokok didesain 6% berada didepan dan 6% berada
dibelakang bungkus rokok dimulai tahun 1992, Australia memiliki 6 pesan peringatan
bahaya merokok didesain 25% berada didepan dan 33% berada dibelakang bungkus
rokok dan dimulai dari tahun 1995, sedangkan di Kanada menggunakan 16 gambar
atau pesan peringatan bahaya merokok didesain 50% berada didepan dan 50% berada
[image:12.612.130.505.537.655.2]dibelakang bungkus rokok (Hammond, et al. 2009)
5
Dalam perkembangannya, semua desain produk rokok mulai menggunakan
gambar yang dinilai efektif dalam mengurangi minat perokok yang dimulai dari
kanada tahun 2000, diikuti oleh Brazil tahun 2002, Singapura dan venezuela tahun
2004, Thailand tahun 2005, Australia, Uruguay dan bangsa Eropa tahun 2006
[image:13.612.140.500.194.345.2](Hammond, et al. 2009)
Gambar 1.2 Peringatan Dengan Gambar Bahaya Merokok (Hammond, et al.
2009)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di 4 negara berbeda diantaranya
Australia, Kanada, Amerika Serikat dan Inggris yang membandingkan hasil penelitian
tersebut bahwa Australia memiliki motivasi yang tinggi untuk berhenti merokok
dengan lama penelitian selama 6 bulan, kemudian disusul oleh Kanada dengan lama
penelitian selama 2,5 tahun, selanjutnya Inggris dengan lama penelitian 3,5 tahun,
sedangkan dalam satu dekade Amerika Serikat tidak menunjukkan hasil yang
signifikan untuk memotivasi perokok untuk berhenti merokok (Borland, et al. 2009).
Sementara itu di Indonesia, sesuai peraturan pemerintah nomor 109 tahun
2012 dan peraturan menteri kesehatan nomor 28 tahun 2013 yang berlaku pada 24
juni 2014, semua produk rokok baik yang luar ataupun dalam negeri wajib
Gambarnya antara lain merokok dapat menyebabkan kanker paru-paru dan
bronchitis kronis, merokok dapat menyebabkan kanker mulut, merokok dapat
menyebabkan kanker tenggorokan, merokok membunuhmu, dan merokok didekat
bayi berbahaya bagi mereka. Dengan pencantuman gambar-gambar bahaya merokok
dengan jelas, remaja dan perokok pemula dapat menghentikan kebiasaan
merokoknya. Kebijakan tersebut diharapkan dapat mengurangi jumlah perokok dan
mencegah keinginan individu untuk merokok (Anna, 2014)
Ada dua kemungkinan sikap yang akan muncul pada konsumen rokok, yaitu
konsumen rokok akan bersikap positif terhadap peringatan bahaya merokok pada
kemasan rokok sehingga sadar dan dapat memotivasi diri bahwa rokok yang
dihisapnya akan membahayakan bagi dirinya atau bersikap negatif terhadap
peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan mengabaikan pengaruh
buruk dari rokok yang dihisapnya (Kurniadi & Kumolohadi, 2005).
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang yang diasumsikan peneliti sebagai mahasiswa
yang mengerti akan bahaya merokok dan sebagai agent of change bagi masalah
kesehatan ironisnya justru banyak memiliki kebiasaan merokok. Berdasarkan hasil
wawancara pada bulan September 2014 yang dilakukan oleh peneliti terhadap
mahasiswa perokok yang ada di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang dapat disimpulkan bahwa para
perokok memiliki rasa takut akan desain persuasif berupa gambar menyeramkan
tentang bahaya merokok yang ada pada bungkus rokok tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
7
rokok terhadap motivasi berhenti merokok pada mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah
bagaimanakah pengaruh persepsi tentang penggunaan desain persuasif pada bungkus
rokok terhadap motivasi untuk berhenti merokok pada mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang penggunaan desain persuasif
pada bungkus rokok terhadap motivasi untuk berhenti merokok pada mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan persepsi responden tentang desain persuasif pada
bungkus rokok.
2. Mendeskripsikan motivasi untuk berhenti merokok
3. Menganalis pengaruh persepsi tentang desain persuasif pada bungkus
rokok terhadap motivasi berhenti merokok pada mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
1.4 Manfaat Penelitaian
Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penelitian yang
hendak dicapai, maka manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap khasanah
keilmuan, khususnya bidang ilmu keperawatan yang terkait dengan masalah merokok
dan dampaknya
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui dampak desain pada bungkus
rokok terhadap motivasi berhenti merokok, serta untuk mengaplikasikan hasil
penelitian ini pada mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang. Sebagai wahana
melatih melatih menulis dan berfikir ilmiah sehingga dapat menambah wawasan dan
pengetahuan dalam memecahkan masalah secara ilmiah.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan
untuk bisa dijadikan suatu referensi dan menambah wawasan serta pengetahuan
tentang dampak desain pada bungkus rokok terhadap motivasi berhenti merokok
pada mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Bagi Peneliti Selanjutnaya
Sebagai bahan kajian atau rujukan untuk melakukan rujukan lebih lanjut yang
9
1.5 Keaslian Penelitian
1. Menurut penelitian Zainul Asngadah fatmawati tahun 2014 yang berjudul
“pengaruh terpaan pesan pada iklan rokok terhadap sikap untuk berhenti
merokok pada remaja”. Berdasarkan analisis data menggunakan uji mann
whitney U test, diperoleh nilai statistic mann whitney u adalah sebesar 162.00,
sedangkan nilai Z dihitung sebesar -5.241 dengan nilai signifikansi (p) 0,000
untuk 2 sisi, artina p < α, dengan nilai < 0,05 yang menunujukkan adanaya
perbedaan kelompok berhenti merokok pada treatment dan kelompok control.
Nilai mean pada kelompok control menunjukkan bahwa terpaan peringatan
pesan kesehatan berbentuk gambar dan tulisan yang ada pada iklan rokok
berpengaruh terhadap sikap untuk berhenti merokok pada remaja. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian diatas adalah variabel dan tempat penelitian,
pada penelitian ini meneliti iklan rokok dengan gambar sedangkan penelitian
diatas meneliti desain gambar bahaya merokok pada bungkus rokok. Pada
penelitian ini subyek yang digunakan adalah 65 respondn terdiri dari 30
responden sebagai kelompok treatmen dan 35 responden sebagai kelompok
control. Sedangkan penelitian diatas adalah mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Menurut Penelitian SA. Paradita tahun 2014 yang berjudul “pengaruh
kesehatan bergambar pada bungkus rokok terhadap motivasi perokok untuk
berhenti merokok”. Berdasarkan analisis data menggunakan uji statistic sign
test (Uji Tanda) yang menggunakan tipe penelitian eksperimen dengan desain
one group pretest posttest dan teknik pengambilan data dengan menggunakan
non random dengan total sampel sebanyak 30 responden. Hasil dari penelitian
kesehatan bergambar pada kemasan rokok terhadap motivasi untuk berhenti
merokok hal ini ditunjukkan pada angka signifikansi hasil pengujian hipotesis
sebesar 0,028. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian adalah penelitian ini
menggunakan metode eksperimen sedangkan penelitian diatas menggunakan
metode penelitian analitik observasional. Pada penelitian ini menggunakan 1
jenis gambar peringatan bahaya merokok, sedangkan pada penelitian diatas
menggunakan semua jenis gambar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah agar
dapat mengetahui persepsi responden terhadap masing-masing gambar.
Tempat penelitian ini dilakuakan di Semarang dengan memilih 30 orang
perokok sebagai responden yang diberi perlakuan sedangkan dalam penelitian
diatas menggunakan Semua mahasiswa perokok Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Menurut penelitian Baskoro Kurniadi, RA. Retro komolohadi, S.psi tahun 2005
yang berjudul “hubungan antara sikap dan terhadap label bahaya merokok pada
kemasan rokok dengan intensi berhenti merokok”. Berdasarkan analisis data
menggunakan uji korelasi product moment dari pearson menunjukkan korelasi
sebesar r = 0,757 dengan p < 0,01 yang artinya ada hubungan positif antara
label peringatan bahaya merokok dengan intensi berhenti merokok. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian diatas adalah variabel dan tempat penelitian,
pada penelitian ini meneliti label peringatan bahaya merokok sedangkan
penelitian diatas meneliti desain gambar bahaya merokok pada bungkus rokok.
Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah laki-laki perokok antara usia
17 – 60 tahun di Yogyakarta sedangkan penelitian diatas adalah mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
11
1.6 Batasan penelitian
Untuk mempermudah dan mempertegas lingkup penelitian, maka penelitian ini
diberi batasan penelitian sebagai berikut :
1. Responden penelitian ini adalah mahasiswa aktif angkatan 2011 sampai dengan
angkatan 2014 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
2. Perilaku merokok merupakan suatu aktivitas atau kegiatan dengan membakar
rokok kemudian menghisap dan menghembuskan asapnya sehingga asapnya
bisa dihirup oleh dirinya sendiri dan orang-orang disekitarnya. Pada penelitian
ini, peniliti mengambil data pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan pernah