• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSKURSI GEOTHERMAL (PB 6013 Evaluasi Prospek Panasbumi) Cisolok, Jawa-Barat, 1 Nov. 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSKURSI GEOTHERMAL (PB 6013 Evaluasi Prospek Panasbumi) Cisolok, Jawa-Barat, 1 Nov. 2009"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

- 0 -

Penyusun:

Suryantini

(Dr. Eng.,Dipl. Geothermal Tech., MSc.)

Fajar Hendrasto

(Dipl. Geothermal Tech., M.T.)

EKSKURSI

GEOTHERMAL

(PB 6013 Evaluasi

Prospek Panasbumi)

Cisolok, Jawa-Barat, 1 Nov. 2009

M

(2)

Ekskursi Geothermal (PB 6013 Evaluasi Prospek Panas Bumi)

Minggu, 1 November 2009, Cisolok, Jawa Barat

WAKTU KEGIATAN TUJUAN KETERANGAN

05.00 - 10.00 Perjalanan dari kampus ITB ke Karang Hawu, Cisolok.

10.00 – 11.00 STOP -1 KARANG HAWU

Berupa singkapan batuan (formasi) dan outflow panasbumi, di pantai Teluk Pelabuhan Ratu.

Peralatan : Peta, GPS, buku catatan, kompas geologi, palu geologi, kamera, kantong sampel.

11.00 – 11.30 Berangkat ke STOP-2 CISOLOK

11.30 – 12.00 STOP-2 CISOLOK (sumur eksplorasi)

Meninjau lokasi sumur eksplorasi CSL-1.

Peralatan : Peta, GPS, buku catatan, kamera.

12.00 – 16.00

STOP-3 CISOLOK (Manifestasi permukaan)

Rehat – makan siang (45’)

Berupa mata air panas, mini geyser, zona teralterasi, warm ground di sungai Cisolok Melakukan pengukuran temperatur, pH, debit mata air, kecepatan arus sungai.

Perhitungan heatloss. Sampling air dan batuan.

Peralatan: Peta, GPS, buku catatan, kompas geologi, palu geologi, pH meter, kamera, termometer, pita ukur, stopwatch, kantong dan botol sampel.

16.00 – 20.00 Perjalanan kembali ke Bandung

Cisolok dan Cisukarame merupakan salah satu daerah prospek panasbumi di Jawa Barat, terletak paling barat di Kabupaten Sukabumi dan berbatasan dengan Kabupaten Lebak. Prospek Cisolok berada sekitar 70 km barat kota Sukabumi, atau sekitar 170 km dari Bandung.

Daerah ini sebelumnya merupakan daerah eksplorasi PERTAMINA. Survey yang pernah dilakukan di daerah ini meliputi survey geologi detil, survey geokimia detil, dan survey geofisika yang meliputi survey DC resistivity, SP, MT, Gravity, bahkan telah dilakukan pemboran eksplorasi CSL-1 hingga kedalaman kurang dari 1500 m. Berdasarkan dari hasil survey dan pemboran tersebut disimpulkan bahwa sistem panas bumi di Cisolok merupakan sistem outflow dari suatu sistem panas bumi bertemperatur tinggi yang diduga berasal disekitar G. Halimun, lebih kurang 20 km di utara lokasi Prospek Cisolok.

Prospek panasbumi Cisolok-Cisukarame

Gambar 1:

Peta Lokasi daerah panas bumi Cisolok

(3)

GEOLOGI DAN STRATIGRAFI

Geologi daerah Cisolok dan sekitarnya diperlihatkan pada Gambar 2. Secara umum batuan di Cisolok dapat digolongkan menjadi batuan berumur Tersier dan batuan berumur Kuarter.

Di daerah Cisolok terdapat tiga sesar utama yang berarah timur laut-barat daya, timur-barat dan hampir utara-selatan. Sesar berarah timur laut-timur-barat daya berumur Tersier yang mengontrol pembentukan cekungan Tersier dan masih aktif mengontrol proses erosi, pengendapan serta aktifitas vulkanik di daerah Cisolok. Struktur termuda (Plistosen) yang berkembang di Cisukarame berarah utara-selatan, sedangkan struktur yang mengontrol pemunculan manifestasi merupakan struktur lebih tua berarah timur laut-barat daya sehingga perlu diketahui lokasi dan polanya. Sesar berarah timur-barat memotong sedimen berumur Miosen atas tetapi tidak berhubungan dengan aktifitas geothermal saat ini. Perpotongan sesar berarah hampir utara-selatan dengan sesar berarah timur laut-barat daya merupakan zona penting karena berhubungan dengan daerah alterasi yang luas

.

Stratigrafi Daerah Cisolok dan sekitarnya terdiri dari:

• Batugamping (Tmtl) anggota dari Formasi Citarate, terletak di bagian bawah, berumur Miosen Awal, bercirikan batugamping terumbu dan mengandung pecahan kuarsa dan feldspar, terendapkan pada lingkungan laut.

• Tuff Citorek (Tpv) berumur Pliosen, bercirikan endapan epiklastika, tufan bersusun dasit dan batugamping. Tuf ini diduga selaras di atas Formasi Cimanceuri.

• Breksi Tapos (Qbv), berumur Plistosen, berupa breksi gunungapi bersusun andesit basalt dan aglomerat. Breksi ini menjemari dengan lava Halimun, dan menutupi tak selaras satuan batuan tua.

• Dasit (Tmda) berumur Miosen Akhir, bersusun dasit atau liparit, terbentuk retas atau trobosan kecil berbentuk ‘stock’.

• Alluvium (Qa) berupa endapan sungai dan endapan undak. Endapan pantai (Qc) setempat berupa dataran pantai, gosong pasir dan batugamping terumbu.

MANIFESTASI

Manifestasi panas yang muncul di Cisolok terdiri atas mataair panas, endapan sinter, batuan teralterasi. Kemunculan batuan teralterasi diperkirakan dikontrol oleh struktur berarah timur laut – baratdaya dan barat laut-tenggara. Setidaknya terdapat 20 kelompok mata airpanas yang umumnya mempunyai temperatur tinggi (71oC hingga 100oC), dengan pH 6,4 – 7,4 dan debit antara 5–60 lt/menit. Mata air panas ini berasosiasi dengan endapan sinter karbonat Endapan sinter karbonat ini merupakan hasil kegiatan Resen, sedangkan batuan teralterasi di duga berkaitan dengan kegiatan zaman Tersier

(4)

CSL-1

Sumur CSL-1

(5)

 

CSL-1

Sumur CSL-1

(6)

DATA GEOKIMIA

Hasil analisa survey geokimia diperlihatkan pada Tabel 1 dan Gambar 4 – Gambar 5.

Tabel 1: Perbandingan Sifat Fisik & Kimia Air Panas Cisolok, Cisukarame.

Airpanas Cisolok Airpanas Cisukarame

Cl (ppm) 263,0 – 366,0 344,0 – 398,0

HCO3 (ppm) 197,5 – 235,0 160,5 – 185,0

Cl/HCO3 2,3 – 2,7 3,4 – 3,7

T (°C) 46,0 – 98,0 55,0 – 100,0

Debit (l/m) 0,1 – 25,0 5,0 – 2200,0

Gambar 4: Diagram segitiga tipe mata airpanas daerah Cisolok

  

 

Estimasi Temp. Bawah Permukaan

Gambar 5: Hubungan antara perhitungan temperatur bawah permukaan dengan Cl/HCO3 dari mata airpanas daerah Cisolok-Cisukarame. 

(7)

DATA GEOFISIKA

Hasil DC-Resistivity survey (Gambar 6) dengan konfigurasi elektroda Schlumberger menunjukkan adanya anomali resistivitas rendah <10 ohmm, yang memperlihatkan pola kontur memanjang dan terbuka ke arah baratdaya. Pola ini bila ditemukan pada topografi tinggian yang kemudian melandai (atau memperlihatkan suatu lereng) biasanya mencerminkan suatu outflow.

Gambar 6: Apparent resistivity map of Schlumberger survey over an outflow structure in steep

terrain (Cisolok-Cisukarame, Indonesia); terrain contours in metres, resistivity contours in Ωm

(8)

DATA SUMUR CSL-1, CISOLOK

Sumur CSL-1 adalah sumur eksplorasi, dengan total kedalaman 1.477,36m, terletak di Pasir Pameungpeuk, Cisolok, kurang lebih 300 m dari manifestasi mata air panas di Sungai Cipanas atau 2 km dari desa Cisolok. Komposit hasil pemboran CSL-1 diperlihatkan pada Gambar 7. Sedangkan data hilang sirkulasi dan temperatur diperlihatkan pada Tabel 2 dan Tabel 3. M iner al Lem pu ng K a ls it Kh lo ri t Pi ri t K w a rs a S ek u nde r A n hi dri t Ep id o t Se ri s it Mi k a Hilang Sirkulasi x x x x x x x x x x x x x x x x x 1500 Granudiorit x x x x Batu Gamping Batu Lanau Granodiorit 1400 1000 1200 x x x x 200 400 600 800 Breksi Tufa Batu Pasir Tufa

Batu Lanau Batu Pasir Tufa

Distribusi Mineral Sekunder (%)

K e da la m a n (m ) S im bol B at uan Li tol ogi

(9)

Tabel 2: Hilangnya sirkulasi pada beberapa kedalaman pada sumur CSL-1

Selang Kedalaman

(m) Besaran Hilang Sirkulasi (Lpm) Keterangan

57 1200 Hilang sirkulasi sebagian

317,5 1400 Hilang sirkulasi total

540 – 570 15 – 20 Hilang sirkulasi sebagian

719 - Hilang sirkulasi total

1148 74/34 Hilang sirkulasi sebagian

Tabel 3: Temperatur pada beberapa kedalaman pada sumur CSL-1

____________________________________________________________________________

__

PUSTAKA

Divisi Geothermal Pertamina Pusat, 1986, Laporan Akhir Pemboran Sumur CSL-1, Pasir Pamengpeuk-Cisolok, Jawa Barat.

Freestone, D. H. dan Browne, P. R. L., 1994, Teaching the Teachers; Geothermal Technology, ITB Bandung.

Hochstein, M.P., dan Soengkono, S., 1997, Geothermal Exploration for Earth Scientists –

Geophysics Lecture Notes, Geothermal Institute, The University of Auckland.

Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara, West Japan Engineering Consultants,

Inc., 1976: General Report on Cisolok Geothermal Survey (Part 1).

Sudjatmiko dan Santosa, S., 1992, Geologi lembar Leuwidamar, Jawa (lembar : 1109-3), skala 1:100.000.

(10)

Stop-1 : Pantai Karang Hawu

(6˚57’20.6”LS ;106˚27’30.4”BT) ……… ………. ……… ……… ……… ………

Stop-2 : Sumur landaian suhu (CSL-1)

(6˚56’07,09”LS ;106˚27’09,97”BT ; 75.19 m dpl ……… ………. ……… ……… ……… ………

Stop-3a : Cisolok Geyser

(6˚56’0.16”LS ; 06˚27’12,0”BT) ……… ………. ……… ……… ……… ………

Stop-3b : Manifestasi permukaan: - Silika Sinter - Travertin ……… ………. ……… ……… ……… ………

(11)

- Mata air panas - Warm ground - Zona teralterasi ……… ………...………. ……… ……… ………

Stop-3c : Geyser (fosil?)

……… ……… ……… ………..…….………… ……… ……… ……… ……… ……… ………. ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ………. ……… ……… ……… ……… ……… ………

(12)

……… ………. ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ………. ……… ……… ………

Gambarkan model konseptual sistem panasbumi cisolok

(13)

CONTOH – format formulir sampling geokimia

(14)

Gambar

Gambar 2: Peta geologi daerah ekskursi (modifikasi dari Sudjatmiko dan S.Santosa, 1992)
Gambar 3: Peta manifestasi permukaan prospek panasbumi Cisolok (WJEC, 1976)
Tabel 1: Perbandingan Sifat Fisik &amp; Kimia Air Panas Cisolok, Cisukarame.
Gambar 6: Apparent resistivity map of Schlumberger survey over an outflow structure in steep  terrain (Cisolok-Cisukarame, Indonesia); terrain contours in metres, resistivity contours in Ωm
+3

Referensi

Dokumen terkait

Ginting (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh risiko dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih yang dapat berpengaruh terhadap pendapatan dan alternatif strategi

Setelah serangkaian proses dilalui, maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan: 1) berdasarkan observasi dan pengukuran menggunakan skala nyeri 1-10 sebelum

Perencanaan SDM (Human Resource Planning) sebagai: proses di mana manajemen menetapkan bagaimana organisasi seharusnya bergerak dari keadaan SDM sekarang ini menuju

Dari hasil tersebut didapat bahwa penggunaaan minyak cengkeh 0,02% dengan lama penyimpanan 6 jam pada metode pemingsanan menghasilkan waktu penyadaran kembali yang

Tiang dari kayu yang mendukungn rangka atap, lantai serta sebagai bagian rangka bangunan rumah induk berjumlah 18 tiang.. Tiang utama yang terletak ditengah-tengah bangunan

Metode factorial design digunakan untuk melihat efek dari dua faktor atau variabel yang berbeda (Bolton, 1997) dari manitol dan gelatin, sehingga dengan metode factorial

Namun hadirnya teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) telah memberikan pencerahan untuk kemudahan optimalisasi pembangunan sektor kelautan

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah waktu yang diperlukan untuk menunjukkan munculnya dan hilangnya efek analgesia, sedasi, dan relaksasi dari ekstrak