• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. kecil (Small Scale Mining). Menurut Wiriousudarmo (1990), pertambangan skala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. kecil (Small Scale Mining). Menurut Wiriousudarmo (1990), pertambangan skala"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

Salah satu bentuk usaha pertambangan yang dinyatakan legal di Indonesia adalah pertambangan yang di lakukan masyarakat melalui pertambangan skala kecil (Small Scale Mining). Menurut Wiriousudarmo (1990), pertambangan skala kecil (PSK) diartikan sebagai operasi dan investor pertambangan dimana investor maupun, operatornya adalah rakyat kecil atau masyarakat secara bersama -sama (kolektif). Jadi, suatu operasi pertambangan yang secara fisik kecil, namun kalau di miliki oleh pengusaha besar maka pertambangan tersebut tidak dapat digolongkan sebagai PSK.

Pembentukan peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan mineral dan batubara adalah karena adanya kebutuhan masyarakat akan perlindungan hak-hak mereka di dalam pengelolaan mineral dan batubara. Karena dalam undang-undang Nomor 4 Tahun 2009, masyarakat, terutama penduduk setempat diberi ruang yang cukup untuk mengelola pertambangan mineral dan batubara. Masyarakat diberikan hak untuk mengajukan izin pertambangan rakyat (IPR) dan izin usaha pertambangan (IUP). Dengan adanya izin tersebut, mereka dapat melakukan kegiatan pertambangan dengan baik. Dan dengan adanya kegiatan ini, maka masyarakat tersebut menjadi sejahtera, lahir dan batin.

Namun, dalam realitanya, kegiatan yang dilakukan oleh penduduk setempat kurang mendapat perhatian dari pemerintah, terutama pemerintah daerah karena banyak penduduk yang melakukan kegiatan pertambangan secara tidak sah (illegal mining) dibiarkan saja mereka tanpa melakukan pembinaan dan

(2)

pengawasan. Akibatnya, penduduk setempat yang melakukan illegal mining banyak yang meninggal karena tertimbun longsor. Bahkan, dalam pelaksanaan illegal mining tersebut berlaku hukum rimba, artinya siapa yang kuat, maka dialah yang menguasai sumur-sumur tambang yang telah digali oleh orang lain. Apabila hal itu dibiarkan, maka akan menimbulkan persoalan dan kerugian yang cukup besar, baik bagi masyarakat maupun pemerintah daerah (Salim 2012: 47).

Kehadiran pertambangan emas di suatu daerah dapat membawa dampak positif dan dampak negatif bagi masyarakatnya. Dampak positifnya adalah kehadiran pertambangan emas diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah lingkar tambang. Peningkatan ini akibat keberadaan pertambangan emas yang mampu mendorong dan menggerakkan sendi-sendi ekonomi masyarakat. Struktur sosial di dalam masyarakat juga akan mengalami perubahan, karena masyarakat sekitar pertambangan emas termotivasi untuk mampu menyesuaikan perubahan struktur sosial yang disebabkan banyaknya masyarakat pendatang yang berkerja sebagai penambang. Dampak negatif juga terjadi diberbagai segi kehidupan masyarakat baik itu pada perubahan struktur sosial, budaya, ekonomi masyarakat maupun pada kualitas lingkungan.

Begitu juga dengan penemuan tambang emas di Provinsi Aceh yang terletak di Gunong Ujen Desa Panggong, Kab. Aceh Jaya. Sejak ditemukan pertambangan emas di Provinsi Aceh ini, telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat setempat. Seperti perubahan pada aspek kondisi perekonomian masyarakat, adanya lapangan pekerjaan baru (bagi masyarakat daerah tersebut dan mayarakat dari luar daerah seperti masyarakat Jawa, Bogor, Bengkulu dan lain-lain).

(3)

Gunong Ujen terletak di Desa Panggong Kec. Krueng Sabee, Kab. Aceh Jaya. Sebelum terjadinya tsunami di Aceh pada tahun 2004, kondisi perekonomian masyarakat Desa Panggong rata-rata menengah ke bawah dan jarang sekali yang menengah ke atas. Kebanyakan masyarakat Desa Panggong berkerja sebagai wirausaha, bertani dan sangat jarang yang berkerja di pemerintahan.

Desa Panggong adalah salah satu desa diantara 17 Desa yang ada dalam wilayah Kec. Krueng Sabee, Kab. Aceh Jaya. Terletak di sebelah Barat pusat pemerintahan. Masyarakat Desa Panggong memiliki banyak sektor usaha ekonomi misalnya, usaha warung kopi, jual beli sembako/kelontong, usaha peternakan, penjual ikan keliling (mugee), usaha menjahit, usaha kue basah/kering, pertukangan, lahan pertanian (sawah tadah hujan) dengan luas 500 Ha tanaman keras dan lain-lain. Dari banyaknya usaha ekonomi masyarakat yang paling banyak dijadikan sebagai mata pencarian adalah sebagai petani.

Bagi masyarakat Desa Panggong dan desa-desa lainnya menjadi penambang emas adalah pekerjaan yang sangat menjanjikan. Apalagi setelah terjadinya tsunami banyak lahan-lahan pertanian yang rusak, kecuali lahan pertanian yang ada di atas gunung. Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu Kabupaten yang sangat parah kerusakannya akibat tsunami, sehingga banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaannya. Tetapi semenjak masyarakat mengetahui bahwa di kampungnya terdapat pertambangan emas maka masyarakat berlomba-lomba mengambilnya dengan harapan mendapatkan hasil yang banyak sehingga dapat merubah perekonomian keluarga mereka. Hasil yang diperoleh dari pertambangan emas tersebut cukup menguntungkan bagi sebagian orang,

(4)

tetapi bagi yang tidak beruntung bisa mengalami kerugian yang sangat besar karena emas yang didapatkan tidak sesuai dengan modal yang telah dikeluarkan.

Pada tahun 1990 masuklah orang asing mendirikan sebuah perusahaan yang diberi nama PT.KTR (Kuta Raja Rakyat). Sekitar tahun 1997 pengeboran dilakukan oleh PT.KTR dengan memperkerjakan penduduk setempat. Pada tahun 2000 bergejolaklah kembali konflik antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintahan R.I yang menimbulkan korban jiwa dari kedua belah pihak. Saat itu banyak masyarakat setempat bergabung dengan GAM termasuk Pimpinan daerah saat ini. Masyarakat yang berpihak kepada GAM tidak bebas beraktifitas untuk mencari nafkah, bahkan ada yang bersembunyi di hutan karena takut ditangkap oleh aparat keamanan. Hal tersebut membuat kondisi mencekam dan tidak kondusif sehingga PT.KTR tersebut berhenti beroperasi dan mundur. Konflik tersebut akhirnya berhenti setelah kedua belah pihak menandatangani nota kesepakatan damai di Helsinki, Swiss pada tahun 2005. Nota kesepakatan damai tersebut dikenal dengan nama MoU Helsinki.

Dalam mengelola pertambangan emas, masyarakat daerah sekitar dan masyarakat Aceh lainnya bekerja sama dengan masyarakat luar kota. Hal ini dikarenakan masyarakat lokal kurang berpengalaman dan tidak mengerti tentang cara mengelola pertambangan emas yang baik sehingga mereka membutuhkan bantuan dari masyarakat luar kota. Oleh sebab itulah penambang emas di Gunong Ujen tersebut tidak hanya berasal dari penduduk setempat namun juga berasal dari luar daerah seperti dari Bogor, Banten dan Bengkulu.

Untuk mendapatkan hasil yang baik mereka harus bersatu dalam mengelola pertambangan emas tersebut. Walaupun dalam berkerja sering terjadi

(5)

kesalahpahaman dan perbedaan pendapat di antara mereka, mereka tetap berusaha menahan emosi atau keegoisan dari diri masing-masing dan mencoba menyatukan pikiran. Walaupun sulit, semua itu tetap mereka lakukan untuk kelancaran dalam mengelola pertambangan emas agar mendapatkan hasil seperti yang diinginkan (informan awal).

Pembagian keuntungan dan pembayaran dilakukan dengan cara bagi hasil antara toke(pemberi dan pemilik modal) dan pekerja. Untuk toke mendapat sebesar 60% persen dan para pekerja mendapat 40% persen dari keuntungan hasil tambang. Beberapa tahun setelah di kelola secara pribadi oleh beberapa toke, sekarang pengambilan emas di wilayah tersebut di ambil alih dan di kelola oleh koperasi Gunong Ujen. Ini dilakukan untuk melegalkan/mensahkan usaha masyarakat setempat dalam mengelola tambang emas yang ada di wilayah mereka sesuai dengan UU No.11 tahun1967 tentang Pertambangan dan Qanun Provinsi Aceh tahun 2002 tentang Pertambangan Umum, Minyak Bumi dan Gas Pasal 3.

Sebenarnya pada tahun 2006 di desa ini pernah di didirikan koperasi yang bernama Komaksa yaitu koperasi masyarakat Krueng Sabee dengan jumlah anggota 32 orang, dalam bentuk simpan pinjam. Setiap anggota koperasi harus menyetor simpanan pokok sebesar 100 ribu simpanan wajib sebesar 20 ribu perbulan. Setiap peminjam akan memberikan jasa pinjaman kepada koperasi sebesar 1% dalam tempo pengembalian 1.5 tahun.

Sisa hasil usaha (SHU) yang pernah deberikan pada anggota yaitu akhir tahun 2007, 2008, dan 2009, sedangkan 2010 sudah ada anggota koperasi yang tidak menyetor, pengembalian pinjamannya kekoperasi. Menurut informasi pengurus koperasi tersebut, “kalaupun diminta cicilannya malah mereka yang

(6)

marah-marah”. Dan anggota yang tidak mau membayar pada akhir 2010 bertambah lagi sehingga SHU untuk 2010 tidak dapat dibagikan dan pada tahun 2011 anggota yang aktif hanya 7 orang sehingga pada awal tahun 2012 koperasi Komaksa di bubarkan dengan mengembalikan uang kepada anggota yang aktif.

Sedangkan koperasi yang mengelola pertambangan emas di gunong ujen didirikan pada tahun 2010 dan disahkan pada tahun 2011 oleh Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah R.I Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Aceh Jaya. Jumlah koperasi yang mengelola pertambangan emas di Desa Panggong sebanyak 19 unit koperasi yang tersebar di dua Kecamatan yaitu di Kecamatan Krueng Sabee ada 11 unit koperasi dan di Kecamatan Pangga ada 9 unit koperasi. Dari 11 unit koperasi yang ada di kecamatan Krueng Sabee hanya 3 koperasi yang menjadi anggota dari koperasi pesahoe rakan yaitu koperasi Keude Krueng Sabee dengan jumlah anggotanya 50 orang, koperasi Kabong beranggota 45 orang dan koperasi Paya Semantok beranggotakan 48 orang. Jadi jumlah anggota koperasi pesahoe rakan sebanyak 143 orang.

Jika masyarakat yang menggambil emas di pertambangan tersebut ingin bergabung menjadi anggota koperasi ini, masyarakat tersebut harus membayar kartu anggota pertama Rp.100 ribu dengan masa aktif tiga bulan. Jika masa aktifnya tidak berlaku lagi atau habis dan ingin memperpanjangnya, anggota tinggal membayaran Rp.50 ribu. Uang tersebut digunakan untuk uang kas daerah dan keperluan infrastruktur daerah seperti perbaikan jalan-jalan yang rusak, membantu pembangunan mesjid, membangun prasantren, dan membangun yayasan bukit tursina di Desa Kabong. Kalau dilihat dari jumlah uang yang

(7)

diterima koperasi melalui kartu anggota dengan jumlah anggota 143 orang, tidak mungkin koperasi mampu membangun daerahnya, di karenakan dana untuk membangun semua itu bukan hanya diperoleh dari kartu anggota tetapi dari pengurus atau anggota yang mendapatkan rezeki yang banyak dari gunung emas juga menyumbangkan melalui koperasi pesahoe rakan ini untuk dijadikan sumber dana koperasi. Ini dilakukan karena koperasi pesahoe rakan belum ada bidang usaha seperti koperasi pada umumnya untuk memperoleh dana.

Dari pengalaman dua koperasi ini, kita melihat adanya pesan-pesan moral yang dapat di ambil untuk dijadikan sebagai pembelajaran bagi kita semua agar setiap kegiatan yang dilakukan dapat bermanfaat untuk semua pihak. Masyarakat sangat mengharapkan dengan adanya koperasi ini dapat terjadi pengembangan masyarakat kearah yang lebih baik, sekaligus dapat membangun daerahnya kearah yang lebih maju dan modern.

Sebagaimana kita ketahui bahwa moral itu merupakan ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban. Maka pesan moral pada koperasi komaksa adalah ajaran yang kurang baik dikarenakan para anggotanya tidak melaksanakan kewajibannya sebagai anggota koperasi yang baik, jujur, dan disiplin. Ini baru dilihat dari pihak anggotanya saja yang berdasarkan informasi dari seorang pengurus koperasi tersebut. Dan mungkin kekurangan kekurangan dari pihak penguruspun bisa terjadi kalau digali lagi dari informasi anggota yang masi aktif sampai koperasi di bubarkan.

Selanjutnya pada koperasi pesahoe rakan pesan moral yang bisa dilihat adalah adanya ajaran tentang kebaikan dimana dalam memperoleh dana koperasi, tidak hanya dari kartu anggota, tetapi siapapun yang mendapatkan hasil dari

(8)

gunung emas tersebut. Mereka mau menyumbangkan ke koperasi agar dana yang disumbangkan itu dapat membangun desa kearah yang lebih baik. Disamping pesan moral yang baik, yang kurang baik (buruk) pun bisa dilihat dimana koperasi pesahoe rakan belum ada bidang-bidang usahanya, sehingga SHU belum bisa diberikan kepada setiap anggota sampai akhir tahun 2013 yang lalu. Mudah-mudahan dengan adanya penelitian ini, koperasi pesahoe rakan sudah memiliki salah satu bidang usaha, sehingga dana yang diperoleh dapat dibagikan kepada para anggota pada setiap akhir tahun. Dan dapat membantu para anggota yang kurang beruntung dalam memperoleh hasil dari pertambangan emas tersebut.

Sebenarnya baik pengurus maupun anggota sangat diperlukan sikap jujur dan tidak mementingkan diri sendiri dalam setiap kegiatan sebagai contoh apabila mereka memilih salah satu bidang usaha misalnya konsumsi yaitu menyediakan kebutuhan pokok anggota maka pembukuannya harus jelas, karena semakin banyak anggota balanja di koperasi semakin besar jasa yang di dapat anggota tersebut. Demikian juga dengan bidang-bidang usaha lainnya sikap jujur dan iklas dalam berkerja sangat diperlukan. Kegiatan perekonomian rakyat ini (koperasi pesahoe rakan) salah satu potensi yang ada pada masyarakat desa Keude Krueng Sabee, usaha perekonomian lainnya yang ada pada masyarakat desa tersebut seperti, usaha perkebunan kelapa sawit, kelapa (copra), coklat, perbengkelan, perdagangan, nelayan, pertanian dan sebagai pemborong dalam perbaikan infrastruktur, rumah ibadah ( mesjid/mushola), sekolah yang di kerjakan oleh masyarakat desa itu sendiri.

Koperasi yang ada di Desa Keude Krueng Sabee yang beranggotakan masyarakat yang terkait dalam aktifitas pertambang emas, pertambangan emas

(9)

inimemiliki luas area yang dikelola ± 1000 hektar yang sudah dibagikan kepada setiap koperasi yang ada di dua kecamatan yaitu di Kecamatan Krueng Sabee sebanyak 11 unit koperasi desa dan di Kecamatan Panga sebanyak 9 unit koperasi desa yang tunduk pada koperasi induk. Setiap koperasi desa mendapatkankan lahan seluas 25 Ha. Jadi luas area yang sudah di ekploitasi sebesar 475 Ha. Sisa area yang belum di ekploitasi atau area cadangan sebesar 525 Ha. Selain itu menurut keterangan masyarakat setempat, masih ada area lain yang berpotensi mengandung cadangan emas namun belum diketahui luas areanya karena belum di teliti.

Dalam kegiatan mengelola koperasi dibutuhkan potensi-potensi yang dapat digunakan sebagai kekuatan dan pendukung keberhasilan kegiatan tersebut. Potensi merupakan suatu keadaan yang terdapat pada suatu daerah, dimana keadaan tersebut dapat dikembangkan sehingga dapat memberikan mamfaat bagi masyarakat dan daerah itu sendiri. Potensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh sumber daya yang tersimpan dalam masyarakat dan lingkungannya yang dapat digunakan untuk kelangsungan hidup masyarakat dan pembangunan desa. Hal ini menunjukan bahwa sebuah desa sangat tergantung pada potensi sumber daya yang ada.

Potensi sumber daya yang dimaksud mencakup sumber daya alam yang disebut dengan potensi fisik dan sumber daya manusia yang disebut potensi non-fisik. Kedua potensi sumber daya tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Potensi sumber daya alam adalah sumber daya yang berasal dari lingkungan goegrafisnya seperti pertambangan emas, minyak, batu bara, nikel, keberagaman flora dan fauna, tanah yang subur, hasil ikan yang melimpah di laut dan

(10)

pemandangan alam yang indah. Sedangkan potensi sumber daya manusia adalah keseluruhan sumber daya yang berasal dari manusia itu sendiri seperti: pengetahuan, kemampuan, keahlian, kecakapan, prilaku, norma dan nilai, lembaga atau organisasi yang dibentuk, adat istiadat atau kondisi sosial-budayanya.

Desa Keude Krueng Sabee sendiri memiliki potensi sumber daya alam yang cukup baik seperti pertambangan emas, hasil ikan yang melimpah di laut, tanah yang subur dan hewan ternak. Dari sekian banyak potensi sumber daya alam yang ada di Desa Krueng Sabee, pertambangan emas merupakan salah satu potensi daerah yang sedang dikembangkan melalui pembentukan koperasi Pesahoe Rakan.

Berkembangnya potensi sumber daya alam dan koperasi tambang emas di daerah ini sangat di dukung oleh potensi sumber daya manusia termasuk peran manusia sebagai sumber tenaga kerja yang memiliki pengetahuan, kemampuan, keahlian, kecakapan, keterampilan dan nilai-nilai moral. Lembaga-lembaga sosial yang ada dalam masyarakat dapat memberikan pembinaan dan arah bagi pengembangan koperasi Pesahoe Rakan dan perkembangan serta pelaksanaan pembangunan desa dalam meningkatkan taraf hidup warganya. Lembaga-lembaga sosial tersebut antara lain: lembaga sosial pemerintahan desa; tokoh masyarakat, Tuha Peut, lembaga pendidikan seperti; perpustakaan desa dan kelompok belajar, lembaga agama; Alim ulama, kelompok pengajian, lembaga kesehatan seperti; pukesmas , posyandu, lembaga keuangan seperti; koperasi dan bank.

Seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat desa adalah masyarakat yang memiliki semangat gotong royong yang tinggi dalam ikatan kekeluargaan yang erat (Gemain schaft) merupakan landasan yang kokoh bagi kelangsungan progam

(11)

pembangunan. Gotong royong ini merupakan suatu kebiasaan (culture lokal) dari dulu sampai sekarang yang menjadi salah satu ciri dari masyarakat desa ini, begitu juga desa-desa lain di aceh, yang di dorong oleh masyarakat desa itu sendiri seperti tokoh adat, cindikiawan alim ulama, dan pemuda. Masyarakat yang mudah menerima kedatangan masyarakat lain dan mampu bekerja sama (kooperatif) dengan pendatang baru serta kemampuan mengelola emosi juga sangat berperan penting dalam proses pengelolaan koperasi. Salah satu landasan pengambilan keputusan dalam koperasi adalah melalui proses musyarawarah. Sikap-sikap masyarakat yang disebutkan di atas sangat mendukung proses musyawarah tersebut.

Dengan jumlah penduduk yang seluruhnya beragama islam dan mempunyai kesamaan suku serta adat, kebiasaan yang disebut dengan homogenitas etnik juga diasumsikanmemudahkan pegembangkan dan pengelolalaan koperasi. Diharapkan hasil pertambangan emas tersebut selain dapat mensejahterakan masyarakat secara pribadi dapat juga digunakan untuk keperluan infrastruktur daerah serta membangun dan memperbaiki tempat ibadah dan pelayanan kesehatan.

Dilihat dari potensi sumber daya alam, emas yang ada cukup banyak untuk dikelola dan juga dari sumber daya manusia termasuk lembaga-lembaga sosial yang dibentuk pemerintah, maka dapat dijadikan sebagai pendorong untuk peningkatan semangat kerja, baik bagi pekerja penambang emas, bagi toke, pengurus koperasi dan juga bagi individu atau kelompok-kelompok yang menduduki lembaga-lembaga sosial yang ada. Namun sejauh mana masyarakat tersebut dapat memamfaatkan potensi-potensi yang ada ini juga tergantung pada

(12)

pengetahuan (baik pengetahuan dalam mengelola koperasi, pengetahuan dalam mengelola pertambangan emas, dan mengelola kelembagaan yang ada), kemampuan, keahlian serta semangat kerja yang mereka miliki. Kurangnya pengetahuan, kemampuan, keahlian serta semangat kerja ini bisa mengakibatkan usaha mensejahterakan masyarakat kurang berhasil sebagaimana yang diharapkan. Berdasarkan hal-hal di atas peneliti ingin mengetahui apakah pengetahuan, kemampuan dan keahlian serta semangat kerja yang ada pada masyarakat desa tersebut sudah mampu untuk mendukung pengembangan koperasi petambangan Pesahoe Rakan ke arah yang lebih baik. Dari penjelasan yang dikemukakan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai potensi-potensi yang ada pada masyarakat desa Keude Kreung Sabee dalam mengelola koperasi pertambangan emas Pesahoe Rakan.

1.2.Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah potensi yang ada pada masyarakat Desa Keude Krueng Sabe Kabupaten Aceh Jaya dapat mendukung pengembangan koperasi Pertambangan Pesaho Rakan ?

2. Bagaimana pengaruh koperasi pertambangan Pesaho Rakan terhadap perkembangan masyarakat di Desa Keude Krueng Sabe, Kabupaten Aceh Jaya?

(13)

1.3.Tujuan Penelitian.

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa potensi yang dimiliki oleh masyarakat dalam mengelola koperasi pertambangan emas di Kecamatan Kreung Sabee.

2. Untuk mengetahui sejauh mana kontribusi koperasi Pesaho Rakan terhadap perkembangan masyarakat di Desa Keude Krueng Sabee, Kab. Aceh Jaya..

1.4.Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat dari peneliti ini adalah sebagai berikut: 1.4.1. Manfaat Teoritis.

1. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu sosiologi seperti kajian perubahan dan sosiologi lingkungan.

2. Menambah hasil referensi hasil penelitian yang juga di jadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa sosiologi selanjutnya, serta di harapkan dapat memberikan sumbang pemikiran dan memperluas cakrawala pengetahuan.

1.4.2. Manfaat praktis

1. Menambah pengetahuan bagi penulis mengenai permasalahan yang di teliti dan kemampuan untuk membuat karya tulis ilmiah.

2. Menjadi sumbangan pemikiran dan informasi kepada masyarakat yang menggambil emas di pertambangan emas di Desa Panggong Kecamatan krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya dan masyarakat di lingkar tambang mengenai pengaruh kehadiran Koporasi

(14)

Pertambangan Emas terhadap Proses sosial masyarakat di Desa Keude Krueng Sabe Kecamatan Krueng Sabe Kabupaten Aceh Jaya. 1.5.Definisi Konsep.

1. Potensi Masyarakat

Merupakan kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan pada suatu masyarakat. Potensi ini berupa pengetahuan masyarakat, prilaku, adat istiadat, kebiasaan, norma dan nilai, lembaga yang di bentuk (pemerintah/kepemimpinan, keagamaan, keuangan, dan organisasi lokal ). Dalam penelitian ini potensi sumber daya alam yang dimaksud adalah pertambangan emas dan potensi sumber daya manusia berupa lembaga-lemabga yang dibentuk pemerintah/kepemimpinan, organisasi sosial termasuk juga pengetahuan, kemampuan dan keahlian yang dimiliki masyarakat Keude Krueng Sabae dalam mengegelola koperasi tersebut.

2. Koperasi

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi Peusaho Rakan yang ada di Desa Keude Kreung Sabee merupakan koperasi menyimpan uang melalui kartu anggota dan uang tersebut digunakan untuk kepentingan masyarakat baik sebagai uangkas daerah dan keperluan infrastuktur daerah. Koperasi tersebut belum memiliki bidang usaha seperti usaha dibidang kosumsi, produksi, simpan-pinjam, jasa, pemasaran dan serba usaha. Sebaiknya

(15)

untuk pengembangan koperasi ke arah yang lebih bermamfaat bagi masyarakat maka kopersi perlu memiliki bidang-bidang usaha tersebut. 3. Proses sosial

Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu jangka waktu, sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat. Pola hubungan tersebut membentuk kemajuan sosial yang berjalan terus sehingga mempengaruhi interaksi pada masyarakat penambang emas tersebut. Bentuk proses sosial dalam masyarakat ada dua yaitu: asosiatif (penyatuan) dan disosiatif (perpecahan). Pada penelitian ini membahas bentuk proses sosial yang asosiatif.

4. Pengaruh

Pengaruh adalah dampak yang dihasilkan oleh kegiatan pertambangan yang di lakukan oleh para pengambil emas dan dampak koperasi terhadap pengembangan masyarakat di desa tersebut baik secara langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan suatu perubahan terhadap perilaku dan sikap orang atau kelompok. ..

5. Interaksi Sosial.

Interaksi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan timbal balik antara pemilik modal, pekerja dan koperasi-koperasi yang saling mempengaruhi satu sama lain. Interaksi sosial dalam penelitian ini terbagi dalam 3 jenis pola hubungan yaitu; hubungan antara individu dengan individu(pemilik modal dengan pekerja), antara individu dengan

(16)

kelompok(pemilik modal dengan koperasi) dan antara kelompok dengan kelompok (koperasi dengan koperasi).

6. Nilai Sosial.

Nilai atau value adalah keinginan yang relatif permanen tampaknya mempunyai sifat-sifat baik seperti damai atau kehendak baik, bersusila. Dalam kebudayaan, nilai adalah wujud idiil budaya (unsur budaya adalah nilai, norma, hukum dan peraturan). Nilai yang berkaitan dengan koperasi pertambangan pesahoe rakan yaitu nilai, norma, hukum dan peraturan dalam mengambil batu emas digunung emas, dimana didalam menengambil batu emas ada nilai, norma, hukum dan peraturan yang tidak boleh dilanggar oleh para penambang.

7. Pertambangan Emas di Desa Panggong

Pertambangan Emas di Desa Panggong merupakan pertambangan emas yang terletak di Gunong Ujeen Kab. Aceh Jaya, Prov. Aceh. Pertambangan emas ini baru di ekploitasi secara bersama-sama oleh masyarakat pada tahun 2008 setalah tsunami. Sebelumnya pertambangan tersebut hanya diketahui kehadirannya dan diekploitasi oleh perusahaan milik asing dari Belanda. Tetapi pada saat itu perusahaan tersebut tidak memberitahu kepada warga atau masyarakat lokal tentang keberadaan gunung yang mengandung emas tersebut. Pertambangan emas ini merupakan salah satu usaha pemberdayaan sumber daya alam yang dikelola melalui koperasi dengan tujuan mensejahterakan masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem baru tersebut adalah semua pihak yang turut serta dalam meeting dengan klien baik dari pihak operasional maupun pihak marketing sama-sama membuat notulen pribadi,

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan intensitas lintasan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap draft pengolahan tanah (Tabel 5). Gambar

Berkaitan dengan latar belakang yang telah dijelaskan di atas dan demi memberikan informasi lebih mengenai rambu-rambu lalu lintas serta aturan berkendara bagi

Prospek senyawa tetrapirol sebagai bahan baku obat menguraikan sebagian penelitian yang telah dilakukan di KK Farmakokimia, mencakup kajian porfirin dan turunan klorofil

Untuk informasi kesehatan dan keselamatan untuk komponen masing-masing yang digunakan dalam proses manufaktur, mengacu ke lembar data keselamatan yang sesuai untuk

Adanya aplikasi E-Kinerja yang diterapkan pemerintah mendorong peningkatan kinerja pegawai negeri sipil pada kantor Dinas Bina Marga, Cipta Karya, Jasa Konstruksi,

Kemampuan Rutin (IKR) merupakan suatu ukuran yang menggambarkan sejauh mana kemampuan keuangan pada potensi suatu pemerintah daerah dalam rangka membiayai belanja

Maka debit banjir yang digunakan untuk perencanaaan check dam di DAS Keduang Desa Brangkal diambil dari perhitungan metode weduwen dengan periode ulang 50 tahun yaitu sebesar Q