- 0 -
Danareksa Research Institute
R
i
Perkembangan & Prospek
Perekonomian Indonesia 2016
Economic Research – PT Danareksa (Persero) Jl. Medan Merdeka Selatan No. 14 Jakarta 10110 Tel. (6221) 350 9777 ext: 3602 Fax: (6221) 3501709
http://www.danareksa-research.com
A. Perkembangan dan Prospek Perekonomian Global
• Amerika Serikat
• Uni Eropa
• Asia: Jepang, Tiongkok dan India
B. Prospek Perekonomian Indonesia 2016
• Inflasi, suku bunga dan nilai tukar
• Early economic indicators
• IKK, BSI, BPI dan pertumbuhan ekonomi
• Prospek pasar modal
C. Kesimpulan
- 2 -
Danareksa Research Institute
R
i
Perekonomian AS: kondisi terkini & prospeknya masih baik
Perekonomian Amerika masih dalam masa ekspansi (terus bertumbuh positif). Ekspansi ini menciptakan lapangan kerja, sehingga tingkat pengangguran pun terus menurun dari 10.0% (Okt 2009) menjadi 4.9% (Jan 2016).
Perbaikan ekonomi yang signifikan dibandingkan dengan masa krisis 2008/09, mendorong the Fed mulai melakukan normalisasi kebijakan (menaikkan bunga) setelah pd thn 2014 mengakhiri QE3-nya.
Perubahan kebijakan ini menyebabkan volatilitas pasar, baik nilai tukar maupun pasar modal.
Namun kenaikan bunga the Fed tersebut blm tentu berlanjut, mengingat pemulihan ekonominya blm kuat, belakangan ini inflasi masih rendah dan kondisi ekonomi dunia msh relatif rapuh. 25 35 45 55 65 Jan -08 Ju n -08 N o v-08 Ap r-09 Se p -09 Fe b -10 Ju l-10 De c-1 0 Ma y-1 1 Oct-11 Ma r-12 Au g-12 Jan -13 Ju n -13 N o v-13 Ap r-14 Se p -14 Fe b -15 Ju l-15 De c-1 5 PMI-Mfg PMI-Serv Index -20 -15 -10 -5 0 5 10 Jan -09 Ju n-09 N ov -09 Ap r-10 Se p-10 Fe b-11 Ju l-11 De c-11 Ma y-12 Oc t-12 Ma r-13 Au g-13 Jan -14 Ju n-14 N ov -14 Ap r-15 Se p-15 Industrial Production Retail Sales YoY% -6 -3 0 3 6 9 12 -6 -3 0 3 6 9 12 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 GDP Growth (YoY) Unemployment rate Inflation Rate FFR percent
Pertumbuhan ekonomi AS saat ini berada dibawah potensialnya
Pertumbuhan ekonomi AS saat ini berada dibawah potensialnya, dimana trend dihitung dengan menggunakan Hondrick Presscott filter.
-6.0 -4.0 -2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 Q1 1989 Q1 1991 Q1 1993 Q1 1995 Q1 1997 Q1 1999 Q1 2001 Q1 2003 Q1 2005 Q1 2007 Q1 2009 Q1 2011 Q1 2013 Q1 2015
Pertumbuhan Ekonomi AS: Aktual vs Potensial
- 4 -
Danareksa Research Institute
R
i
Pertumbuhan LEI melambat
Pertumbuhan leading econimic index Amerika Serikat makin melambat, mengindikasikan prospek pertumbuhan ekonomi yang melambat ke depan, sehingga prospek kenaikan suku bunga yang lebih agresif akan menurun.
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 130 Ja n-11 M ar -11 M ay -11 Ju l-11 Se p-11 N ov -11 Ja n-12 M ar -12 M ay -12 Ju l-12 Se p-12 N ov -12 Ja n-13 M ar -13 M ay -13 Ju l-13 Se p-13 N ov -13 Ja n-14 M ar -14 M ay -14 Ju l-14 Se p-14 N ov -14 Ja n-15 M ar -15 M ay -15 Ju l-15 Se p-15 N ov -15 US LEI US LEI (% YoY)
Kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi AS menurun
Penguatan dolar Amerika menyebabkan daya saing produk Amerika menurun, sehingga kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi-nya menurun. Sementara kenaikan bunga the Fed semakin mendorong penguatan dolar Amerika terhadap mata uang dunia.
-30 -20 -10 0 10 20 30 60 70 80 90 100 110 120 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
USD Index Export Growth
- 6 -
Danareksa Research Institute
R
i
Siklus Bisnis Ekonomi AS: masih dalam fase ekspansi
CEI yang menggambarkan kondisi ekonomi terkini dan LEI yang menggambarkan prospek ekonomi kedepan masih dalam tren
meningkat yang mengindikasikan bahwa perekonomian AS saat ini dan prospeknya 6 – 12 bulan kedepan masih dalam masa ekspansi dalam siklus bisnisnya.
Secara historis rata-rata lamanya ekspansi perekonomian AS adalah 7 – 10 tahun. Artinya ekspansi yang dimulai sejak tahun 2009 berpotensi berlanjut sampai dengan 2016 – 2019 mendatang.
Data terkini menunjukkan bahwa pertumbuhan CEI dan LEI Amerika Serikat sedikit melambat, yang mengindikasikan bahwa pemulihan ekonominya juga sedikit melambat.
Siklus Bisnis Ekonomi AS
Leading Economic Index Naik
76 83 90 97 104 111 96 99 102 105 108 111 114 J a n -07 A p r-07 J u l-07 O c t-07 J a n -08 A p r-08 J u l-08 O c t-08 J a n -09 A p r-09 J u l-09 O c t-09 J a n -10 A p r-10 J u l-10 O c t-10 J a n -11 A p r-11 J u l-11 O c t-11 J a n -12 A p r-12 J u l-12 O c t-12 J a n -13 A p r-13 J u l-13 O c t-13 J a n -14 A p r-14 J u l-14 O c t-14 J a n -15 A p r-15 J u l-15 O c t-15
USA: Coincident & Leading Economic Index
CEI LEI 8 bulan 3 bulan Fase ekspansi Fase ekspansi Fase resesi 40 53 66 79 92 105 118 50 60 70 80 90 100 110 120 Ja n -80 Ja n -81 Ja n -82 Ja n -83 Ja n -84 Ja n -85 Ja n -86 Ja n -87 Ja n -88 Ja n -89 Ja n -90 Ja n -91 Ja n -92 Ja n -93 Ja n -94 Ja n -95 Ja n -96 Ja n -97 Ja n -98 Ja n -99 Ja n -00 Ja n -01 Ja n -02 Ja n -03 Ja n -04 Ja n -05 Ja n -06 Ja n -07 Ja n -08 Ja n -09 Ja n -10 Ja n -11 Ja n -12 Ja n -13 Ja n -14 Ja n -15
Siklus Bisnis Perekonomian Amerika Serikat
CEI LEI
Resesi
Fase ekspansi
Perekonomian Jepang: pemulihan melambat, namun prospeknya msh baik
Data terkini mengindikasikan bahwa perekonomian Jepang cenderung flat seperti tercermin pada CEI yang cenderung mendatar. Namun PMI yang diatas 50 mengindikasikan aktifitas perekonomian yang tumbuh positif. Konsensus memperkirakan tahun 2016 ekonomi Jepang akan tumbuh 1.1% lebih baik dari tahun 2015 sebesar 0.6%.
Namun indikator makroekonomi yang menggambarkan prospek kedepan menunjukkan adanya tren menurun. Karena itu untuk mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi kedepan, maka kebijakan moneter yang longgar (berupa suku bunga rendah bahkan minus & stimulus) masih berlanjut yang akan berdampak positif ke emerging market.
44 47 50 53 56 59 Jan -10 M ar -10 M ay-10 Jul-1 0 Sep -10 N o v-10 Jan -11 M ar -11 M ay-11 Jul-1 1 Sep -11 N o v-11 Jan -12 M ar -12 M ay-12 Jul-1 2 Sep -12 N o v-12 Jan -13 M ar -13 M ay-13 Jul-1 3 Sep -13 N o v-13 Jan -14 M ar -14 M ay -14 Ju l-1 4 Sep -14 N o v-14 Jan -15 M ar -15 M ay-15 Jul-1 5 Sep -15 N o v-15 Jan -16
Japan: Purchasing Manager Index
95 100 105 110 115 120 J -1 0 M-1 0 M-1 0 J -1 0 S -1 0 N-10 J -1 1 M-1 1 M -1 1 J -1 1 S -1 1 N-11 J -1 2 M-1 2 M-1 2 J -1 2 S -1 2 N-12 J -1 3 M-1 3 M -1 3 J -1 3 S -1 3 N-13 J -1 4 M-1 4 M-1 4 J -1 4 S -1 4 N-14 J -1 5 M-1 5 M -1 5 J -1 5 S -1 5 N-15 J -1 6
Japan: Composite coincident & leading economic index
LEI CEI -16.0 -8.0 0.0 8.0 16.0 24.0 32.0 40.0 48.0 600 650 700 750 800 850 900 950 1000 1050 1100 1150 J -1 0 M -1 0 M -1 0 J -1 0 S-1 0 N-10 J-1 1 M -1 1 M -1 1 J -1 1 S-1 1 N-11 J-1 2 M -1 2 M -1 2 J -1 2 S-1 2 N-12 J-1 3 M -1 3 M -1 3 J -1 3 S-1 3 N-13 J-1 4 M -1 4 M -1 4 J -1 4 S-1 4 N-14 J-1 5 M -1 5 M -1 5 J -1 5 S-1 5
Japan: New Orders for Machinery Level % YoY
- 8 -
Danareksa Research Institute
R
i
Ekonomi Euro: pemulihan kembali membaik
Setelah keluar dari krisis ekonomi tahun 2012, pemulihan ekonomi Eropa kembali melambat sejak Q2 2014, akibat krisis geopolitik di Ukraina dan kecenderungan deflasi di kawasan Eropa.
Untuk itu bank sentral Eropa (ECB) melonggarkan kebijakan moneter (berupa bunga rendah dan QE bonds korporasi dan pemerintah). Kebijakan moneter yg longgar ini berdampak positif thdp pasar modal emerging market termasuk Indonesia. Data makroekonomi terkini (LEI, IKK, EPE, dll)
mengindikasikan adanya perbaikan pemulihan ekonomi di kawasan Euro, meskipun sempat tertahan ketika terjadi gejolak politik di Yunani pada bulan Juli 2015 yang lalu.
-6 -4 -2 0 2 4 6 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Pertumbuhan Ekonomi Tingkat Inflasi Suku Bunga
Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga/Inflasi
-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 86 89 92 95 98 J-09 J-09 N-0 9 A-10 S-10 F-11 J-11 D-11 M-12 O-12 M-13 A-13 J-14 J-14 N-1 4 A-15 S-15
Euro: Leading Economic Index
LEI YoY% YoY% LEI -6 -3 0 3 6 9 12 15 Jan -09 Ju n-09 N ov -09 Ap r-10 Se p-10 Fe b-11 Jul-11 De c-11 Ma y-12 Oct -12 Ma r-13 Au g-13 Jan -14 Ju n-14 N ov -14 Ap r-15 Se p-15
Pertumbuhan M1, M2 dan Kredit
M1 M2 Credit
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok masih Melambat
Perekonomian Tiongkok terus melambat, sesuai disain pemerintahnya menuju ke 7%. Data terkini beberapa indikator makroekonominya (CEI, LEI, PMI, IKK) menunjukkan pertumbuhan perekonomian Tiongkok cenderung masih lemah.
Untuk mendorong pertumbuhan ekonominya kembali ke level yang diinginkan, otoritas moneter Tiongkok makin melonggarkan kebijakan moneter nya berupa penurunan bunga dan GWM, termasuk melemahkan Yuan untuk mendorong ekspor.
Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga/Infl asi
-3 0 3 6 9 12 0 3 6 9 12 15 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
- 10 -
Danareksa Research Institute
R
i
Devaluasi Yuan
QE yang dilakukan oleh Eropa dan Jepang menyebabkan nilai tukar kedua mata uang
tersebut melemah terhadap US$. Sementara itu otortitas moneter China (PBoC) berupaya
melakukan stabilisasi nilai tukar nya utk mencegah capital outflow, sehingga China Yuan
cenderung menguat.
Apresiasi Yuan menyebabkan penurunan daya saing produk Tiongkok di pasar global,
sehingga ekspor nya menurun melampaui perkiraan (data terakhir bulan Nopember 2015
masih tumbuh negatif) yang juga berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonominya.
Untuk mendorong peningkatan ekspor nya Bank Sentral China (PBoC) mendevaluasi Yuan
agar produk China lebih kompetitif di pasar global. Dengan demikian ekspor diharapkan akan
kembali membaik dan memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap pertumbuhan
ekonomi nya (ekspor China elastis terhadap nilai tukarnya).
Devaluasi ini juga dimaksudkan untuk mengantisipasi masuknya Yuan sebagai salah satu
mata uang official reserve IMF (mengurangi tekanan depresiasi yg ditahan semala ini).
Devaluasi ini menyebabkan mata uang negara lain turut “terdepresiasi”, termasuk Rupiah.
Disamping itu kebijakan ini juga akan mempengaruhi rencana the Fed kedepan untuk
Perekonomian India: ada indikasi mulai membaik
Perekonomian India cenderung membaik seperti tercermin pada GDP growth, PMI manufaktur dan jasa2 yg meningkat, dll. Kedepan diperkirakan juga membaik sejalan inflasi yang menurun yang akan diikuti oleh penurunan bunga. Hal ini akan
mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi kedepan seperti terlihat pada pertumbuhan LEI yang semakin meningkat. 0 3 6 9 12 15 18 0 3 6 9 12 15 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Pertumbuhan Ekonomi Policy Rate Inflation Rate
- 12 -
Danareksa Research Institute
R
i
Pertumbuhan Ekonomi Global: 2016 lebih prospektif
Pertumbuhan ekonomi sebagian besar mitra dagang utama Indonesia sedikit membaik
pada thn 2016 mendatang akan berdampak positif terhadap ekspor kita.
Neraca Perdagangan: ada indikasi semakin membaik
YTD (Jan-Des)
Sepanjang tahun 2012 – 2014, permintaan domestik yang kuat telah memicu kenaikan impor,
sedangkan kondisi global yang lesu membuat ekspor Indonesia tertekan. Akibatnya, Indonesia
mengalami defisit neraca perdagangan. Kondisi terkini neraca perdagangan cenderung surplus.
Import
Export
-5 0 5 10 15 20 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 b il li o n s o f U S $ Trade Balance Total Export Total Import Migas 12.3% Pertanian 3.7% Industri 71.0% Pertamb. & Lain 12.9% 7.6% 75.0% 17.3%Barang Konsumsi Bahan Baku/Penolong
- 14 -
Danareksa Research Institute
R
i
Defisit Neraca Transaksi Berjalan Akan Membaik
Current account deficit memicu kekhawatiran apakah ekspansi ekonomi Indonesia berkesinambungan? Ekspansi ekonomi global & perlambatan ekonomi dom ekspor berpotensi membaik, impor turun, neraca perdagangan akan membaik shg defisit transaksi berjalan akan makin terkendali.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 I. Current Account 5.14 1.69 -24.42 -29.11 -27.50 -17.76 -4.93 -9.59 -7.04 -5.95 -4.16 -4.30 -4.19 -5.12 A. Goods 1) 31.00 33.83 8.68 5.83 6.98 13.28 3.35 -0.38 1.56 2.45 3.06 4.13 4.14 1.95 B. Services -9.79 -9.80 -10.56 -12.07 -10.01 -8.49 -2.13 -2.83 -2.49 -2.56 -1.85 -2.65 -2.15 -1.85 C. Primary Income -20.70 -26.55 -26.63 -27.05 -29.69 -28.03 -7.23 -7.91 -7.31 -7.24 -6.81 -7.20 -7.45 -6.58 D. Secondary Income 4.63 4.21 4.09 4.18 5.22 5.48 1.09 1.53 1.20 1.40 1.43 1.43 1.27 1.35
II. Capital Account 0.05 0.03 0.05 0.05 0.03 0.02 0.00 0.01 0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 0.01
III. Financial Account 2) 26.48 13.60 24.86 21.96 44.96 17.12 6.39 14.48 14.53 9.56 5.09 2.24 0.28 9.52
- Assets -7.29 -16.45 -17.97 -15.47 -10.79 -20.27 -5.39 -2.96 -3.79 1.35 -8.30 -8.52 -3.79 0.34 - Liabilities 33.77 30.06 42.83 37.43 55.75 37.39 11.78 17.45 18.32 8.21 13.39 10.77 4.06 9.18 1. Direct Investment 11.11 11.53 13.72 12.30 14.79 9.26 2.02 4.35 5.75 2.66 1.70 3.47 1.78 2.32 2. Portfolio Investment 13.20 3.81 9.21 10.87 26.07 16.71 8.73 8.05 7.41 1.88 8.51 5.59 -2.22 4.83 a. Assets -2.51 -1.19 -5.47 -1.27 2.59 -1.00 0.47 -0.99 1.30 1.81 0.02 -0.74 -0.68 0.39 b. Liabilities 15.71 5.00 14.67 12.15 23.48 17.71 8.27 9.04 6.11 0.07 8.48 6.33 -1.54 4.43 3. Financial Derivatives -0.09 0.07 0.01 -0.33 -0.16 0.02 -0.14 0.05 -0.02 -0.04 0.09 0.00 0.23 -0.30 4. Other Investment 2.26 -1.80 1.92 -0.87 4.26 -8.87 -4.23 2.04 1.39 5.06 -5.21 -6.82 0.48 2.68 a. Assets -1.73 -6.75 -5.35 -3.43 -3.43 -10.51 -3.21 0.38 -2.87 2.28 -5.08 -4.62 -1.96 1.15 b. Liabilities 3.99 4.95 7.28 2.56 7.69 1.65 -1.01 1.67 4.26 2.77 -0.13 -2.19 2.44 1.53
IV. Total (I + II + III) 31.67 15.32 0.49 -7.11 17.49 -0.62 1.46 4.91 7.50 3.62 0.93 -2.06 -3.91 4.42
V. Net Error and Omissions -1.33 -3.46 -0.28 -0.22 -2.24 -0.47 0.61 -0.61 -1.03 -1.21 0.38 -0.87 -0.65 0.68
VI. Overall Balance (IV + V) 30.34 11.86 0.22 -7.32 15.25 -1.10 2.07 4.30 6.48 2.41 1.30 -2.93 -4.57 5.09
VII. Reserves and Related Items 3) -30.34 -11.86 -0.22 7.32 -15.25 1.10 -2.07 -4.30 -6.48 -2.41 -1.30 2.93 4.57 -5.09
- Reserve Assets Position 96.21 110.12 112.78 99.39 111.86 105.93 102.59 107.68 111.16 111.86 111.55 108.03 101.72 105.93
In Months of Imports & Official Debt Repayment7.56 6.74 6.15 5.47 6.40 6.40 5.70 6.10 6.30 6.40 6.60 6.80 6.80 7.40
- Current Account (% GDP) 0.67 0.19 -2.65 -3.19 -3.09 -2.06 -2.33 -4.26 -3.01 -2.70 -1.95 -1.97 -1.94 -2.39
2015 2014 2015
Defisit neraca transaksi berjalan semakin membaik
Defisit neraca berjalan memicu sentimen negatif terhadap rupiah. Karena itu perbaikan defisit
neraca transaksi berjalan diperkirakan akan mendorong penguatan nilai tukar rupiah.
8,500 9,500 10,500 11,500 12,500 13,500 14,500 15,500 -12,000 -10,000 -8,000 -6,000 -4,000 -2,000 0 2,000 4,000 6,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Transaksi Berjalan
IDR ep
- 16 -
Danareksa Research Institute
R
i
16Realisasi FDI Menurut Sektor
Realisasi FDI and DDI
Peringkat ‘investment grade’ mendorong aliran FDI Meningkat
Aktivitas investasi (domestik and asing) meningkat dengan signifikan. Foreign Direct
Investment (FDI) menunjukkan trend naik , dan mencapai US$ 6.8 miliar pada triwulan
IV 2014. Sepanjang 4 tw 2014, FDI didominasi oleh sektor sekunder sekitar 46%,
khususnya industri. Gejala ini menunjukkan prospek meningkatnya produktivitas.
Meningkatnya produktivitas akan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar
lokal maupun global.
Investment grade
Defisit Neraca Transaksi Berjalan Tidak Selalu Buruk
Pada periode 1981-1996, ketika ekonomi Indonesia tumbuh dengan laju yang tinggi, Indonesia selalu mengalami defisit neraca transaksi berjalan. Indonesia mengalami surplus neraca transaksi berjalan ketika ekonominya jatuh ke resei yang dalam. Jadi, defisit neraca transaksi berjalan justru memberi sinyal bahwa ekonomi Indonesia mulai memasuki fasa pertumbuhan yg lebih cepat. Banyak ekonom yang meyakini bahwa defisit neraca transaksi berjalan adalah fenomena umum yg dialami oleh negara berkembang spt Indonesia.
-12 -10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 -30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 19 81 19 82 19 83 19 84 19 85 19 86 19 87 19 88 19 89 1 9 9 0 19 91 19 92 19 93 19 94 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 2 0 0 3 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 20 12 20 13 20 14 20 15
Current Account (US$ BN) Current Account (%GDP)
- 18 -
Danareksa Research Institute
R
i
Prospek Perekonomian Global dan Ekonomi DN
Dari diskusi di atas, meskipun lebih lambat dari perkiraan semula perekonomian
global masih ekspansi dan prospeknya masih baik. Implikasinya terhadap
perekonomian domestik adalah:
o Perubahan kebijakan moneter the Fed, menimbulkan gejolak di pasar keuangan global,
termasuk Indonesia. Dalam jangka pendek IDR dan pasar modal masih berpotensi
mengalami volatilitas, namun dalam jangka panjang akan lebih baik.
o Peningkatan pertumbuhan ekonomi dunia berpotensi mendorong kenaikan volume
permintaan dan harga terhadap produk Indonesia, meskipun kenaikannya tidak tajam.
o Dengan demikian ekspor masih berpotensi tumbuh (meskipun tidak tajam) sehingga
kontribusi net-eskpor akan positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
o Trade balance akan membaik CAD akan lebih terjaga positif utk IDR/US$.
o Kebijakan moneter yang longgar (berupa bunga rendah dan QE) di beberapa negara
akan berdampak pada meningkatnya inflow dari ke emerging market (termasuk
A. Perkembangan dan Prospek Perekonomian Global
• Amerika Serikat
• Uni Eropa
• Asia: Jepang, Tiongkok dan India
B. Prospek Perekonomian Indonesia 2016
• Inflasi, suku bunga dan nilai tukar
• Early economic indicators
• IKK, BSI, BPI dan pertumbuhan ekonomi
• Prospek pasar modal
C. Kesimpulan
- 20 -
Danareksa Research Institute
R
i
Suku Bunga (BI rate) dan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi
Indonesia sangat
dipengaruhi oleh tingkat
suku bunga (berkorelasi
negatif).
Suku bunga yang relatif
rendah akan mendorong
pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya kenaikan
suku bunga, cenderung
memperlambat
pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga/Inflasi
Sementara itu tingkat bunga sangat tergantung pada laju inflasi di dalam negeri, karena
BI menganut inflation targeting framework, dimana BI akan menaikkan bunga bila
Perkembangan Inflasi Dalam Negeri, %
Laju inflasi cenderung terjaga menyusul harga komoditas yang relatif stabil di pasar global. Dampak kenaikan harga BBM tahun 2014 hilang pada bulan Nop dan Des, sehingga inflasi tahunan turun tajam. Kenaikan inflasi bulanan saat ini (Desember dan Januari) bersifat musiman (awal musim paceklik), meskipun harga BBM turun.
Weight
2012 Nov-15 Dec-15 Jan-16 Nov-15 Dec-15 Jan-16 Nov-15 Dec-15 Jan-16 2014 2015 2016
FOODSTUFFS 18.9 0.33 3.20 2.20 4.96 4.93 6.60 0.07 0.65 0.460 2.77 0.60 2.20 PREPARED FOOD 16.2 0.47 0.50 0.51 7.97 6.42 6.27 0.08 0.09 0.090 0.72 0.65 0.51 HOUSING 25.4 0.15 0.40 0.53 4.42 3.34 3.06 0.03 0.10 0.130 1.01 0.80 0.53 CLOTHING 7.3 -0.23 0.09 0.26 4.00 3.43 2.83 -0.01 0.01 0.020 0.55 0.85 0.26 MEDICAL CARE 4.7 0.44 0.24 0.36 5.84 5.32 5.00 0.02 0.01 0.010 0.72 0.66 0.36 EDUCATION 8.5 0.05 0.06 0.15 4.28 3.97 3.85 0.01 0.01 0.010 0.28 0.26 0.15 TRANSPORTATION 19.2 0.06 0.45 -1.11 3.47 -1.53 1.47 0.01 0.09 -0.210 0.20 -4.04 -1.11 GENERAL 100.0 0.21 0.96 0.51 4.89 3.35 4.14 0.21 0.96 0.510 1.07 -0.24 0.51
Food and Non-Food
FOOD 35.0 0.40 1.97 1.44 6.31 5.60 6.45 0.15 0.74 0.55 1.84 0.62 1.44 NON-FOOD 65.0 0.09 0.33 -0.07 4.16 2.00 2.78 0.06 0.22 -0.04 0.60 -0.82 -0.07 Core Inflation Core 0.16 0.23 0.29 4.77 3.95 3.62 0.09 0.13 0.17 0.56 0.61 0.29 Administered Price 0.20 0.86 -0.55 5.61 0.39 3.48 0.05 0.18 -0.11 1.00 -3.51 -0.55 Volatile Food 0.35 3.53 2.40 4.84 4.84 6.77 0.07 0.65 0.45 2.89 0.55 2.40 Source : BPS
- 22 -
Danareksa Research Institute
R
i
Prospek Inflasi
Untuk bulan Februari 2016 tekanan inflasi bulanan diperkirakan akan semakin menurun menyusul dimulainya panen raya produksi pertanian (khususnya padi) di beberapa wilayah Indonesia. Panen raya bisanya akan mendorong penurunan harga kebutuhan pokok sehingga inflasi kelompok pengeluaran bahan makanan sangat rendah, bahkan adakalanya cenderung deflasi.
Penurunan tekanan inflasi bulanan juga didukung oleh penurunan harga beberapa barang dan jasa yang diatur oleh pemerintah seperti TDL, BBM, LPG dan tarif angkutan antar kota.
Tekanan inflasi bulanan akan terus menurun pada bulan Maret dan April 2016 bersamaan dengan puncak panen raya, dimana produksi pertanian cukup melimpah sehingga harga2 kebutuhan pokok semakin menurun. Namun El-Nino 2015, tampaknya akan menyebabkan panen raya sedikit mundur.
Meskipun inflasi bulanan terus menurun, namun inflasi tahunan bulan Februari ini akan naik signifikan karena pada bulan Februari 2015 terjadi deflasi menyusul penurunan harga BBM bersubsidi pd bln Januari. Dari sisi eksternal tekanan inflasi diperkirakan relatif terjaga, karena harga komoditas di pasar global
diprediksikan akan relatif stabil sampai akhir tahun 2016. EIA memperkirakan harga minyak tahun 2016 (WTI) di sekitar US$ 40 per barel, bahkan saat ini tren-nya masih menurun.
Jadi baik dari sisi domestik maupun global tampaknya kecil peluang adanya faktor yang mendorong kenaikan inflasi yang signifikan.
Dengan perkembangan seperti itu, maka inflasi pada akhir tahun 2016, diperkirakan akan relatif stabil disekitar 4.5%.
Perkiraan harga minyak mentah dunia
EIA memperkirakan harga minyak mentah dunia tahun 2016 akan cenderung stabil sekitar 40 US$ per barel.
0
20
40
60
80
100
120
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2013
2014
2015
2016
Brent crude oil spot price
West Texas Intermediate Crude Oil Price
- 24 -
Danareksa Research Institute
R
i
Prospek Suku Bunga
Seperti kita ketahui bersama, sejak tahun 2013 bank sentral kita menerapkan kebijakan moneter yg cenderung ketat untuk menstabilkan makroekonomi Indonesia (stability over growth), khususnya laju inflasi, defisit neraca transaksi berjalan, dan nilai tukar rupiah. Melihat perkembangan yang terjadi belakangan ini, maka peluang BI menurunkan suku bunga BI rate ke level yang lebih rendah semakin terbuka lebar krn:
o Laju inflasi semakin terjaga
o Defisit neraca transaksi berjalan semakin membaik, yang pada gilirannya berpotensi mendorong penguatan rupiah yang selama ini menjadi kekhawatiran Bank Indonesia.
o Pemerintah menghendaki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi o Interest rate differential kita dengan negara2 tetangga masih melebar.
o Kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga the Fed akan menyebabkan volatilitas rupiah sejauh ini tidak terbukti, bahkan nilai tukar rupiah cenderung menguat setelah kenaikan suku bunga the Fed. Dengan latar belakang seperti itu, maka penurunan BI rate yang lebih lanjut semakin terbuka lebar. BI
diperkirakan masih akan menurunkan BI rate pada triwulan pertama tahun ini menjadi 7.00% (menyusul laju inflasi yang semakin terjaga dan rupiah yang terkendali), dan kemudian sesudah lebaran (sekitar Agustus atau September) serta masih berpeluang turun sekali lagi pada bulan Oktober atau Nopember 2016. Dengan demikian BI rate pada akhir tahun ini diperkirakan akan berada pada kisaran 6.50% - 6.75%.
Kenaikan BI rate tidak mampu menahan pelemahan rupiah
Kenaikan suku bunga BI rate tidak mampu menahan pelemahan rupiah, bahkan ada kecenderungan kenaikan suku bunga justru semakin menekan nilai tukar rupiah.
- 26 -
Danareksa Research Institute
R
i
Pertumbuhan ekonomi AS vs capital flow
Perbaikan kinerja perekonomian AS berkorelasi positif dengan arus modal masuk ke Indonesia baik dalam bentuk portfolio maupun investasi langsung (FDI) return di emerging market tetap lebih menarik (long-run).
-4.00 -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 -1000 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 Ju n-07 Se p-07 De c-07 M ar -08 Ju n-08 Se p-08 De c-08 M ar -09 Ju n-09 Se p-09 De c-09 M ar -10 Ju n-10 Se p-10 De c-10 M ar -11 Ju n-11 Se p-11 De c-11 M ar -12 Ju n-12 Se p-12 De c-12 M ar -13 Ju n-13 Se p-13 De c-13 M ar -14 Ju n-14 Se p-14
Pertumbuhan Ekonomi AS vs Inflow ke Indonesia, MA(4)
Kinerja pasar modal AS sangat berpengaruh terhadap IHSG
Perbaikan kinerja perekonomian AS akan berdampak positif terhadap pasar modalnya. Sementara itu perbaikan kinerja pasar modal AS akan berdampak positif terhadap pasar modal Indonesia.
- 28 -
Danareksa Research Institute
R
i
Indeks Nilai Tukar Nominal
Pada awalnya IDR bergerak seiring dengan mata uang regional. Namun sentimen negatif terhadap CAD membuat IDR bergerak melemah sendiri, termasuk pd saat AS melakukan QE3. Perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini menjadi faktor pelemahan IDR
60 70 80 90 100 110 120 Jan -10 Ma r-10 Ma y -10 J u l-10 Se p -10 N o v -10 Jan -11 Ma r-11 M a y -11 J u l-11 Se p -11 N o v -11 Jan -12 Ma r-12 Ma y -12 J u l-12 Se p -12 N o v -12 Jan -13 Ma r-13 M a y -13 J u l-13 Se p -13 N o v -13 Jan -14 Ma r-14 Ma y -14 J u l-14 Se p -14 N o v -14 Jan -15 Ma r-15 M a y -15 J u l-15 Se p -15 N o v -15
Indeks Nilai Tukar, 2010 = 100
Nilai Tukar Rupiah: Aktual vs Fundamental
Dengan menggunakan beberapa metode, nilai fundamental rupiah terhadap US$ adalah sekitar Rp 11300 per US$. Dengan demikian nilai spot rate rupiah yang saat ini (Desember 2015) sekitar Rp 13795 per US$ adalah undervalued sekitar -18.4%. Artinya secara fundamental nilai tukar rupiah seharusnya lebih kuat.
- 30 -
Danareksa Research Institute
R
i
…Nilai Tukar Rupiah: Aktual vs Fundamental
Saat ini spot rate IDR undervalued sekitar 18.4%, dan dalam jangka panjang biasanya akan kembali ke fundamental value-nya. Selanjutnya perbaikan kinerja perekonomian dunia akan mendorong perbaikan neraca transaksi berjalan serta meningkatkan arus masuk investasi portfolio maupun FDI ke Indonesia. Dengan latar belakang seperti itu, maka dalam jangka menengah dan panjang IDR diprediksikan berpotensi lebih kuat dari level yang ada saat ini. Perbaikan pertumbuhan ekonomi domestik juga berpotensi mendorong penguatan nilai tukar rupiah kedepan.
-32.0 -26.5 -21.0 -15.5 -10.0 -4.5 1.0 6.5 12.0 7500 8500 9500 10500 11500 12500 13500 14500 15500 Ja n -08 Ap r-08 Ju l-08 O ct -08 Ja n -09 Ap r-09 Ju l-09 O ct -09 Ja n -10 Ap r-10 Ju l-10 O ct -10 Ja n -11 Ap r-11 Ju l-11 O ct -11 Ja n -12 Ap r-12 Ju l-12 O ct -12 Ja n -13 Ap r-13 Ju l-13 O ct -13 Ja n -14 Ap r-14 Ju l-14 O ct -14 Ja n -15 Ap r-15 Ju l-15 O ct -15
Nilai Tukar Rupiah: Aktual vs Fundamental
Aktual Spot Rate Fundamental Value Deviasi dari Fundamental
Faktor yang mempengaruhi kurs Rupiah
Saat ini nilai tukar rupiah terhadap US$ berada pada level sekitar Rp 13900-an per US$, yang berarti terdepresiasi sekitar 1.1% dari penutupan akhir thn 2015. Pada level ini rupiah terlalu murah (undervalued) sekitar 18%. Sebagaimana yg telah didiskusikan sebelumnya, pelemahan rupiah disebabkan oleh:
o Perubahan kebijakan moneter the Fed
o Adanya sentimen negatif karena CAD
o Kebijakan ‘nilai tukar lemah’ untuk mengurangi impor dan mendorong ekspor
o Perlambatan pertumbuhan ekonomi
Kedepan IDR berpotensi menguat, karena:
o Saat ini masih undervalued
o Perbaikan neraca perdagangan yang akan berdampak positif terhadap perbaikan defisit neraca transaksi
berjalan. Hal ini berpotensi mengembalikan sentimen positif terhadap rupiah.
o Ada indikasi pemulihan pertumbuhan ekonomi yang biasanya diikuti oleh peningkatan kinerja emiten, yang
pada gilirannya mendorong masuknya investor asing. Pemulihan pertumbuhan ekonomi juga berpotensi meningkatkan peringkat Indonesia (oleh S&P).
Namun perlu diwaspadai bahwa jika ada perbaikan pemulihan ekonomi di Amerika Serikat, maka isu kenaikan bunga yang lebih tinggi oleh the Fed akan muncul kembali yang dapat menyebabkan volatilitas nilai tukar rupiah. Hanya saja dengan kinerja pertumbuhan ekonomi di dalam negeri yang lebih baik, maka potensi pelemahan akan lebih terbatas.
- 32 -
Danareksa Research Institute
R
i
Coincident Economic Index: … ada indikasi mulai membaik
Dalam periode Juli 2008 –
Februari 2009 CEI cenderung
menurun. Hal ini
mengindikasikan adanya
perlambatan yang signifikan
dalam pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Namun dalam periode Maret
2009 – Q2 2013, tren CEI
masih meningkat, yang
mengindikasikan perekonomian
masih bertumbuh.
CEI yang relatif flat sejak 2012,
mengindikasikan pertumbuhan
ekonomi yang cenderung
melambat. Namun bbrp bulan
terakhir CEI kembali membaik.
-6.4 -4.4 -2.4 -0.4 1.6 3.6 5.6 7.6 95 99 104 108 113 117 121 126 130 J -0 8 A -0 8 J -0 8 O-0 8 J -0 9 A -0 9 J -0 9 O-0 9 J -1 0 A -1 0 J -1 0 O-1 0 J -1 1 A -1 1 J -1 1 O-1 1 J -1 2 A -1 2 J -1 2 O-1 2 J -1 3 A -1 3 J -1 3 O-1 3 J -1 4 A -1 4 J -1 4 O-1 4 J -1 5 A -1 5 J -1 5 O-1 5
Composite Coincident Index
Leading Economic Index: …ada indikasi mulai membaik
Resesi mini yang terjadi dlm
periode Jul 2008 - Feb 2009
sdh terdeteksi oleh LEI sejak
bln Nop 2007. Demikian pula
fase ekspansi yg mulai terjadi
sejak Mar 2009 terdeteksi oleh
LEI sejak Nop 2008.
Data terkini menunjukkan level
LEI yang cenderung flat
bahkan menurun dan dengan
tren pertumbuhan menurun.
Artinya, dalam beberapa bulan
mendatang pertumbuhan
ekonomi kita masih berpotensi
lambat.
Tanpa kebijakan yg
counter-cyclical perlambatan ini
berpotensi makin memburuk.
-7.5 -5.0 -2.5 0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 94 101 108 115 122 129 136 143 J -0 8 A -0 8 J -0 8 O-… J -0 9 A -0 9 J -0 9 O-… J -1 0 A -1 0 J -1 0 O-… J -1 1 A -1 1 J -1 1 O-… J -1 2 A -1 2 J -1 2 O-… J -1 3 A -1 3 J -1 3 O-… J -1 4 A -1 4 J -1 4 O-… J -1 5 A -1 5 J -1 5 O-…
COMPOSITE LEADING INDEX
- 34 -
Danareksa Research Institute
R
i
Siklus Bisnis
ekspansi
kontraksi
ekspansi
P3
P2
P1
T1
T2
T3
Semua
negara
di
dunia memiliki siklus
bisnis,
dimana
ekonomi ada kalanya
bertumbuh (ekspansi)
dan kontraksi (resesi).
Pada saat ekonomi
ekspansi
dan
terdeteksi
titik
P1
berarti ekonomi akan
melambat.
Jika
terdeteksi P2 berarti
ekonomi
akan
melambat signifikan.
Dan bila terdeteksi P3
berarti ekonomi akan
memasuki resesi.
Sebaliknya pada saat ekonomi resesi, maka deteksi T1 berarti ekonomi akan segera ekspansi.
Deteksi T2 dan T3 berarti ekspansinya akan lebih pesat atau full capacity.
Deteksi Titik Puncak (Peak)
Titik puncak P1 terdeteksi pada bulan Juni 2008 dan kemudian P2 serta P3 masing-masing terdeteksi pd bulan Oktober dan Nopember 2008. P1 kembali terdeteksi pada Maret 2015. Tanpa kebijakan yang
counter-cyclical perlambatan yang terjadi saat ini berpotensi untuk munculnya P2 dan P3.
87 93 99 105 111 117 123 129 19961997199819992000200120022003200420052006200720082009201020112012201320142015 CEI P1 P2 P3
- 36 -
Danareksa Research Institute
R
i
Deteksi Titik Lembah (Trough)
Titik T1 terdeteksi pada bulan Maret 2009 dan titik T2 dan T3 terdeteksi pada bulan Oktober. Artinya setelah mengalami resesi mini dalam periode Juli 2008 – Maret 2009, maka perekonomian Indonesia kembali memasuki fase ekspansi.
87 93 99 105 111 117 123 129 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 CEI T1 T2 T3
Siklus Bisnis Indonesia: Rata-rata Periode Ekspansi 7 tahun
80 86 91 97 102 108 113 119 124 130 72 80 88 96 104 112 120 128 136 144 Jan-90 Oct -90 Ju l-91 A p r-92 Jan-93 Oct -93 Ju l-94 A p r-95 Jan-96 Oct -96 Ju l-97 A p r-98 Jan-99 Oc t-99 Ju l-00 A p r-01 Jan-02 Oct -02 Ju l-03 A p r-04 Jan-05 Oct -05 Ju l-06 A p r-07 Jan-08 Oct -08 Ju l-09 A p r-10 Jan-11 Oct -11 Ju l-12 A p r-13 Jan-14 Oct -14 Ju l-15 LEI (LHS) CEI (RHS)Periode Resesi
Periode ekspansi
Periode
ekspansi
Periode ekspansi
Periode ekspansi
- 38 -
Danareksa Research Institute
R
i
IKK: Kembali rebound
IKK memberikan indikasi tentang tingkat keyakinan konsumen thdp kondisi perekonomian secara keseluruhan.
73.3 91.6 65.3 60 70 80 90 100 110 J -0 4 A-0 4 J -0 4 O -0 4 J -0 5 A-0 5 J -0 5 O -0 5 J -0 6 A-0 6 J -0 6 O -0 6 J -0 7 A-0 7 J -0 7 O -0 7 J -0 8 A-0 8 J -0 8 O -0 8 J -0 9 A-0 9 J -0 9 O -0 9 J -1 0 A-1 0 J -1 0 O -1 0 J -1 1 A-1 1 J-11 O -1 1 J -1 2 A-12 J-1 2 O -1 2 J -1 3 A-1 3 J -1 3 O -1 3 J -1 4 A-1 4 J -1 4 O -1 4 J -1 5 A-1 5 J -1 5 O -1 5
Indeks Kepercayaan Konsumen
Kenaikan BBM I Kenaikan BBM II Harga bahan pokok naik Inflasi meningkat Kenaikan BBM III Penurunan harga BBM Kenaikan BBM IV Kenaikan BBM V
Persepsi masyarakat terhadap pemerintah mulai membaik
Persepsi masyarakat terhadap kemampuan pemerintah menjalankan tugas2nya mulai membaik
112.1 92.9 102.0 70 90 110 130 150 N -02 F-03 M-0 3 A -03 N -03 F-04 M-0 4 A -04 N -04 F-05 M-0 5 A -05 N -05 F-06 M -06 A -06 N -06 F-07 M-0 7 A -07 N -07 F-08 M-0 8 A -08 N -08 F-09 M-0 9 A -09 N -09 F-10 M-1 0 A -10 N -10 F-11 M-1 1 A -11 N -11 F-12 M-1 2 A -12 N -12 F-13 M-1 3 A -13 N -13 F-14 M-1 4 A -14 N -14 F-15 M-1 5 A -15 N -15
Indeks Kepercayaan Konsumen Kepada Pemerintah, 2003=100
Mega-Hamzah SBY-JK Kenaikan BBM I Kenaikan BBM II Harga bahan pokok naik Inflasi meningkat Kenaikan BBM III Penurunan harga BBM SBY-BOED Kenaikan BBM IV JW - JK
- 40 -
Danareksa Research Institute
R
i
Optimisme pebisnis mulai rebound
Optimisme pebisnis mulai membaik, mengindikasikan aktifitas ekonomi yang mulai membaik.
90.0 105.0 120.0 135.0 150.0 165.0 180.0 J a n -0 8 Ap r-0 8 J u l-0 8 O c t-0 8 J a n -0 9 Ap r-0 9 J u l-0 9 O c t-0 9 J a n -1 0 Ap r-1 0 J u l-1 0 O c t-1 0 J a n -1 1 Ap r-1 1 J u l-1 1 O c t-1 1 J a n -1 2 Ap r-1 2 J u l-1 2 O c t-1 2 J a n -1 3 Ap r-1 3 J u l-1 3 O c t-1 3 J a n -1 4 Ap r-1 4 J u l-1 4 O c t-1 4 J a n -1 5 Ap r-1 5 J u l-1 5 O c t-1 5
Business Sentiment Index
BPI: Sistem Perbankan Masih Baik
Sistem perbankan masih relatif baik,
namun tekanan di perbankan cenderung
meningkat.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi
mulai meningkatkan NPL, meskipun
masih dalam batas yang dapat diterima.
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15
Banking Pressure Index - Indonesia
Component Oct-15 Nov-15
REER index - deviation from LT trend 77.6 77.1 Stock prices growth (Inverted) 20.3 19.1 Money multiplier growth 4.2 2.9 LEI growth (Inverted) 0.6 1.6 Export growth (Inverted) 17.5 28.1 Interbank call money 1 day rate 5.9 5.9
- 42 -
Danareksa Research Institute
R
i
Ringkasan APBN
Tahun 2015 berpotensi defisit cukup besar, dan APBN 2016 tidak ekspansif (termasuk asumsi)
(dalam triliun rupiah)
2013 2014 2015 2016 2015 2015
U R A I A N LKPP LKPP APBNP RAPBN REALISASI
sd SEP
% Thdp APBNP
A. Pendapatan Negara 1,438.9 1,550.5 1,761.6 1,848.1 989.8 56.2 4.9
I. Pendapatan Dalam Negeri 1,432.1 1,545.5 1,758.3 1,846.1 989.3 56.3 5.0
1. Penerimaan Perpajakan 1,077.3 1,146.9 1,489.3 1,565.8 800.9 53.8 5.1
a . Penda pa ta n Pa ja k Da l a m Negeri 1,029.9 1,103.2 1,440.0 1,524.0 775.3 53.8 5.8 b. Penda pa ta n Pa ja k Perda ga nga n Int'l 47.5 43.6 49.3 41.8 39.7 80.6 -15.2
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 354.8 398.6 269.1 280.3 357.8 133.0 4.2
II. Penerimaan Hibah 6.8 5.0 3.3 2.0 0.4 12.1 -38.7
B. Belanja Negara 1,650.6 1,777.2 1,984.1 2,121.3 1,248.9 62.9 6.9
I. Belanja Pemerintah Pusat 1,137.2 1,203.6 1,319.5 1,339.1 737.7 55.9 1.5
II. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa 513.3 573.7 664.6 782.2 511.2 76.9 17.7
1. Transfer Ke Daerah 513.3 573.7 643.8 735.2 494.6 76.8 14.2 2. Dana Desa 20.8 47.0 16.6 79.9 126.2 III. Suspen 0.1 -0.1 0.0 0.0 0.0 C. Keseimbangan Primer -98.6 -93.3 -66.8 -89.8 -136.4 204.3 -227.6 D. Surplus/Defisit Anggaran (A - B) -211.7 -226.7 -222.5 -273.2 -259.2 116.5 -42.6 E. Pembiayaan 237.4 248.9 222.5 273.2 263.9 118.6 43.4 I. Pembi a ya a n Da l a m Negeri 243.2 261.2 242.5 272.0 263.8 108.8 40.0
II. Pembi a ya a n Lua r negeri (neto) -5.8 -12.4 -20.0 1.2 0.1 -0.5 -41.7
Kelebihan/(Kekurangan) Pembiayaan 25.7 22.2 0.0 0.0 0.0
Sumber: Departemen Keuangan
2016 vs 2015, %
Proyeksi indikator makroekonomi utama 2016
Pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diperkirakan akan sedikit lebih lambat dibandingkan
dengan tahun 2014. Perlambatan ini disebabkan kebijakan moneter yang ketat berupa suku
bunga yang relatif tinggi dan likuiditas yang ketat ditambah dengan keterlambatan
pembelanjaan APBN (karena ada beberapa hambatan). Disamping itu menurunnya harga
komoditas menyebabkan sumbangan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi kecil.
Untuk tahun 2016, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan rebound menjadi sekitar 5.4%.
Perbaikan ini ditopang oleh inflasi yang semakin terjaga sehingga suku bunga diperkirakan
akan menurun, yang pada gilirannya akan mendorong kenaikan konsumsi dan investasi.
Belanja APBN pun diperkirakan akan lebih optimal mengingat hambatan2 yang terjadi tahun
2015 sudah dapat diatasi. Sementara itu ekspor juga diperkirakan akan memberikan
kontribusi yang lebih berarti seiring dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi dunia.
Laju inflasi sepanjang tahun 2015 masih relatif tinggi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi
tahun 2014 yang lalu serta kenaikan harga beberapa barang dan jasa yang harganya diatur
pemerintah. Namun pada akhir tahun 2015 inflasi turun ke 3.4% dan bertahan stabil
disekitar level tersebut hingga tahun 2016 mendatang. Perkiraan ini didasarkan pada
proyeksi harga komoditas yang belum akan mengalami kenaikan yang tajam tahun 2016,
sehingga dampaknya terhadap kenaikan harga di dalam negeri relatif kecil.
- 44 -
Danareksa Research Institute
R
i
Proyeksi indikator makroekonomi utama 2016
Dengan prospek inflasi yang semakin menurun ditambah dengan kecenderungan
defisit neraca transaksi berjalan yang semakin terjaga serta perlambatan pertumbuhan
ekonomi dalam beberapa triwulan terakhir ini, maka suku bunga BI rate berpotensi
turun menjadi 7.25% pada Q1 2016 ini. Stabilitas indikator makroekonomi diperkirakan
akan semakin baik tahun 2016, dengan inflasi yang tetap rendah serta CAD yang
semakin menurun. Dengan prospek seperti itu, maka suku bunga BI rate berpotensi
turun lebih jauh menjadi sekitar 6.75% pada akhir tahun 2016 mendatang.
Secara fundamental saat ini nilai tukar rupiah undervalued, sehingga dengan perbaikan
faktor2 yang membuat rupiah melemah (perubahan kebijakan moneter the Fed yang
sudah dilakukan, CAD dan inflasi yang makin terjaga serta peningkatan pertumbuhan
ekonomi) diharapkan ada potensi penguatan rupiah kedepan, khususnya pada akhir
tahun 2016. Potensi perbaikan rating juga dapat mendorong penguatan rupiah tahun
depan.
Proyeksi indikator makroekonomi utama, 2016
Laju inflasi diperkirakan akan semakin menurun dan defisit neraca transaksi
berjalan akan semakin terjaga, sehingga potensi penurunan suku bunga BI rate
atau relaksasi makroprudential semakin besar (misal penurunan GWM, LFR,
cap suku bunga, dll). Hal ini akan berdampak positif terhadap pertumbuhan
konsumsi dan investasi, shg pertumbuhan ekonomi jg akan semakin membaik.
Kinerja ekonomi yang semakin baik akan berdampak positif terhadap penguatan
nilai tukar rupiah.
Basic Economic Indicators
Indikator
2013
2014
2015
2016F
1. Pertumbuhan PDB, %
5.56
5.02
4.79
5.40
2. Laju Inflasi, %YoY
7.72
8.36
3.35
4.50
3. BI rate, %pa
7.50
7.75
7.50
6.75
- 46 -
Danareksa Research Institute
R
i
Kenaikan IHSG selama ini didukung oleh fundamental ekonomi yang baik
Sepanjang perekonomian msh ekspansi, mk berinvestasi dipasar modal tetap menjanjikan. Utk tahun 2016, perbaikan indikator
makroekonomi seperti inflasi yang semakin menurun dan defisit neraca transaksi berjalan yang makin terjaga yang mungkin akan diikuti penurunan suku bunga dapat berdampak positif terhadap IHSG hingga akhir tahun.
350 1050 1750 2450 3150 3850 4550 5250 5950 90 94 98 102 106 110 114 118 122 126 Ja n -00 S ep -00 M ay -01 Ja n -02 S ep -02 M ay -03 Ja n -04 S ep -04 M ay -05 Ja n -06 S ep -06 M ay -07 Ja n -08 S ep -08 M ay -09 Ja n -10 S ep -10 M ay -11 Ja n -12 S ep -12 M ay -13 Ja n -14 S ep -14 M ay -15
Coincident Economic Index (sumbu kiri)
IHSG (sumbu kanan)
Periode Resesi
Kekhawatiran terhadap kenaikan suku bunga the Fed berlebihan
Secara historis kenaikan suku bunga the Fed tidak membuat return JCI negatif.
Sebaliknya penurunan suku bunga the Fed hampir selalu disertai koreksi JCI
Sebab penurunan suku bunga the Fed, biasanya dilakukan ketika ekonomi AS krisis, dan dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi AS agar keluar dari resesi.
Jadi kekhawatiran terhadap kenaikan suku bunga the Fed ke level yang lebih tinggi cenderung berlebihan.
Tahun
Suku bunga Fed
Net Foreign Buy
Pertumbuhan JCI
1997
5.50
0.4
-44.3
1998
4.75
5.1
-0.9
1999
5.50
12.1
70.1
2000
6.50
0.8
-38.5
2001
1.75
4.5
-5.8
2002
1.25
7.9
8.4
2003
1.00
9.9
62.8
2004
2.25
18.8
44.6
2005
4.25
-15.4
16.2
2006
5.25
17.3
55.3
2007
4.25
32.6
52.1
2008
0.25
18.7
-50.6
2009
0.25
13.3
87.0
2010
0.25
21.0
46.1
2011
0.25
24.3
3.2
2012
0.25
15.9
12.9
2013
0.25
-20.6
-1.0
2014
0.25
42.6
22.3
- 48 -
Danareksa Research Institute
R
i
A. Perkembangan dan Prospek Perekonomian Global
• Amerika Serikat
• Uni Eropa
• Asia: Jepang, Tiongkok dan India
B. Prospek Perekonomian Indonesia 2016
• Inflasi, suku bunga dan nilai tukar
• Early economic indicators
• IKK, BSI, BPI dan pertumbuhan ekonomi
• Prospek pasar modal
C. Kesimpulan
Kesimpulan
Perekonomian global masih dalam masa ekspansi, dan diperkirakan masih akan terus berlanjut sampai dengan tahun 2016 mendatang. Hal ini akan berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia.
Untuk tahun 2015 pertumbuhan ekonomi kita diperkirakan 4.8% atau sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan tahun 2014 (5.0%). Untuk tahun 2016 pertumbuhan ekonomi kita akan lebih baik (5.4%) yang terutama ditopang oleh konsumsi dan investasi serta kontribusi ekspor yang lebih berarti.
Laju inflasi sepanjang tahun 2016 diperkirakan akan relatif stabil disekitar 4.5%.
Dengan inflasi dan CAD yang semakin terjaga serta pertumbuhan ekonomi yang masih lambat, terbuka peluang penurunan suku bunga BI rate menjadi 7.25% pada Q1 tahun 2016 dan 6.75% pada akhir tahun 2016.
Dalam jangka pendek rupiah masih tertekan dengan rata-rata Rp 13458 sepanjang tahun 2015. Namun dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik dan indikator makroekonomi lainnya yang lebih terjaga, maka tahun 2016 nilai tukar rupiah diperkirakan akan menguat menjadi rata-rata
sekitar 13401 per dolar Amerika.
Resiko: Penurunan harga minyak dunia menyebabkan tekanan terhadap harga komoditas ekspor utama, sehingga dapat berdampak negatif terhadap neraca transaksi berjalan dan APBN, yang pada gilirannya dapat memunculkan sentimen negatif terhadap terhadap IDR & pasar modal. Tekanan tsb dpt meningkat jika pemulihan ekonomi dunia lebih lambat dari yang diprediksikan.