• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONDISI UMUM PERKEBUNAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Sejarah Perkebunan Tambi

Pada tahun 1865, PT Perkebunan Tambi merupakan perkebunan teh milik Pemerintahan Hindia Belanda yang disewakan kepada pengusaha swasta Belanda yang bernama D. Nander Ships (mengelola Unit Perkebunan Tanjungsari) dan W.D Jong (mengelola Unit Perkebunan Bedakah dan Tambi). Selanjutnya, pada tahun 1880 perkebunan tersebut dibeli oleh Mr. M.P. Van Den Berg, A.W. Holle dan Ed. Jacobson yang kemudian bersama-sama mendirikan Bagelen Thee En

Kina Maatschappij (BTKM) di Wonosobo. Pengelolaan dan kepengurusan kebun

diserahkan kepada Firma Jhon Peet and Co yang berkedudukan di Jakarta. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, maka secara otomatis Kebun Bedakah, Kebun Tambi dan Kebun Tanjungsari diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan dibawah koordinasi Pusat Perkebunan Negara (PPN) yang berpusat di Surakarta, sedangkan Kantor Perkebunan Bedakah dan Tanjungsari dipusatkan di Magelang. Tetapi, kedaulatan pemerintah Indonesia atas ketiga kebun tersebut tidak bertahan lama, karena berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Belanda tahun 1949, perusahaan asing di Indonesia yang sebelumnya telah diakui sebagai milik negara harus diserahkan kembali kepada pemilik semula, dalam hal ini ketiga kebun tersebut dikembalikan kembali kepada Bagelen Thee En Kina

Maatschappij (BTKM).

Akibat kevakuman yang dialami oleh para eks pegawai PPN, maka pada tanggal 21 Mei 1951 didirikanlah sebuah kantor bersama yang dinamakan Perkebunan Gunung yang dikelola bersama oleh para eks pegawai PPN. Setelah beberapa tahun, akhirnya pihak BTKM menjual perusahaannya yaitu Kebun Tambi, Kebun Bedakah dan Kebun Tanjungsari kepada para eks pegawai PPN. Dengan adanya perjanijan jual beli tersebut, pada tanggal 17 Mei 1954 didirikanlah sebuah PT oleh para eks pegawai PPN dan diberi nama PT NV ex PPN Sindoro Sumbing. Pada tahun 1957, terjadi kesepakatan antara Pemerintah Daerah Wonosobo dengan PT NV ex PPN Sindoro Sumbing untuk bersama-sama mengelola perkebunan tersebut dengan membentuk perusahaan baru dengan modal 50% dari Pemerintah Daerah Wonosobo dan 50% dari PT NV ex

(2)

PPN Sindoro Sumbing. Kesepakatan kerjasama tersebut direalisasikan dengan dibentuknya sebuah perusahaan baru yang diberi nama PT NV Perkebunan Tambi atau disingkat menjadi PT NV Tambi dengan akte notaris Raden Sujadi di Magelang pada tanggal 13 Agustus 1957 dan mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman pada tanggal 10 April 1958 Nomor 5/30/25, yang kemudian diterbitkan pada lembaran berita negara Nomor 65 tanggal 12 Agusutus 1960.

PT NV Perkebunan Tambi berkembang menjadi PT Perkebunan Tambi, yang memiliki tiga unit perkebunan yang lokasinya saling berjauhan, yaitu Unit Perkebunan Bedakah, Unit Perkebunan Tambi dan Unit Perkebunan Tanjungsari, dan ketiga Unit Perkebunan tersebut berada dibawah koordinasi dan pantauan Kantor Direksi yang berpusat di Wonosobo. Dari ketiga Unit Perkebunan tersebut, hanya Unit Perkebunan Tanjungsari yang tidak memiliki pabrik untuk mengolah pucuk daun teh. Hal ini atas dasar pertimbangan produksi pucuk yang dihasilkan paling sedikit di antara ketiga Unit Perkebunan yang ada serta luasan areal yang tidak memungkinkan untuk dibangunnya sebuah pabrik, sehingga hasil pucuk diolah di Unit Perkebunan Tambi dan Bedakah. Pada tahun 2011, kepemilikan saham terbaru PT Tambi yaitu 50% dipegang oleh Pemerintah Daerah Wonosobo dan 50% oleh PT Indoglobal.

Letak Wilayah Administratif

Unit Perkebunan Tanjungsari merupakan salah satu bagian unit perkebunan yang dikelola oleh PT Tambi dan secara administrasi termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Sapuran dan Kecamatan Kalikajar. Lokasi kebun di Unit Perkebunan Tanjungsari berada di lereng Gunung Sumbing yang berjarak 14 km dari kota Wonosobo dan memiliki ketinggian tempat 700-1 040 m dpl. Kantor Unit Perkebunan Tanjungsari terletak di Desa Sedayu, Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo. Batas administrasi Unit Perkebunan Tanjungsari yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Sedayu, Kedalon, Purwojiwo; sebelah timur berbatasan dengan Desa Ngadisalam, Purwojiwo, Tempuran Timur; sebelah selatan berbatasan dengan Desa Jolontoro, Ngadisalam, Sapuran; sebelah barat berbatasan dengan Desa Sedayu dan Jolontoro.

Unit Perkebunan Tanjungsari terdiri dari tiga blok, yaitu Blok Kutilang, Blok Murai dan Blok Gelatik. Masing-masing blok berada di ketinggian yang

(3)

berbeda-beda, Tetapi letaknya tidak terlalu berjauhan (Lampiran 4). Blok Kutilang terletak di ketinggian tempat 800-1 040 m dpl dan merupakan blok yang paling tinggi. Blok Murai terletak di antara Blok Kutilang dan Blok Gelatik, dengan ketinggian tempat 780-800 m dpl. Blok Gelatik, terletak di lokasi yang paling rendah dengan ketinggian tempat 700-780 m dpl. Blok Gelatik merupakan blok yang paling heterogen, karena di dalam areal Blok Gelatik terdapat areal pembibitan, kebun buah, kebun perbanyakan (tanaman induk) serta Agrowisata Tanjungsari.

Keadaan Iklim dan Tanah

Berdasarkan data curah hujan Unit Perkebunan Tanjungsari selama 10 tahun terakhir (2001 -2010), curah hujan berkisar 2 951-5 968 mm per tahun dengan rata-rata 4 050.7 mm per tahun dan 164.4 hari hujan. Tipe iklim berdasarkan curah hujan selama 10 tahun terakhir menurut Schmidth-Ferguson adalah tipe B (Lampiran 5) dengan rata-rata 9 bulan basah (BB), 1.7 bulan kering (BK). Suhu harian pada tahun 2010 di Unit Perkebunan Tanjungsari berkisar antara 22.8-24.3oC dengan suhu rata-rata 23.8oC dan selama Januari-Mei 2011 suhu harian berkisar 23.1o-24.0oC dengan suhu rata-rata 23.6oC. Jenis tanah di Unit Perkebunan Tanjungsari adalah jenis tanah yang rendah akan unsur hara yaitu Latosol dengan pH 4.5-5.5.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2011, luas areal keseluruhan Unit Perkebunan Tanjungsari adalah 208.07 ha. Luasan untuk areal tanaman teh sebesar 193.12 ha yang meliputi areal tanaman tua menghasilkan (TTM), tanaman muda menghasilkan (TMM) dengan range umur 2.5-3 tahun, tanaman belum menghasilkan (TBM) dan replanting, sedangkan untuk areal non tanaman sebesar 14.95 ha. Rincian penggunaan lahan serta luasan areal di Unit Perkebunan Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 1.

(4)

Tabel 1. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Unit Perkebunan Tanjungsari pada Tahun 2011

No Keterangan Luas Areal (ha)

I Tanaman Teh

1. Tanaman Tua Menghasilkan (TTM) 19.18 2. Tanaman Muda Menghasilkan

(TMM) 142.12 3. TBM 16.88 4. Replanting 14.94 Jumlah 193.12 II Lain-lain 1. Pembibitan 0.80 2. Emplasmen/Kantor 2.78 3. Pabrik 0.00 4. Agrowisata 3.33 5. Jalan Besar 4.37 6. Alur/Jurang 0.00 7. Lapangan 1.10 8. Kebun Perbanyakan 1.57 9. Tanaman Acasia sp. 0.00 10. Kebun Buah 1.00 Jumlah 14.95 Jumlah Total 208.07

Sumber : RKAP Unit Perkebunan Tanjungsari 2011

Keadaan Tanaman dan Produksi

Jenis klon teh yang terdapat dan dibudidayakan di Unit Perkebunan Tanjungsari antara lain Gambung 7, TRI 2024,TRI 2025, klon-klon teh lokal yang jumlahnya sedikit seperti Ranca Bolang 3 (RB 3), CIN 143, Tambi Merah (TB Merah), dan Pasir Sarongge (PS), serta tanaman yang berasal dari biji hasil persilangan dua jenis klon (seedling). Jarak tanam yang berlaku di Unit Perkebunan Tanjungsari adalah 120 cm x 75 cm. Rata-rata populasi tanaman teh per ha di Unit Perkebunan Tanjungsari sebesar 10 000 pohon, tetapi populasi tanaman teh tiap nomor kebun pada masing-masing blok berbeda-beda karena tergantung dari luasan areal masing-masing nomor kebun.

(5)

Beberapa jenis tanaman teh yang mendominasi areal perkebunan di Unit Perkebunan Tanjungsari adalah TRI 2024, Gambung 7, dan seedling. Luasan areal masing-masing jenis tanaman teh dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luasan Areal untuk Masing-masing Jenis Tanaman Teh di Unit Perkebunan Tanjungsari

Blok Luas Blok Luasan Areal untuk Jenis Tanaman Teh

TRI 2024 Gambung 7 Seedling

...ha... Kutilang 65.55 23.35 24.93 16.34 Murai 65.26 44.17 14.16 5.89 Gelatik 66.28 31.19 29.13 5.76 Jumlah 197.09 98.71 68.22 27.99 % 50.08 34.61 14.20

Sumber: Data Populasi Tanaman Teh Unit Perkebunan Tanjungsari

Tabel 2 menunjukan bahwa luasan areal yang paling besar dimiliki oleh klon TRI 2024. Akan tetapi, saat ini di Unit Perkebunan Tanjungsari, klon yang menjadi unggulan di Unit Perkebunan Tanjungsari yaitu Gambung 7 meskipun luasan arealnya hanya menempati uruan kedua setelah TRI 2024 (Lampiran 6). Hal ini terjadi karena beberapa keunggulan yang dimiliki klon Gambung 7, antara lain lebih tahan terhadap penyakit cacar daun, memiliki potensi hasil produksi yang tinggi, sedangkan untuk TRI 2024 lebih rentan terkena penyakit cacar daun dan produksinya lebih sedikit. Bahan tanam dari klon memiliki jumlah populasi yang lebih besar daripada bahan tanam seedling, yaitu sekitar 10 000 pohon/ha (untuk klon) dan sekitar 3 500 pohon/ha (untuk seedling).

Keadaan tanaman teh di Unit Perkebunan Tanjungsari sedang dalam kondisi yang tidak sehat, karena adanya serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman teh yaitu serangan cacar daun yang mencapai 21.81% dan serangan hama Empoasca sp. yang mencapai 11%. Oleh sebab itu, saat ini, Program Recovery sedang dilaksanakan oleh PT Tambi dan baru terealisasi pada Unit Perkebunan Tanjungsari. Hal ini disebabkan oleh penurunan produksi yang terus-menerus dari tahun 2008-2010, sehingga diperlukan langkah baru yang lebih inovatif sebagai upaya pemulihan kondisi kebun.

(6)

Program Recovery merupakan serangkaian tindakan dengan melakukan perlakuan-perlakuan yang berbeda dari standar yang pernah ada, dan dilakukan saat kebun dalam kondisi yang tidak optimal/tidak sehat. Program Recovery bertujuan untuk menyehatkan kembali kondisi kebun, memulihkan kondisi kebun agar mampu menghasilkan produksi dan produktivitas yang lebih tinggi dari sebelumnya. Tim Konsultan dari Gambung merupakan tim yang dipercaya oleh PT Tambi dalam pelaksanaan Program Recovery selama satu tahun dari bulan Januari hingga Desember 2011.

Beberapa kegiatan dari Program Recovery antara lain adanya tindakan

skipping off dan penggabaran dalam pemetikan, pelaksanaan pemupukan lewat

daun dan pengendalian hama penyakit yang dilakukan secara bersamaan, serta penggunaan insektisida dalam pengendalian hama. Penggabaran dan skipping off merupakan tindakan meniadakan kegiatan pemetikan untuk beberapa waktu.

Penggabaran dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pemetikan seperti biasa, lalu selanjutnya dibiarkan selama 2-3 siklus petik yang bertujuan untuk meninggikan tebal daun pemeliharaan. Skipping off dilakukan dengan terlebih dahulu meratakan melakukan pemetikan tanpa memperhitungkan jenis pucuk yang dipetik karena lebih memfokuskan untuk meratakan bidang petik. Tujuan dari skipping off adalah untuk meratakan bidang petik dan untuk menyehatkan kembali tanaman yang sedang dalam kondisi tidak baik. Perlakuan

skipping off dilaksanakan selama dua bulan. Adanya Program Recovery ini

diharapkan mampu meningkatkan produksi dan produktivitas Unit Perkebunan Tanjungsari. Produk yang dihasilkan oleh PT Tambi yaitu teh hitam, 80% diekspor ke beberapa negara tujuan di luar negeri seperti USA, Rusia, Belanda, Unit Emirat Arab (UEA), India serta Jepang, dan sisanya sebanyak 20% ditujukan ke daerah sekitar (lokal). Hasil teh kering berupa teh hitam dijual dalam berbagai bentuk, seperti teh celup, teh tubruk. Saat ini, semakin dengan pesatnya kemajuan teknologi, terdapat hasil olahan teh yang dijual dalam bentuk bubuk.

Produksi dan produktivitas di Unit Perkebunan Tanjungsari berfluktuasi selama lima tahun terakhir (2006-2010). Rata-rata produksi pucuk basah di Unit

Perkebunan Tanjungsari selama kurun waktu lima tahun terakhir yaitu 2 033 791 kg/tahun, produksi teh kering 428 039 kg/tahun, produktivitas teh

(7)

kering dan basah berturut-turut yaitu 2 206.39 kg/ha/tahun dan 10 510.55 kg/ha/tahun.Produktivitas teh kering di Unit Perkebunan Tanjungsari pada tahun 2010 yaitu sebesar 1 963.23 kg/ha/tahun. Nilai tersebut menunjukan nilai yang tinggi jika dibandingkan dengan produktivitas kering nasional yang hanya mencapai 1 206.9 kg/ha/tahun pada tahun 2010. Rincian produksi dan produktivitas pucuk kering dan pucuk basah selama lima tahun terakhir (2006-2010) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi dan Produktivitas Pucuk Teh di Unit Perkebunan Tanjungsari pada Tahun 2006-2010

Tahun Luas TM (ha)

Produksi Pucuk Produktivitas Teh

Basah Kering Basah Kering

. ...kg/tahun... ...kg/ha/tahun... 2006 197.11 1 791 828 395 719 9 090.50 2 007.60 2007 197.11 2 139 322 467 999 10 853.44 2 374.30 2008 197.11 2 266 373 487 392 11 498.01 2 472.69 2009 197.11 2 050 846 441 746 10 404.58 2 241.11 2010 179.39 1 920 588 347 341 10 706.22 1 936.23 Rata-rata 2 033 791 428 039 10 510.55 2 206.39

Sumber : Kantor Kebun dan Kantor Induk Unit Perkebunan Tanjungsari 2011

Berdasarkan umur pangkas tanaman teh, produktivitas pucuk keringpada tahun 2010 di Unit Perkebunan Tanjungsari semakin meningkat dengan bertambahnya umur pangkas, tetapi mengalami penurunan pada tanaman teh tahun pangkas IV. Pencapaian produktivitas pucuk kering tertinggi yaitu pada tanaman teh tahun pangkas III yaitu mencapai 2 563 kg/ha/tahun. Rincian produktivitas pucuk kering pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Produktivitas Pucuk Kering Berdasarkan Tahun Pangkas di Unit Perkebunan Tanjungsari pada Tahun 2010

Blok Tahun Pangkas

I II III IV ... (kg/ha/tahun)... Kutilang 2 457 1 188 2 319 2 079 Murai 1 876 3 601 3 315 2 293 Gelatik 2 072 2 447 2 055 2 634 Produktivitas Kering UP Tanjungsari 2 135 2 412 2 563 2 335

(8)

Pada tahun 2010 realisasi produksi basah Unit Perkebunan Tanjungsari yang dapat dicapai hanya 95.79% dari rencana produksi yang telah ditetapkan dengan selisih (kekurangan) produksi sebesar 84 412 kg. Rincian rencana dan realisasi produksi basah Unit Perkebunan Tanjungsari tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 7.

Realisasi produksi secara keseluruhan di Unit Perkebunan Tanjungsari selama bulan Januari-Mei 2011 tidak mampu mencapai rencana yang telah ditetapkan yaitu hanya mencapai 681 395 kg. Hal ini dapat terjadi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi kebun yang tidak sehat, adanya serangan hama dan penyakit, serta adanya pelaksanaan perlakuan-perlakuan khusus dari Program Recovery sehingga mempengaruhi produksi pucuk. Perlakuan-perlakuan khusus tersebut antara lain penggabaran, skipping off. Rincian realisasi produksi Unit Perkebunan Tanjungsari selama bulan Januari-Mei 2011 dapat dilihat pada Lampiran 8.

Berdasarkan Lampiran 8, maka dapat dilihat pola produksi Unit Perkebunan Tanjungsari per bulan pada tahun 2011. Pola produksi yang ada menunjukkan adanya penurunan lalu peningkatan kembali, yang puncaknya di tahun 2011. Berdasarkan uji korelasi, terdapat suatu persamaan antara produksi

pucuk basah basah per bulannya yang menunjukan hubungan yang positif, y = 16 156x + 87 811 dengan tingkat keeratan yang cukup tinggi karena memiliki

koefisien korelasi (r) 0.818. Pola produksi pucuk basah per bulan di tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pola Produksi Pucuk Basah per Bulan pada Tahun 2011 di Unit Perkebunan Tanjungsari

(9)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Unit Perkebunan Tanjungsari dipimpin oleh seorang Pimpinan Unit Perkebunan yang diangkat oleh Direktur Utama PT Tambi. Pimpinan Unit Perkebunan bertanggungjawab kepada Direktur Utama, dan Pimpinan Unit secara langsung membawahi Subbagian Kebun, Subbagian Kantor, Subbagian Verifikasi (Lampiran 9). Pimpinan Unit Perkebunan bertugas dalam memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan kebun dan administrasi kantor induk dalam rangka mendukung usaha perkebunan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Kepala Subbagian Kantor bertanggung jawab kepada Pimpinan Unit Perkebunan dan membawahi secara langsung perbendaharaan dan bagian admisnistrasi. Kepala Subbagian Kantor bertugas dalam mencatat administrasi kantor maupun kebun (pembukuan keuangan), pengarsipan, sumber daya manusia dan masalah umum perkebunan serta kegiatan kantor lainnya dalam rangka mendukung usaha perusahaan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Kepala Subbagian Kebun bertanggungjawab kepada Pimpinan Unit Perkebunan, dan membawahi Kepala Blok dan Bagian Administrasi Kantor Kebun. Kepala Subbagian Kebun bertugas dalam memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan di kebun termasuk pengelolaan kebun untuk mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien.

Kepala Blok bertangggung jawab kepada Kepala Subbagian Kebun dan membawahi mandor atau pembimbing lapang seperti mandor petik, mandor pemeliharaan, mandor pembibitan, dan mandor proteksi tanaman. Mandor Petik bertugas mengawasi kegiatan pemetikan pucuk daun teh, melakukan penimbangan hasil pucuk di lapangan, serta melaporkan hasil produksi harian, bulanan dan tahunan kepada bagian administrasi kebun. Mandor Pemeliharaan bertugas mengawasi pelaksanaan kegiatan pemeliharan kebun dan melaporkan hasil kegiatan kepada kepala blok dan administrasi kebun.

Mandor Pembibitan bertugas mengawasi seluruh kegiatan pada pembibitan dan melaporkan hasil kegiatan kepada kepala blok dan administrasi kebun. Mandor Proteksi Tanaman bertugas mengawasi kegiatan dalam hal proteksi tanaman dan melaporkan hasil kegiatan kepada kepala blok dan

(10)

administrasi kebun. Bagian Administrasi Kantor Kebun bertugas mengerjakan laporan-laporan yang diterima dari mandor petik, pemeliharaan, proteksi tanaman, pembibitan serta kegiatan yang lain yang berkaitan dengan kebun.

Jumlah keseluruhan tenaga kerja di Unit Perkebunan Tanjungsari sebanyak 255 orang, yang terdiri dari karyawan I, karyawan II (A,B,C,D dan E), karyawan borong tetap dan karyawan lepas. Karyawan I adalah karyawan yang oleh pengusaha ditetapkan menjadi karyawan I dengan diberi Surat Keputusan dan di Unit Perkebunan Tanjungsari berjumlah 9 orang. Karyawan II adalah karyawan yang oleh pengusaha mengingat masa kerja dan prestasi dibidang kerjanya ditetapkan menjadi karyawan II yang gajinya dibayarkan secara bulanan dan tingkat atau statusnya dibawah karyawan I yang terdiri atas karyawan II A (10 orang), II B (11 orang), II C (5 orang), II D (17 orang), dan II E (1 orang).

Indeks tenaga kerja (ITK) merupakan jumlah tenaga kerja dalam luasan lahan tertentu. Nilai ITK di suatu perkebunan akan mencerminkan perkebunan tersebut berjalan secara efisien atau tidak. Sebagai contoh, di Unit Perkebunan Bedakah dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 461 orang dan luasan areal sebesar 355.27 ha, memiliki ITK sebesar 1.30 orang/ha. Pada Unit Perkebunan Tanjungsari berdasarkan jumlah keseluruhan tenaga kerja yaitu 255 orang dengan luasan areal efektif tanaman di tahun 2011 yaitu 165.10 ha, maka didapatkan nilai ITK Unit Perkebunan Tanjungsari sebesar 1.54 orang/ha. Nilai tersebut menunjukan bahwa ITK di Unit Perkebunan Tanjungsari telah sesuai dengan standar yang ada, karena standar ITK untuk perkebunan teh hanya 1.5-2 orang/ha (Iskandar, 1988).

Karyawan borong tetap adalah karyawan yang upahnya dibayarkan menurut hasil kerjanya dan di Unit Perkebunan Tanjungsari berjumlah 146 orang untuk karyawan borong petikan dan 56 orang untuk karyawan borong bagian pemeliharaan. Karyawan lepas adalah karyawan yang jumlahnya tidak tetap dan menurut kebutuhan serta tergantung proyek yang sedang dilaksanakan. Tiap karyawan (kecuali karyawan lepas) mendapatkan fasilitas-fasilitas yang terdiri dari gaji bulanan, bonus, tunjangan hari raya (THR), tunjangan cuti, asuransi keselamatan kerja, pendidikan, perumahan serta rekreasi. Tunjangan pendidikan diberikan sampai pada tingkat perguruan tinggi. Selain itu, karyawan juga

(11)

mendapat tunjangan pensiun dengan syarat telah berumur 50-55 tahun dan masa kerjanya telah mencapai 20 tahun. Sarana penunjang yang tersedia terdiri dari sarana untuk menunjang keselamatan dan kesejahteraan karyawan serta adanya koperasi karyawan.

Gambar

Gambar  1.    Pola  Produksi  Pucuk  Basah  per  Bulan  pada  Tahun  2011  di  Unit Perkebunan Tanjungsari

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini kerap terjadi pelanggaran privasi di media sosial berbasis ojek online, timbulnya pelanggaran privasi pada ojek online ini karena aplikasi

Model query yang sudah dipetakan dengan pilihan-pilihan menu seperti combobox dan checkbox (dalam hal ini simple & advanced search ), sangat membantu

Menambahkan 1 (satu) Lampiran dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 164/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Perjalanan Dinas Luar Negeri sebagaimana telah

kesejahteraan rakyat yang diantaranya meliputi aspek ekonomi dan Pendidikan oleh pemerintah dewasa ini belum menunjukan hasil sesuai yang diharapkan rakyat Indonesia

Pengujian dengan pembebanan statis adalah pengujian yang dilakukan dengan memberikan beban yang konstan setiap perubahan waktu kepada suatu material. Jadi,

Dalam bab ini Penulis menguraikan dua hal yaitu yang pertama adalah kerangka teori yang melandasi penelitian serta mendukung di dalam memecahkan masalah yang di angkat

1 Siti Marfiatun B.211.12.1055 Cucian Motor Dari tiga pesaing ternyata jasa cuci motor tidak menyediakan bisnis pendamping seperti scotlate dan stiker motor.Harga yang

Contoh saja di Jurusan Teknik Mesin, Bapak Listiyono, Ir., MT selaku dosen Prodi Teknik Otomotif Elektronik (TOE) menjelaskan bahwa beliau memberikan kesempatan kepada 5