• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mankep_5b_kel 4_alokasi Dan Penjadwalan Tenaga Keperawatan Setiap Shift

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mankep_5b_kel 4_alokasi Dan Penjadwalan Tenaga Keperawatan Setiap Shift"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Alokasi Dan Penjadwalan

Tenaga Keperawatan Dalam setiap Shift

(diajukan sebagai pelengkap tugas kelompok pada mata kuliah manajemen keperawatan

yang diampu oleh Rachmawaty D. Hunawa, S.Kep., Ns.)

OLEH : KELOMPOK IV

KELAS B

1. Riksan Kiliu 5. Ayu Devinasari

2. Wahyuni Amiri 6. Sitti Masitha A. Manangin 3. Ade Rahmatya 7. Mardiana P. Naida

4. Dhea Noviana M. Dua

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTA

(2)

Alokasi Dan Penjadwalan Tenaga Keperawatan Dalam setiap Shift A. Pengertian

Alokasi adalah penentuan banyaknya barang yang disediakan untuk suatu tempat (Pembeli dan sebagainya) penjatahan. Atau penentuan banyaknya biaya yang disediakan untuk suatu keperluan (Kamus besar bahasa Indonesia:Online). Penjadwalan adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing-masing pekerjaan dalamrangkamenyelesaikan suatu kegiatan hingga tercapainya hasil yang optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada (Husein 2008 dalam Jurnal USU). Salah satu layanan dalam rumah sakit adalah layanan rawat inap. Di dalam layanan ini terdapat alur tranformasi kegiatan, mulai dari tahap penelitian terhadap pasien., diagnosis hingga tahap penyembuhan. Layanan rawat inap dalam rumah sakit tersebut membutuhkan penjadwalan yang optimal. Optimal artinya keutungan harus sebesar-besarnya dan kerugian harus sekecil-kecilnya (Suyadi 2005 dalam setiawan dkk).

Penentuan jadwal diperlukan peranan penting pihak management terutama kepala bidang keperawatan, dalam prosesnya menggunakan cara manual. cara seperti ini membutuhkan waktu yang lama. Pihak management harus membuat penjadwalan perawat setiap unit ruang rawat inap (setiawan dkk 2014).

(3)

B. Permasalahan Penjadwalan

Agar tujuan tercapai seperti yang diinginkan oleh semua manajemen perusahaan maka perlu Melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien. Masalah penjadwalan tenaga kerja memiliki karakteristik yang spesifik, antara lain kebutuhan karyawan yang berfluktuasi, kapasitas tenaga kerja yang tidak bisa disimpan, dan faktor kenyamanan pelanggan. Berbagai permasalahan pasti akan dihadapi setiap perusahaan dalam membuat jadwal untuk memenuhi semua kebutuhan jam kerja sesuai dengan jumlah pekerja yang ada. Terlebih lagi jika dalam suatu organisasi atau perusahaan jumlah pekerja sangat banyak, jumlah jam kerja sangat panjang (misal 24 jam dalam sehari, dan 7 hari dalam seminggu) dan variasi pekerjaan banyak. Contoh nyata yang dapat diambil pada kasus ini adalah penjadwalan perawat dan penjadwalan dokter yang ada di sebuah rumah sakit. Banyaknya jumlah pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan sangat kontras dengan jumlah perawat dan dokter yang ada pada rumah sakit. Hal ini mengakibatkan pihak rumah sakit perlu melakukan pengaturan jadwal yang efisien untuk setiap sumber daya manusia yang ada (termasuk perawat dan pasien) agar semua pasien dapat terlayani dengan baik.(Atmasari 2014)

C. Penjadwalan perawat

perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat adalah salah satu halyang paling penting yang harus di buat di dalam keputusan rumah sakit,Ada tiga hal

(4)

yang berkaitan dengan proses dan pengambilan keputusan perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat yaitu:

a. Staffing Decision Yaitu merencanakan tingkat atau jumlah kebutuhan akan perawat prakualifikasinya.

b. Scheduling decisión Yaitu menjadwalkan hari masuk dan libur juga shift. Shift kerja untuk setiap harinya sepanjang periode penjadwalan dalam rangka memenuhi kebutuhan 3 mínimum tenaga perawat yang harus tersedia

c. Allocation Decision Yaitu membentuk kelompok perawat untuk dialosikan ke shift-shift atau hari-hari yang kekurangan tenaga kibat adanya variasi demand yang tidak diprediksi, misalnya absennya perawat.

Masalah penjadwalan kariayan banyak di jumpai pada Industri jasa, salah satunya dirumah sakit. Sebagaimana yang telah di atur dalam Undang-undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit bahwa salah satu tujuan penyelenggaraan rumah sakit adalah meninggkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayananan kesehatan. Untuk peningkatan mutu dan standar itu rumah sakit harus memiliki sistem penjadwalan yang berkualitas karena padatnya system memberi pelayanan yang ada di dalamnya baiknya atau tidaknya system pelayanan yang ada dalam rumah sakit dapat menentukan sistem penjadwalan perawat yang ada pada umumnya perawat di Indonesia di klaifikaskan dalam sistem penjadwalan dinas jaga atau shift, yaitu dinas pagi, jaga sore, dan jaga malam. Namun bagi sebagian perawat,di tuntut bekeja di malam hari, liburan dan akhir pekan sering membuat stress dan frustasi. oleh karena itu, penjadwalan

(5)

merupakan factor yang paling penting dalam penentuan ketidak puasan atau kepuasan kerja. manager sebagai orang yang bertanggung jawab untuk menyusun jadwal kerja sebaiknya secara berkala melakukan evaluasi kepuasan pegawai terhadap system penjadwalan yang sedang berlaku. Dengan mempertimbangkan keuntungandan kerugian. karena beberapa penjadwalan mengharuskan pembayaran uang lembur, hasil kepuasan perawat dalam peningkatan biaya. Selain itu, Perpanjangan dinas jaga dari 8 jam – 10/12 jam Dapat menyebakan peningkatan kesalahan penilaian klinis Karena perawat keletihan.untuk alasan ini, banayk organisaasi membatasi jumlah hari berturut-turut seorang perawat dapat bekerja di perpanjangan dinas jaga. (USU 2015)

D. Undang-Undang mengenai kerja shift pagi siang dan malam

Pengaturan jam kerja dalamsistem shift di atur dalam UU No 13 tahun 2003 mengenai ketenaga kerjaan yaitu di atur dalam pasal-pasal sebagai berikut:

a. Jika jam kerja dilingkungan suatu perusahaan atau badan hukum lainnya di tentukan 3 shift, pembagian dan setiap shift adalah maksimum 8 jam per hari, termaksud istirahat antar jam kerja (Pasal 79 ayat 02 Huruf a UU No 13 tahun 2003).

b. Jumlah jamkerja secaraa kumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih dari 40 jam/minggu (Pasal 77 ayat 02 UU No13 tahun 2003)

c. Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam / hari per shift atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40jam/minggu, harus sepengetahuan dan dengan surat perintah dari pimpinan perusahaan yang

(6)

di perihitungkan sebagai waktu kerja lembur ( pasal 78 ayat 02 UU No 13 Tahun 2003)

d. Dalam Penerapannya, terdapat pekerjaan yang di jalanan terus menerus yang dijlankan dengan pembagian waktu kerja dalam shift-shift. Menurut Kepmenarkertrans No 233/men/2003, yang di maksud dengan Pekerjaan dijalankan secara terus menerus disini adalah pekerjaan yang menurut jenis dan sifatnya harus di laksanakan atau dijalankan secara terus dalam keadaan lain berdasarkan kesepakatan anatara pekerja dengan pengusaha.

E. Karakteristik Penjadwalan Perawat

Penjadwalan perawat memiliki karakteristik yang penting, antara lain: a. Coverage

Jumlah perawat dengan berbagai tingkat yang akan ditugaskan sesuai jadwal berkenaan dengan pemakaian minimum personel perawat tersebut.

b. Quality

Sebuah alat untuk menilai keadaan pola jadwal. c. Stability

Bagaimana agar seseorang perawat mengetahui kepastian jadwal libur masuk untuk beberapa hari mendatang dan supaya mereka mempunyai pandangan bahwa jadwal ditetapkan oleh suatu kebijaksanaan yang stabil dan konsisten, seperti weekend policy, rotation policy.

(7)

d. Flexibility

Kemampuan jadwal untuk mengantisipasi setiap perubahan-perubahan seperti pembagian fulltime, part time, rotasi shift dan permanen shift. e. Fairness

Alat untuk menyatakan bahwa tiap-tiap perawat akan merasa diberlakukan sama.

f. Cost

Jumlah resource yang dikonsumsi untuk penyusunan maupun operasional penjadwalan. (Menurut Warner 1976 dalam Atmasari 2014) F. Model Sedehana Penjadwalan Perawat di Ruangan

Rumah sakit merupakan instansi yang memiliki kesibukan kerja yang sangat tinggi. Kesibukan ini akan lebih tampak pada ruangan dimana pada ruangan ini pengaturan seluruh sumber daya yang meliputi dokter, perawat, kendaraan ambulan, obat-obatan sampai pengaturan shift jaga harus dioptimalkan. Misalkan pada ruang rawat di sebuah rumah sakit waktu jaga perawat dalam sehari dibagi kedalam 3 shift, yaitu shift pagi, sore dan shift malam. Penjelasan untuk masing-masing shift adalah sebagai berikut :

1. Shift pagi

kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan durasi waktu = antara pukul 7.00 pagi s.d 14.00 sore

(8)

Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul 14.00 sore s.d 21.00 malam

3. Shift malam

kebutuhan dalam 1 hari = 10 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul 21.00 malam s.d 7.00 pagi dihari berikutnya.

Dalam memenuhi kebutuhan perawat untuk seluruh shift, haruslah mematuhi peraturan-peraturan yang ada pada rumah sakit. Karena banyaknya batasan-batasan dalam pembuatan jadwal, hal ini mengakibatkan hampir tidak ada solusi yang benar-benar feasible untuk digunakan. Dalam prakteknya pasti terdapat pelanggaran-pelanggaran terhadap satu atau beberapa peraturan.Oleh karena itu, batasan-batasan model dibagi kedalam dua jenis yaitu :

1. Kendala utama

Merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturan-peraturan kerja yang tidak boleh dilanggar. Contoh kendala utama adalah : Seorang perawat tidak dapat berjaga pada shift pagi, sore dan malam dalam secara berturut-turut. Dan Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada lebih dari empat hari aktif kerja berturut-turut.

2. Kendala tambahan

Merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturan-peraturan kerja yang sewaktu-waktu dapat dilanggar, namun sebisa mungkin pelanggaran terhadap kendala tambahan tersebut diminimalkan. Contoh kendala tambahan adalah: Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada dua

(9)

shift malam berturut-turut dan Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada tiga shift sore berturut-turut. (Atmasari 2014)

G. Metode Goal Programming dan Linear

Program linier merupakan suatu metode pendekatan terhadap masalah pengambilan keputusan yang hanya melibatkan satu tujuan (single goal). Program linier digunakan untuk mengalokasikan sumber daya langka yang ada supaya mencapai tujuan yaitu meminimumkan atau memaksimumkan suatu permasalahan. Contoh permasalahan yang harus dimaksimumkan adalah keuntungan dan penjualan produk, sedangkan contoh permasalahan meminimumkan adalah biaya dan kerugian. (USU,2015)

Goal Programming atau yang dikenal dengan Program Tujuan Ganda (PTG)

merupakan modifikasi atau variasi khusus dari program linier. Goal Programming bertujuan untuk meminimumkan jarak antara atau deviasi terhadap tujuan, target atau sasaran yang telah ditetapkan dengan usaha yang dapat ditempuh untuk mencapai target atau tujuan tersebut secara memuaskan sesuai dengan syarat-ikatan yang ada, yang membatasinya berupa sumber daya yang tersedia, teknologi yang ada, kendala tujuan, dan sebagainya .(Nasendi, 1985). Goal Programming pertama kali diperkenalkan oleh Charnes dan Coopers (1961). Charnes dan Coopers mencoba menyelesaikan persoalan program linier dengan banyak kendala dengan waktu yang bersamaan. Gagasan itu berawal dari adanya program linier yang tidak bisa diselesaikan karena memiliki tujuan ganda. Charnes dan Coopers mengatakan bahwa jika di dalam persamaan linier tersebut terdapat slack

(10)

variable dan surplusvariable (variable deviasi atau penyimpangan) di dalam

persamaan kendalanya, maka fungsi tujuan dari persamaan tersebut bisa dikendalikan yaitu dengan mengendalikan nilai ruas kiri dari persamaan tersebut agar sama dengan nilai ruas kanannya. Inilah yang menjadi dasar Charnes dan Coopers mengembangkan metode Goal Programming. (USU,2015)

Terminologi yang mendasari GP Terdiri dari Objektif yang dimana Objektif merupakan Suatu pernyataan yang menyatakan atau mempresentasikan suatu aspirasi atau kainginan untuk dapat memaksimumkan pemenuhan permintaan dan lain-lain. Tingkat aspirasi atau nilai target adalah bagian kedua dalamgoal programming yang artinya Suatu nilai yang membatasi pencapaian objektif diterima atau ditolak atau merupakan tingkat pencapaian yang diinginkan untuk setiap atribut atau objektif. Dan yang terakhir adalah Goal yang dimana goal adalah Suatu pencapaian objektif yang sesuai dengan tingkat aspirasi pengambil keputusan.

Ada beberapa formulasi model goal programming yang dibentuk dari modifikasi model linear programming dengan criteria pemilihan keputusan yang memuaskan adalah yang meminimumkan masing-masing variable deviasinya. Variabel deviasi ini yang menyebabkan penyimpangan terhadap pencapaian tingkat aspirasi goal yang ditetapkan pengmbil keputusan.

Berdasarkan Jurnal ’’Penjadwalan Perawat Unit Gawat Darurat Dengan Menggunakan Goal Programming’’ oleh Atmasari Setelah model matematik diformulasikan dalam bentuk Goal Programming dan selanjutnya diproses dengan

(11)

menggunakan paket LINGO maka dihasilkan jadwal kerja perawat untuk Unit Gawat Darurat dalam periode satu bulan. Dari jadwal GP hasil komputasi jumlah kebutuhan minimal dan maksimal perawat untuk tiap shift dalam satu hari sudah memenuhi range yang ditentukan pihak manajemen rumah sakit. Day off dari masing-masing perawat dipenuhi dengan cara memberikan hari libur maksimal setelah perawat ditugaskan pada tiga hari aktif kerja. Dari jadwal GP hasil komputasi terlihat bahwa perawat mendapat jatah libur secara merata dan tidak ada perawat yang tidak mendapat hari libur setelah maksimal bekerja selama tiga hari. Untuk total jumlah shift perawat dalam satu periode sudah memenuhi range yang ditentukan oleh pihak manajemen rumah sakit yaitu antara 15 sampai 22 hari. Terlihat dari jadwal GP hasil komputasi bahwa tidak ada satupun perawat yang jumlah total shiftnya kurang dari 15 hari atau melebihi 22 hari. Untuk pembagian shift malam dari jadwal GP hasil komputasi setiap perawat memiliki jatah shift malam kurang lebih 30% dari jumlah shift yang ada. Untuk pelanggaran perawat ditugaskan pada dua atau lebih shift malam secara berturut- turut tidak didapati pada jadwal GP hasil komputasi. Berdasarkan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai yakni Dengan menggunakan model penjadwalan goal Programming, maka diperoleh penjadwalan perawat yang lebih baik dibandingkan jadwal yang dibuat secara manual. Dan Jadwal yang dihasilkan dengan model goal programming dapat memenuhi seluruh kendala utama yang merupakan presentasi peraturan rumah sakit yang tidak boleh dilanggar, dan juga memenuhi seluruh kendala

(12)

tambahan yang merupakan presentasi peraturan rumah sakit yang dapat dilanggar. maka penggunaan metode GP ini Lebih baik dibandingkan dengan metode manual karena mengingat banyaknya kendala dan persoalan pada metode manual tersebut.

(13)

Referensi:

Anonim. (2017). Gajimu. Pembagian Kerja Shift .

Anonim. (2015). repository.USU.ac.id. Landasan Teori Perawat , 1-21.

Atmasari. (2014). diglib.its.ac.id. ’Penjadwalan Perawat Unit Gawat Darurat

Dengan Menggunakan Goal Programming , 1-13.

Rudi setiawan, D. P. (2014). Repository.unej.ac.id. Optimasi penjadwalan Perawat

ruangrawat inap penyakit dalam rumahsakit daerah dr.Soebandi Jamber

Referensi

Dokumen terkait

Salamun akan melakukan penataan, perombakan dan pembangunan gedung baru dalam rangka peningkatan mutu pelayanan rumah sakit yang kini masih kurang dari standar baku pedoman

Latar belakang: Kepuasan pasien adalah indikator pertama dari standar suatu rumah sakit dan merupakan suatu ukuran mutu pelayanan. Kepuasan pasien yang rendah akan berdampak

Salah satu definisi operasional di dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu dimensi mutu dan kinerja. Berdasarkan PMK No. 129 Tahun 2008 Tentang SPM Rumah

Disarankan bagi rumah sakit X hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi masukan dalam merumuskan kebijakan dan strategi peningkatan mutu pelayanan farmasi terutama

Implementasi Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) sebagai salah satu upaya dalam peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit. Penerapan SP2KP

Abdul Moeloek Provinsi Lampung dalam hal upaya peningkatan mutu pelayanan sesuai dengan misi rumah sakit dengan cara menyebarkan kuesioner sebanyak 7 pertanyaan

Upaya peningkatan mutu pelayanan yang bertujuan memenuhi sasaran keselamatan pasien ini harus mengacu pada standar pelayanan rumah sakit yang terakreditasi secara internasional,

Kesimpulan Ada pengaruh yang antar pelaksanaan supervisi model proctor dan modul reflektif terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang perawatan Covid-19 Rumah Sakit Umum