99
99
Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia
Geometri Jalan Perkotaan
Geometri Jalan Perkotaan
Badan Standardisasi Nasional
Badan Standardisasi Nasional
B
B S
SN
N
ICSDaftar isi Daftar isi
Daftar isi ……….. Daftar isi ……….. Daftar
Daftar tabel …tabel ……… Daftar
Daftar gambar …………gambar ……….………... Prakata ……….. Prakata ……….. Pendahuluan ………. Pendahuluan ………. 1
1 Ruang Ruang lingkup lingkup ……….………... 2
2 Acuan Acuan normatif normatif ……….………... 3
3 Istilah Istilah dan dan definisi definisi ………..……….. 4
4 Ketentuan Ketentuan umum umum ……… 5
5 Ketentuan Ketentuan teknis teknis ……… 5.1
5.1 KlasifikasKlasifikasi i jalan jalan …………..………..……….……. 5.2
5.2 Penentuan Penentuan jumlah jumlah lajur lajur ………..……….. 5.3
5.3 Kecepatan Kecepatan rencana rencana ( ( VVRR) …………..….………..) …………..….………..
5.4
5.4 Kendaraan Kendaraan rencana rencana ……..………...….………..………...….………..….. 5.5
5.5 Bagian-bagian Bagian-bagian jalan jalan ………..………..……….………. 5.5.1
5.5.1 Damaja Damaja ….……….………...……... 5.5.2
5.5.2 Dawasja Dawasja ………..………..……….………. 5.5.3
5.5.3 Penempatan Penempatan utilitas utilitas …………..………..……….………. 5.6
5.6 Potongan Potongan melintang melintang …………..………..……….………. 5.6.1
5.6.1 Komposisi Komposisi potongan potongan melintang ………….………melintang ………….………..……….. 5.6.2
5.6.2 Jalur Jalur lalu-lintas lalu-lintas kendaraan ………….……….kendaraan ………….………... 5.6.3
5.6.3 Lebar Lebar jalur …..…………jalur …..……….... 5.6.4
5.6.4 Lajur Lajur …..………..……… 5.6.5
5.6.5 Kemiringan Kemiringan melintang melintang jalan ………..jalan ……….... 5.6.6
5.6.6 Bahu Bahu jalan jalan ……… 5.6.7
5.6.7 Jalur Jalur lambat ………lambat ……….... 5.6.8
5.6.8 Separator Separator jalan jalan ……… 5.6.9
5.6.9 Median Median jalan jalan ……….………. 5.6.10 Jalur hijau ……… 5.6.10 Jalur hijau ……… 5.6.11 Fasilitas parkir ………. 5.6.11 Fasilitas parkir ………. 5.6.12
5.6.12 Jalur laJalur lalu-lintas lu-lintas untuk puntuk pejalan ejalan kaki kaki ………..……….. 5.7
5.7 Jarak Jarak pandang pandang ……….………. 5.7.1
5.7.1 Jarak Jarak pandang pandang henti ……….henti ………... 5.7.2
5.7.2 Daerah Daerah bebas bebas samping samping di di tikungan tikungan ……….. 5.8
5.8 Alinyemen Alinyemen horisontal horisontal ……… 5.8.1
5.8.1 Bentuk Bentuk tikungan tikungan ………...………... 5.8.2
5.8.2 Panjang Panjang tikungan tikungan ……….………. 5.8.3
5.8.3 Superelevasi Superelevasi ……… 5.8.3.1
5.8.3.1 Jari-jari Jari-jari tikungan tikungan ……… 5.8.3.3
5.8.3.3 Lengkung Lengkung peralihan peralihan ………..……….. 5.8.3.4
5.8.3.4 Diagram Diagram superelevasi superelevasi ………..……….. 5.8.4
5.8.4 Pelebaran Pelebaran jalur jalur lalu lalu lintas ………lintas ……….………. 5.8.5
5.8.5 Tikungan Tikungan majemuk majemuk ……… ii iii iii iv iv v v vi vi 1 1 1 1 1 1 6 6 6 6 6 6 7 7 9 9 9 9 13 13 13 13 13 13 13 13 14 14 14 14 15 15 16 16 17 17 17 17 17 17 18 18 18 18 18 18 19 19 19 19 20 20 22 22 22 22 23 23 24 24 24 24 26 26 27 27 27 27 30 30 32 32 35 35 38 38
5.9
5.9 Alinyemen Alinyemen vertikal vertikal ……….………. 5.9.1
5.9.1 Umum Umum ……….………. 5.9.2
5.9.2 Kelandaian Kelandaian maksimum ………maksimum ……… 5.9.3
5.9.3 Panjang Panjang lengkung lengkung vertikal vertikal ………...…………... 5.9.4
5.9.4 Koordinasi Koordinasi alinyemen ………alinyemen ………..…….. Lampiran
Lampiran A A Daftar Daftar nama nama dan dan lembaga lembaga ( ( informatinformatif if ) ) ……… Bibliografi ……….. Bibliografi ……….. 40 40 40 40 40 40 41 41 44 44 45 45 46 46
Daftar
Daftar tabeltabel
Tabel
Tabel 1 1 Klasifikasi Klasifikasi jalan jalan secara secara umum umum menurut menurut kelas, kelas, fungsi, fungsi, dimensi dimensi kendaraankendaraan Maksimum dan muatan sumbu terberat
Maksimum dan muatan sumbu terberat (MST) ………...……(MST) ………...…… Tabel
Tabel 2 2 Ekivalen Ekivalen mobil pmobil penumpang enumpang (emp) un(emp) untuk jalatuk jalan perkon perkotaan tak taan tak terbagi terbagi (UD) …(UD) …….…. Tabel
Tabel 3 3 Ekivalen Ekivalen mobil pmobil penumpang enumpang (emp) un(emp) untuk jalatuk jalan perkon perkotaan sataan satu arah tu arah dandan
terbagi……….. terbagi……….. Tabel
Tabel 4 4 Kecepatan Kecepatan rencana rencana (V(VRR) sesuai klasifikasi jalan di kawasan perkotaan ……….) sesuai klasifikasi jalan di kawasan perkotaan ……….
Tabel
Tabel 5 5 Dimensi Dimensi kendaraan kendaraan rencana rencana (m) (m) ……… Tabel 6
Tabel 6 Tipe-tipe Tipe-tipe jalan jalan ……… Tabel
Tabel 7 7 Lebar Lebar lajur lajur jalan jalan dan dan bahu bahu jalan jalan ……….………. Tabel
Tabel 8 8 Lebar Lebar median median jalan jalan dan dan lebar lebar jalur jalur tepian tepian ……….………. Tabel
Tabel 9 9 Lebar Lebar trotoar trotoar minimur minimur (m) (m) ……… Tabel 10
Tabel 10 Jarak pandang Jarak pandang henti (Shenti (Sss)……….)………. Tabel 11
Tabel 11 Panjang bagian Panjang bagian lengkung minimum lengkung minimum ………..….. Tabel 12
Tabel 12 Jari-jari tikuJari-jari tikungan minngan minimum, Rimum, Rminmin (m) ……….(m) ……….
Tabel 13
Tabel 13 Hubungan parameter Hubungan parameter perencanaan lengkung perencanaan lengkung horisontahorisontal l dengan kecepatandengan kecepatan rencana ………. rencana ………. Tabel 14
Tabel 14 Panjang minimum Panjang minimum lengkung peralihan, Llengkung peralihan, Lss (m)………..(m)……….. Tabel 15
Tabel 15 Tingkat perubahan Tingkat perubahan kelandaian melintang kelandaian melintang maksimum,maksimum, ∆∆ (m/m)……….(m/m)………. Tabel 16
Tabel 16 Jari-jari tikungan yang tidak memerlJari-jari tikungan yang tidak memerlukan lengkung peralihukan lengkung peralihan………an……… Tabel 17
Tabel 17 Nilai perhitungan dan Nilai perhitungan dan perencanaan untuk pelebaran jalan perencanaan untuk pelebaran jalan pada jari-jari jalanpada jari-jari jalan (2 jalur 2 lajur,
(2 jalur 2 lajur, 1 lajur atau 2 1 lajur atau 2 lajur) untuk kendaraan rencana truk as tunggallajur) untuk kendaraan rencana truk as tunggal (SU) ….. ………. (SU) ….. ………. Tabel 18
Tabel 18 Nilai perhitungan dan Nilai perhitungan dan perencanaan untuk pelebaran jalan perencanaan untuk pelebaran jalan pada jari-jari jalanpada jari-jari jalan (2 jalur 2 lajur,
(2 jalur 2 lajur, 1 lajur atau 2 1 lajur atau 2 lajur) untuk kendaraan rencana truk semi trailerlajur) untuk kendaraan rencana truk semi trailer kombinasi sedang (WB-12)………. kombinasi sedang (WB-12)………. Tabel 19
Tabel 19 Kelandaian makKelandaian maksimum yang diijinkasimum yang diijinkan untuk jalan arteri perkon untuk jalan arteri perkotaan ……….taan ………. Tabel
Tabel 20 20 Kontrol perencanaan Kontrol perencanaan untuk untuk lengkung lengkung vertikal vertikal cembung cembung berdasarkan jarakberdasarkan jarak pandang henti……… pandang henti……… Tabel 21
Tabel 21 Kontrol pereKontrol perencanaan uncanaan untuk lengkunntuk lengkung vertikal g vertikal cekung berdcekung berdasarkan jaasarkan jarakrak
pandang henti……… pandang henti……… 7 7 7 7 8 8 9 9 10 10 16 16 16 16 18 18 20 20 23 23 27 27 28 28 29 29 30 30 30 30 31 31 36 36 37 37 41 41 42 42 43 43
Daftar gambar Daftar gambar
Gambar 1
Gambar 1 Kendaraan Kendaraan rencana rencana ……….. ……….. ……….………. Gambar
Gambar 2 2 Tipikal Tipikal Damaja, Damaja, Damija Damija dan dan Dawasja Dawasja ……….………. Gambar
Gambar 3 3 Tipikal Tipikal penampanpenampang g melintang melintang jalan jalan perkotaan perkotaan 2-lajur-2-ara2-lajur-2-arah h tak tak terbagiterbagi yang
yang dilengkapi jalur dilengkapi jalur pejalan kaki pejalan kaki ……….………... Gambar
Gambar 4 4 Tipikal Tipikal potongan potongan melintang melintang jalan jalan 2-lajur-2-ara2-lajur-2-arah h tak tak terbagi, terbagi, yangyang dilengkapi Jalur hijau, jalur sepeda, trotoar dan saluran tepi yang dilengkapi Jalur hijau, jalur sepeda, trotoar dan saluran tepi yang ditempatk
ditempatkan an di di bawah bawah trotoar trotoar ………..………….. Gambar
Gambar 5 5 Tipikal Tipikal potongan potongan melintang melintang yang yang dilengkapi dilengkapi median median (termasuk (termasuk jalur jalur tepian),tepian), Pemisah jalur,
Pemisah jalur, jalur lambat jalur lambat dan dan trotoar trotoar ………..……….. Gambar
Gambar 6 6 Tipikal Tipikal kemiringan kemiringan melintang melintang bahu bahu jalan …jalan ……… Gambar 7
Gambar 7 Tipikal Tipikal median median yang yang diturunkaditurunkan ………n ………...…... Gambar 8
Gambar 8 Tipikal Tipikal median median yang yang ditinggikaditinggikan ………n ……….... Gambar
Gambar 9 9 Tipikal Tipikal penempatan penempatan trotoar trotoar di di sebelah sebelah luar luar bahu bahu ………..……….. Gambar
Gambar 10 10 Tipikal Tipikal penempatan penempatan trotoar dtrotoar di sebi sebelah elah luar luar jalur jalur parkir parkir ……… Gambar
Gambar 11 11 Tipikal Tipikal penempatan penempatan trotoar di trotoar di sebelah sebelah luar jaluar jalur hulur hujai jai ……….…. Gambar
Gambar 12 12 Diagram Diagram ilustrasi ilustrasi komponen komponen untuk untuk menentukan menentukan jarak jarak pandang pandang horisontalhorisontal (
( Daerah bebas Daerah bebas samping ) samping ) ………..………..……… Gambar
Gambar 13 13 Batasan Batasan perancangan perancangan pengendalian pengendalian disain disain untuk untuk jarak jarak pandang pandang hentihenti Pada
Pada tikungan tikungan ……… Gambar
Gambar 14 14 Tikungan Tikungan Full Full Circle Circle (FC) (FC) ……….…………. Gambar
Gambar 15 15 Tikungan Tikungan Spiral Spiral – – Circle Circle – – Spiral Spiral ( ( SCS SCS ) ) ………..……….. Gambar
Gambar 16 16 Tikungan Tikungan Spiral Spiral – – Spiral Spiral ( ( SS SS ) ) ……… Gambar
Gambar 17 17 Diagram Diagram yang yang memperlihatmemperlihatkan kan metoda metoda pencapaian pencapaian superelevassuperelevasii Untuk
Untuk tikungan tikungan ke ke kanan kanan ……….………. Gambar
Gambar 18 18 Pencapaian Pencapaian superelevasi superelevasi pada pada tikungan tikungan tipe tipe SCS SCS ……….………. Gambar
Gambar 19 19 Pencapaian Pencapaian superelevasi superelevasi pada pada tikungan tikungan tipe tipe FC FC ……… Gambar
Gambar 20 20 Metoda Metoda pencapaian pencapaian superelevassuperelevasi i pada pada tikungan tikungan tipe tipe SCS SCS dengan dengan bentukbentuk tiga dimensi ………. tiga dimensi ………. Gambar
Gambar 21 21 Tikungan Tikungan majemuk majemuk searah searah yang yang harus harus dihindarkan dihindarkan ……… Gambar
Gambar 22 22 Tikungan Tikungan majemuk majemuk searah searah dengan dengan sisipan sisipan bagian bagian lurus lurus minimumminimum sepanjang
sepanjang 20 20 meter meter ……….………. Gambar
Gambar 23 23 Tikungan Tikungan majemuk majemuk baik baik arah arah yang yang harus harus dihindarkan dihindarkan ………...………... Gambar
Gambar 24 24 Tikungan Tikungan majemuk majemuk balik abalik arah denrah dengan sigan sisipan sipan bagian bagian lurus milurus minimumnimum sepanjang
sepanjang 30 30 meter meter ……….………. Gambar
Gambar 25 25 Parameter Parameter yang yang dipertimbadipertimbangkan ngkan dalam dalam menentukan menentukan panjang panjang lengkunglengkung vertikal cembung untuk
vertikal cembung untuk menetapkan jarak pandang henti/menyiap ……….menetapkan jarak pandang henti/menyiap ………. Gambar
Gambar 26 26 Jarak Jarak pandang pandang pada pada lintasan lintasan di di bawah bawah ……….………. 11 11 13 13 14 14 15 15 15 15 17 17 19 19 19 19 21 21 21 21 22 22 23 23 24 24 25 25 25 25 26 26 32 32 33 33 33 33 34 34 38 38 39 39 39 39 40 40 41 41 44 44
Prakata Prakata
Standar Geometri Jalan Perkotaan ini merupakan standar untuk merencanakan geometri Standar Geometri Jalan Perkotaan ini merupakan standar untuk merencanakan geometri jalan di kawasan perkotaan yang dipersiapkan oleh Sub Panitia Teknik Bidang Prasarana jalan di kawasan perkotaan yang dipersiapkan oleh Sub Panitia Teknik Bidang Prasarana Transportasi melalui Gugus Kerja Teknik Lalu Lintas dan Geometri. Standar ini diprakarsai Transportasi melalui Gugus Kerja Teknik Lalu Lintas dan Geometri. Standar ini diprakarsai oleh Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan, oleh Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
Standar ini merupakan penyempurnaan sebagian dari Standar Perencanaan Geometrik Standar ini merupakan penyempurnaan sebagian dari Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan (Maret 1992) yang disusun oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, untuk Jalan Perkotaan (Maret 1992) yang disusun oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum dan disesuaikan dengan buku
Departemen Pekerjaan Umum dan disesuaikan dengan buku A Policy on Geometric A Policy on Geometric Design Design of Highways and Streets
of Highways and Streets , AASHTO tahun 2001. Standar ini tidak termasuk standar untuk, AASHTO tahun 2001. Standar ini tidak termasuk standar untuk perencanaan geometri simpang dan jalan bebas hambatan. Dengan adanya standar ini, perencanaan geometri simpang dan jalan bebas hambatan. Dengan adanya standar ini, sebagian dari Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, khususnya geometri sebagian dari Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, khususnya geometri ruas jalan dinyatakan tidak berlaku lagi.
ruas jalan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Standar ini diharapkan dapat menjadi standar bagi semua pihak yang terlibat dalam Standar ini diharapkan dapat menjadi standar bagi semua pihak yang terlibat dalam perencanaan jalan perkotaan.
perencanaan jalan perkotaan.
Standar ini telah dibahas dan mendapat masukan dari Perguruan Tinggi, Asosiasi Profesi, Standar ini telah dibahas dan mendapat masukan dari Perguruan Tinggi, Asosiasi Profesi, Pemerintah Propinsi/Kota/Kabupaten, Instansi terkait, anggota Gugus Kerja Bidang Teknik Pemerintah Propinsi/Kota/Kabupaten, Instansi terkait, anggota Gugus Kerja Bidang Teknik Lalu Lintas dan Geometri, anggota Sub Panitia Teknik Bidang Prasarana Transportasi, dan Lalu Lintas dan Geometri, anggota Sub Panitia Teknik Bidang Prasarana Transportasi, dan Panitia Teknik Bidang Konstruksi dan
Panitia Teknik Bidang Konstruksi dan Bangunan.Bangunan.
Tata cara penulisan standar ini mengacu pada standar dari Badan Standarisasi Nasional Tata cara penulisan standar ini mengacu pada standar dari Badan Standarisasi Nasional (BSN), Nom
Pendahuluan Pendahuluan
Standar Geometri Jalan Perkotaan ini bertujuan untuk mendapatkan keseragaman dalam Standar Geometri Jalan Perkotaan ini bertujuan untuk mendapatkan keseragaman dalam merencanakan geometri jalan khususnya di kawasan perkotaan, sehingga dihasilkan merencanakan geometri jalan khususnya di kawasan perkotaan, sehingga dihasilkan geometri jalan yang dapat memberikan keselamatan, kelancaran, dan kenyamanan bagi geometri jalan yang dapat memberikan keselamatan, kelancaran, dan kenyamanan bagi pengguna jalan.
pengguna jalan.
Standar perencanaan geometrik untuk jalan perkotaan (Maret 1992) yang disusun oleh Standar perencanaan geometrik untuk jalan perkotaan (Maret 1992) yang disusun oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, dikembangkan menjadi : Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, dikembangkan menjadi : 1.
1. Standar GeoStandar Geometri Jalan metri Jalan Perkotaan Perkotaan (ruas jala(ruas jalan), RSNI n), RSNI T-14-2004;T-14-2004; 2.
2. Standar GeoStandar Geometri Persimmetri Persimpangan (pangan (sebidang/tidasebidang/tidak sebidank sebidang) Jalan g) Jalan Perkotaan;Perkotaan; 3.
3. Pedoman Teknis NPedoman Teknis No. Pt–02–2002–Bo. Pt–02–2002–B, Tata Cara Perencana, Tata Cara Perencanaan Geometri Persimpan Geometri Persimpanganangan Sebidang;
Sebidang; 4.
4. Tata Cara Tata Cara PerencanaaPerencanaan Geometri n Geometri Jalan PerkotaJalan Perkotaan, Nomor an, Nomor : 031/T/BM/1999/SK. : 031/T/BM/1999/SK. Nomor :Nomor : 76/KPTS/Db/1999;
76/KPTS/Db/1999; 3.
3. Tata Cara PerencanaTata Cara Perencanaan Geometri Persimpaan Geometri Persimpangan Tidak Sebidangan Tidak Sebidang (Flyover/Overpass/ ng (Flyover/Overpass/ Underpass) dan lain-lain.
Underpass) dan lain-lain.
Standar dan Pedoman Teknis yang telah disusun sebelum tahun 2001, belum disesuaikan Standar dan Pedoman Teknis yang telah disusun sebelum tahun 2001, belum disesuaikan dengan tata cara penulisan standar yang diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional dengan tata cara penulisan standar yang diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) tahun 2000, selain itu belum juga disesuaikan dengan buku :
(BSN) tahun 2000, selain itu belum juga disesuaikan dengan buku : A Policy on Geometric A Policy on Geometric Design of Highways and Streets
Design of Highways and Streets , AASHTO tahun 2001., AASHTO tahun 2001. Standar geometri jalan perkotaan ini
Standar geometri jalan perkotaan ini mengatur ketentuan-ketenmengatur ketentuan-ketentuan geometri ruas tuan geometri ruas jalan, danjalan, dan tidak termasuk geometri persimpangan maupun jalan bebas hambatan. Perbedaan standar tidak termasuk geometri persimpangan maupun jalan bebas hambatan. Perbedaan standar ini dengan standar sebelumnya antara lain : penyesuaian standar penulisan dan ini dengan standar sebelumnya antara lain : penyesuaian standar penulisan dan ketentuan-ketentuan dari AASHTO tahun 2001
ketentuan dari AASHTO tahun 2001 tentangtentang A Policy on Geometric Design of Highways and A Policy on Geometric Design of Highways and Streets.
Geometri Jalan Perkotaan
Geometri Jalan Perkotaan
1
1 Ruang Ruang lingkuplingkup
Standar ini memuat ketentuan umum dan ketentuan teknis geometri ruas jalan perkotaan Standar ini memuat ketentuan umum dan ketentuan teknis geometri ruas jalan perkotaan untuk berbagai klasifikasi fungsi jalan. Geometri yang dimaksud dalam standar ini meliputi untuk berbagai klasifikasi fungsi jalan. Geometri yang dimaksud dalam standar ini meliputi alinyemen vertikal, alinyemen horisontal serta dimensi dan bentuk melintang jalan termasuk alinyemen vertikal, alinyemen horisontal serta dimensi dan bentuk melintang jalan termasuk fasilitas jalan yang diperlukan. Standar ini tidak mengatur geometri persimpangan dan jalan fasilitas jalan yang diperlukan. Standar ini tidak mengatur geometri persimpangan dan jalan bebas hambatan.
bebas hambatan.
2
2 Acuan Acuan normatifnormatif
Standar geometri jalan perkotaan ini merujuk pada buku-buku acuan sebagai berikut : Standar geometri jalan perkotaan ini merujuk pada buku-buku acuan sebagai berikut : Undang Undang RI Nomor 13 Tahun 1980 tentang
Undang Undang RI Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan Jalan .. Undang Undang RI No. 14 Tahun 1992 tentang
Undang Undang RI No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan .. Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1985 tentang
Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan Jalan .. Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 1993 tentang
Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan Prasarana dan Lalu Lintas Jalan .. Standar Nasional Indonesia (SNI), No.
Standar Nasional Indonesia (SNI), No. 03-2447-1903-2447-1991,91, Spesifikasi Trotoar Spesifikasi Trotoar AASHTO, Tahun 2001,
AASHTO, Tahun 2001, A Policy on Geometric Design of A Policy on Geometric Design of Highways and Streets; Highways and Streets; Pedoman Teknis No. Pt–02–2002–B,
Pedoman Teknis No. Pt–02–2002–B, Tata Cara Perencanaan Geometri Persimpangan Tata Cara Perencanaan Geometri Persimpangan Sebidang ;
Sebidang ;
Standar No. 031/T/BM/1999 / SK. No. 76/KPTS/Db/1999 ,
Standar No. 031/T/BM/1999 / SK. No. 76/KPTS/Db/1999 ,Tata Cara Tata Cara Perencanaan Geometri Perencanaan Geometri Jalan Perkotaan.
Jalan Perkotaan.
3
3 Istilah Istilah dan dan definisidefinisi
Istilah dan definisi yang digunakan dalam standar ini adalah sebagai berikut : Istilah dan definisi yang digunakan dalam standar ini adalah sebagai berikut :
3.1 3.1
jalan perkotaan jalan perkotaan
jalan di daerah perkotaan yang mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus jalan di daerah perkotaan yang mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi jalan, apakah berupa sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi jalan, apakah berupa perkembangan lahan atau bukan; jalan di atau dekat pusat perkotaan dengan penduduk perkembangan lahan atau bukan; jalan di atau dekat pusat perkotaan dengan penduduk lebih dari 100.000 jiwa selalu digolongkan dalam kelompok ini; jalan di daerah perkotaan lebih dari 100.000 jiwa selalu digolongkan dalam kelompok ini; jalan di daerah perkotaan dengan penduduk kurang dari 100.000 jiwa juga digolongkan dalam kelompok ini, jika dengan penduduk kurang dari 100.000 jiwa juga digolongkan dalam kelompok ini, jika mempunyai perkembangan samping jalan yang permanen dan menerus.
mempunyai perkembangan samping jalan yang permanen dan menerus. [ MKJI, Tahun 1997 ] [ MKJI, Tahun 1997 ] 3.2 3.2 jalan arteri jalan arteri
jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan
rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. [ Undang-Undang RI
[ Undang-Undang RI No. 13 No. 13 Tahun 1980 Tahun 1980 ]]
3.3 3.3
jalan kolektor jalan kolektor
jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata yang sedang
sedang, kecepatan rata-rata yang sedang dan jumlah jalan masuk dan jumlah jalan masuk dibatasi.dibatasi. [ Undang-Undang RI
3.4 3.4
jalan lokal jalan lokal
jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan
rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. [Undang-Und
[Undang-Undang RI ang RI No. 13 No. 13 Tahun 1980 Tahun 1980 ]]
3.5 3.5
jalan arteri primer jalan arteri primer
jalan yang menghubungkan secara efisien antar pusat kegiatan nasional atau antar pusat jalan yang menghubungkan secara efisien antar pusat kegiatan nasional atau antar pusat
kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.
3.6 3.6
jalan kolektor primer jalan kolektor primer
jalan yang menghubungkan secara efisien antar pusat kegiatan wilayah atau jalan yang menghubungkan secara efisien antar pusat kegiatan wilayah atau
menghubungkan antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal. menghubungkan antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
3.7 3.7
jalan arteri sekunder jalan arteri sekunder
jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
3.8 3.8
jalan kolektor sekunder jalan kolektor sekunder
jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua
atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
3.9 3.9
jalan lokal sekunder jalan lokal sekunder
menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan. perumahan. 3.10 3.10 alinyemen horisontal alinyemen horisontal
proyeksi garis sumbu jalan
proyeksi garis sumbu jalan pada bidang horisontal.pada bidang horisontal.
3.11 3.11
alinyemen vertikal alinyemen vertikal
proyeksi garis sumbu jalan pada bidang vertikal yang melalui sumbu jalan. proyeksi garis sumbu jalan pada bidang vertikal yang melalui sumbu jalan.
3.12 3.12
jarak pandang ( S ) jarak pandang ( S )
jarak di sepanjang tengah-tengah suatu jalur jalan dari mata pengemudi ke suatu titik di jarak di sepanjang tengah-tengah suatu jalur jalan dari mata pengemudi ke suatu titik di
muka pada garis yang sama yang dapat dilihat oleh pengemudi. muka pada garis yang sama yang dapat dilihat oleh pengemudi.
3.13 3.13
jarak pandang menyiap ( S jarak pandang menyiap ( Spp))
jarak pandangan pengemudi ke depan yang dibutuhkan untuk dengan aman melakukan jarak pandangan pengemudi ke depan yang dibutuhkan untuk dengan aman melakukan gerakan mendahului dalam keadaan normal, didefinisikan sebagai jarak pandangan gerakan mendahului dalam keadaan normal, didefinisikan sebagai jarak pandangan minimum yang diperlukan sejak pengemudi memutuskan untuk menyusul, kemudian minimum yang diperlukan sejak pengemudi memutuskan untuk menyusul, kemudian melakukan pergerakan penyusulan dan kembali ke lajur semula; S
melakukan pergerakan penyusulan dan kembali ke lajur semula; Spp diukur berdasarkandiukur berdasarkan anggapan bahwa tinggi mata pengemudi adalah 108 cm dan tinggi halangan adalah 108 cm anggapan bahwa tinggi mata pengemudi adalah 108 cm dan tinggi halangan adalah 108 cm diukur dari permukaan jalan.
diukur dari permukaan jalan. [ AASHTO, 2001 ]
[ AASHTO, 2001 ]
3.14 3.14
jarak pandang henti ( S jarak pandang henti ( Sss))
jarak pandangan pengemudi ke depan untuk berhenti dengan aman dan waspada dalam jarak pandangan pengemudi ke depan untuk berhenti dengan aman dan waspada dalam keadaan biasa, didefinisikan sebagai jarak pandangan minimum yang diperlukan oleh keadaan biasa, didefinisikan sebagai jarak pandangan minimum yang diperlukan oleh seorang pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya seorang pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan didepannya; S
halangan didepannya; Sss diukur berdasarkan anggapan bahwa tinggi mata pengemudidiukur berdasarkan anggapan bahwa tinggi mata pengemudi adalah 108 cm dan tinggi halangan adalah 60 cm diukur dari permukaan jalan. adalah 108 cm dan tinggi halangan adalah 60 cm diukur dari permukaan jalan. [ AASHTO, 2001]
[ AASHTO, 2001]
3.15 3.15
panjang lengkung peralihan ( L panjang lengkung peralihan ( Lss))
panjang jalan yang dibutuhkan untuk mencapai perubahan dari bagian lurus ke bagian panjang jalan yang dibutuhkan untuk mencapai perubahan dari bagian lurus ke bagian lingkaran dari tikungan (kemiringan melintang dari kemiringan normal sampai dengan lingkaran dari tikungan (kemiringan melintang dari kemiringan normal sampai dengan kemiringan penuh). kemiringan penuh). 3.16 3.16 lengkung horisontal lengkung horisontal
bagian jalan yang menikung dengan radius yang
bagian jalan yang menikung dengan radius yang terbatas.terbatas.
3.17 3.17
lengkung vertikal lengkung vertikal
bagian jalan yang melengkung dalam arah vertikal yang menghubungkan dua segmen jalan bagian jalan yang melengkung dalam arah vertikal yang menghubungkan dua segmen jalan dengan kelandaian berbeda.
dengan kelandaian berbeda.
3.18 3.18
lengkung peralihan lengkung peralihan
lengkung yang disisipkan diantara bagian jalan yang lurus dan bagian jalan yang lengkung yang disisipkan diantara bagian jalan yang lurus dan bagian jalan yang melengkung berjari-ja
melengkung berjari-jari tetap ri tetap R, dimana bentuk R, dimana bentuk lengkung peralihan merupakalengkung peralihan merupakann clothoide clothoide ..
3.19 3.19
superelevasi superelevasi
kemiringan melintang permukaan jalan khusus di tikungan yang berfungsi untuk kemiringan melintang permukaan jalan khusus di tikungan yang berfungsi untuk mengimbangi gaya sentrifugal.
3.20 3.20
kecepatan rencana ( V kecepatan rencana ( VRR))
kecepatan yang dipilih untuk mengikat komponen perencanaan geometri jalan dinyatakan kecepatan yang dipilih untuk mengikat komponen perencanaan geometri jalan dinyatakan dalam k
dalam kilometer ilometer per japer jam m (km/h).(km/h).
3.21 3.21
waktu reaksi waktu reaksi
waktu yang diperlukan oleh seorang pengemudi sejak dia melihat halangan didepannya, waktu yang diperlukan oleh seorang pengemudi sejak dia melihat halangan didepannya, membuat keputusan dan sampai dengan saat akan memulai reaksi.
membuat keputusan dan sampai dengan saat akan memulai reaksi.
3.22 3.22
ekivalen mobil penumpang ( emp ) ekivalen mobil penumpang ( emp )
faktor yang menunjukkan pengaruh berbagai tipe kendaraan dibandingkan kendaraan ringan faktor yang menunjukkan pengaruh berbagai tipe kendaraan dibandingkan kendaraan ringan terhadap kecepatan, kemudahan bermanufer, dimensi kendaraan ringan dalam arus lalu terhadap kecepatan, kemudahan bermanufer, dimensi kendaraan ringan dalam arus lalu lintas ( untuk mobil penumpang dan kendaraan ringan yang sasisnya mirip; emp = 1,0 ) lintas ( untuk mobil penumpang dan kendaraan ringan yang sasisnya mirip; emp = 1,0 ) (MKJI, Tahun 1997) (MKJI, Tahun 1997) 3.23 3.23 mobil penumpang mobil penumpang
setiap kendaraan bermotor beroda empat atau lebih yang dilengkapi sebanyak-banyaknya setiap kendaraan bermotor beroda empat atau lebih yang dilengkapi sebanyak-banyaknya delapan tempat duduk tidak termasuk tempat duduk
delapan tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudipengemudi, baik dengan maupun tanpa, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
perlengkapan pengangkutan bagasi.
3.24 3.24
badan jalan badan jalan
bagian jalan yang meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah, dan bahu jalan. bagian jalan yang meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah, dan bahu jalan.
3.25 3.25
bahu jalan bahu jalan
bagian daerah manfaat jalan yang berdampingan dengan jalur lalu lintas untuk menampung bagian daerah manfaat jalan yang berdampingan dengan jalur lalu lintas untuk menampung kendaraan yang berhenti, keperluan darurat, dan untuk pendukung samping bagi lapis kendaraan yang berhenti, keperluan darurat, dan untuk pendukung samping bagi lapis pondasi bawah, pondasi atas dan permukaan.
pondasi bawah, pondasi atas dan permukaan.
3.26 3.26 kereb kereb
bangunan pelengkap jalan yang dipasang sebagai pembatas jalur lalu lintas dengan bagian bangunan pelengkap jalan yang dipasang sebagai pembatas jalur lalu lintas dengan bagian jalan lainnya dan berfungsi juga sebagai penghalang/pencegah kendaraan keluar dari jalur jalan lainnya dan berfungsi juga sebagai penghalang/pencegah kendaraan keluar dari jalur lalu lintas; pengaman terhadap pejalan kaki; mempertegas tepi perkerasan jalan; dan lalu lintas; pengaman terhadap pejalan kaki; mempertegas tepi perkerasan jalan; dan estetika. estetika. 3.27 3.27 jalur jalur
bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas. bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas.
3.28 3.28 lajur lajur
bagian jalur yang memanjang, dengan atau tanpa marka jalan, yang memiliki lebar cukup bagian jalur yang memanjang, dengan atau tanpa marka jalan, yang memiliki lebar cukup untuk satu kendaraan bermotor sedang berjalan, selain sepeda motor.
untuk satu kendaraan bermotor sedang berjalan, selain sepeda motor. [ PP RI No. 43 Tahun 1993 ]
[ PP RI No. 43 Tahun 1993 ]
3.29 3.29
jalur lalu lintas untuk kendaraan jalur lalu lintas untuk kendaraan
bagian jalur jalan yang direncanakan khusus untuk lintasan kendaraan bermotor. bagian jalur jalan yang direncanakan khusus untuk lintasan kendaraan bermotor.
3.30 3.30
jalur lalu lintas untuk pejalan kaki jalur lalu lintas untuk pejalan kaki
bagian jalur jalan yang
bagian jalur jalan yang direncanakan khusus untuk pejalan kaki.direncanakan khusus untuk pejalan kaki.
3.31 3.31
jalur hijau jalur hijau
bagian dari jalan yang disediakan untuk penataan tanaman ( pohon, perdu, atau rumput ) bagian dari jalan yang disediakan untuk penataan tanaman ( pohon, perdu, atau rumput ) yang ditempatkan menerus berdampingan dengan trotoar atau dengan jalur sepeda atau yang ditempatkan menerus berdampingan dengan trotoar atau dengan jalur sepeda atau dengan bahu jalan atau pada pemisah jalur ( median jalan ).
dengan bahu jalan atau pada pemisah jalur ( median jalan ).
3.32 3.32
jalur tepian jalur tepian
bagian dari median yang
bagian dari median yang ditinggikan atau separator yang berfungsi memberikan ruang bebasditinggikan atau separator yang berfungsi memberikan ruang bebas bagi kendaraan yang berjalan pada jalur
bagi kendaraan yang berjalan pada jalur lalu lintasnya.lalu lintasnya.
3.33 3.33 trotoar trotoar
jalur lalu lintas untuk pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan sumbu jalan dan lebih jalur lalu lintas untuk pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan sumbu jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan (untuk menjamin keselamatan pejalan kaki yang tinggi dari permukaan perkerasan jalan (untuk menjamin keselamatan pejalan kaki yang bersangkutan). bersangkutan). 3.34 3.34 median jalan median jalan
bagian dari jalan yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan dengan bentuk memanjang sejajar bagian dari jalan yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan dengan bentuk memanjang sejajar jalan, terletak di sumbu/tengah jalan, dimaksudkan untuk memisahkan arus lalu lintas yang jalan, terletak di sumbu/tengah jalan, dimaksudkan untuk memisahkan arus lalu lintas yang
berlawanan. median dapat berbentuk median yang ditinggikan (
berlawanan. median dapat berbentuk median yang ditinggikan ( raised raised ), median yang), median yang diturunkan (
diturunkan (depressed depressed ), atau ), atau median median datar (datar ( flush flush ).).
3.35 3.35 damaja damaja
merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu, dimana ruang tersebut meliputi seluruh badan jalan, saluran tepi jalan, bebas tertentu, dimana ruang tersebut meliputi seluruh badan jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan
trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapadan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalann jalan dan bangunan pelengkap lainnya.
dan bangunan pelengkap lainnya.
[ Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 1985 ] [ Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 1985 ]
3.36 3.36 damija damija
merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang diperuntukkan bagi daerah manfaat jalan dan pelebaran jalan maupun penambahan jalur lalu diperuntukkan bagi daerah manfaat jalan dan pelebaran jalan maupun penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari, serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. lintas di kemudian hari, serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. [Peraturan Pemerintah RI No. 26 tahun 1985]
[Peraturan Pemerintah RI No. 26 tahun 1985]
3.37 3.37 dawasja dawasja
lajur lahan di luar Damija yang berada di bawah pengawasan penguasa jalan, ditujukan lajur lahan di luar Damija yang berada di bawah pengawasan penguasa jalan, ditujukan untuk penjagaan terhadap terhalangnya pandangan bebas pengemudi dan untuk konstruksi untuk penjagaan terhadap terhalangnya pandangan bebas pengemudi dan untuk konstruksi jalan, dalam hal ruang daerah milik jalan tidak mencukupi.
jalan, dalam hal ruang daerah milik jalan tidak mencukupi. [ Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 1985 ]
[ Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 1985 ]
4
4 Ketentuan Ketentuan umumumum
Geometri jalan perkotaan harus : Geometri jalan perkotaan harus : a)
a) memenuhi memenuhi aspek aspek keselamatankeselamatan, , kelancaran, kelancaran, efisiensi, efisiensi, ekonomi, ekonomi, ramah ramah lingkungalingkungan n dandan kenyamanan;
kenyamanan; b)
b) mempertimbmempertimbangkan angkan dimensi dimensi kendaraan;kendaraan; c)
c) mempertimbanmempertimbangkan gkan efisiensi efisiensi perencanaperencanaan;an; d)
d) mendukung mendukung hirarki fungsi hirarki fungsi dan kelas jadan kelas jalan dalam sulan dalam suatu tatanan sistatu tatanan sistem jaringan em jaringan jalanjalan secara konsisten;
secara konsisten; e)
e) mempertimbmempertimbangkan angkan pandangan pandangan bebas bebas pemakai pemakai jalan;jalan; f)
f) mempertimbmempertimbangkan angkan drainase drainase jalan;jalan; g)
g) mempertimbangmempertimbangkan kan kepentingakepentingan n para para penyandang penyandang cacat.cacat.
Alinyemen horisontal dan vertikal harus mempertimbangkan aspek kebutuhan teknik dan Alinyemen horisontal dan vertikal harus mempertimbangkan aspek kebutuhan teknik dan aspek kebutuhan pemakai jalan yang memadai dan efisien.
aspek kebutuhan pemakai jalan yang memadai dan efisien. Pemilihan alternatif alinyemen perlu mempertimbangkan : Pemilihan alternatif alinyemen perlu mempertimbangkan : a)
a) keselamatan dan keselamatan dan kenyamanan kenyamanan bagi bagi pengemudi, pengemudi, penumpang penumpang dan dan pejalan pejalan kaki;kaki; b)
b) kesesuaian kesesuaian dengan dengan keadaan keadaan topografi, topografi, geografi geografi dan gedan geologi ologi di sekitar di sekitar jalan;jalan; c)
c) koordinasi koordinasi antara antara alinyemen alinyemen horisontal horisontal dan dan vertikal;vertikal; d)
d) ekonomi ekonomi dan dan lingkungalingkungan.n.
5
5 Ketentuan Ketentuan teknisteknis 5.1
5.1 Klasifikasi Klasifikasi jalanjalan
Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas yang dinyatakan dalam muatan sumbu terberat ( MST ) dalam satuan ton, dan lalu lintas yang dinyatakan dalam muatan sumbu terberat ( MST ) dalam satuan ton, dan kemampuan jalan tersebut dalam menyalurkan kendaraan dengan dimensi maksimum kemampuan jalan tersebut dalam menyalurkan kendaraan dengan dimensi maksimum tertentu.
tertentu.
Klasifikasi menurut kelas jalan, fungsi jalan dan dimensi kendaraan maksimum (panjang dan Klasifikasi menurut kelas jalan, fungsi jalan dan dimensi kendaraan maksimum (panjang dan lebar) kendaraan yang diijinkan melalui jalan tersebut, secara umum dapat dilihat dalam lebar) kendaraan yang diijinkan melalui jalan tersebut, secara umum dapat dilihat dalam Tabel 1; (
Tabel 1 Tabel 1
Klasifikasi jalan secara umum menurut kelas, fungsi, dimensi kendaraan maksimum Klasifikasi jalan secara umum menurut kelas, fungsi, dimensi kendaraan maksimum
dan muatan sumbu terberat ( MST ) dan muatan sumbu terberat ( MST )
Dimensi kendaraan Dimensi kendaraan maksimum maksimum Kelas Kelas Jalan
Jalan Fungsi jalanFungsi jalan
Panjang
Panjang (m) (m) Lebar (m)Lebar (m)
Muatan sumbu Muatan sumbu terberat terberat (ton) (ton) I I 18 18 2,5 2,5 > > 1010 II II 18 18 2,5 2,5 1010 III A III A Arteri Arteri 18 18 2,5 2,5 88 III III A A 18 18 2,5 2,5 88 III B III B Kolektor Kolektor 12 12 2,5 2,5 88 III
III C C Lokal Lokal 9 9 2,1 2,1 88
5.2
5.2 Penentuan Penentuan jumlah jumlah lajurlajur
Jumlah lajur ditentukan berdasarkan prakiraan volume lalu lintas harian (VLR) yang Jumlah lajur ditentukan berdasarkan prakiraan volume lalu lintas harian (VLR) yang dinyatakan dalam smp/hari dan menyatakan volume lalu lintas untuk kedua arah. Dalam dinyatakan dalam smp/hari dan menyatakan volume lalu lintas untuk kedua arah. Dalam menghitung VLR, karena pengaruh berbagai jenis kendaraan, digunakan faktor ekivalen menghitung VLR, karena pengaruh berbagai jenis kendaraan, digunakan faktor ekivalen mobil penumpang (emp)
mobil penumpang (emp).. Ketentuan nilai emp, untuk ruas jalan yang arusnya tidakKetentuan nilai emp, untuk ruas jalan yang arusnya tidak dipengaruhi oleh persimpangan, seperti ditunjukkan pada Tabel 2 dan Tabel 3, sedangkan dipengaruhi oleh persimpangan, seperti ditunjukkan pada Tabel 2 dan Tabel 3, sedangkan apabila ruas jalan tersebut, arus lalu lintasnya dipengaruhi oleh persimpangan dan akses apabila ruas jalan tersebut, arus lalu lintasnya dipengaruhi oleh persimpangan dan akses jalan, maka titik
jalan, maka titik kritis perencanaannya ada pada arus lalu kritis perencanaannya ada pada arus lalu lintas persimpangan.lintas persimpangan.
Tabel 2 Tabel 2
Ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk jalan perkotaan tak terbagi (UD Ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk jalan perkotaan tak terbagi (UD))
emp emp
MC MC
Lebar jalur lalu lintas, W Lebar jalur lalu lintas, Wcc(m)(m) Tipe Jalan
Tipe Jalan Arus lalu lintasArus lalu lintas total dua arah total dua arah
(kend./jam)
(kend./jam) HVHV
6
6 > 6> 6
Dua lajur tak terbagi Dua lajur tak terbagi
(2/2 UD) (2/2 UD) 0 s.d.1.800 0 s.d.1.800 > 1.800 > 1.800 1,3 1,3 1,2 1,2 0,50 0,50 0,35 0,35 0,40 0,40 0,25 0,25 Empat lajur tak
Empat lajur tak terbagi (4/2 UD) terbagi (4/2 UD) 0 s.d. 3.700 0 s.d. 3.700 > 3.700 > 3.700 1,3 1,3 1,2 1,2 0,40 0,40 0,25 0,25
Tabel 3 Tabel 3
Ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk jalan perkotaan satu arah dan terbagi Ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk jalan perkotaan satu arah dan terbagi
emp emp Tipe Jalan
Tipe Jalan Arus lalu lintasArus lalu lintas per lajur per lajur (kend./jam)
(kend./jam) HV HV MCMC
Dua lajur satu arah (2/I) Dua lajur satu arah (2/I) dan empat lajur terbagi dan empat lajur terbagi
(4/2D) (4/2D) 0 s.d. 1.050 0 s.d. 1.050 > 1.050 > 1.050 1,3 1,3 1,2 1,2 0,40 0,40 0,25 0,25 Tiga lajur satu arah (3/I)
Tiga lajur satu arah (3/I) dan enam lajur terbagi dan enam lajur terbagi
(6/2D) (6/2D) 0 s.d. 1.100 0 s.d. 1.100 > 1.000 > 1.000 1,3 1,3 1,2 1,2 0,40 0,40 0,25 0,25 Keterangan
Keterangan : : HV HV : : kendaraan kendaraan berat; berat; kendaraan kendaraan bermotor bermotor dengan dengan jarak jarak as as lebih lebih dari dari 3,50 3,50 m,m, biasanya beroda lebih dari 4 (termasuk bus, truk 2 as, truk 3 as dan truk biasanya beroda lebih dari 4 (termasuk bus, truk 2 as, truk 3 as dan truk kombinasi)
kombinasi) MC
MC : : sepeda sepeda motor; motor; kendaraan kendaraan bermotor beroda bermotor beroda dua dua atau atau tiga.tiga.
Kendaraan tak bermotor (sepeda, becak dan kendaraan ditarik hewan) tidak diberikan nilai Kendaraan tak bermotor (sepeda, becak dan kendaraan ditarik hewan) tidak diberikan nilai emp, karena sangat bervariasi tergantung kepada kondis
emp, karena sangat bervariasi tergantung kepada kondisi lalu lintas pada saat itu. i lalu lintas pada saat itu. Dalam halDalam hal jumlah kendaraan jenis ini dominan, maka perlu dilakukan perencanaan khusus untuk jumlah kendaraan jenis ini dominan, maka perlu dilakukan perencanaan khusus untuk
menentukan fasilitasnya, misalnya dengan jalur
menentukan fasilitasnya, misalnya dengan jalur khusus.khusus.
Pada jalan arteri, jika proporsi kendaraan tidak bermotor lebih besar dari 10 % dan atau Pada jalan arteri, jika proporsi kendaraan tidak bermotor lebih besar dari 10 % dan atau perbedaan kecepatan rata-rata kendaraan bermotor dengan kendaraan tidak bermotor lebih perbedaan kecepatan rata-rata kendaraan bermotor dengan kendaraan tidak bermotor lebih besar dari 30 km/h,
besar dari 30 km/h, maka harus dibuat jalur lambat.maka harus dibuat jalur lambat.
Volume jam sibuk rencana (VJR) merupakan prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk Volume jam sibuk rencana (VJR) merupakan prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk tahun rencana. Pada jalan 2-lajur-2-arah-tak terbagi, VJR dinyatakan dalam smp/jam untuk tahun rencana. Pada jalan 2-lajur-2-arah-tak terbagi, VJR dinyatakan dalam smp/jam untuk dua arah. Pada jalan berlajur banyak, misal jalan 4-lajur-2-arah terbagi, maka VJR dihitung dua arah. Pada jalan berlajur banyak, misal jalan 4-lajur-2-arah terbagi, maka VJR dihitung dalam smp/jam untuk arah tersibuk (Fsp). VJR
dalam smp/jam untuk arah tersibuk (Fsp). VJR dihitung dengan rumus :dihitung dengan rumus : Untuk
Untuk jalan-jalajalan-jalan n 2-lajur-2-a2-lajur-2-arahrah
F F k k VLR VLR VJR VJR 11 100 100
×
×
×
×
=
=
Untuk jalan-jalan berlajur banyak, per arah Untuk jalan-jalan berlajur banyak, per arah
F F Fsp Fsp k k VLR VLR VJR VJR 11 100 100 100 100
×
×
×
×
×
×
=
=
dengandengan pengertian pengertian : : k k faktor faktor volume volume lalu lalu lintas lintas jam jam sibuk, sibuk, %;%;
dalam hal tidak ada data, boleh digunakan k = 9; dalam hal tidak ada data, boleh digunakan k = 9; F
F faktor faktor variasi variasi tingkat tingkat lalu lalu lintas lintas per per seperempaseperempat t jam jam dalam dalam jamjam sibuk;
sibuk; dalam hal tidadalam hal tidak ada data, bolek ada data, boleh digunakan F = h digunakan F = 0,8;0,8; Fsp
Fsp koefisien koefisien volume lavolume lalu lintas lu lintas dalam aradalam arah tersibuk h tersibuk per arahper arah, %,, %, yang ditetapkan berdasarkan data; dalam hal tidak ada data, yang ditetapkan berdasarkan data; dalam hal tidak ada data, boleh digunakan Fsp = 60.
VJR digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan dan fasilitas lalu lintas lainnya yang VJR digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan dan fasilitas lalu lintas lainnya yang diperlukan pada jalan arteri di kawasan perkotaan.
diperlukan pada jalan arteri di kawasan perkotaan.
5.3
5.3 Kecepatan Kecepatan rencana rencana ( ( VVRR))
Kecepatan yang dipilih untuk mengikat komponen perencanaan geometri jalan dinyatakan Kecepatan yang dipilih untuk mengikat komponen perencanaan geometri jalan dinyatakan dalam k
dalam kilometer ilometer per japer jam m (km/h).(km/h). V
VRR untuk suatu ruas jalan dengan kelas dan fungsi yang sama, dianggap sama sepanjanguntuk suatu ruas jalan dengan kelas dan fungsi yang sama, dianggap sama sepanjang
ruas jalan tersebut. V
ruas jalan tersebut. VRRuntuk masing-masing fungsi untuk masing-masing fungsi jalan ditetapkan jalan ditetapkan sesuai sesuai Tabel 4.Tabel 4.
Untuk kondisi lingkungan dan atau medan yang sulit, V
Untuk kondisi lingkungan dan atau medan yang sulit, VRRsuatu bagian jalan dalam suatu ruassuatu bagian jalan dalam suatu ruas
jalan dapat diturunkan, dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak boleh lebih dari jalan dapat diturunkan, dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak boleh lebih dari
20 kilometer per jam (km/h). 20 kilometer per jam (km/h).
Tabel 4 Tabel 4 Kecepatan rencana ( V
Kecepatan rencana ( VRR) sesuai klasifikasi jalan di kawasan perkotaan) sesuai klasifikasi jalan di kawasan perkotaan
Fungsi jalan
Fungsi jalan Kecepatan rencana, VKecepatan rencana, VRR
(km/h) (km/h)
1.
1. Arteri Arteri PrimerPrimer 2.
2. Kolektor Kolektor PrimerPrimer 3.
3. Arteri Arteri SekunderSekunder 4.
4. Kolektor Kolektor SekunderSekunder 5.
5. Lokal Lokal SekunderSekunder
50 – 100 50 – 100 40 – 80 40 – 80 50 – 80 50 – 80 30 – 50 30 – 50 30 – 50 30 – 50 5.4
5.4 Kendaraan Kendaraan rencanarencana
Dimensi kendaraan bermotor untuk keperluan perencanaan geometri jalan perkotaan, Dimensi kendaraan bermotor untuk keperluan perencanaan geometri jalan perkotaan, ditetapkan seperti pada Tabel 5 dan seperti diilustrasikan pada Gambar 1, dengan ditetapkan seperti pada Tabel 5 dan seperti diilustrasikan pada Gambar 1, dengan memperhatikan ketentuan pada Tabel 1.
Tabel 5 Tabel 5
Dimensi kendaraan rencana (m) Dimensi kendaraan rencana (m)
Dimensi
Dimensi kendaraan kendaraan Dimensi Dimensi tonjolantonjolan Jenis kendaraan
Jenis kendaraan rencana
rencana SimbolSimbol Tinggi Tinggi Lebar Lebar Panjang Panjang Depan Depan BelakangBelakang
Radius Radius putar putar minimum minimum Radius Radius tonjolan tonjolan minimum minimum Mobil Penumpang Mobil Penumpang Truk As Tunggal Truk As Tunggal Bis Gandengan Bis Gandengan Truk Semitrailer Truk Semitrailer Kombinasi Sedang Kombinasi Sedang Truk Semitrailer Truk Semitrailer Kombinasi Besar Kombinasi Besar Convensional Convensional School School Bus Bus
City Transit Bus City Transit Bus
P P SU SU A-BUS A-BUS WB-12 WB-12 WB-15 WB-15 SB SB CB CB 1,3 1,3 4,1 4,1 3,4 3,4 4,1 4,1 4,1 4,1 3,2 3,2 3,2 3,2 2,1 2,1 2,4 2,4 2,5 2,5 2,4 2,4 2,5 2,5 2,4 2,4 2,5 2,5 5,8 5,8 9,0 9,0 18,0 18,0 13,9 13,9 16,8 16,8 10,9 10,9 12,0 12,0 0,9 0,9 1,1 1,1 2,5 2,5 0,9 0,9 0,9 0,9 0,8 0,8 2,0 2,0 1,5 1,5 1,7 1,7 2,9 2,9 0,8 0,8 0,6 0,6 3,7 3,7 2,3 2,3 7,3 7,3 12,8 12,8 12,1 12,1 12,2 12,2 13,7 13,7 11,9 11,9 12,8 12,8 4,4 4,4 8,6 8,6 6,5 6,5 5,9 5,9 5,2 5,2 7,3 7,3 7.5 7.5
5,8 5,8 1,5
1,5 3,4 3,4 0,90,9
a)
a) Kendaraan Penumpang ( Kendaraan Penumpang ( P )P )
9,0 9,0 1,7
1,7 6,2 6,2 1,11,1
b)
b) Kendaraan Truck As Tunggal Kendaraan Truck As Tunggal ( SU ( SU ))
10,9 10,9 3,7
3,7 6,46,4 0,80,8
c) Kendaraan Bus Sekolah ( SB ) c) Kendaraan Bus Sekolah ( SB )
12,0 12,0 2,3
2,3 7,7 7,7 2,02,0
d) Kendaraan
d) Kendaraan City Transit Bus City Transit Bus ( CB )( CB )
2 2 , , 1 1 1 1 , , 8 8 2 2 , , 4 4 2 2 , , 4 4 2 2 , , 5 5 Gambar
3,1 4,0 3,1 4,0 18,0 18,0 1,9 1,9 6,7 6,7 2,62,6
e) Kendaraan Bus Tempel / Gandengan (A-BUS) e) Kendaraan Bus Tempel / Gandengan (A-BUS)
.. 10,1 10,1 1,2 1,2 8,4 8,4 3,83,8 0,8 0,8 0,20,2 1122,,2 2 00,,9 9 00,,99 13,9 13,9 f)
f) Kendaraan SeKendaraan Semitrailler Kombmitrailler Kombinasi Sedang inasi Sedang (WB-12)(WB-12)
13,0 13,0 1,2 1,2 11,5 11,5 0,90,9 1 1,,2 2 11,,3 3 33,,88 0,6 15,3 0,6 15,3 0,90,9 16,8 16,8
g) Kendaraan Semitrailler Kombinasi Besar (WB-15) g) Kendaraan Semitrailler Kombinasi Besar (WB-15)
2 2 , , 5 5 2 2 , , 5 5 2 2 , , 4 4
5.5
5.5 Bagian-bagian Bagian-bagian jalanjalan 5.5.1 Damaja
5.5.1 Damaja
Damaja (daerah manfaat jalan) dibatasi oleh (Gambar 2) : Damaja (daerah manfaat jalan) dibatasi oleh (Gambar 2) : a)
a) batas batas ambang ambang pengaman pengaman konstruksi konstruksi jalan jalan di di kedua kedua sisi sisi jalan;jalan; b)
b) tinggi minimum tinggi minimum 5 5 m m di di atas permukaan atas permukaan perkerasan pada perkerasan pada sumbu sumbu jalan; danjalan; dan c)
c) kedalaman kedalaman minimum minimum 1,5 1,5 meter meter di di bawah bawah permukaan permukaan perkerasan perkerasan jalan.jalan.
Damaja diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, separator, bahu jalan, saluran tepi Damaja diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, separator, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman dan tidak boleh dimanfaatkan untuk prasarana jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman dan tidak boleh dimanfaatkan untuk prasarana
perkotaan lainnya. perkotaan lainnya.
JALUR LALU LINTAS JALUR LALU LINTAS
J J A A L L U U R R L L A A N N S S K K A A P P S S A A L L U U R R A A N N S S A A M M P P I I N N G G J J A A L L A A N N A A M M B B A A N N G G P P E E N N G G A A M M A A N N DAWASJA DAWASJA
ARTERI=20M, KOLEKTOR=7M, LOKAL=4M ARTERI=20M, KOLEKTOR=7M, LOKAL=4M
BAHU BAHU TROT TROTOAROAR B B A A T T A A S S M M U U K K A A B B A A N N G G U U N N A A N N D A M A J A D A M A J A BADAN JALAN BADAN JALAN AIR AIR SALURAN SALURAN -1.5 M-1.5 M JALUR LALU LINTAS
JALUR LALU LINTAS
D A M A J A D A M A J A J J A A L L U U R R T T E E P P I I A A N N MEDIANMEDIAN J J A A L L U U R R T T E E P P I I A A N
N BAHUBAHU TROTOARTROTOAR
+ 5 M + 5 M
D A M I J A D A M I J A
Gambar
Gambar 2 2 Tipikal Tipikal Damaja, Damaja, Damija Damija dan dan DawasjaDawasja
5.5.2 Dawasja 5.5.2 Dawasja
Dawasja (daerah pengawasan jalan) diukur dari tepi jalur luar (perkerasan), seperti Dawasja (daerah pengawasan jalan) diukur dari tepi jalur luar (perkerasan), seperti ditunjukkan pada Gambar 2, dengan batasan sebagai berikut :
ditunjukkan pada Gambar 2, dengan batasan sebagai berikut : a)
a) jalan jalan arteri arteri minimum minimum 20 20 meter;meter; b)
b) jalan jalan kolektor kolektor minimum minimum 7 7 meter;meter; c)
c) jalan jalan lokal lokal minimum minimum 4 4 meter.meter.
Untuk keselamatan pemakai jalan, Dawasja di daerah tikungan ditentukan oleh jarak Untuk keselamatan pemakai jalan, Dawasja di daerah tikungan ditentukan oleh jarak pandangan pengemudi yang ditetapkan sebagai daerah bebas samping di tikungan, pandangan pengemudi yang ditetapkan sebagai daerah bebas samping di tikungan, sebagaimana diatur dalam sub bab 5.7.2.
sebagaimana diatur dalam sub bab 5.7.2.
5.5.3
5.5.3 Penempatan Penempatan utilitasutilitas
Bangunan utilitas dapat ditempatkan di dalam Damaja dengan ketentuan sebagai berikut Bangunan utilitas dapat ditempatkan di dalam Damaja dengan ketentuan sebagai berikut [pasal 21 ayat (3)
a) untuk utilitas yang berada di atas muka tanah ditempatkan paling tidak 0,60 m dari tepi a) untuk utilitas yang berada di atas muka tanah ditempatkan paling tidak 0,60 m dari tepi
paling luar bahu jalan atau perkerasan jalan; paling luar bahu jalan atau perkerasan jalan;
b) untuk utilitas yang berada di bawah muka tanah harus ditempatkan paling tidak 1,50 m b) untuk utilitas yang berada di bawah muka tanah harus ditempatkan paling tidak 1,50 m
dari tepi paling luar bahu jalan atau
dari tepi paling luar bahu jalan atau perkerasan jalan.perkerasan jalan.
5.6
5.6 Potongan Potongan melintangmelintang 5.6.1
5.6.1 Komposisi Komposisi potongan potongan melintangmelintang
Potongan melintang jalan terdiri atas
Potongan melintang jalan terdiri atas bagian-bagbagian-bagian sebagai berikut :ian sebagai berikut : a)
a) jalur jalur lalu-lintas;lalu-lintas; b)
b) bahu bahu jalan;jalan; c)
c) saluran saluran sampingsamping d)
d) median, median, termasuk termasuk jalur jalur tepian;tepian; e)
e) trotoar trotoar / / jalur jalur pejalan pejalan kaki;kaki; f)
f) jalur jalur sepeda;sepeda; g)
g) separator separator / / jalur jalur hijau;hijau; h)
h) jalur jalur lambat;lambat; i)
i) lereng lereng / / talud.talud.
J A L U R L A L U L I N T A S J A L U R L A L U L I N T A S B A H U B A H U B B A A T T A A S S P P A A G G A A R R / / P P E E R R S S I I L L P ' J L N P ' J L N S S A A L L U U R R A A N N S S A A M M P P I I N N G G K A K I K A K I J A L U R J A L U R P ' J L N P ' J L N K A K I K A K I J A L U R J A L U R S S A A M M P P I I N N G G S S A A L L U U R R A A N N B A H U B A H U B B A A T T A A S S P P A A G G A A R R / / P P E E R R S S I I L L Gambar
Gambar 3 3 Tipikal Tipikal penampang penampang melintang melintang jalan jalan perkotaan perkotaan 2-lajur-2-arah 2-lajur-2-arah tak tak terbagiterbagi yang dilengkapi jalur pejalan kaki
JALUR JALUR HIJAU HIJAU DIBAWAH TROTOAR DIBAWAH TROTOAR T TRROOTTOOAARR SSEEPPEEDDAA
SALURAN SAMPING JALAN SALURAN SAMPING JALAN
MARKA MARKA JALUR JALUR DIBAWAH TROTOAR DIBAWAH TROTOAR SALURAN SAMPING JALAN SALURAN SAMPING JALAN TROTOAR TROTOAR J JAALLUUR R LLAALLU U LLIINNTTAASS HH IIJJAAUU SSEEPPEEDD AA T TEEPPIIAANN TTEEPPIIAANN MARKA MARKA MARKA
MARKA MARKAMARKA
JALUR
JALUR JALURJALUR JALURJALUR JALURJALUR
Gambar
Gambar 4 4 Tipikal Tipikal potongan potongan melintang melintang jalan jalan 2-lajur-2-arah 2-lajur-2-arah tak tak terbagi,terbagi, yang dilengkapi jalur hijau, jalur sepeda, trotoar dan saluran yang dilengkapi jalur hijau, jalur sepeda, trotoar dan saluran samping yang ditempatkan di bawah trotoar
samping yang ditempatkan di bawah trotoar
Gambar
Gambar 5 5 Tipikal potoTipikal potongan ngan melintang melintang jalan jalan yang yang dilengkapi mediandilengkapi median (termasuk jalur tepian), pemisah jalur, jalur lambat dan trotoar (termasuk jalur tepian), pemisah jalur, jalur lambat dan trotoar
5.6.2
5.6.2 Jalur Jalur lalu-lintas lalu-lintas kendaraankendaraan
Jalur lalu lintas kendaraan adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas Jalur lalu lintas kendaraan adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan. Batas jalur lalu lintas dapat berupa : kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan. Batas jalur lalu lintas dapat berupa : a)
a) median median jalan;jalan; b)
b) bahu bahu jalan jalan ;; c) trotoar; c) trotoar; d)
Tabel 6 menyajikan tipe-tipe jalan yang disarankan. Tipe jalan 3-lajur-2-arah-tak terbagi dan Tabel 6 menyajikan tipe-tipe jalan yang disarankan. Tipe jalan 3-lajur-2-arah-tak terbagi dan 4-lajur-2-ara
4-lajur-2-arah-tak terbagi, h-tak terbagi, tidak disarankan untuk tidak disarankan untuk digunakan.digunakan.
Tabel 6 Tabel 6 Tipe-tipe jalan Tipe-tipe jalan
Jalur di sisi jalan utama Jalur di sisi jalan utama Tipe Jalan
Tipe Jalan
Perlu
Perlu Jalur Jalur lambat lambat Perlu Perlu trotoartrotoar
2-lajur-2-ara
2-lajur-2-arah-tak h-tak terbagi terbagi v v vv
4-lajur-2-ar
4-lajur-2-arah ah terbagi terbagi v v v v v v vv
6-lajur-2-ar
6-lajur-2-arah-terbagi ah-terbagi v v v v v v vv
Lebih
Lebih dari dari 1 1 lajur-1-arah lajur-1-arah v v v v v v vv Catatan
Catatan : : v v = disaran= disarankan kan dilengkapi, dilengkapi, tergantung tergantung kebutuhan;kebutuhan; v
v v v = dilengkap= dilengkapi.i.
Jalur lambat dapat digunakan untuk kendaraan tidak bermotor. Tipikal beberapa tipe jalan Jalur lambat dapat digunakan untuk kendaraan tidak bermotor. Tipikal beberapa tipe jalan dapat dilihat pada Gambar 3, 4 dan 5, dan ketentuan jalur lambat diuraikan pada dapat dilihat pada Gambar 3, 4 dan 5, dan ketentuan jalur lambat diuraikan pada sub bab 5.6.7.
sub bab 5.6.7.
5.6.3
5.6.3 Lebar Lebar jalurjalur
a)
a) Lebar jalLebar jalur ditentukaur ditentukan oleh n oleh jumlah djumlah dan lebar an lebar lajur serta lajur serta bahu jabahu jalan. Tabel lan. Tabel 7 menetap7 menetapkankan ukuran lebar lajur dan bahu jalan sesuai dengan kelas jalannya;
ukuran lebar lajur dan bahu jalan sesuai dengan kelas jalannya; b)
b) Lebar jalur Lebar jalur minimum adalah 4,5 minimum adalah 4,5 m, memungkinkan 2 m, memungkinkan 2 kendaraan dengan lebarkendaraan dengan lebar maksimum 2,1 m saling berpapasan. Papasan 2 kendaraan lebar maksimum 2,5 m maksimum 2,1 m saling berpapasan. Papasan 2 kendaraan lebar maksimum 2,5 m yang terjadi sewaktu-waktu dapat memanfaatkan bahu jalan.
yang terjadi sewaktu-waktu dapat memanfaatkan bahu jalan.
Tabel 7 Tabel 7
Lebar lajur jalan dan bahu jalan Lebar lajur jalan dan bahu jalan Lebar lajur (m)
Lebar lajur (m) Lebar bahu sebelah luar (m)Lebar bahu sebelah luar (m) Tanpa
Tanpa trotoar trotoar Ada trotoarAda trotoar Kelas
Kelas jalan
jalan Disarankan Disarankan MinimumMinimum
Disarankan
Disarankan Minimum Disarankan MinimumMinimum Disarankan Minimum
I I 3,60 3,60 3,50 3,50 2,50 2,50 2,00 2,00 1,00 1,00 0,50,500 II 3,60 3,00 2,50 2,00 0,50 0,25 II 3,60 3,00 2,50 2,00 0,50 0,25 III III A A 3,60 3,60 2,75 2,75 2,50 2,50 2,00 2,00 0,50 0,50 0,250,25 III III B B 3,60 3,60 2,75 2,75 2,50 2,50 2,00 2,00 0,50 0,50 0,250,25 III III C C 3,60 3,60 **)) 1,50 1,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,250,25 Keterangan
Keterangan : : *) *) = j= jalan alan 1-jalur-2 1-jalur-2 arah, arah, lebar lebar 4,50 4,50 mm
Pada jalan arteri,
Pada jalan arteri, jalur kendaraan tidak bermotor disarankan dipisah dengan jalur jalur kendaraan tidak bermotor disarankan dipisah dengan jalur kendaraankendaraan bermotor. Bila banyak kendaraan lambat, jalur boleh lebih lebar.
bermotor. Bila banyak kendaraan lambat, jalur boleh lebih lebar.
Lebar bahu jalan sebelah dalam pada median yang diturunkan atau datar, minimum sebesar Lebar bahu jalan sebelah dalam pada median yang diturunkan atau datar, minimum sebesar 0,50 m.
5.6.4 Lajur 5.6.4 Lajur
a)
a) Apabila lajur dibataApabila lajur dibatasi oleh marka garis membujur terputusi oleh marka garis membujur terputus, maka lebar lajur diukur dari sisis, maka lebar lajur diukur dari sisi dalam garis tengah marka garis tepi jalan sampai dengan garis tengah marka garis dalam garis tengah marka garis tepi jalan sampai dengan garis tengah marka garis pembagi arah pada jalan 2-lajur-2-arah atau sampai dengan garis tengah garis pembagi pembagi arah pada jalan 2-lajur-2-arah atau sampai dengan garis tengah garis pembagi lajur pada jalan berlajur lebih dari satu.
lajur pada jalan berlajur lebih dari satu.
b) Apabila lajur dibatasi oleh marka garis membujur utuh, maka lebar lajur diukur dari b) Apabila lajur dibatasi oleh marka garis membujur utuh, maka lebar lajur diukur dari
masing-masi
masing-masing tepi ng tepi sebelah dalam marka membujur garis utuh.sebelah dalam marka membujur garis utuh.
5.6.5
5.6.5 Kemiringan Kemiringan melintang melintang jalanjalan
Untuk kelancaran drainase permukaan, lajur lalu lintas pada bagian alinyemen jalan yang Untuk kelancaran drainase permukaan, lajur lalu lintas pada bagian alinyemen jalan yang lurus memerlukan kemiringan melintang normal sebagai berikut (lihat Gambar 6)
lurus memerlukan kemiringan melintang normal sebagai berikut (lihat Gambar 6) :: a)
a) untuk untuk perkerasan perkerasan aspal aspal dan dan perkerasan perkerasan beton/semen, beton/semen, kemiringan kemiringan melintang melintang 2-3%;2-3%; b)
b) pada jalan pada jalan berlajur lebih berlajur lebih dari 2, dari 2, kemiringan melintang ditambah 1 kemiringan melintang ditambah 1 % % ke arah ke arah yang sama;yang sama; c)
c) untuk jeuntuk jenis penis perkerasan rkerasan yang layang lain, kemirin, kemiringan mingan melintang elintang disesuaikan disesuaikan dengan dengan karakteristikkarakteristik permukaannya.
permukaannya.
5.6.6
5.6.6 Bahu Bahu jalanjalan
a)
a) Kemiringan melKemiringan melintang bahu jalan yanintang bahu jalan yang normal 3 - 5% (lihat Gambar 6).g normal 3 - 5% (lihat Gambar 6). b)
b) Lebar minimal bahu jalan untuk bahu luar dan Lebar minimal bahu jalan untuk bahu luar dan bahu dalam dapat dilihat dalam Tabel 7.bahu dalam dapat dilihat dalam Tabel 7. c) Kemiringan melintang bahu jalan harus lebih besar dari kemiringan melintang lajur c) Kemiringan melintang bahu jalan harus lebih besar dari kemiringan melintang lajur
kendaraan. kendaraan. d)
d) Ketinggian permukaan bahu jalan Ketinggian permukaan bahu jalan harus menerus dengan harus menerus dengan permukaan perkerasan jalan.permukaan perkerasan jalan.
JALUR LALU LINTAS JALUR LALU LINTAS
TROTOAR TROTOAR BAWAH BAWAH TEPI DI TEPI DI SALURAN SALURAN TROTOAR TROTOAR DAN DAN 3 3 % % - - 5 5 % % KEREB KEREB JALAN JALAN BAHU BAHU JALAN JALAN BAHU BAHU 3 3 % % - - 5 5 % % TR
TROTOTOAOARR SASALULURARANN TEPI TEPI 2 2 % % ss.. d d 3 3 % % 2 2 %% ss..d d 33%% Gambar
5.6.7
5.6.7 Jalur Jalur lambatlambat
Jalur lambat berfungsi untuk melayani kendaraan yang bergerak lebih lambat dan searah Jalur lambat berfungsi untuk melayani kendaraan yang bergerak lebih lambat dan searah dengan jalur utamanya. Jalur ini dapat berfungsi sebagai jalur peralihan dari hirarki jalan dengan jalur utamanya. Jalur ini dapat berfungsi sebagai jalur peralihan dari hirarki jalan yang ada ke hirarki jalan yang lebih rendah atau sebaliknya. Ketentuan untuk jalur lambat yang ada ke hirarki jalan yang lebih rendah atau sebaliknya. Ketentuan untuk jalur lambat adalah sebagai berikut :
adalah sebagai berikut : a)
a) Untuk jalan arteri 2 arah terbagi dengan 4 lajur atau lebih, dilengkapUntuk jalan arteri 2 arah terbagi dengan 4 lajur atau lebih, dilengkapi dengan jalur lambat;i dengan jalur lambat; b) Jalur lambat direncanakan mengikuti alinyemen jalur cepat dengan lebar jalur dapat b) Jalur lambat direncanakan mengikuti alinyemen jalur cepat dengan lebar jalur dapat
mengikuti ketentuan
mengikuti ketentuan sebelumnyasebelumnya..
5.6.8
5.6.8 Separator Separator jalanjalan
Separator jalan dibuat untuk memisahkan jalur lambat dengan jalur cepat. Separator terdiri Separator jalan dibuat untuk memisahkan jalur lambat dengan jalur cepat. Separator terdiri atas bangunan fisik yang ditinggikan dengan kereb dan jalur tepian. Lebar minimum atas bangunan fisik yang ditinggikan dengan kereb dan jalur tepian. Lebar minimum separator adalah 1,00 m.
separator adalah 1,00 m.
5.6.9
5.6.9 Median Median jalanjalan
1)
1) Fungsi median jalan aFungsi median jalan adalah untuk :dalah untuk : a)
a) memisahkan dua aliran lalu lintas yang memisahkan dua aliran lalu lintas yang berlawanan arah;berlawanan arah; b) mencegah kendaraan belok kanan.
b) mencegah kendaraan belok kanan. c)
c) lapak tunggu lapak tunggu penyeberang jalan;penyeberang jalan;
d) penempatan fasilitas untuk mengurangi silau dari sinar lampu kendaraan dari arah d) penempatan fasilitas untuk mengurangi silau dari sinar lampu kendaraan dari arah
yang berlawanan. yang berlawanan.
e) penempatan fasilitas pendukung jalan; e) penempatan fasilitas pendukung jalan; f)
f) cadangan cadangan lajur lajur (jika (jika cukup cukup luas);luas); g)
g) tempat prasarana kerjtempat prasarana kerja sementara;a sementara; h)
h) dimanfaatkan untudimanfaatkan untuk jalur hijau;k jalur hijau;
2) Jalan dua arah dengan empat lajur atau lebih harus dilengkapi median. 2) Jalan dua arah dengan empat lajur atau lebih harus dilengkapi median.
3) Jika lebar ruang yang tersedia untuk median < 2,5 m, median harus ditinggikan atau 3) Jika lebar ruang yang tersedia untuk median < 2,5 m, median harus ditinggikan atau dilengkapi dengan pembatas fisik agar tidak dilanggar oleh kendaraan (Gambar 7 dan 8). dilengkapi dengan pembatas fisik agar tidak dilanggar oleh kendaraan (Gambar 7 dan 8). 4)
4) Lebar minimum medianLebar minimum median, terdiri atas jalur tepian dan bangunan pemis, terdiri atas jalur tepian dan bangunan pemisah jalur, ditetapkanah jalur, ditetapkan sesuai Tabel 8. Dalam hal penggunaan median untuk pemasangan fasilitas jalan, agar sesuai Tabel 8. Dalam hal penggunaan median untuk pemasangan fasilitas jalan, agar dipertimbangkan keperluan ruang bebas kendaraan untuk setiap arah.
dipertimbangkan keperluan ruang bebas kendaraan untuk setiap arah.
Tabel 8 Tabel 8
Lebar median jalan dan lebar jalur tepian Lebar median jalan dan lebar jalur tepian
Lebar median jalan (m) Lebar median jalan (m) Kelas jalan
Kelas jalan
Minimum
Minimum Minimum khusus *Minimum khusus *))
Lebar jalur tepian minimum Lebar jalur tepian minimum
(m) (m) I,
I, II II 2,50 2,50 1,00 1,00 0,250,25
III
III A, A, III III B, B, III III C C 1,501,50 1,001,00 0,40
0,40(median datar)(median datar) 0,250,25
Catatan : *