BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
UMKM pada dasarnya berperan penting di berbagai sektor ekonomi sebagai penyediaan lapangan kerja, pengembangan ekonomi lokal, pemberdayaan masyarakat, pencipta pasar baru dan sebagai sumber inovasi.Hal ini dapat dibuktikan pada masa krisis di Indonesia pada tahun 1998, UMKM mampu menyelamatkan perekonomian Indonesia. Pada tahun 1998 krisis ekonomi nasional yang dialami indonesia menyebabkan banyak usaha-usaha skala besar pada berbagai sektor termasuk industri, perdagangan, dan jasa yang mengalami stagnasi bahkan sampai menghentikan aktifitasnya. Namun, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dapat bertahan dan menjadi pemulih perekonomian di tengah keterpurukan akibat krisis moneter pada berbagai sektor ekonomi.Sebanyak 97,3% UMKM mampu menyerap tenaga kerja dari total angkatan kerja dan memiiliki kontribusi yang cukup besar terhadap investasi di Indonesia.Namun, tingkat pendidikannya masih sangat rendah.UMKM masih memegang peranan penting dalam perbaikan perekonomian Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha, segi penciptaan lapangan kerja, maupun dari segi pertumbuhan ekonomi nasional yang diukur dengan Produk Domestik Bruto. Terdapat beberapa permasalahan UMKM dalam menopang pembangunan ekonomi nasional diantaranya karena iklim usaha yang belum kondusif, sektor UMKM yang menghadapi masalah (terbatasnya akses UMKM kepada teknologi, kurangnya kepedulian UMKM, kurangnya insentif lembaga pendukung UMKM,
belum terbangun prinsip kemitraan struktur/strategi pengembangan usaha, masih adanya gap/kesenjangan kebutuhan UMKM, pengalokasian KUR dari bank kepada pihak pelaku UMKM yang masih terkendala dalam hal administrasi (laporan pencatatan hasil usaha dan perizinan usaha).
Kementerian Koperasi dan UMKM (2012) menyebutkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang berkembang saat ini terbagi menjadi beberapa kategori yaitu pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, listrik, gas, air bersih, perdagangan, hotel, restoran, jasa-jasa swasta, dan industri pengolahan yang salah satunya mencakup industri kreatif. Sektor industri kreatif diyakini mampu bertahan ketika berbagai sektor lain dilanda krisis keuangan global. Pemerintah mulai melirik industri kreatif sebagai alternatif roda penggerak ekonomi yang akan terus berputar. Industri kreatif meliputi 14 subsektor, yaitu periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, busana, video, film, dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan layanan komputer serta riset dan pengembangannya.
Berbicara mengenai persiapan pemerintah daerah dalam menghadapi MEA skripsi ini berfokus pada kota Medan. Kota Medan ialah kota yang memiliki sejarah yang akrab dengan kekayaan budaya dan bangunan bersejarah lainnya. Kota Medan juga merupakan kota yang multietnis, dan merupakan kota terpenting dalam hubungan penerbangan internasional dan perdagangan antar kota di pulau sumatera dan Negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand sehingga dapat di katakan bahwa kota medan ialah sebagai pintu gerbang Indonesia bagian barat yang berbatasan langsung dengan selat malaka di bagian
utara. Berdasarkan data BPS Sumatera Utara dalam angka 2015, Kota Medan merupakan salah satu kota besar di Indonesia dengan luas wilayah sekitar 265,10 km2 dengan jumlah penduduk 2.191.140 jiwa yang terdiri dari 1.081.797 penduduk laki-laki dan 1.109.343 penduduk perempuan yang saat ini terjadi kelebihan jumlah penduduk dari pada luas wilayah. Di kota Medan terdapat Kawasan Industri Medan (KIM) dan kawasan Industri Baru (KIB) yang diproyeksikan pemerintah kota Medan untuk mengantisipasi perkembangan industri.
Medan yakni sebagai barometer perkembangan perekonomian di Sumatera Utara, merupakan suatu wilayah yang dapat dijadikan suatu basis perkembangan Ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan dapat dipandang melalui tiga aspek yang utama yaitu konsep pemberdayaan masyarakat, kebijakan publik dan perkembangan konsep kewirausahaan.Akhir tahun 2015, Masyarakat Kota Medan mengahadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dimana bentuk integrasi ekonomi ini menjadi suatu tantangan besar.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian guna menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Persepsi Pengusaha UMKM Terhadap Iklim Usaha Di Kota Medan Dalam Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dikaji di dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimanakah persepsi pengusaha UMKM terhadap iklim usaha di kota Medan dalam implementasi MEA ?
2. Apakah yang menjadi permasalahan bagi pengusaha UMKM di kota Medan dalam menghadapi MEA yang berlangsung saat ini?
1.3 Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui persepsi pengusaha UMKM terhadap iklim usaha di kota Medan dalam implementasi MEA, dan
2. Untuk mengetahui hal yang menjadi permasalahan bagi pengusaha UMKM di kota Medan dalam menghadapi MEA.
1.4 Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu :
1. Bagi pengusahaUMKM di harapakan mampu menangkap peluang baik (dampak positif) pembentukan MEA ini agar usaha yang telah ada dapat berkembang.
2. Bagi pemerintah khususnya pemerintahkota Medan, di harapakan ikut berperan mendukung pemberdayaan UMKM kota Medan agar berjalan dengan baik.
3. Bagi pihak peneliti dan akademik sebagai tambahan informasi dan sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian mengenai judul yang sama.