• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis UMKM Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Analisis UMKM Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

No.x, JSSN: 1978-1520 n 5

5

Analisis UMKM Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Sipur, Almastoni Universitas IBBI

e-mail: [email protected], [email protected]

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model analisis regresi linier sederhana. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, Bappenas dengan menggunakan data periode dari tahun 2002-2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UMKM berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Kata Kunci: UMKM, Pertumbuhan Ekonomi, Regresi Linier Sederhana

1. PENDAHULUAN

Kenyataan yang harus diterima oleh semua masyarakat suatu negara bila terjadi krisis ekonomi adalah bahwa krisis ekonomi merupakan masalah yang mengakibatkan menurunnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang menurun tidak hanya disebabkan oleh lemahnya sektor moneter namun disebabkan pula oleh lemahnya sektor riil dalam hal ini termasuk sector UMKM. Pada masa proses pemulihan ekonomi Indonesia setelah krisis tahun 1997-1998 ternyata sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu sektor potensial yang mendapat perhatian pemerintah dan perlu dikembangkan karena mampu bertahan dibandingkan jenis usaha besar yang mengalami stagnansi dan keterpurukan, hal ini dibuktikan dengan bertambahnya jumlah UMKM setiap tahun. Selain itu peranan UMKM terhadap perekonomian Indonesia dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto.

Peningkatan jumlah UMKM di Indonesia dari tahun 2010-2015 disertai dengan meningkatnya kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto. Perkembangan jumlah UMKM dapat menjadi penggerak utama sektor rill yang memberikan pengaruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. Hanya saja masalahnya adalah bahwa kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto secara proporsi masih relative kecil dibandingkan dengan sector lain. Demikian pula apakah peningkatan UMKM dapat meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi. Oleh karena itu pemberdayaan UMKM sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM salah satunya memberi amanat kepada pemerintah dalam pemberian kemudahan/mendorong perluasan sumber pendanaan/akses kredit sebagai alternatif agar sector UMKM semakin meningkat kontribusinya.

Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2008 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah:

a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro dengan asset maksimal Rp 50 juta dan omzet maksimal Rp 300 juta.

b. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar. Kriteria usaha kecil memiliki asset lebih dari Rp 50 juta sampai Rp 500 juta dan omzet lebih dari Rp 300 juta sampai dengan Rp 2,5 milyar.

c. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang dari perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha kecil atau usaha besar. Kriteria usaha menengah ini memiliki asset lebih dari Rp 500 juta sampai Rp 10 milyar dan omzet lebih dari Rp 2,5 milyar sampai Rp 50 milyar.

(2)

Sementara itu menurut Budisantoso dan Nuritmo (2014), secara umum UMKM memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Memerlukan persyaratan penyerahan agunan yang lebih lunak.

Usaha mikro, kecil, dan menengah biasanya mengalami kesulitan untuk menyerahkan agunan tambahan. Agunan yang paling mungkin untuk dijadikan agunan hanyalah agunan utama atau objek yang dibiayai dengan fasilitas kredit.

2. Memerlukan metode monitoring kredit yang khusus.

Kegiatan monitoring ini berarti memerlukan ketrampilan khusus dari pejabat bank untuk menjembatani karakter usaha kecil yang sering kurang bankable dengan kebutuhan bank untuk selalu memiliki informasi tentang kondisi usaha debitur dan fasilitas kreditnya.

3. Cenderung menimbulkan biaya pelayanan kredit yang relative lebih tinggi.

Implikasi langsung dari kenaikan biaya rata-rata tersebut adalah kenaikan tingkat bunga yang harus dibayarkan oleh debitur.

4. Memerlukan persyaratan persetujuan kredit yang lebih sederhana.

Proses pengajuan dan persetujuan kredit menjadi lebih sederhana dan cepat. Untuk menyederhanakan proses persetujuan, pihak bank merancang formular aplikasi khusus bagi usaha mikro, kecil, dan menengah.

Setelah mengetahui karakteristik UMKM sebagaimana telah diuraikan di atas, tentunya yang perlu menjadi pemikiran selanjutnya adalah bukan karakteristiknya, melainkan berdasarkan karakteristik UMKM tersebut ada berapa UMKM yang memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas, dan merujuk pada hasil survei pendahuluan maka dapat dikatakan bahwa pada umumnya jumlah UMKM yang memiliki kontribusi terhadap perekonomian Indonesia dapat diketahui. Demikian pula bagaimana perkembangan UMKM itu sendiri juga dapat diidentifikasi dari waktu ke waktu. Tahun 2002 sampai dengan Tahun 2015 UMKM secara umum terus mengalami pertumbuhan. Tentunya perkembangan ini diharapkan dapat memberi kesempatan kepada UMKM untuk terus dapat meningkatkan perannya dalam perekonomian Indonesia. Seiring dengan pertumbuhannya tersebut diharapkan peluang untuk meningkatkan perekonomian dapat dicapai, salah satunya, dari sector UMKM.

Dilihat dari jumlah UMKM, pada Tahun 2002 ada sekitar 39 juta lebih. Jumlah tersebut terus bertambah, kecuali Tahun 2003 yang mengalami penurunan sehingga pertumbuhannya menjadi minus.

Dan pada Tahun 2015 jumlah UMKM telah mencapai lebih dari 54 juta unit. Jika dari jumlah tersebut dapat memiliki nilai omzet yang maksimal sesuai kriteria UMKM, tentulah peran UMKM dalam peningkatan perekonomian dapat dioptimalkan.

Peran penting keberadaan UMKM di Indonesia semakin terasa di dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Pada awalnya, keberadaan UMKM dipandang sebagai penyedia lapangan pekerjaan dan sebagai penggerak ekonomi pedesaan. Namun seiring dengan perkembangan zaman ternyata UMKM telah menyumbang sector ekspor, khususnya dalam meningkatkan ekspor non migas.

Sehingga diharapkan akan terus berperan dalam peningkatan perekonomian Indonesia (Tambunan, dalam Prasetio:2008).

Rahardja dan Manurung (2008) menyatakan besarnya output nasional atau PDB dapat menunjukkan beberapa hal penting dalam sebuah perekonomian, yaitu yang pertama semakin besar pendapatan nasional suatu negara maka semakin baik efisiensi alokasi sumber daya ekonominya. Kedua, dikarenakan alat ukur untuk produktivitas adalah output per tenaga kerja, sehingga semakin besar angkanya maka semakin tinggi produktivitas tenaga kerja. Demikian juga untuk tingkat kemakmuran dimana output nasional per kapita sebagai alat ukur sehingga semakin besar angka output per kapita maka tingkat kemakmuran dianggap semakin tinggi. Ketiga, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang masalah- masalah struktural (mendasar) yang dihadapi suatu perekonomian.

(3)

Analisis UMKM Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tabel 1. Data Pertumbuhan Ekonomi

No. Tahun Pertumbuhan Ekonomi

(dalam persen)

1. 2002 4.31

2. 2003 4.78

3. 2004 4.90

4. 2005 5.70

5. 2006 5.50

6. 2007 6.30

7. 2008 6.10

8. 2009 6.00

9. 2010 6.20

10. 2011 6.17

11. 2012 6.03

12. 2013 5.55

13. 2014 4.78

14. 2015 4.79

Hasanah dan Sunyoto (2013) menyatakan bahwa metode penghitungan PDB didasarkan pada dua hal yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung mengunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. Dengan menggunakan perhitungan PDB harga konstan maka dapat diketahui kondisi perekonomian sedang mengalami pertumbuhan atau tidak.

Bagi kalangan pengusaha, PDB dinilai mempermudah para pengusaha untuk menentukan arah masa depan permintaan produk mereka (Gwartney et al, 2008). Dengan mengetahui PDB, pengusaha mampu menentukan strategi dan perencanaan sebagai usaha dalam memenuhi permintaan pasar. Untuk memenuhi permintaan pasar, maka akan terjadi peningkatan produks barang dan jasa dalam negeri yang kemudian dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. PDB mendorong pemerintah dan pengusaha untuk bekerjasama tidak hanya untuk peningkatan produksi barang dan jasa, namun juga untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah sangat mendorong, mendukung dan membantu sektor UMKM agar menjadi penopang tatanan perekonomian Indonesia, sehingga perekonomian Indonesia dapat berkembang terutama melalui sektor UMKM. Hal ini dikarenakan di negara seperti Korea dan China yang mempunyai sektor UMKM yang kuat, kondisi ekonomi negara tersebut lebih tahan terhadap krisis dan tahan terhadap distorsi-distorsi yang menurunkan perkembangan ekonomi (Supriyono, 2011).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari perkembangan UMKM terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Demikian juga seberapa besar sebenarnya pengaruh dari pertumbuhan UMKM tersebut terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

2. METODE

Penelitian dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengakses data dari Badan Pusat Statistik (http://www.bps.go.id) dan Bank Indonesia (http://www.bi.go.id). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series yang diperoleh dari website dan instansi yang terkait yaitu Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia dan sumber-sumber lainnya berupa jurnal dan hasil penelitian. Data yang dibutuhkan yaitu data pertumbuhan ekonomi Indonesia dan UMKM periode tahun 2002-2015. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis secara makro dan data yang digunakan adalah data sekunder.

Pengumpulan data dilakukan melalui penelusuran sumber-sumber data dan informasi dari lembaga atau instansi terkait. Dari data yang terkumpul dilakukan pencatatan dan kategorisasi berdasarkan jenis variabel yang diperlukan.

UMKM mencakup seluruh unit usaha yang memenuhi kriteria sebagai unit usaha mikro, kecil dan menengah. Peran UMKM dinilai dari besaran tingkat persentasi pertumbuhannya dari tahun ke tahun.

(4)

Pertumbuhan ekonomi berasal dari nilai laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan harga konstan. Angka pertumbuhan ekonomi diukur dari perbedaan Produk Domestik Bruto pada tahun tertentu dengan tahun sebelumnya.

Model penelitian yang digunakan adalah model regresi linier sederhana dengan persamaan, sebagai berikut.

Y = a + βX + e Dimana :

Y : Pertumbuhan ekonomi.

a : Konstanta.

β : Koefisien regresi variabel independen.

X : UMKM.

e : Error term.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel 3.1 tampak bahwa dari tahun ke tahun menunjukkan adanya perubahan besarnya jumlah UMKM. Berdasarkan Tabel 3.1 tentang Data Pertumbuhan UMKM, terlihat bahwa dari waktu ke waktu mengalami dinamika yang menunjukkan variasi pertumbuhan yang fluktuatif. Dari Tahun 2002 ke 2003 mengalami penurunan dimana pada Tahun 2002 ada 39.766.110 unit sementara Tahun 2003 turun menjadi 36.813.578 unit. Tahun 2004 naik Kembali menjadi 37.911.723 unit. Kondisi ini terus berlanjut hingga Tahun 2015 meskipun kenaikannya tidak selalu sama, namun trendnya menunjukkan konsistensi adanya kenaikan atau pertumbuhan.

Jika merujuk pada persentasi kenaikannya, tampak adanya variasi tingkat kenaikan yang bervariasi dari tahun ke tahun. Dari tahun 2002 ke tahun 2003, mengalami penurunan sebesar minus 4,42 persen.

Sedangkan pada tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 2,98 persen. Pada tahun 2005 mengalami kenaikan hamper dua kali lipat kenaikan tahun 2004 yaitu menjadi 4,94 persen. Pada tahun 2006 kenaikannya mencapai 0,45 persen atau kurang dari satu persen, sehingga kenaikan pada tahun ini menjadi yang terendah sejak tahun 2002.

Pada tahun 2007 mengalami peningkatan Kembali dan kenaikannya hamper sama dengan kenaikan pada tahun 2005 yaitu sebesar 4,96 persen atau selisih kira-kira 0,02 persen. Tahun 2008 juga naik walaupun dengan persentasi lebih kecil, yaitu sebesar 3,61 persen. Tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 3,03 persen. Sementara pada tahun 2010 kenaikannya cukup signifikan karena dari seluruh data mulai Tahun 2002 hingga Tahun 2010, kenaikan pada Tahun 2010 merupakan yang tertinggi, yaitu mencapai 5,00 persen. Sedangkan pada tahun berikutnya yaitu 2011 kenaikannya tidak terlalu jauh perbedaanya dengan kenaikan pada Tahun 2010, yaitu 4,26 persen.

Tahun 2012 tingkat kenaikannya lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan pada tahun sebelumnya, yaitu sebesar 2,29 persen atau kurang lebih setengah lebih rendah dibanding dengan kenaikan pada tahun sebelumnya. Tahun 2013 kenaikannya mencapai 3,06 meningkat hampir satu persen lebih tinggi dari kenaikan tahun sebelumnya. Kenaikan sebesar 3,04 persen terjadi pada tahun 2014, hampir sama besarnya dengan kenaikan pada tahun sebelumnya. Sementara itu pada tahun berikutnya, yaitu 2015 terjadi peningkatan sebesar 2,61 persen, atau kurang lebih lebih kecil setengah persen dibandingkan dengan besaran kenaikan pada tahun sebelumnya.

Meskipun dari tahun ke tahun kadang naik dan kadang kala turun, namun secara umum kecenderungannya UMKM terus menunjukkan peningkatan atau terus berkembang. Hanya saja tingkat pertumbuhannya tidak selalu sama dari tahun ke tahun. Atau dengan kata lain, UMKM kecencderungannya terus mengalami pertumbuhan namun dengan tingkat pertumbuhan yang bervariasi.

(5)

Analisis UMKM Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tabel 2. Data Pertumbuhan UMKM

No Tahun Jumlah UMKM

(dalam unit)

1. 2002 39 765 110

2. 2003 36 813 578

3. 2004 37 911 723

4. 2005 39 784 036

5. 2006 39 964 080

6. 2007 41 944 494

7. 2008 43 460 242

8. 2009 44 777 387

9. 2010 47 017 062

10. 2011 49 021 803

11. 2012 50 145 800

12. 2013 51.678.004

13. 2014 53.250.486

14. 2015 54.648.106

Sumber: BPS

Sejalan dengan pertumbuhan UMKM, pertumbuhan ekonomi (tabel 3.2) juga menujukkan adanya fluktuasi. Pada tahun 2002 hingga tahun 2005 menunjukkan pertumbuhan yang terus meningkat, tetapi pada tahun 2006 menunjukkan penurunan. Kemudian pada tahun 2007 kembali meningkat. Pada tahun 2003 peningkatannya sebesar 4.78 persen dari tahun sebelumnya. Tahun 2004 naik sebesar 4.90 persen dan tahun 2005 sebesar 5.70 persen. Sebaliknya, pada tahun 2006 pertumbuhannya sebesar 5.50 persen yang berarti lebih rendah 0.20 persen dibanding dengan tahun sebelumnya.

Pada tahun 2007 pertumbuhannya meningkat Kembali sebesar 0.80 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya 5.50 persen. Sebaliknya pada tahun 2008 kembali turun menjadi hanya 6.10 pesen dan pada tahun 2009 kembali turun yaitu hanya sebesar 6 persen. Pada tahun 2010 naik lagi sementara pada 2011 turun lagi. Akhirnya pada tahun 2015 naik tipis menjadi sebesar 4.79 dari 4.78.

Tabel 3. Data Pertumbuhan Ekonomi

No. Tahun Pertumbuhan Ekonomi

(dalam persen)

1. 2002 4.31

2. 2003 4.78

3. 2004 4.90

4. 2005 5.70

5. 2006 5.50

6. 2007 6.30

7. 2008 6.10

8. 2009 6.00

9. 2010 6.20

10. 2011 6.17

11. 2012 6.03

12. 2013 5.55

13. 2014 4.78

14. 2015 4.79

Sumber: BPS

Selanjutnya dilakukan Uji Normalitas dengan tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu/residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengansumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik dianggap tidak valid. Model regresi yang baik adalah memiliki distrilbusi normal atau mendekati normal. Cara untuk mengetahui normalitas residual adalah dengan melihat normal probability plot yang

(6)

membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal, dan plotting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

Hasil plotting data untuk uji normalitas data dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hasil Uji Normalitas

Hasil Uji Normalitas tampak bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal. Dengan demikian maka data terbukti terdistribusi secara normal atau data memenuhi kriteria normalitas. Oleh karena itu data dapat diolah untuk uji hipotesis.

Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara variabel X (UMKM) dengan variabel Y (Pertumbuhan Ekonomi). Besarnya tingkat hubungan tersebut tampak besarnya koefisien korelasi.

Tabel 4. Perhitungan Korelasi

No X Y (X)(Y) X2 Y2

1. 204 431 87924 41616 185761

2. -442 478 -211276 195364 228484

3. 298 490 146020 88804 240100

4. 494 570 281580 244036 324900

5. 45 550 24750 2025 302500

6. 496 630 312480 246016 396900

7. 361 610 220210 130321 372100

8. 303 600 181800 91809 360000

9. 500 620 310000 250000 384400

10. 426 617 262842 181476 380689

11. 229 603 138087 52441 363609

12. 306 555 169830 93636 308025

13. 304 478 145312 92416 228484

14. 261 479 125019 68121 229441

3785 7711 2194578 1778081 4305393 Sumber: Data Diolah

Koefisien korelasi momentum produk dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi momentum produk sebagai berikut.

(7)

Analisis UMKM Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi n(ΣXY) − (ΣX)(ΣY)

RXy =

√n(ΣX2) − (ΣX)2 − √n(ΣY2) − (ΣY)2

Dengan menggunakan data yang ditampilkan dalam Tabel 4 maka nilai koefisien korelasi momentum produk dapat dicari. Dari hasil perhitungan berdasarkan rumus tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi momentum produk (r xy) sebesar 0,681. Angka ini mendekati setengah dari satu yang artinya korelasi antara variabel UMKM dengan pertumbuhan ekonomi kuat dan searah. Artinya, bila UMKM dapat tumbuh semakin besar, maka perekonomian Indonesia juga semakin meningkat seiring dengan peningkatan UMKM tersebut, demikian juga sebaliknya. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terbukti ada pengaruh UMKM terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Analisis Regresi Linier Sederhana dilakukan untuk mendapatkan nilai konstanta, dan koefisien variabel X agar dapat dirumuskan persamaan regresinya. Gunanya adalah untuk meramalkan nilai Y bila nilai X dapat diketahui.

Berdasarkan Tabel 4 setelah dilakukan perhitungan dengan rumus regresi linier sederhana diperoleh koefisien regresi X (b) sebesar 6,0 dan konstanta a = 85,0 Dengan demikian, persamaan regresi Y= a + bX + e menjadi Y = 85,0 + 4,0 X. Artinya, setiap kenaikan UMKM sebesar satu satuan maka pertumbuhan ekonomi akan naik sebesar 4 kali.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa UMKM memiliki pengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Artinya, setiap peningkatan kegiatan UMKM akan diikuti oleh peningkatan dalam bidang ekonomi yaitu Perekonomian Indonesia juga meningkat. UMKM cenderung bertumbuh dengan tingkat pertumbuhan yang fluktuatif, namun demikian proporsi kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi masih terbuka untuk ditingkatkan. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia juga meningkat walaupun dengan tingkat pertumbuhan yang juga berfluktuatif.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Bastian, Indra dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Jakarta: Salemba Empat.

[2] Firdaus, R., Ariyanti, M. 2008. Manajemen Perkreditan Bank Umum: Teori, Masalah Kebijakan dan Aplikasinya Lengkap dengan Analisis Kredit. Bandung: Alfa Beta.

[3] Gwartney, James, et al. 2008. Macroeconomics: Private and Public Choice. Mason: South Western Cengage Learning.

[4] Hasanah, Erni Umi dan Sunyoto, Danang. 2013. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro: Teori dan Soal. Edisi Terbaru. Yogyakarta: CAPS.

[5] Hasibuan, Malayu. 2008. Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Kasmir. 2013.

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi 1. Jakarta: Rajawali Pers.

[6] Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan Makroekonomi) Edisi 3. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

[7] Rivai, Veithzal. 2006. Credit Management Handbook: Teori, Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir dan Nasabah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

[8] Santoso, Budi T dan Triandaru, Sigit. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi Dua.

a. Jakarta: Salemba Empat.

[9] Sinungun, Muchdarsyah. 2005. Bank dan Perbankan Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

[10] Supriyono, Maryanto. 2011. Buku Pintar Perbankan: Studi Kasus dan Kamus Istilah Perbankan.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Akreditasi Nasional mendorong tumbuh kembangnya dorongan internal dalam institusi maupun program studi untuk melakukan perbaikan mutu secara berkelanjutan;.

Hasil ini relevan dengan penelitian Susilo (2013) bahwa siswa dengan kemandirian belajar tinggi mempunyai prestasi yang paling baik dari pada siswa yang mempunyai kemandirian

Berdasar pada permasalahan yang muncul akan disolusi dengan kegiatan yang dimulai dengan menganalisis metode pemasaran yang sedang berjalan, membangun sistem informasi promosi dan

Lebih dari sekali, para saksi mata menyampaikan kepada kami bahwa ketika ketersediaan kebutuhan dari orang-orang miskin ini semakin habis, Pater De Beer pergi, ke kamar tidurnya,

LQL NDUHQD SHUXVDKDDQ PXOWLQDVLRQDO PHP punyai kekuatan dan pengaruh yang besar dalam proses pembangunan internasional. 6HEDJDL VDODK VDWX LQVWLWXVL KXNXP \DQJ hidup dalam

dimanaperlakuan tersebut mengandung POC kelinci 100% dan samasekali tidak memiliki kandungan nutrisi AB Mix. Sehingga hal tersebut menyebabkan kebutuhan nutrisi akan

Covid-19 sangat berdampak pada sektor ekonomi masyarakat, terutama pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengalami krisis ekonomi. Hal ini dilihat dari daya

Dengan demikian, kepuasan publik dengan layanan birokrasi pemerintah Kecamatan mendapat menjadi indikator dalam mengukur kinerja pegawai atau aparat pemerintah kecamatan