• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUKACITA dari keramahan kita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SUKACITA dari keramahan kita"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

SUKACITA

dari keramahan kita

Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku.

(Matius 10:40)

Janganlah kamu lupa untuk melakukan keramahan kepada orang lain, sebab dengan berbuat demikian kamu telah menghibur malaikat-malaikat tanpa menyadarinya.

(Ibrani 13:2)

Semoga Lampedusa menjadi mercusuar yang bersinar di seluruh dunia, sehingga orang akan memiliki keberanian untuk menyambut mereka yang mencari kehidupan yang lebih baik.

(2)

BERSUKACITALAH!

Pentingnya Keramahan

Pada tahun 1838, Uskup Zwijsen menggunakan peraturan yang ditulis oleh Uskup Munster untuk Statuta pertama para Suster SCMM. Namun pada hal-hal yang sangat penting ia lebih fleksibel dari pada aturan-aturan tersebut. Misalnya, ia memperbolehkan untuk lebih fleksibel dalam hal menerima tamu. ‘Perihal bertamu, sangatlah diizinkan dan harus

terorganisir, dengan keterkenalan keramahan Brabant’, Frater Domitianus Simons menulisnya demikian. Para Suster dan Frater diberi kesempatan untuk menerima tamu yakni kerabat maupun pengunjung lain dengan hati yang ramah.

Sambutan hangat dari Pater Pemimpin Umum De Beer

‘Janganlah kau palingkan wajahmu dari orang miskin, niscaya wajah Allahpun tidak akan dipalingkan dari padamu.

Berikanlah desekah sesuai dengan besarnya kekayaanmu. Jika engkau hanya mempunyai sedikit, jangan takut memberikan sedekah seadanya (Tobit 4: 7-8). Inilah nasihat Tobit – seorang ayah yang buta kepada puteranya, Pater Superior de Beer mantan Pemimpin Umum pertama sangatlah terkesan dengan nasihat tersebut. Kita akan segera mengetahui, bagaimana dia menyambut orang-orang beriman yang dibuang, anak-anak miskin, para yatim, orang buta, tuli dan semua yang memiliki masalah keuangan dan sebagainya.Semua orang di Tilburg tahu bahwa di Komunitas para Frater terdapat seorang Frater yang bisa memberikan bantuan dan yakin bahwa ketukan mereka tidak akan sia-sia.

Betapa banyaknya kaum miskin dan orang yang menderita datang di pintu untuk mendapatkan bantuan, bahkan penjaga pintu tidak bisa mendekati mereka. Teristimewa pada musim dingin, selama beberapa hari bel pintu tidak berhenti. Mereka

(3)

semua menerima sedikit atau banyak tergantung pada kebutuhan mereka dan tergantung pada apa yang seharusnya diberikan oleh pater yang baik ini: kentang, roti, makanan yang sudah dimasak, cukup bahwa dalam sebuah rumah besar selalu tersisa, batubara, jaket, pakaian, pakaian dalam, selimut, dll. Lebih dari sekali, para saksi mata menyampaikan kepada kami bahwa ketika ketersediaan kebutuhan dari orang-orang miskin ini semakin habis, Pater De Beer pergi, ke kamar tidurnya, mengambil barang yang diminta dari lemari pakaian, dan meletakkannya secara tersembunyi di bagian dalam dari mantelnya, lalu membawanya ke ruang tamu, di mana orang-orang miskin sedang menunggu dia…’

(4)

BERSUKACITALAH!

Sukacita dari keramahan kita

Pertanyaan untuk refleksi dan / atau sharing

1. Dalam tradisi Kongregasi kita kebiasaan keramahan selalu memiliki arti yang sangat penting. Bagaimana dengan situasi yang terjadi sekarang? Hal apakah yang dilakukan oleh komunitas dan provinsi / regio Saudara dalam bidang ini dan apa penghayatan Saudara secara pribadi tentang hal itu?

2. Sebutkanlah dua atau tiga peristiwa dalam hidup Saudara ketika Saudara sendiri mengalami dengan sangat suasana sukacita dari keramahan tersebut. Jelaskanlah persitiwa-peristiwa penting itu: hal apa sajakah yang membuat peristiwa-peristiwa tersebut begitu bermakna?

(5)

Teks-teks untuk refleksi lebih lanjut ‘Menyambut’ adalah kata hati

Yesus memanggil murid-murid-Nya dan mengutus mereka untuk pergi, memberikan petunjuk yang jelas dan tepat kepada mereka. Dia menantang mereka untuk bersikap dan bertindak dalam berbagai cara. Kadang-kadang hal ini bisa menjadi tantangan bagi kita sebagai hal yang berlebihan atau bahkan tidak masuk akal. Adalah lebih mudah untuk menafsirkan sikap-sikap ini secara simbolis atau ‘spiritual’. Namun sikap dan cara Yesus adalah tepat, sangat jelas. Dia tidak

memberitahukan apa yang bisa mereka pikirkan untuk dikerjakan.

Marilah kita merenungkan beberapa sikap ini: ‘Janganlah membawa apa pun dalam perjalanan, kecuali tongkat, rotipun jangan, tanpa tas, tanpa uang …’ ‘Ketika kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di sana sampai kamu berangkat dari tempat itu (lih. Markus 6:8-11). Semua ini mungkin tampak cukup tidak realistis.

Kita bisa berkonsentrasi pada kata-kata, ‘roti’, ‘uang’, ‘tas’, ‘tongkat’, ‘sandal’ dan ‘jubah’. Dan ini nampaknya baik. Namun bagiku bahwa terdapat satu kata kunci yang secara mudah dilewati tanpa diketahui dari sekian kata menantang yang terurai di atas. Ini adalah satu kata inti dari spiritualitas Kristiani, dari pengalaman kita sebagai bagian dari pemuridan: ‘menyambut’. Yesus sebagai tuan yang baik, guru yang baik, mengutus mereka pergi untuk mengalami penyambutan, dan untuk mensharingkan keramahan. Dia mengatakan kepada mereka: ‘Di mana kamu memasuki suatu rumah, tinggallah di situ’. Dia mengutus mereka untuk pergi belajar suatu

(6)

BERSUKACITALAH! mengatakan bahwa seorang Kristen adalah seseorang yang telah belajar untuk menyambut orang lain, yang telah belajar untuk menunjukkan keramahan.

Yesus tidak mengutus mereka sebagai orang-orang yang berpengaruh, tuan tanah, pejabat resmi yang dipersenjatai dengan banyak peraturan dan keputusan-keputusan. Sebaliknya, Ia membuat mereka untuk mengetahui bahwa penziarahan hidup Kristiani hanyalah menyangkut perubahan hati. Pertama-tama adalah mengubah hati sendiri, dan

kemudian membantu untuk mengubah hati orang lain. Hal ini menyangkut bagaimana belajar untuk hidup secara berbeda, di bawah hukum yang berbeda, dengan aturan yang berbeda. Ini pun menyangkut upaya berbalik dari jalan keegoisan, konflik, perpecahan dan menonjolkan diri, untuk mengenakan jalan kehidupan, kemurahan hati dan kasih. Kesemuanya itu

merupakan penyeberangan dari suatu mentalitas mendominasi, menghambat dan memanipulasi ke mentalitas yang

menyambut, menerima dan peduli.

Ini adalah dua mentalitas yang saling bertentangan, dua cara pendekatan dari kehidupan dan misi kita.

Betapa banyaknya kita memikirkan misi kita dalam perencanaan-perencanaan serta program-program. Begitu banyak penginjilan kita melibatkan sejumlah strategi, taktik, kelihaian, teknik tertentu, seolah-olah kita bisa mengubah orang lain berdasarkan argumen kita sendiri. Saat ini Tuhan mengatakan kepada kita dengan jelas: dalam semangat Injili, kita tidak meyakinkan orang dengan hanya cukup berargumen, membuat strategi atau taktik-taktik. Kita hanya dapat

meyakinkan mereka dengan cara bagaimana belajar untuk menyambut mereka. Gereja bagaikan seorang ibu dengan hati yang terbuka. Dia tahu bagaimana untuk menyambut dan

(7)

menerima, terutama mereka yang membutuhkan perhatian yang lebih besar, mereka yang mengalami kesulitan besar. Gereja, seperti yang dikehendaki oleh Yesus, adalah rumah keramahan. Dan betapa pun banyaknya kebaikan yang bisa kita lakukan, manakala kita berusaha untuk berbicara dengan bahasa

keramahan tersebut, bahasa dari penerimaan dan penyambutan. Banyaknya rasa sakit dapat ditenangkan, sejumlah rasa putus asa dapat disembuhkan di tempat di mana kita merasakan sebagai rumah! Hal ini membutuhkan pintu keterbukaan, yakni pintu hati kita. Menyambut orang-orang yang kelaparan, yang haus, orang asing, telanjang, sakit, tahanan (Matius 25:34-37), orang-orang kusta dan yang lumpuh. Menyambut mereka yang tidak memiliki pola pikir seperti yang kita miliki, yang tidak memiliki iman atau yang telah kehilangan iman tersebut. Dan kadang-kadang, kita menyalahkan mereka. Menyambut mereka yang dianiaya, para pengangguran. Menyambut orang-orang yang berbeda budaya dengan kita, dari tempat kita yang amat diberkati. Menyambut orang-orang berdosa, karena masing-masing dari kita pun adalah pendosa. (...)

Satu hal yang pasti: kita tidak bisa memaksa orang untuk menerima kita, untuk menyambut kita; hal ini merupakan bagian dari kemiskinan dan kebebasan kita. Namun tak seorang pun yang dapat memaksa kita untuk tidak menyambut, ramah dalam kehidupan masyarakat kita. Tak seorang pun yang dapat melarang kita untuk tidak menyambut serta merangkul

kehidupan sesama kita, terutama mereka yang telah kehilangan harapan dan semangat hidup. Betapa baiknya bila kita

memikirkan juga keadaan umat di paroki kita, komunitas-komunitas, stasi-stasi, di mana pun terdapat umat Kristiani, dengan pintu terbuka, pusat perjumpaan yang sejati antara diri kita sendiri dan Tuhan.

Gereja adalah ibu, seperti Maria. Dalam dirinya, kita memiliki seorang figur. Kita juga harus menyediakan rumah, seperti

(8)

BERSUKACITALAH! Maria, yang tidak menjadi tuan atas sabda Allah, melainkan menerima sabda itu, melahirkan dari rahimnya dan

memberikannya kepada orang lain.

Kita pun sepatutnya menyediakan rumah, seperti bumi, yang tidak menghambat biji-bijian, melainkan menerimanya,

memelihara dan membuatnya tumbuh. Demikian pun bagi kita yang belajar untuk menjadi orang Kristen, kita sepatutnya belajar untuk menghidupi iman kita di tanah Paraguay ini, seperti Maria, menerima dan menyambut kehidupan Allah dalam diri sesama kita, percaya dan yakin bahwa ‘Tuhan akan menurunkan berkat-Nya yang melimpah, dan tanah kita akan menjadi semakin subur’. Semoga demikian.

(9)

Pertanyaan untuk pendalaman dan meditasi

1. Teks-teks di atas merupakan homili Paus Fransiskus dari Injil Markus 6:7-13. Bacalah teks Injil itu serta homilinya. Garisbawahilah dua atau tiga kalimat dalam homili tersebut yang menyentuh Saudara. Berikanlah penjelasan!

2. Paus Fransiskus menyebutkan bahwa keramahan merupakan suatu ‘ciri khas dari umat beriman’. Dia menambahkan: ‘Kita bisa mengatakan bahwa seorang Kristen adalah seseorang yang telah belajar untuk

menerima orang lain, yang telah belajar untuk menunjukkan keramahan.’ Bagaimana hal itu mungkin menurut pendapat Saudara yang mana kita harus belajar untuk memperluas keramahan dan menerima orang lain? Apakah yang penting dari hal tersebut?

(10)
(11)

Beberapa Keterangan:

‘Sukacita dari keramahan kita adalah bagian keempat dari ‘Bersukacitalah!’, serangkaian meditasi yang disiapkan oleh Para Frater CMM untuk Tahun Hidup Bakti, 2015.

Sumber: Pada halaman 1: Homili Paus Fransiskus di Lampedusa pada tanggal 8 Juli 2013. Kutipan pertama pada halaman 2 diambil dari teks Frater Domitianus Simons 1961 tentang ‘Statuta dan Peraturan-peraturan untuk Para Suster SCMM (1838), par. IV, Tentang keperawanan, dirumuskan oleh pendiri Joannes Zwijsen. Kutipan kedua adalah dari

Levensschets van den Hoogeerw. Pater Franciscus Salesius De Beer,

(Tilburg, 1919), hlm. 497.

Teks pada halaman 4-6: Adalah homili Paus Fransiskus dari Injil Markus 6:

7-13 pada Perayaan Ekaristi Kudus di Campo Grande, Paraguay, 12 Juli 2015.

Awal ‘O’ pada halaman 1 adalah dari Ade Bethune, My Lenten Missal (1941); gambar pada halaman 9: Mantel Madonna: Maria, Bunda

Berbelaskasih, adalah dari Pedro Paulo; kartun Paus Fransiskus adalah dari Pat Marrin dalam majalah National Catholic Reporter.

1. Bapak Suci, maaf, sudah larut saya menggangu, karena kotak orang miskin sudah penuh lagi.

2. Trims Pastor. Tolong siapkan kopi ya?

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Barry membagikan pengenalan dan pengalaman seumur hidup kepada Anda di dalam buku ini yang akan memampukan Anda untuk membiarkan iman bangkit di dalam hati Anda dan

Sekarang saya tahu bahwa ini bukan hanya untuk memenuhi hasrat hati—meskipun itu memang memenuhi hasrat hati saya dan telah bertumbuh menjadi hasrat yang besar— tetapi ini

Hasil analisis data dari pretest dan posttest tentang perilaku merokok menggunakan uji beda Wilcoxon, diperoleh z hitung=-2,913 < z tabel=1,645 maka Ha diterima dan Ho

“ Ika jangan sedih, kalo Ika nggak bisa buat origami burung Revand mau kok buatin origami burung buat Ika, kan sekarang Revand udah bisa buat origami burungnya,” ucap

c. Mahasiswa dan Lulusan: 1) Secara kuantitatif, jumlah mahasiswa baru yang diterima Prodi PAI relatif stabil dan di atas rata-rata dibandingkan dengan jumlah

Dengan hadirnya berbagai ancaman baik dari dalam maupun dari luar, menjadi sebuah parameter sendiri bagi pengelola usaha untuk memaksimalkan berbagai kegiatan

Tiba-tiba air datang, tiang listrik roboh, mobil juga diserang tsunami, anak-anak, istri dan semua keluargaku hilang karena tsunami (sambil menangis). Saya, saya berusaha

Saat Anda membaca cerita kami dan mengintip ke dalam hal-hal yang Tuhan telah ajarkan kepada kami, kami berdoa agar iman Anda dikuatkan, agar Anda mulai melihat diri Anda