• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Persepsi Pengusaha UMKM Terhadap Iklim Usaha Dalam Implementasi MEA di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Persepsi Pengusaha UMKM Terhadap Iklim Usaha Dalam Implementasi MEA di Kota Medan"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN Kuesioner Penelitian

Persepsi pengusaha UMKM dalam implementasi MEA diKota Medan A. Identitas Responden

1. Nama Responden :

9. Pendidikan terakhir yang ditamatkan :

1. Tamat SMP atau sederajat 3. Sarjana Muda/D3 atau lebih tinggi 2. Tamat SMA atau sederajat 4. Lainnya, ... B. Indikator Penilaianiklim usaha

Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk memberikan penilaian terhadap iklim usaha di Kota Medan dengan cara memberi tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan di bawah ini dengan menggunakan Skala likert :

SS = sangat setuju S = setuju

KS = kurang setuju TS = tidak setuju

STS = sangat tidak setuju C. Persepsi Masyarakat

No Item-Item Pertanyaan TANGGAPAN

SS S TS KS STS Kelembagaan

A. Variabel Kepastian Hukum

1 Menurut B/I/S, konsistensi peraturan yang mengatur kegiatan usaha di Kota Medan sudah berjalan baik.

SS S TS KS STS 2 Menurut B/I/S, penegakan hukum dalam kaitannya

dengan dunia usaha di Kota Medan sudah baik.

SS S TS KS STS 3 Menurut B/I/S, pungli diluar birokrasi terhadap kegiatan

usaha di Kota Medan semakin berkurang.

SS S TS KS STS B. Variabel Aparatur dan Pelayanan

4 Menurut B/I/S, birokrasi pelayanan terhadap dunia usaha di Kota Medan semakin baik.

(2)

Kota Medan semakin berkurang.

6 Menurut B/I/S, struktur pungutan oleh pemerintah daerah terhadap dunia usaha sudah sesuai.

SS S TS KS STS C. Variabel Peraturan Daerah

7

Menurut B/I/S, peraturan produk hukum daerah berupa pajak dan retribusi sudah mendukung kegiatan dunia usaha.

SS S TS KS STS

Sosial Politik A. Variabel Stabilitas Politik

8 Menurut B/I/S, kondisi stabilitas politik di Kota Medan cukup kondusif.

SS S TS KS STS 9 Menurut B/I/S, potensi konflik di masyarakat semakin

menurun dan dapat dideteksi.

SS S TS KS STS 10 Menurut B/I/S, intensitas unjuk rasa di Kota Medan

semakin menurun.

SS S TS KS STS 11 Menurut B/I/S, hubungan antara eksekutif dan legislatif

semakin baik.

SS S TS KS STS B. Variabel Keamanan

12 Menurut B/I/S, gangguan keamanan terhadap aktivitas dunia usaha semakin menurun.

SS S TS KS STS

13

Menurut B/I/S, gangguan keamanan terhadap masyarakat dilingkungan sekitar tempat kegiatan usaha semakin menurun.

SS S TS KS STS

14 Menurut B/I/S, kecepatan aparat menanggulangi gangguan keamanan di Kota Medan semakin baik.

SS S TS KS STS C. Variabel Budaya Masyarakat

15

Menurut B/I/S, Partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam perumusan kebijakan pemerintah daerah semakin meningkat.

SS S TS KS STS

16 Menurut B/I/S, keterbukaan masyarakat terhadap dunia usaha semakin baik.

SS S TS KS STS 17 Menurut B/I/S, perilaku masyarakat terhadap diskriminasi

semakin menurun.

SS S TS KS STS

18 Menurut B/I/S, adat istiadat masyarakat daerah semakin mendukung kegiatan dunia usaha.

SS S TS KS STS

19 Menurut B/I/S, etos kerja masyarakat daerah semakin meningkat

SS S TS KS STS Perekonomian Daerah

A. Variabel Potensi Ekonomi pasca pembentukan MEA 20 Menurut B/I/S, daya beli masyarakat Kota Medan

semakin meningkat.

SS S TS KS STS 21 Menurut B/I/S, pertumbuhan ekonomi Kota Medan

semakin tinggi.

(3)

Medan relatif stabil dan murah.

23 Menurut B/I/S, tingkat kesejahteraan masyarakat Kota Medan semakin baik.

SS S TS KS STS B. Variabel Struktur Ekonomi

24 Menurut B/I/S, nilai tambah atau kontribusi sektor primer semakin meningkat.

SS S TS KS STS 25 Menurut B/I/S, nilai tambah atau kontribusi sektor

sekunder semakin meningkat.

SS S TS KS STS 26 Menurut B/I/S, nilai tambah atau kontribusi sektor tersier

semakin meningkat.

SS S TS KS STS C. Variabel Ketenagakerjaan

27 Menurut B/I/S, ketersediaan tenaga kerja usia produktif di Kota Medan cukup banyak.

SS S TS KS STS 28 Menurut B/I/S, ketersediaan tenaga kerja pencari kerja di

Kota Medan cukup banyak.

SS S TS KS STS 29 Menurut B/I/S, produktivitas tenaga kerja di Kota Medan

semakin meningkat.

SS S TS KS STS Sistem Keuangan

A. Variabel Infrastruktur Perbankan

30 Menurut B/I/S, jumlah kantor bank di Kota Medan saat ini sudah memadai.

SS S TS KS STS 31 Menurut B/I/S, fasilitas perbankan di Kota Medan pada

saat ini sudah memadai.

SS S TS KS STS

B. Variabel Infrastruktur Non Perbankan

32 Menurut B/I/S, jumlah kantor lembaga keuangan bukan bank di Kota Medan sudah cukup banyak.

SS S TS KS STS

33 Menurut B/I/S, fasilitas lembaga keuangan bukan bank sudah memadai.

SS S TS KS STS

C. Variabel Kinerja Lembaga Keuangan (bank dan non bank)

SS 34 Menurut B/I/S, kredit perbankan yang disalurkan

perbankan di Kota Medan sudah mencukupi.

SS S TS KS STS 35 Menurut B/I/S, kinerja lembaga keuangan (bank dan non

bank) di Kota Medan sudah baik.

SS S TS KS STS Infrastruktur

A. Variabel Ketersediaan Infrastruktur

36 Menurut B/I/S, ketersediaan jalan di Kota Medan sudah memadai.

SS S TS KS STS 37 Menurut B/I/S, ketersediaan pelabuhan laut sudah

memadai.

SS S TS KS STS 38 Menurut B/I/S, ketersediaan pelabuhan udara sudah

memadai.

(4)

39 Menurut B/I/S, ketersediaan saluran telepon sudah memadai.

SS S TS KS STS B. Variabel Kualitas Infrastruktur

40 Menurut B/I/S, kualitas jalan di Kota Medan sudah baik. SS S TS KS STS 41 Menurut B/I/S, akses dan kualitas pelabuhan laut sudah

baik.

SS S TS KS STS 42 Menurut B/I/S, akses dan kualitas pelabuhan udara sudah

baik.

SS S TS KS STS 43 Menurut B/I/S, kualitas saluran dan sambungan telepon

sudah baik.

SS S TS KS STS C. Variabel Ketersediaan Energi

44 Menurut B/I/S, ketersediaan energi alternatif di Kota Medan sudah memadai.

SS S TS KS STS 45 Menurut B/I/S, ketersediaan saluran sambungan listrik di

Kota Medan sudah mencukupi.

SS S TS KS STS 46 Menurut B/I/S, kualitas suplai listrik di Kota Medan sudah

memadai.

SS S TS KS STS

Manakah yang menjadi prioritas permasalahan UMKM di kota Medan dalam menghadapi MEA

Permasalahan Penjelasan A. Informasi

B. Permodalan C. Bahanbakudan

faktor produksi, D. Tenaga kerja E. Biaya transaksi dan

(5)

Statistics PENDIDIKAN

N Valid 50

Missing 0

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 1 2.0 2.0 2.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 1 2.0 2.0 2.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid S 17 34.0 34.0 34.0

KS 22 44.0 44.0 78.0

TS 8 16.0 16.0 94.0

STS 3 6.0 6.0 100.0

(6)

B4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid S 17 34.0 34.0 34.0

KS 27 54.0 54.0 88.0

TS 6 12.0 12.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

B5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 1 2.0 2.0 2.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 1 2.0 2.0 2.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 2 4.0 4.0 4.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 3 6.0 6.0 6.0

S 21 42.0 42.0 48.0

KS 17 34.0 34.0 82.0

(7)

STS 2 4.0 4.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

A9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 2 4.0 4.0 4.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 3 6.0 6.0 6.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 1 2.0 2.0 2.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 1 2.0 2.0 2.0

S 32 64.0 64.0 66.0

KS 13 26.0 26.0 92.0

TS 4 8.0 8.0 100.0

(8)

B13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 2 4.0 4.0 4.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 5 10.0 10.0 10.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 2 4.0 4.0 4.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 2 4.0 4.0 4.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(9)

S 35 70.0 70.0 74.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 2 4.0 4.0 4.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 1 2.0 2.0 2.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid S 12 24.0 24.0 24.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid S 25 50.0 50.0 50.0

KS 20 40.0 40.0 90.0

TS 5 10.0 10.0 100.0

(10)

A22

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid S 19 38.0 38.0 38.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid S 17 34.0 34.0 34.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 3 6.0 6.0 6.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 2 4.0 4.0 4.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(11)

C27

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 7 14.0 14.0 14.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 7 14.0 14.0 14.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 2 4.0 4.0 4.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 2 4.0 4.0 4.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 3 6.0 6.0 6.0

(12)

KS 10 20.0 20.0 86.0

TS 7 14.0 14.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

B32

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 2 4.0 4.0 4.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 1 2.0 2.0 2.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 1 2.0 2.0 2.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid S 24 48.0 48.0 48.0

KS 18 36.0 36.0 84.0

TS 7 14.0 14.0 98.0

STS 1 2.0 2.0 100.0

(13)

Infrastruktur A36

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid S 27 54.0 54.0 54.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid S 29 58.0 58.0 58.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 13 26.0 26.0 26.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 11 22.0 22.0 22.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid S 26 52.0 52.0 52.0

KS 14 28.0 28.0 80.0

TS 5 10.0 10.0 90.0

STS 5 10.0 10.0 100.0

(14)

B41

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 2 4.0 4.0 4.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sValid SS 8 16.0 16.0 16.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 6 12.0 12.0 12.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid S 14 28.0 28.0 28.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid S 22 44.0 44.0 44.0

KS 19 38.0 38.0 82.0

(15)

STS 2 4.0 4.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

C46

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid S 15 30.0 30.0 30.0

KS 24 48.0 48.0 78.0

TS 5 10.0 10.0 88.0

STS 6 12.0 12.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Permasalahan pada UMKM Statistics

A B C D E

N Valid 50 50 50 50 50

Missing 0 0 0 0 0

A

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1.00 1 2.0 2.0 2.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid informasi 48 96.0 96.0 96.0

modal 2 4.0 4.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

C

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Informasi 1 2.0 2.0 2.0

Modal 26 52.0 52.0 54.0

bahan baku dan faktor produksi

(16)

tenaga kerja 7 14.0 14.0 94.0

biaya transaksi dan pemasaran

3 6.0 6.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

D

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Modal 5 10.0 10.0 10.0

bahan baku dan faktor produksi

18 36.0 36.0 46.0

tenaga kerja 17 34.0 34.0 80.0

biaya transaksi dan pemasaran

10 20.0 20.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

E

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Modal 5 10.0 10.0 10.0

bahan baku dan faktor produksi

12 24.0 24.0 34.0

tenaga kerja 23 46.0 46.0 80.0

biaya transaksi dan pemasaran

10 20.0 20.0 100.0

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penanaman Modal Kota Medan, Jumlah Investasi, Medan.

Badan Pusat Statistik, Sumatera Utara Dalam Angka, Berbagai Edisi, Medan. Hardiyanto, Arif & Murni Daulay. 2013.“Analisis Pelaku Usaha Di Kota Medan

Terhadap Rencana Redenminasi” Jurnal Ekonomi Dan Keuangan

Vol.1,No.4, Maret 2013.

Pemerintah Kota Medan, Jumlah UMKM, Medan.

Putra, M. U. Maya. 2015. “Konsep Pengembangan Ekonomi Kerakyatan di Kota Medan”Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil Volume 5, Nomor 01, April 2015. Rizal, Syamsul. 2005. “Hambatan/ Kendala dalam Pelaksanaan Undang-Undang

No. 9 tahun 1995 Tentang Usaha Kecil d Kota Medan” Jurnal Equality

vol. 10 no. 2 Agustus 2005.

Samuelson,paul A. & William D. Nordhaus. 1992.Macroeconomics, seventeenth edition, McGraw-Hill Inc.

Soleh. 2013. “Persiapan Indonesia dalam Menghadapi AEC(ASEAN ECONOMICCOMMUNITY) 2015” Journal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 509-522.

Susilo, Y. Sri. 2010. “Strategi Meningkatkan Daya Saing Umkm Dalam Menghadapi Implementasi Cafta dan Mea” Buletin Ekonomi Vol. 8, No. 2,Agustus 2010 hal 70-170.

Syukriah, Ana & Imam Hamdani. 2013.“Peningkatan Eksistensi Umkm Melalui Comparative Advantage Dalam Rangka Menghadapi Mea 2015 di Temanggung” Ana Syukriah,dkk/ Economics Development Analysis Journal 2 (2) (2013).

UU Nomor 20 Tahun 2008. Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah.

Utama, D. D. Tri. 2013. Yang berjudul “Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Berbasis Ekonomi Kreatif di Kota Semarang”. Semarang. Wirartha, I Made. 2005. “Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi”. Yogyakarta:

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk meneliti dan menemukan informasi sebanyak-banyaknya dari suatu fenomena, menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu atau mengenai bidang tertentu.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan dengan memberikan kuesioner kepada para pengusaha UMKM mengenai persepsi pengusaha UMKM terhadap iklim usaha di kota Medan dalam implementasi MEA. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan selesai tahun 2016.

3.3 Menentukan Populasi dan Sampel

(19)

Sampel penelitian diambil disebabkan berbagai keterbatasan yang dihadapi peneliti. Dalam penelitian ini, sampel yang diambil sebanyak 50 orang pengusaha. 3.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan cara memberikan kuesioner atau angket kepada para pengusaha UMKM di kota Medan. Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan memberikan kuesioner atau angket yang dilakukan dengan wawancara kepada responden untuk mendapatkan tanggapan informasi, jawaban dan sebagainya.Questioner yang digunakan dalam penelitian ini ialahquestioner dengan mengunakan skala likert sebagai alat untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.Ada 5 alternatif dalam member persepsi dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

SS = Sangat Setuju (1) S = Setuju (2)

KS = Kurang Setuju (3) TS = Tidak Setuju (4)

STS = Sangat Tidak Setuju (5)

(20)

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang sudah tersedia yang dikutip oleh peneliti sebagai referensi guna untuk kepentingan penelitian. Selain itu juga, data sekunder diperoleh melalui studi literatur baik dari data dan dokumen yang ada di studi pustaka, artikel, BPS Kota Medan, jurnal, internet, dan sumber-sumber yang relevan dengan objek penelitian.

3.5 Pengolahan Data

Program yang digunakan oleh penulis untuk mengolah data adalah program komputer SPSS Statistics 17.

3.6 Metode Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yang merupakan analisis yang paling mendasar untuk menggambarkan keadaan data secara umum. Analisis deskriptif membatasi lingkup generalisasinya hanya pada kelompok individu tertentu yang diobservasi, kesimpulannya tidak diperluas atau diberlakukan bagi kelompok lain.

3.7 Analisis Deskriptif

(21)

3.8 Defenisi Operasional

1. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) didefinisikan sebagai berikut:

a. Usaha mikro adalah usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 1 orang sampai dengan 4 orang.

b. Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 orang sampai dengan 19 orang, sedangkan

c. Usaha Menengah adalah usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang.

2. Iklim Usaha adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk memberdayakan baik Usaha Mikro, Kecil, maupun Menengah secara sinergis melalui penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi. 3. Implementasi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) atau AEC (Asean

(22)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan merupakan kota yang strategis. Kota ini dilalui Sungai Deli dan Sungai Babura.Keduanya merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai.Keberadaan Pelabuhan Belawan di jalur Selat Malaka yang cukup modern sebagai pintu gerbang atau pintu masuk perdagangan barang dan jasa baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor), menjadikan Medan sebagai pintu gerbang Indonesia bagian barat. Kota Medan yang sangat dekat dengan negara seperti Malaysia dan Singapura yang akan mengambil kesempatan yang berada di Sumatera Utara khususnya di Kota Medan.

(23)

Jika melihat perkembangan pusat industri di Sumatera Utara, Kota Medan berkontribusi sebesar 18,20% untuk perindustrian Sumatera Utara. Dimana, kota Medan menduduki peringkat kedua sedangkan Deli Serdang menduduki peringkat pertama dengan jumlah kontribusi sebesar 29,95% dan untuk peringkat ketiga ditempati oleh Kabupaten Batu Bara sebesar 13,75%.

Di Kota Medan yang tentunya diperlukan pembinaan oleh pemerintah melalui kebijakan dan keberanian untuk mengelola usaha melalui konsep kewirausahaan dengan konsep kelembagaan agar terciptanya usaha yang berdaya saing global untuk menghadapi persaingan di MEA 2015 (M. Umar Maya Putra, 2015).

4.2 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena penduduk mengalami peningkatan dan berarti pula kebutuhan ekonomi juga akan bertambah.Salah satu indikator ekonomi yangdiperlukan untuk mengukur kinerjapertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

4.2.1 PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan

(24)

menggunakan harga pada setiap tahun.Berikut ini berupa penjelasan mengenai PDRB atas harga konstan di Kota Medan.

Tabel 4.1

PDRB Atas Harga Konstan 2010 di Kota Medan

Lapangan Usaha 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4)

A. Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 1 210,98 1 224,19 1 292,41

B. Pertambangan dan

Penggalian 2,21 2,14 2,03

C. Industri Pengolahan 17 521,74 17 862,60 18 345,63

D. Pengadaan Listrik dan Gas 166,48 143,64 147,59

E. PengadaanAir, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang

177,27 184,10 196,38

F. Konstruksi 18 630,94 20 201,68 22 010,71

G. Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

25 348,12 27 537,20 30 052,91

H. Transportasi dan

Pergudangan 9 265,46 8 175,82 7 187,92

I. Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 2 469,71 2 631,50 2 884,83 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

PDRB 105 162,00 110 794,42 117 497,62

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan

(25)

4.2.2 PDRB Perkapita di Kota Medan

Pendapatan perkapita merupakan pendapatan yang di terima oleh masing-masing perkepala penduduk.Pendapatan perkapita tersebut di hasilkan dengan membagi pendapatan regional/produk regional neto dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.Berikut ini merupakan data PDRB Perkapita di Kota Medan.

Tabel 4.2

PDRB Perkapita di Kota Medan

Pendapatan Regional 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4)

Pendapatan Regional Perkapita

ADH Konstan 2010 (juta Rupiah) 48.932.722,19 51.041.410,76 53.623.967,96

Sumber: BPS Kota Medan

Dari data yang ada dapat di simpulkan bahwa Perkembangan PDRB Perkapita di Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan 2010 mulai tahun 2012 hingga tahun 2014 terus mengalami peningkatan.

4.2.3 Perkembangan Inflasi di Kota Medan

(26)

Tabel 4.3 Inflasi di Kota Medan

Kelompok/Sub Kelompok 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4)

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

(27)

4.2.4 Banyaknya Usaha di Beberapa Kabupaten/Kota

Berikut ini ialah data mengenai banyaknya usaha di beberapa Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara.

Tabel 4.4

Banyaknya Usaha di Kota Medan

A. Kabupaten 1996 2006

1. Nias 42.628 28.407

3. Pematangsiantar 15.840 26.997

4. Tebing Tinggi 10.223 14.106

5. Medan 133.828 222.133

6. Binjai 17.291 23.443

7. Padangsidempuan - 17.744

Jumlah/Total 658.908 1.056.553

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

(28)

4.2.5 Jumlah Investasi di Kota Medan

Dalam ilmu makroekonomi investasi memainkan dua peranan penting antara lainyaitu dalam jangka pendek, investasi menciptakan pertumbuhan agragate demand dengan menciptakan daya beli yang semakin berkembang dan menciptakan lapangan pekerjaan juga membuat business cycle semakin berkembang. Selanjutnya untuk jangka panjang investasi berperan untuk menciptakan capital accumulation (peralatan modal) dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Berikut ini berupa laporan nilai investasi di Kota Medan.

Tabel 4.5

Laporan Nilai Investasi Investasi Kota

Medan 2010 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

NilaiInvestasi 172.048.580 425.574.948 251.676.192 196.801.000 193.719.14 Sumber: BadanPenanaman Modal Kota Medan

Dari data yang ada pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai investasi di Kota Medan berfluktuasi. Dimana, jumlah investasi yang mula-mula senilai 172.048.580 pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang tinggi di tahun 2011 yaitu senilai 425.574.948 namun, pada tahun 2012 nilai investasi di Kota Medan menurun hingga sejumlah 251.676.192 selanjutnya semakin menurun hingga tahun 2014 sejumlah 193.719.148.

4.3 Karakteristik Responden dan Usaha

(29)

4.3.1 Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dalam dua kelompok yaitu laki-laki dan perempuan. Untuk mengetahui proporsi lebih jelas maka dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Frekuensi Persentase Persentase kumulatif

laki-laki 25 50.0 50.0

Perempuan 25 50.0 100.0

Total 50 100.0

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Catatan. SS : Sangat Setuju

S : Setuju

KS : Kurang Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sampel yang berjumlah 50 orang pengusaha UMKM di kota Medan terdiri atas 50% atau 25 orang responden jenis kelamin laki-laki dan 25 orang responden jenis kelamin perempuan.

4.3.2 Berdasarkan Usia

(30)

Tabel 4.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Frekuensi Persentase Persentase kumulatif

19.00 2 4.0 4.0

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Dari data yang ada dapat diketahui bahwa responden mulai dari usia 19 tahun hingga berusia 53 tahun dan responden paling dominan berusia 40 tahun yaitu sebanyak 5 orang atau sekitar 10% dari jumlah responden secara keseluruhan.

4.3.3 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(31)

D3danS1. Untuk mengetahui proporsi lebih jelas maka dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Frekuensi Persentase Kumulatif Persentase

SMP 8 16.0 16.0

SMA 31 62.0 78.0

D3 dan S1 11 22.0 100.0

Total 50 100.0

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Catatan. SS : Sangat Setuju

S : Setuju

KS : Kurang Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa responden yang memiliki jumlah terbanyak berdasarkan tingkat pendidikan adalah responden dengan tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 31 orang atau 62% dari keseluruhan responden, selanjutnya responden dengan tingkat pendidikan Sarjana Muda(D3) atau lebih tinggi (S1) sebanyank 11 orang atau 22% sedangkan tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 8 orang atau sekitar 10% dari keseluruhan responden. Hal ini menunjukkan penilaian melalui tingkat pendidikan bahwa sebagian besar responden merupakan pengusaha yang memiliki tingkat pendidikan yang baik. 4.3.4 Mengenai Kelembagaan di Kota Medan

(32)

Tabel 4.9

Persepsi Responden Secara DominanMengenai Kelembagaan di Kota Medan

NO Variable Kelembagaan Jumlah

(frekuensi)

Persentase

(%) Tanggapan

1.

Konsistensi peraturan yang mengatur kegiatan usaha di Kota Medan

28 56 KS

2. Penegakan hukum dalam kaitannya

dengan dunia usaha di Kota Medan 21 41 KS

3. Pungli diluar birokrasi terhadap

kegiatan usaha di Kota Medan 22 44 KS

4. Birokrasi pelayanan terhadap dunia

usaha di Kota Medan 27 54 KS

5. Penyalagunaan wewenang oleh

aparatur di Kota Medan 23 46 KS

6. Struktur pungutan oleh pemerintah

daerah terhadap dunia usaha 25 50 KS

7. Peraturan produk hukum daerah

berupa pajak dan retribusi 29 58 KS

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Catatan. SS : Sangat Setuju

S : Setuju

KS : Kurang Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Berdasarkan data primer yang diolah dari masing-masing variable dapat dilihat bahwa jika dirata-ratakan secara keseluruhan dari 50 orang responden sebanyak 21-29 orang responden atau sekitar 41%-58% pengusaha UMKM di Kota Medan memberikan persepsi Kurang Setuju (KS) mengenai kelembagaan di kota Medan.

4.3.5 Mengenai Sosial Politik di Kota Medan

(33)

Tabel 4.10

Persepsi Responden Secara DominanMengenai Sosial Politik di Kota Medan

NO Variable Kelembagaan Jumlah (frekuensi)

Persentase

(%) Tanggapan

1. Kondisi stabilitas politik

di Kota Medan. 21 42 S

2. Potensi konflik di

masyarakat. 18 38 S

3. Intensitas unjuk rasa di

Kota Medan. 22 44 S

4. Hubungan antara

eksekutif dan legislatif. 23 46 S

5.

Gangguan keamanan terhadap aktivitas dunia usaha.

keamanan di Kota Medan.

20 40 S

8.

Partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam perumusan kebijakan pemerintah daerah.

32 64 S

9. Keterbukaan masyarakat

terhadap dunia usaha. 36 72 S

10. Perilaku masyarakat

terhadap diskriminasi. 35 70 S

11.

Adat istiadat masyarakat

daerah semakin mendukung kegiatan dunia usaha.

41 82 S

12.

Etos kerja masyarakat

daerah semakin meningkat.

35 70 S

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Catatan. SS : Sangat Setuju

S : Setuju

KS : Kurang Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

(34)

Kota Medan memberikan persepsi Setuju (S) mengenai Sosial Politik di kota Medan.

4.3.6 Mengenai Sistem Keuangan di Kota Medan

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini diminta untuk memberikan persepsi mengenai kinerja Sistem Keuangan yang ada di Kota Medan.Untuk mengetahui proporsi lebih jelas maka dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut

TabeL 4.11

Persepsi Responden Secara DominanMengenai Sistem Keuangan di Kota Medan

NO Variable Kelembagaan Jumlah (frekuensi)

Persentase

(%) Tanggapan

1. Jumlah kantor bank di

Kota Medan. 38 76 S

2. Fasilitas perbankan di

Kota Medan. 30 60 S

3.

Jumlah kantor lembaga keuangan bukan bank di Kota Medan.

36 72 S

4. Fasilitas lembaga

keuangan bukan bank. 27 54 S

5.

Kredit perbankan yang disalurkan perbankan di Kota Medan.

28 56 S

6.

Kinerja lembaga keuangan (bank dan non

bank) di Kota Medan.

24 48 S

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Catatan. SS : Sangat Setuju

S : Setuju

KS : Kurang Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

(35)

(S) mengenai jumlah kantor, fasilitas lembaga keuangan serta kinerja lembaga yang mendukung Sistem Keuangan di kota Medan.

4.3.7 Mengenai Infrastruktur di Kota Medan

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini diminta untuk memberikan persepsi mengenai kualitas Infrastruktur di Kota Medan. Untuk mengetahui proporsi lebih jelas maka dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut:

Tabel 4.12

Persepsi Responden Secara DominanMengenai Infrastruktur di Kota Medan

1. Ketersediaan jalan di

Kota Medan. 27 54 S

2. Ketersediaan

pelabuhan laut. 29 58 S

5. Ketersediaan

pelabuhan udara. 30 60 S

6. Ketersediaan saluran

telepon. 33 66 S

7. Kualitas jalan di Kota

Medan. 26 52 S

8. Akses dan kualitas

pelabuhan laut. 30 60 S

9. Akses dan kualitas

pelabuhan udara. 33 66 S

10. Kualitas saluran dan

sambungan telepon. 39 78 S

11.

Ketersediaan energi alternatif di Kota Medan.

18 36 TS

12.

Ketersediaan saluran sambungan listrik di Kota Medan.

22 44 S

13. Kualitas suplai listrik

di Kota Medan. 24 48 KS

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Catatan. SS : Sangat Setuju

S : Setuju

(36)

Berdasarkan data primer yang diolah untuk masing-masing variable dapat dilihat bahwa jika dirata-ratakan secara keseluruhan dari 50 orang responden untuk variable ketersediaan energi alternatif di kota Medan sebanyak 18 orang atau 36% pengusaha UMKM di Kota Medan memberikan persepsi Tidak Setuju (TS). Dan sebanyak 24 orang atau 48% pengusaha UMKM di Kota Medan memberikan persepsi Kurang Setuju (KS) mengenai kualitas suplai listrik. Sedangkan untuk variable lain seperti ketersediaan jalan, saluran telepon, saluran sambungan listrik, juga akses dan kualitas pelabuhan laut dan udara di kota Medan dapat dilihat bahwa sebanyak 22-39 orang responden atau sekitar 44%-78% pengusaha UMKM di kota Medan memberikan persepsi Setuju (S).

4.3.8 Mengenai Perekonomian Daerah pasca Pembentukan MEA di Kota Medan

(37)

Tabel 4.13

Persepsi Responden Secara DominanMengenai Perekonomian Daerah pasca Pembentukan MEA di Kota Medan

NO Variable Kelembagaan Jumlah (frekuensi)

Persentase

(%) Tanggapan

1. Daya beli masyarakat Kota

Medan. 22 44 KS

2. Pertumbuhan ekonomi Kota

Medan. 25 50 S

3. Kondisi harga-harga barang

di Kota Medan. 20 40 KS

4. Tingkat kesejahteraan

masyarakat Kota Medan. 21 42 KS

5. Nilai tambah atau kontribusi

sektor primer. 22 44 S

6. Nilai tambah atau kontribusi

sektor sekunder. 37 74 S

7. Nilai tambah atau kontribusi

sektor tersier. 37 74 S

8.

Ketersediaan tenaga kerja usia produktif di Kota Medan.

38 76 S

9. Ketersediaan tenaga kerja

pencari kerja di Kota Medan. 37 74 S

10. Produktivitas tenaga kerja di

Kota Medan semakin. 33 66 S

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Catatan. SS : Sangat Setuju

S : Setuju

KS : Kurang Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

(38)

4.3.9 Tabulasi Silang Antar Tingkat Pendidikan dan Daya Beli Masyarakat Tabulasi ini bertujuan untuk mengukur apakah terdapat persamaan ataupun perbedaan antara persepsi responden berdasarkan tingkat pendidikan terhadap daya beli masyarakat di Kota Medan.

Tabel 4.14

Tabulasi silang Antar tingkat pendidikan dan daya beli masyarakat

PENDIDIKAN

Persepsi Mengenai Daya Beli Masyarakat Kota

Medan Semakin Meningkat Total

S KS TS STS

SMP 1 5 1 1 8

SMA 8 13 9 1 31

D3danS1 3 4 3 1 11

Total 12 22 13 3 50

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Catatan. SS : Sangat Setuju

S : Setuju

KS : Kurang Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

(39)

4.3.10 Tabulasi Silang Antar Tingkat Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi

Tabulasi ini bertujuan untuk mengukur apakah terdapat persamaan ataupun perbedaan antara persepsi responden berdasarkan tingkat pendidikan mengenai pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.

Tabel 4.15

Tabulasi silang Antar tingkat pendidikan dan pertumbuhan Ekonomi

PENDIDIKAN

Persepsi Mengenai Pertumbuhan Ekonomi

Kota Medan Semakin Tinggi Total

S KS TS

SMP 2 6 0 8

SMA 18 9 4 31

D3danS1 5 5 1 11

Total 25 20 5 50

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Catatan. SS : Sangat Setuju

S : Setuju

KS : Kurang Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

(40)

4.3.11 Tabulasi Silang Antar Tingkat Pendidikan dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat

Tabulasi ini bertujuan untuk mengukur apakah terdapat persamaan ataupun perbedaan antara persepsi responden berdasarkan tingkat pendidikan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di Kota Medan.

Tabel 4.16

Tabulasi silang Antar tingkat pendidikan dan tingkat kesejahteraan masyarakat

PENDIDIKAN

Persepsi Mengenai Tingkat Kesejahteraan

Masyarakat di Kota Medan semakin Baik Total

S KS TS STS

SMP 1 5 1 1 8

SMA 11 13 5 2 31

D3dan S1 5 3 3 0 11

Total 17 21 9 3 50

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Catatan. SS : Sangat Setuju

S : Setuju

KS : Kurang Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

(41)

4.3.12 Tabulasi Silang Antar Tingkat Pendidikan dan Kinerja Lembaga Keuangan

Tabulasi ini bertujuan untuk mengukur apakah terdapat persamaan ataupun perbedaan antara persepsi responden berdasarkan tingkat pendidikan mengenai kinerja lembaga keuangan di Kota Medan.

Tabel 4.17

Tabulasi silang Antar tingkat pendidikan dan kinerja lembaga keuangan

PENDIDIKAN

Persepsi Mengenai Kinerja Lembaga

Keuangan di Kota Medan sudah baik Total

S KS TS STS

SMP 4 3 1 0 8

SMA 11 14 5 1 31

D3dan S1 9 1 1 0 11

Total 24 18 7 1 50

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Catatan. SS : Sangat Setuju

S : Setuju

KS : Kurang Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

(42)

4.3.13 Tabulasi Silang Antar Jenis Kelamin dan Ketersediaan Pelabuhan Udara

Tabulasi ini bertujuan untuk mengukur apakah terdapat persamaan ataupun perbedaan antara persepsi responden laki-laki (Lk) dan responden perempuan (Pr).

Tabel 4.18

Tabulasi silang Antar Jenis Kelamin dan ketersediaan pelabuhan udara

Jenis Kelamin Persepsi Mengenai Pelabuhan Udara Sudah Memadai Total

SS S KS STS

Lk 8 11 5 1 25

Pr 5 19 1 0 25

Total 13 30 6 1 50

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Catatan. SS : Sangat Setuju

S : Setuju

KS : Kurang Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

(43)

4.4 Persepsi Mengenai Permasalahan UMKM di Kota Medan dalam Implementasi MEA

Untuk mengukur Persepsi ini responden diminta untuk memberi penilaian berdasarkan pandangan atau pendapat pengusaha UMKM di Kota Medan dengan cara memberikan nomor urut atau rangking yang dianggap menjadi masalah utama yaitu mulai dari nomor 1 sampai dengan nomor 5.

Tabel 4.19

Persepsi Responden Mengenai Permasalahan UMKM di Kota Medan dalam Menghadapi MEA

RANGKING INFORMASI (a)

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

(44)
(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tentang persepsi pengusaha UMKM mengenai iklim usaha dalam implementasi MEA di Kota Medan yang telah di analisis secara deskriptif dari bab sebelumnya, maka peneliti menarik kesimpulan dari hasil yang diperoleh selama melakukan penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Persepsi mengenai kelembagaan di Kota Medan berdasarkan hasil penelitian di nilai masih kurang baik.

2. Persepsi mengenai sosial politik di Kota Medan berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keadaan sosial politik sudah cukup kondusif.

3. Persepsi mengenai sistem keuangan di Kota Medan dinilai sudah memadai.

4. Persepsi mengenai infrastruktur di Kota Medan di nilai masih kurang baik. 5. Persepsi mengenai perekonomian daerah di Kota Medan menunjukkan

bahwa daya beli masyarakat di kota Medan pasca terbentuknya MEA masih belum meningkat, begitu juga kondisi harga barang yang relatif tidak stabil dan tingkat kesejahteraan di kota Medan masih dianggap kurang baik.

(46)

terbatas. Selanjutnya, di ikuti dengan masalah kelangkaan bahan baku dan tenaga kerja yang tidak sesuai.

5.2 Saran

1. Bagi pihak pemerintah daerah sebaiknya memantau jalannya program yang telah di rancang untuk pelaku usaha khususnya UMKM seperti KUR (Kredit Usaha Rakyat) di lapangan, agar program yang ada menjadi efektif.

2. Aparatur pelayanan harus lebih di tingkatkan untuk mendukung dunia usaha di kota Medan.

(47)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Integrasi Ekonomi

Integrasi ekonomi ialah serangkaian khusus kebijakan antar kelompok Negara regional yang bertujuan untuk meningkatkan pertukaran faktor produksi dalam bentuk barang maupun jasa antar Negara anggota.Integrasi ekonomi yang di bentuk ialah meliputi integrasi perdagangan dan integrasi moneter. Ada beberapa tahapan integrasi ekonomi menurut intensitas integrasi, yaitu (dalam Walter and Andrew, 2009:46):

a) Preferential Trading Arrangement (PTA)

Merupakan kelompok perdagangan yang memberikan preferensi (keringanan) terhadap jenis produk tertentu kepada negara anggota, dilaksanakan dengan cara mengurangi tarif (tidak menghapuskan tarif sampai menjadi nol).

b) Free Trade Area (FTA)

(48)

c) Customs Union (CU)

Dua negara atau lebih dikatakan membentuk CU apabila mereka sepakat untuk menghilangkan semua kewajiban impor atau hambatan-hambatan perdagangan dalam bentuk tarif maupun non tarif terhadap semua barang dan jasa yang diperdagangkan sesama mereka sedangkan terhadap Negara-negara lain yang bukan anggota juga akan diberlakukan penyeragaman ketentuan.

d) Common Market (CM)

Dua negara atau lebih akan dikatakan membentuk CM jika terpenuhi kondisi CU plus mengizinkan adanya perpindahan yang bebas seluruh faktor produksi di antara sesama negara anggota.

e) Economic Union (EU)

Dua negara atau lebih dikatakan membentuk EU jika terpenuhi kondisi CM plus adanya harmonisasi dalam kebijakan-kebijakan makroekonomi nasional di antara sesama negara anggota. Dengan begitu dapat dihindari adanya kebijakan-kebijakan yang saling bertentangan dan kontroversial satu sama lain.

f) Total Economic Integration (TEI)

(49)

Gambar 2.1 Peta ASEAN

(50)

Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) pada tahun 1992 dengan tujuan untuk memperbaiki sistem yang telah ada sebelumnya yaitu PTA. Kemudian, pada KTT ASEAN di Phnom Penh November 2002 para pemimpin ASEAN menyepakati prakarsa Perdana Menteri Goh Chok Tong untuk menyebut bagian dari realisasi AFTA merupakan proses dari integrasi ekonomi ASEAN sebagai pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Adapun tahapan dalam pencapaian MEA atau AEC di Indonesia kini, sudah berjalan mencapai perkembangan dan peraturan perdagangan bebas dan kini mengarah pada pengembangan sistem kepabeanan serta pembebasan yang menjadi hambatan dalam factor produksi guna menghadapi penerapan Custom Union dan Common Market untuk langkah selanjutnya (Soleh 2013).

Terkait dengan MEA, ada 4 pilar masyarakat ekonomi Asean yaitu : 1. Pasar tunggal dan basis produksi,

2. Kawasan ekonomi berdaya saing, 3. Pembangunan ekonomi yang merata 4. Integrasi dengan ekonomi global.

(51)

yang bebas dengan nama AEC (Asean Economic Community) atau MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) di bentuk melalui pembukaan dan pembentukan pasar yang lebih besar, dorongan peningkatan efisiensi dan daya saing, serta pembukaan peluang penyerapan tenaga kerja di kawasan ASEAN dengan harapan bahwa negara-negara di ASEAN seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Negara ASEAN lainnya mampu mengikuti jejak Uni Eropa.

Alasan para anggota ASEAN menyepakati MEA antara lain ialah :

a. Untuk meningkatkan stabilitas perekonomian dikawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi antar negara ASEAN.

b. Mewujudkan konsentrasi industri yang menjadi suatu basis produksi dan pasar tunggal, yang akan menyebabkan kawasan yang tergabung dalam MEA secara ekonomi dapat menghasilkan suatu tingkat biaya produksi yang lebih murah.

c. Pembentukan MEA di harapkan mampu membuka peluang-peluang ekonomi bagi masyarakat Negara anggota ASEAN dan mampu meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh negara di kawasan ASEAN. d. Menjadikan kawasan yang saling keterkaitan yang erat, dan mampu

menciptakan hasil produksi yang lebih berdaya saing dikarenakan kerjasama yang dihasilkan akan meningkatkan suatu daya saing secara kompetitif.

(52)

f. Sinergi dari pemberdayaan masyarakat, kebijakan publik dan perkembangan konsep kewirausahaan. Dapat meningkatkan suatu kinerja perekonomian serta mampu menjadikan masyarakat menjadi suatu subyek dalam pembangunan sehingga tidak adanya ketergantungan dengan pemerintah dan dapat mengembangkan potensi yang ada.

Integrasi ekonomi ASEAN yaitu dalam bentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang berlangsung pada 31 Desember 2015. Dimana, Negara wilayah hingga kota yang memiliki inovasi dalam pembangunan ekonomi yang akan mampu bersaing. Tren yang ada kini ialah setiap daerah yang bersaing harus menonjolkan identitasnya, mengoptimalkan potensi daerah yang dimiliki dengan sedemikian rupa dan mengupayakan potensi yang berbeda dari kompetitor. Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

2.2 Defenisi UMKM

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki definisi yang berbeda pada setiap literatur menurut beberapa instansi atau lembaga bahkan undang-undang. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, UMKM didefinisikan sebagai berikut:

(53)

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Berdasarkan kekayaan dan hasil penjualan, menurut Undang-UndangNomor 20 tahun 2008 pasal 6, kriteria usaha mikro yaitu:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:

(54)

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Sedangkan kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Menurut Bank Indonesia (2011) terdapat beberapa negara yang mendefinisikan UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja, diantaranya yaitu:

1. El Salvador (kurang dari empat orang untuk usaha mikro, antara lima hingga 49 orang untuk usaha kecil, dan antara 50 – 99 orang untuk usaha menengah).

2. Ekuador (kurang dari 10 orang untuk usaha mikro).

3. Kolombia (kurang dari 10 orang untuk usaha mikro, antara 10 – 50 orang untuk usaha kecil, dan antara 51 – 200 orang untuk usaha menengah). 4. Maroko (kurang dari 200 orang).

5. Brazil (kurang dari 100 orang).

(55)

Beberapa negara memiliki standar yang berbeda dan ada pula yang menggunakan kombinasi dari berbagai tolok ukur dalam mendefinisikan UMKM berkaitan dengan dasar hukum. Afrika Selatan contohnya, menggunakan kombinasi antara jumlah karyawan, pendapatan usaha, dan total aset sebagai ukuran dalam kategorisasi usaha. Peru mendasarkan klasifikasi UMKM berdasarkan jumlah karyawan dan tingkat penjualan per tahun. Costa Rica menggunakan sistem poin berdasarkan tenaga kerja, penjualan tahunan, dan total aset sebagai dasar klasifikasi usaha. Namun,terdapat konsensus umum yang mendefinisikan UMKM berdasarkan jumlah karyawan. Selain itu, ada pula beberapa negara yang menggunakan standar ganda dalam mendefinisikan UMKM dengan mempertimbangkan sektor usaha. Afrika Selatan membedakan definisi UMKM untuk sektor pertambangan, listrik, manufaktur, dan konstruksi.Sedangkan Argentina menetapkan bahwa sektor industri, ritel, jasa, dan pertanian memiliki batasan tingkat penjualan berbeda dalam klasifikasi usaha.Malaysia membedakan definisi UMKM untuk bidang manufaktur dan jasa, masing-masing berdasarkan jumlah karyawan dan jumlah penjualan tahunan (Dani Danuar Tri Utama, 2013).

(56)

Berdasarkan Keputuasan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset pertahun setinggi-tingginya Rp600.000.000 atau aset/aktiva setinggi-tingginya Rp600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari :

1. Badang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan

2. Perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa).

2.3 Pengertian Iklim Usaha

MenurutPasal 1 Angka 4 UU Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil menyebutkanIklim Usahaadalah kondisi yang diupayakan Pemerintah berupa penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan di berbagai aspek kehidupan ekonomi agar Usaha Kecil memperoleh kepastian kesempatan yang sama dan dukungan berusaha yang seluas-luasnya sehingga berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

(57)

Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah yaituPemerintah dan Pemerintah Daerah menumbuhkan Iklim Usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi aspek:

a. Pendanaan.

b. Sarana dan prasarana. c. Informasi usaha. d. Kemitraan. e. Perizinan usaha. f. Kesempatan berusaha. g. Promosi dagang, dan h. Dukungan kelembagaan.

Dunia Usaha dan masyarakat berperan serta secara aktif membantu menumbuhkan Iklim Usaha.Adapun aspek paling utama dalam iklim usaha ialah aspek pendanaan. Aspek pendanaan sebagaimana dimaksud ditujukan untuk:

a. Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi UsahaMikro, Kecil, dan Menengah untuk dapat mengakses kreditperbankan dan lembaga keuangan bukan bank.

b. Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringannya sehingga dapat diakses oleh Usaha Mikro, Kecil,dan Menengah.

(58)

d. Membantu para pelaku Usaha Mikro dan Usaha Kecil untuk mendapatkan pembiayaan dan jasa/produk keuanganlainnya yang disediakan oleh perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, baik yang menggunakan system konvensional maupun sistem syariah dengan jaminan yang disediakan oleh Pemerintah.

Selamjutnya aspek sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud ditujukan untuk:

a. Mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong danmengembangkan pertumbuhan Usaha Mikro dan Kecil, dan

b. Memberikan keringanan tarif prasarana tertentu bagi UsahaMikro dan Kecil. 2.4 Kaitan UMKM dan Iklim Usaha

(59)

terhadap sumber daya produktif agar mampu memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan mengoptimalkan potensi sumber daya alam yang berwawasan lingkungan, serta meningkatkan skala usahanya. Sasaran programnya adalah tersedianya lembaga pendukung/penyedia jasa pengembangan usaha yang terjangkau dan bermutu untuk meningkatkan akses UMKM terhadap pasar dan sumber daya produktif seperti sumber daya manusia, permodalan, pasar, manajemen, teknologi, dan informasi, insentif usaha serta meningkatnya fungsi intermediasi lembaga-lembaga keuangan bagi UMKM dan meningkatnya jangkauan lembaga keuangan. Program Aksi Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif bertujuan untuk mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan, serta meningkatnya daya saing UMKM. Program Aksi Pemberdayaan Usaha Skala Mikro bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang berskala mikro, terutama yang masih berstatus keluarga miskin dalam rangka memperoleh pendapatan yang tetap, melalui upaya peningkatan kapasitas usaha sehingga menjadi unit usaha yang lebih mandiri, berkelanjutan, dan siap untuk tumbuh dan bersaing (Supriyanto,2006).

2.5 Potensi UMKM dalam MEA

(60)

cukup besar dan kontinyu, merupakan ciri khas daerah dan memiliki daya saing relatif tinggi, juga mampu memacu perkembangan komoditas yang lain. Penetapan produk unggulan tentu juga harus didasarkan pada keunggulan bersaing produk tersebut dibandingkan dengan produk sejenis di luar daerah atau bahkan produk sejenis di pasar internasional. Jika upaya mengembangkan komoditas unggulan tersebut dikerjakan dengan sungguh-sungguh maka tidak mustahil nantinya akan muncul komoditas daerah yang mempunyai daya saing di pasar internasional (Y. Sri Susilo,2010).

(61)

membanjirnya produk dari luar salah satunya dengan menggunakan keunggulan komparatif atau keunggulan yang tidak dimiliki oleh daerah atau Negara lain (Ana Syukriah & Imam Hamdani,2013).

2.6 Penelitian Terdahulu

(62)

berbasis ekonomi kreatif memerlukan kerja sama dari berbagai pihak untuk mencapai kemajuan di dunia usaha. Tidak hanya pemerintah dan pelaku UMKM itu sendiri, tetapi juga masyarakat perlu turut serta mengembangkannya.

2.Soleh (2013) yang berjudul “Persiapan Indonesia Dalam Menghadapi

(63)

3. Ana Syukriah & Imam Hamdani (2013)“Peningkatan Eksistensi Umkm Melalui Comparative Advantage Dalam Rangka Menghadapi Mea 2015 di

Temanggung” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan eksistensi UMKM melalui comparative advantage dalam rangka menghadapi mea 2015 di temanggung Metode pengumpulan data dalam karya tulis ini ada dua, yaitu menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer meliputi buku-buku yang relevan dengan topik penulisan, karya tulis ilmiah, jurnal, dan artikel dari internet.Adapun data sekunder bersumber dari situs internet Kabupaten Temanggung, Kementerian Koperasi dan UMKM.Kesimpulan Temanggung merupakan wilayah yang terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Tengah. Wilayah Temanggung secara geoekonomis dilalui oleh jalur pusat Kegiatan ekonomi yaitu Semarang, Yogyakarta dan Purwokerto serta potensi wisata dan alamnya membuat peluang UMKM untuk berkembang semakin besar. Namun dengan akan segera diberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2 tahun lagi akan tercipta pasar tunggal di wilayah ASEAN. MEA ini akan membawa dampak positif dan negatif terhadap UMKM yang ada. Untuk menghadapi dampak negatif yang ada, perlu adanya starategi salah satunya adalah melalui keunggulan komparatif yaitu dengan menciptakan produk yang berbeda dan khas serta menciptakan pelayanan yang baik dan khas. 4. Syamsul Rizal (2005) “Hambatan/Kendala dalam Pelaksanaan

(64)

tentang usaha kecil di kota Medan dan mencari tahu hambatan/ kendala dalam implementasi skim kredit untuk usaha kecil di kota Medan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelaksanaan UU No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil di kota Medan belum berjalan dengan sepenuhnya. Dari sisi sumber pendanaan dan persyaratan dalam pendanaan belum terwujud sebagaimana mestinya. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa persoalan lain yang bersifat internal maupun eksternal, yang menjadi hambatan atau kendala yang dihadapi pengusaha kecil untuk dapat mengakses atau menjangkau skim kredit tersebut. Persoalan-persoalan yang menjadi hambatan atau kendala tersebut adalah menyangkut pelayanan birokrasi, keterbatasan penyaluran kredit, dan kondisi-kondisi lainnya yang berpengaruh seperti sumber daya.

(65)
(66)

2.7 Kerangka Konseptual

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

INTEGRASI

EKONOMI

AFTA

MEA

PERSEPSI PENGUSAHA

UMKM TERHADAP

(67)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

(68)

belum terbangun prinsip kemitraan struktur/strategi pengembangan usaha, masih adanya gap/kesenjangan kebutuhan UMKM, pengalokasian KUR dari bank kepada pihak pelaku UMKM yang masih terkendala dalam hal administrasi (laporan pencatatan hasil usaha dan perizinan usaha).

Kementerian Koperasi dan UMKM (2012) menyebutkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang berkembang saat ini terbagi menjadi beberapa kategori yaitu pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, listrik, gas, air bersih, perdagangan, hotel, restoran, jasa-jasa swasta, dan industri pengolahan yang salah satunya mencakup industri kreatif. Sektor industri kreatif diyakini mampu bertahan ketika berbagai sektor lain dilanda krisis keuangan global. Pemerintah mulai melirik industri kreatif sebagai alternatif roda penggerak ekonomi yang akan terus berputar. Industri kreatif meliputi 14 subsektor, yaitu periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, busana, video, film, dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan layanan komputer serta riset dan pengembangannya.

(69)

utara. Berdasarkan data BPS Sumatera Utara dalam angka 2015, Kota Medan merupakan salah satu kota besar di Indonesia dengan luas wilayah sekitar 265,10

km2 dengan jumlah penduduk 2.191.140 jiwa yang terdiri dari 1.081.797 penduduk laki-laki dan 1.109.343 penduduk perempuan yang saat ini terjadi kelebihan jumlah penduduk dari pada luas wilayah. Di kota Medan terdapat Kawasan Industri Medan (KIM) dan kawasan Industri Baru (KIB) yang diproyeksikan pemerintah kota Medan untuk mengantisipasi perkembangan industri.

Medan yakni sebagai barometer perkembangan perekonomian di Sumatera Utara, merupakan suatu wilayah yang dapat dijadikan suatu basis perkembangan Ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan dapat dipandang melalui tiga aspek yang utama yaitu konsep pemberdayaan masyarakat, kebijakan publik dan perkembangan konsep kewirausahaan.Akhir tahun 2015, Masyarakat Kota Medan mengahadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dimana bentuk integrasi ekonomi ini menjadi suatu tantangan besar.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian guna menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Persepsi Pengusaha UMKM Terhadap Iklim Usaha Di Kota Medan Dalam Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)”.

1.2 Perumusan Masalah

(70)

1. Bagaimanakah persepsi pengusaha UMKM terhadap iklim usaha di kota Medan dalam implementasi MEA ?

2. Apakah yang menjadi permasalahan bagi pengusaha UMKM di kota Medan dalam menghadapi MEA yang berlangsung saat ini?

1.3 Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui persepsi pengusaha UMKM terhadap iklim usaha di kota Medan dalam implementasi MEA, dan

2. Untuk mengetahui hal yang menjadi permasalahan bagi pengusaha UMKM di kota Medan dalam menghadapi MEA.

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu :

1. Bagi pengusahaUMKM di harapakan mampu menangkap peluang baik (dampak positif) pembentukan MEA ini agar usaha yang telah ada dapat berkembang.

2. Bagi pemerintah khususnya pemerintahkota Medan, di harapakan ikut berperan mendukung pemberdayaan UMKM kota Medan agar berjalan dengan baik.

(71)

ABSTRAK

PenelitianinibertujuanuntukmenganalisispersepsipengusahaUMKM

dalamimplementasi MEA danuntukmengetahuipermasalahanbagi UMKM di kotaMedandenganmenggunakanmetode analisis deskriptif dalam bentuk tabel, frekuensi, persentase, dan tabulasi silang (crosstab).Penelitianinimenggunakan data primer dengankuisionerdanwawancaraterhadap 50 responden yang terdiridariparapemilik UMKM dari Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah.

Hasildaripenelitianinimenunjukkanbahwapascapembentukan MEA masihbelummeningkatkandayabelimasyarakat di Kota Medan.Dan

hasilsurveyterlihatsebanyak96% parapemilik UMKM

mengatakanbahwamasalahutamaterdapatpadapermodalanatauketerbatasan modal, selanjutnya masalah faktor produksi dan tenaga kerja.

(72)

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the role of Small Micro Entrepreneurs (SME) in implementation Asean Economic Community(AEC) and to find problems for the role of Small Micro Entrepreneurs (SME) in Medan by using Descriptive analysis methodin the form of tables, frequencies, percentages and cross tabulation (cross-tabs).With primary data from questionnaires and interview with 50 respondents who are the owner of SMEs.

The result of this study showed that after implementation AEC is not yet growth the power of buy people in Medan city. And result survey showed 96% owners of SMEs said that especially problem is capital or limited capital, next the problem is about factor production and labor.

(73)

SKRIPSI

ANALISIS PERSEPSI PENGUSAHA UMKM TERHADAP IKLIM USAHA DALAM IMPLEMENTASI MEA DI KOTA MEDAN

OLEH

MI`RAJ PURNAMA SARI 120501026

PROGRAM STUDI S-1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(74)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

Nama : Mi`raj Purnama Sari

PERSETUJUAN PERCETAKAN

NIM : 120501026

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Perencanaan

JudulSkripsi : Analisis Persepsi Pengusaha UMKM Terhadap Iklim Usaha Dalam Implementasi MEA Di Kota Medan

Tanggal, _____________ Ketua Program Studi

NIP. 197105032003121003

IrsyadLubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D

Tanggal, _____________ KetuaDepartemen

(75)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

Nama : Mi`raj Purnama Sari

PERSETUJUAN

NIM : 120501026

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Perencanaan

JudulSkripsi : Analisis Persepsi Pengusaha UMKM Terhadap Iklim Usaha Dalam Implementasi MEA Di Kota Medan

Tanggal: _____________ DosenPembimbing

NIP. 197509202005011002 PaidiHidayat, SE, M.Si

Penguji I Penguji II

Dr. Rujiman, MA

(76)

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Persepsi Pengusaha UMKM Terhadap Iklim Usaha dalam Implementasi MEA di Kota Medan” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

LEMBAR PERNYATAAN

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 22 Juli 2016 Penulis,

NIM. 120501026

(77)

ABSTRAK

PenelitianinibertujuanuntukmenganalisispersepsipengusahaUMKM

dalamimplementasi MEA danuntukmengetahuipermasalahanbagi UMKM di kotaMedandenganmenggunakanmetode analisis deskriptif dalam bentuk tabel, frekuensi, persentase, dan tabulasi silang (crosstab).Penelitianinimenggunakan data primer dengankuisionerdanwawancaraterhadap 50 responden yang terdiridariparapemilik UMKM dari Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah.

Hasildaripenelitianinimenunjukkanbahwapascapembentukan MEA masihbelummeningkatkandayabelimasyarakat di Kota Medan.Dan

hasilsurveyterlihatsebanyak96% parapemilik UMKM

mengatakanbahwamasalahutamaterdapatpadapermodalanatauketerbatasan modal, selanjutnya masalah faktor produksi dan tenaga kerja.

Gambar

Gambar 4.1 Pusat Industri
Tabel 4.1 PDRB Atas Harga Konstan 2010 di Kota Medan
Tabel 4.2 PDRB Perkapita di Kota Medan
Tabel 4.3 Inflasi di Kota Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari pengusaha yang memiliki usaha mikro dan kecil yang ada di Kecamatan Medan Johor, melalui observasi dan

Bapak Irsyad Lubis, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris

Dan dari hasil penelitian diketahui bahwa kestabilan politik dan sosial dianggap faktor paling dominan sebagai penentu iklim usaha, diikuti birokrasi dan infrastruktur serta

Upaya Peningkatan Iklim Investasi Terhadap Peluang Kerjasama Investor Antar Daerah. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, Vol

Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Medan, untuk mengetahui peluang dan ancaman Usaha Mikro

Pengujian secara keseluruhan menggunakan uji F dimana F hitung (150,988) > F tabel (3,10), artinya variabel tenaga kerja, lama usaha dan pendapatan secara serentak

Sistem infrastruktur yang baik dan memadai membantu pengusaha untuk memperlancar dalam menjalankan usaha.. Kondisi infrastruktur di Kota Medan

Dependent Variabel : Perkembangan UMKM Sumber : Data Primer diolah tahum 2022 Mengacu pada tabel diatas maka dapat dapat dilihat model regresi berganda variable Modal Usaha dan