• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Sistem pendidikan keperawatan di Indonesia. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia mencakup:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Sistem pendidikan keperawatan di Indonesia. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia mencakup:"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoris

1. Sistem pendidikan keperawatan di Indonesia

Pendidikan keperawatan di Indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia mencakup:

a. Pendidikan Vokasional, yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan jenjangnya untuk memiliki keahlian ilmu terapan keperawatan yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia.

b. Pendidikan Akademik, yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca sarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.

c. Pendidikan Profesi, yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.

(2)

2. Mutu Pembelajaran Skills lab a. Pengertian Mutu

Definisi mutu atau kualitas jasa berpusat pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelangganserta penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Kualitas jasa adalah tingkat keunggulan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan dengan kata lain (Tangkilisan, 2007).

Kotler dan Amstrong (2012) mengemukakan berpendapat bahwa kualitas terdiri dari tiga komponen utama yaitu :

1) Tehnical Quality yaitu yang berkaitan dengan kualitas out put (keluaran) jasa yang diterima pelanggan. Selanjutnya oleh parasuraman, diperinci lagi menjadi : a) Search quality yaitu kualitas yang dapat dievaluasi

pelanggan sebelum membeli, misalnya harga.

b) Experience quality yaitu kualitas yang hanya bisa dievaluasi pelanggan setelah membeli atau mengkonsumsi jasa, misalnya, ketepatan waktu, kecepatan pelayanan, kemampuan teknis.

(3)

c) Credence quality, yaitu kualitas yang sukar dievaluasi pelanggan meskipun telah mengkonsumsi suatu jasa, misalnya kualitas suatu operasi.

2) Fucntional quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara penyampaian jasa.

3) Corporate image, yaitu profil, reputasi, citra umum, dan daya tarik khusus perusahaan.

Pengukuran kualitas pelayanan menggunakan pembading antara harapan tentang kualitas pelayanan dengan kinerjanya dibandingakan dengan alternatif SERVQUAL. Konsep kualitas sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain merupakan fungsi spesifik dari produk, sedangkan kualitas kesesuaian adalah suatu ukuran sejauh mana suatu produk bisa memenuhi spesifikasi atau persyaratan kualitas yang telah ditetapkan.

Kualitas atau mutu pelayanan terdiri dari lima dimensi pokok untuk mengukur kualitas jasa, yang meliputi (Rangkuti, 2006):

(4)

a) Daya Tanggap (responsiveness)

Daya tanggap merupakan “kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat. Daya tanggap merupakan suatu kemampuan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsive) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas”. Membiarkan konsumen menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan.

b) Keandalan (reliability)

Kehandalan adalah kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.Kehandalan yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya.Kinerjanya harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi.

(5)

c) Empati (empaty )

Empati adalah memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Empati ini sebagai syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pelanggan”. Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.

Empathy menekankan pada aspek yang menekankan pada perlakuan konsumen sebagai individu. Salah satu contoh diantaranya adalah desain pelayanan terhadap konsumen (pemberian perhatian dengan sentuhan pribadi sehingga dapat tepat memenuhi apa yang dibutuhkan oleh konsumen (Kuntjara, 2007). d) Jaminan (assurance)

Jaminan yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan

(6)

kepercayaan dan keyakinan (Assurance). Jaminan merupakan pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan.

e) Bukti Fisik (tangibles)

Tampil anfisik adalah bukti langsung perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Zeithaml menyatakan bahwa dimensi bukti langsung terdiri dari : penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruanganfront office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan dankenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi, dan penampilankaryawan.

Dimensi kualitas jasa diatas dapat dijadikan dasar bagi pelaku bisnis untuk mengetahui apakah ada kesenjangan (gap) atau perbedaan antara harapan pelanggan dan kenyataan yang mereka terima. Harapan pelanggan sama dengan keinginan pelanggan yang ditentukan oleh pengalaman pembelian sebelumnya,

(7)

nasihat teman dan kolega, serta janji dan informasi pemasar dan para pesaingnya. Jika kesenjangan antara harapan dan kenyataan cukup besar, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak mengetahui apa yang diinginkan oleh pelanggannya.

b. Pengertian Skill Lab

Skills lab ketrampilan adalah suatu fasilitas tempat mahasiswa dapat berlatih ketrampilan yang mereka perlukan, dimana bukan merupakan suatu konteks nyata antara dokter-pasien. Terdapat beberapa kelebihan berlatih ketrampilan di skills lab, antara lain latihan dapat dilaksanakan setelah teori diberikan sehingga dapat membantu proses belajar mahasiswa. Mahasiswa juga dapat mengulang jika terjadi kesalahan dalam melaksanakan ketrampilan tertentu sampai betul-betul trampil. Ketrampilan dapat dilatih tahap demi tahap sehingga menjadi trampil. Saat mahasiswa melaksanakan praktek di skills lab, umpan balik dapat diberikan secara langsung baik dan instruktur maupun dan teman berlatih sehingga bisa segera dievaluasi. Hal ini tidak mungkin untuk dilakukan di depan pasien,

(8)

karena pasien akan merasa menjadi kelinci percobaan dan mahasiswa menjadi kurang rasa percaya diri.

Nursalam (2009) menyatakan bahwa Pengalaman Belajar Praktikum (PBP) merupakan proses pembelajaran di laboratorium dalam rangka memperkuat teori-teori/pengetahuan yang didapatkan dengan cara pengalaman belajar lain. Strategi rancangan pembelajaran praktikum merupakan pengintegrasian antara teori/pengetahuan dan keterampilan dasar profesional dengan menggunakan pendekatan model dan metode pembelajaran, sehingga pelaksanaan pembelajaran dikelola secara terintegrasi.

Strategi pembelajaran praktikum ditentukan berdasarkan tujuan pembelajaran praktikum, yaitu:

1) Memahami, menguji, dan menggunakan berbagai konsep utama dari program teoritis untuk diterapkan pada praktik klinik.

2) Mengembangkan keterampilan teknikal, intelektual dan interpersonal sebagai persiapan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Pembelajaran

(9)

praktikum memungkinkan peserta didik belajar sambil melakukan sendiri

3) Menemukan berbagai prinsip dan mengembangkan wawasan melalui latihan praktik yang bertujuan untuk menerapkan ilmu-ilmu dasar kedalam praktik keperawatan. Sasaran program pembelajaran praktikum adalah agar peserta didik mengintegrasikan dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori dari ilmu pengetahuan dalam praktik klinik

4) Mempergunakan keterampilan pemecahan masalah. Proses keperawatan merupakan suatu pendekatan pembelajaran keterampilan pemecahan masalah dengan cara berfikir tentang observasi yang saling berkaitan dengan proses berfikir dari: pengkajian, pengambilan keputusan, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.

Nurhidayah (2009) menyatakan bahwa pengajaran laboratorium dan klinik merupakan usaha untuk menggali cara-cara dimana peserta didik memahami dan menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari sehingga dapat diaplikasikan dalam praktik. Dalam pengajaran ini,

(10)

peserta didik harus mempunyai kemampuan klinik dan mempersiapkan peserta didik mendapatkan latihan sebelum mereka melakukan praktik dalam kondisi yang nyata dengan pasien sebenarnya. Dengan demikian Skills Lab adalah salah satu strategi pembelajaran untuk mencapai kompetensi keterampilan klinis yang wajib dikuasai oleh mahasiswa. c. Pembelajaran skill laboratory

Pembelajaran praktikum merupakan pengintegrasian antara teori/ pengetahuan dasar professional, sehingga dalam pelaksanaannya dikelola secara terintegrasi (Nursalam dan Efendi, 2008). Pembelajaran praktik sebagai salah satu strategi pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius karena dapat membelajarkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara bersama.

Proses pembelajaran skill laboratory menurut Nurini, dkk (2007) bisa dilakukan dengan cara : 1) Mahasiswa sebelum praktik mempelajari teori yang berkaitan dengan keterampilan yang akan dipelajari dan melihat demonstrasi yang diperagakan oleh instruktur atau melihat audio visual; 2) Mahasiswa berlatih dengan temannya mengenai prosedur

(11)

yang sederhana dan tidak menimbulkan resiko; 3) Beberapa keterampilan dilakukan pada manekin, misalnya injeksi, pemasangan infus, dan lain-lain ; 4) Pada tingkat yang lebih lanjut dapat dilakukan pada klien simulasi yang telah dididik sebelumnya; 5) Apabila memungkinkan mahasiswa dapat dihadapkan pada klien dengan keadaan yang tidak beresiko.

Uraian mengenai pembelajaran skill laboratory yang diberikan kepada mahasiswa adalah sebagai berikut :

1) Fase perkenalan

Fase perkenalan ini dimulai dengan salam terapeutik, evaluasi/validasi dan kontrak (topik, waktu dan tempat). 2) Fase kerja

Fase kerja terdiri dari teknik komunikasi, sikap terapeutik, kesesuaian implementasi dengan intervensi dan pencapaian tujuan dari implementasi.

3) Fase terminasi

Fase terminasi yaitu evaluasi subyektif, evaluasi obyektif, rencana tindak lanjut dan kontrak lanjut (topik, waktu dan tempat).

(12)

d. Model pembelajaran skill laboratory

Pembelajaran skill laboratory menekankan pada sikap, tingkah laku dan keterampilan. Pencapaian tersebut diperlukan berbagai model pengembangan pembelajaran, metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Model pembelajaran skill laboratory menurut Nursalam dan Efendi (2008):

1) Personal System of Instruction (PSI)

Model ini menekankan bahwa pembelajaran dilakukan secara mandiri. Waktu yang sesuai dengan pembelajaran dimanfaatkan mahasiswa untuk memperlancar mempercepat keterampilan.

2) Audio Tutorial Method (ATM)

Menggunakan peralatan audio visual dan petunjuk pembelajaran, memungkinkan peserta bekerja mandiri. Mahasiswa melihat video sambil mengikuti tindakan manual, menjawab pertanyaan sebelum praktik, kemudian melakukan keterampilan dan pengkajian terhadap apa yang sudah dilakukan.

(13)

3) Computer Assisted Learning (CAL)

Program komputer digunakan sebagai alat instruksional. Mahasiswa dibawa ke situasi praktik dan memberi respon, kemudian diberi umpan balik dan diarahkan melakukan aktifitas, melaporkan serta memasukkan hasil ke komputer.

4) Learning Aids Laboratory (LAL)

Memberi kesempatan belajar praktik tambahan agar mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengetahuan tertentu diluar program rutin.

5) Modular Laboratory

Keterkaitan antara teori dan praktik diberikan dalam bentuk modul pembelajaran. Modul terdiri atas ringkasan teori, studi kasus, penugasan, tujuan, arahan, petunjuk praktik dan pengkajian.

6) Integrated Laboratory

Beberapa disiplin ilmu dikombinasikan, misalnya berbagai konsep fisika dalam praktik keperawatan.

(14)

7) Projeck Work

Misalnya pada program keperawatan komunitas, diskusi dan arahan dilakukan di laboratorium sebelum terjun ke masyarakat, institusi atau rumah klien.

8) Participation in Research

Mahasiswa dilibatkan dalam penelitian, hal ini akan membantu mahasiswa menerapkan berbagai keterampilan yang telah dipelajari.

e. Metode Pembelajaran Skill Laboratory

Menurut Nursalam dan Efendi (2008) metode pembelajaran yang dapat digunakan di skill laboratory adalah :

1) Demonstrasi

Metode ini menyajikan prosedur cara menggunakan alat dan cara berinterkasi dengan klien. Pada pelaksanaannya ditekankan tentang tujuan dan pokok-pokok yang merupakan fokus perhatian. Tujuan metode ini untuk mendapatkan gambaran tentang hal-hal yang berhubungan proses mengatur, membuat, proses

(15)

bekerjanya, proses mengerjakan, membandingkan suatu cara dan mengetahui serta melihat kebenaran sesuatu. a) Kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi

(1) Kelebihan metode demonstrasi

(a) Siswa dapat memahami sesuai objek yang sebenarnya

(b) Dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa (c) Siswa dibiasakan untuk kerja sistematis (d). Siswa dapat mengamati sesuatu secara proses (e) Siswa dapat mengetahui hubungan structural

atau urutan objek

(f) Siswa dapat membandingkan pada beberapa objek

(2) Kekurangan metode demonstrasi

(a) Dapat menimbulkan berfikir konkret

(b) Bila jumlah siswa banyak efektifitas demonstrasi sulit dicapai

(c) Bergantung pada alat bantu

(d) Bila demonstrasi dosen kurang sistematis, demonstrasi tidak berhasil.

(16)

b) Langkah – langkah metode demonstrasi

Menurut Hasibuan dan Mujiono (2007: 31) langkah-langkah metode Pembelajaran demonstrasi adalah sebagai berikut:

(1) Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan. (2) Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh,

apakah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.

(3) Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal.

(4) Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas.

(5) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan, sebaiknya sebelum

(17)

demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya. (6) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan,

apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaanpertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi.

(7) Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan:

(a) Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa.

(b) Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas.

© Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya. c) Simulasi

Metode ini menyajikan pembelajaran dengan menggunakan atau proses nyata, dengan mahasiswa terlibat aktif dalam berinteraksi. Mahasiswa

(18)

mengaplikasikan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya, hal ini berguna untuk memberikan respon. Metode ini bertujuan membantu mahasiswa mempraktikan keterampilan dalam membuat keputusan dan menyelesaikan masalah, mengembangkan kemampuan interaksi, memberi kesempatan berbagai prinsip teori dan meningkatkan kamampuan kognitif, afektif dan psikomotor.

d) Eksperimen

Metode ini menyajikan pembelajaran di mana mahasiswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya. Mahasiswa diberi kesempatan untuk melakukan sendiri, mengikuti dan mengamati proses. Mahasiswa mendapat pengalaman belajar dalam mengatasi masalah dengan pendekatan problem solving melalui eksperimen.

f. Bimbingan Skills lab Ketrampilan

Sebelum melakukan bimbingan atau pelatihan perlu diketahui beberapa hal antara lain adalah siapa yang

(19)

melatih, siapa yang dilatih, apa yang dilatihkan, bagaimana proses melatihnya, kapan waktu melatih, dimana tempat berlatih, sarana dan prasarana apa yang dibutuhkan. Hal ini sangat penting untuk mempersiapkan suatu pelatihan ketrampilan agar tercapai tujuan yang diharapkan. Dilihat dari segi siapa yang melatih terdapat beberapa syarat yang harus diperhatikan oleh seorang instruktur atau pelatih antara lain harus berperan dalam suasana yang berbeda, baik pada saat membe rikan kuliah maupun pada saat membimbing ketrampilan dengan suatu model yang digambarkan seperti bentuk aslinya. Instruktur harus mengarahkan pemikiran mahasiswa seperti menghadapi keadaan yang sesungguhnya.

Ditinjau dari siapa yang dilatih di laboratoriurn ketrampilan, belajar di pendidikan setingkat akademi adalah cara pembelajaran orang dewasa. Orang dewasa membutuhkan umpan balik positif dan rasa penghargaan atas apa yang telah dilakukan Dalam kaitannya dengan tujuan belajar, terdapat beberapa tingkatan kinerja suatu pelatihan ketrampilan yaitu:

(20)

1) Tingkat awal (skill acquisision), merupakan tingkat pertama dalam mempelajari ketrampilan klinik baru. Bantuan danpengawasan diperlukan untuk memperoleh kinerja yang benar.

2) Tingkat mampu (skill competency), merupakan tingkat rnenengah dalam mempelajari ketrampilan klinik baru. Mahasiswa sudah dapat melakukan langkah-langkah dan urutannya dengan memuaskan, tetapi belum efisien 3) Tingkat mahir (skill proficiency), merupakan tingkat

akhir dalam mempelajari ketrampilan klinik baru. Mahasiswa sudah dapat melakukan langkah-langkah dan urutannya dengan memuaskan dan efisien.

g. Proses Bimbingan

Menurut Federation of International Gynaecology and Obstetri (FIGO, 1997 : 20) dalam Clinical Training Skills-Developing Clinical Skills adalah:

1) Tahap 1 Mendemonstrasikan ketrampilan klinik

2) Tahap 2 Praktek oleh mahasiswa di bawah pengawasan dosen pada model klien

(21)

oleh dosen 3. Kompetensi

Kompetensi merupakan pengetahuan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku – perilaku kognitif, afektif dan psikomotor dengan sebaik – baiknya (Mulyasa, 2006). Sedangkan menurut Elliot dan Dweck, (2007), kompetensi didefinisikan sebagai suatu kondisi atau kualitas dari keefektifan, kemampuan, kecukupan (sufficiency ) atau keberhasilan.

Menurut Gordon seperti dikutip oleh Mulyasa (2006), menjelaskan beberapa aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi yaitu : a. Pengetahuan (knowledge) b. Pemahaman (understanding) c. Kemampuan (skill) d. Nilai (value) e. Sikap (attitude) f. Minat (interest)

(22)

Pengetahuan dapat dibagi menjadi pengetahuan umum dan pengetahuan displiner yang spesifik. Sementara itu nilai merupakan suatu prinsip abstrak mengenai perilaku di mana anggota kelompok merupakan sebuah komitmen poitif yang kuat dan memberikan standar dalam menilai tindakan atau tujuan tertentu. Nilai menciptakan konteks bagi penggunaan kemampuan dan aplikasi pengatahuan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Perubahan perilaku akibat kegiatan belajar mengakibatkan mahsiswa memiliki penguasaan terhadap materi pembelajaran yang dalam ini dalam praktek klinik keperawatan untuk mencapai tujuan. Pemberian tekanan penguasaan meteri akibat perubahan dalam diri siswa setelah proses belajar diberikan yang didefinisikan sebagai hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.

(23)

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah kompetensi siswa terhadap proses belajar sebagai akibat dari perubahan perilaku setelah mengikuti pembelajaran berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Hasil belajar ini akan diukur dengan sebuah tes. Berarti belajar itu menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang berbeda seperti pengetahuan, sikap, ketrampilan, informasi dan nilai. Berbagai macam tingkah laku inilah yang disebut sebagai kapabilitas belajar. Menurut Sudjana ( 2007), ada 5 kategori kapabilitas hasil belajar yang meliputi:

a. Ketrampilan intelektual b. Strategi kognitif

c. Informasi verbal d. Ketrampilan motorik e. Sikap

4. Hambatan dalam Pembelajaran

Pembimbing klinik harus mengenal, memahami dan mempedomani faktor-faktor tersebut ketika akan melaksanakan pemilihan dan penentuan metode, jika tidak maka faktor –

(24)

faktor tersebut akan menjadi hambatan dalam pemilihan dan penentuan metode pembelajaran. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Mahasiswa

Mahasiswa merupakan masukan utama dalam proses pengajaran yang bersistem. Setiap mahasiswa memiliki daya tangkap yang berbeda-beda. Pemilihan serta penggunaan metode pengajaran harus mempertimbangkan mahasiswa yaitu minat dan perhatian, motivasi, sikap,disiplin, cara belajar, kebiasaan belajar, kesulitan belajar, hubungan sosial dengan teman sekelas, menjalankan kewajiban seperti mengumpulkan tugas, keaktifan mengikuti pelajaran, karakteristik dan kepribadian, kebutuhan belajar, identitas siswa dan keluarganya yang erat kaitannya dengan pendidikan di sekolah (Sudjana, 2007). Metode pembelajaran dapat dijadikan cara memotivasi mahasiswa agar mereka berada dalam kerangka psikologis yang benar untuk belajar materi yang menjemukan, pendekatan reward and punishment yang sederhana dalam penilaian (Zaini, 2007).

(25)

b. Tujuan

Tujuan dalam pendidikan berbagai-bagai jenis dan fungsinya. Tujuan pembelajaran dikenal dua yaitu TIU (Tujuan Instruksional Umum) dan TIK (Tujuan Instruksional Khusus). Tujuan pembelajaran secara keseluruhan harus dikuasai oleh dosen/pembimbing klinik. Tujuan ini mempengaruhi pembimbing klinik untuk menyeleksi metode yang harus digunakan di kelas. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam ruang lingkup tujuan yaitu rumusan tujuan, metode pelaksanaan, tingkat kesulitan pencapaian tujuan, kesesuaian dengan kemampuan mahasiswa, jumlah dan waktu untuk mencapai tujuan, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, media yang dipakai. Kemampuan yang bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan, maka metode harus mendukung sepenuhnya (Sudjana, 2007).

c. Situasi

Situasi kegiatan belajar mengajar yang diciptakan pembimbing klinik tidak selamanya sama dari hari ke hari. Pembimbing klinik perlu memperhatikan situasi

(26)

pembelajaran untuk memilih dan menentukan metode pembelajaran seperti keadaan jumlah mahasiswa sesuai dengan tempat untuk belajar, waktu pelaksanaan pengajaran, kondisi mahasiswa yang memiliki kesibukan tugas selain dari dosen, kondisi kelas yang membosankan, jumlah mahasiswa yang mengikuti pelajaran, kerja sama dengan institusi lain, dll. Situasi yang tidak sesuai akan menjadi hambatan untuk memilih metode yang sesuai (Djamarah, 2008).

d. Fasilitas

Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar mahasiswa di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas akan mempengaruhi metode pembelajaran (Djamarah, 2008). Fasilitas pengajaran mencakup sarana pengajaran (contoh: alat peraga, alat tulis, dll) dan prasarana pengajaran (contoh: gedung perkuliahan, ruangan, transportasi, dll). Jika fasilitas yang tersedia di sebuah institusi lengkap, siap pakai, mengikuti perkembangan teknologi (Up date) maka kondisi ini mendorong pembimbing klinik untuk menentukan berbagai metode yang memanfaatkan fasilitas yang ada

(27)

dalam rangka mengoptimalkan proses serta hasil balajar mahasiswa. Jika fasilitas yang ada tidak memadai, maka dosen/pembimbing klinik harus bersifat kreatif menentukan metode yang sesuai (Soetopo, 2008).

e. Dosen/pembimbing klinik

Setiap dosen/pembimbing klinik memiliki kepribadian yang berbeda. Seorang dosen/pembimbing klinik misalnya suka berbicara, tetapi seorang lagi tidak. Latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, keterampilan mengajar, jadwal membimbing baik di institusi dan di lapangan/klinik, kemauan mengembangkan profesinya melalui pelatihan, seminar atau melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, kemauan memberikan bimbingan kepada mahasiswa, penampilan diri adalah permasalahan dosen/pembimbing klinik yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar (Sudjana, 2007). Dosen/pembimbing klinik merupakan salah satu unsur penting dalam pembelajaran. Dosen/pembimbing klinik harus mampu menentukan metode pembelajaran dalam situasi apapun. Kecakapan metodologis seorang dosen/pembimbing klinik

(28)

tergantung penguasaan pengetahuan. Kecakapan metodologis merupakan salah satu kompetensi dosen/pembimbing klinik (Soetopo, 2008)

f. Materi

Materi pembelajaran harus diorganisasikan secara sistematis sesuai tujuan pembelajaran agar mudah dipahami oleh mahasiswa. Materi pengajaran merupakan objek yang didalami dalam proses pengajaran (Soetopo, 2008). Materi yang sulit, tidak menarik, keterbatasan sumbersumber materi, manfaatnya bagi mahasiswa, cara penggunaannya dapat menjadi hambatan dalam menentukan metode pembelajaran. Materi pembelajaran akan terus berkembang dan memberikan topik – topik terbaru yang mengikuti perkembangan zaman agar sesuai dengan kondisi yang ada. Materi yang akan diajarkan harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai dan metode yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut (Sudjana, 2007).

5. Evaluasi skill Laboratory

Penilaian aspek ketrampilan lebih rumit dan subyektif bila dibandingkan dengan penilaian dalam aspek kognitif.

(29)

Hal ini dikarenakan penilaian ketrampilan memerlukan teknik pengamatan dengan keterandalan yang tinggi terhadap dimensi yang akan diukur. Bila tidak demikian maka unsur subyektivitas menjadi sangat dominan (Taufiqurrahman, 2008).

Evaluasi pembelajaran skill laboratory dilakukan untuk menguji berbagai ketrampilan yang telah diajarkan dan mengetahui latar belakang pengetahuan yang mendasari ketrampilan tersebut Mahasiswa yang tidak lulus ujian skill laboratory , tidak diperkenankan melaksanakan pembelajaran praktik klinik (Mahmoud, 2009).

a. OSCE

Yanti dan Pertiwi (2008) menyatakan bahwa untuk menilai kompetensi klinik mahasiswa kesehatan, metode OSCE (Objective Structure Clinical Examination) saat ini merupakan suatu pilihan terbaik. Dikatakan objective karena menggunakan tes objektif dengan seting nyata yang dihadapi dalam praktik klinik. Structure berarti menggunakan struktur tertentu secara konsisten dalam menyusun tes OSCE. Sedang Clinical Examination berarti yang dites adalah ketrampilan yang terkait dengan

(30)

manajemen pasien klinik. Keunggulan metode OSCE adalah lebih valid, reliable dan objektif di banding uji lisan, bisa melakukan evaluasi dengan jumlah peserta yang lebih banyak dalam waktu yang lebih pendek serta serentak, menguji ketrampilan yang lebih luas dan semua peserta diuji dengan instrument yang sama.

Evaluasi hasil belajar dalam pembelajaran ketrampilan lazimya melalui observasi langsung dengan menggunakan daftar check list, skala nilai (rating scale). Teknik observasi langsung memiliki keuntungan dapat memberikan umpan balik kepada mahasiswa dan pengajar. Namun teknik ini juga memiliki kelemahan diantaranya : a) pengamatan sesaat tidak akan mencerminkan perilaku keseluruhan mahasiswa. b) Subyektivitas pengamat berpengaruh terhadap hasil penilaian. Penilaian langsung akan lebih baik bila dilengkapi dengan observasi tak langsung melalui uji lisan atau kuesioner (Taufiqurrahman, 2008).

Purwanto (2008) juga menjelaskan bahwa observasi merupakan metode untuk menganalisis dan mengadakan

(31)

pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu/kelompok secara langsung. Cara tersebut dilakukan dengan pengamatan tentang apa yang benar-benar dilakukan individu dan membuat pencatatan-pencatatan secara objektif mengenai apa yang di amati.

Yanti dan Pertiwi (2008) menjelaskan bahwa pelaksanaan penilaian ujian OSCE meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dituangkan dalam stasion-stasion. Kelulusan OSCE didasarkan pada kelulusan tiap stasion. Mahasiswa yang tidak lulus diberi kesempatan mengikuti ujian ulang pada stasion yang tidak lulus.

b. OSCA

OSCA atau singkatan dari Objective Struktured Clinical Assesment, sebenarnya hanyalah suatu model uji dimana perbedaan dengan uji lain adalah pada tehnik ujian dan cara penilaian, bukan pada materi uji, karena materi uji tetap berdasarkan kurikulum pendidikan D-III dan pengalaman selama praktik (Yanti, 2009).

(32)

OSCA ini dipandang lebih valid, lebih reliabel dan lebih objektif dibanding dengan ujian lisan kasus yang selama ini dipakai dalam menilai kemampuan klinis, kemampuan komunikasi dan perilaku. Selain itu keuntungan OSCA adalah bisa melakukan evaluasi peserta dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang lebih pendek dan serentak, menguji keterampilan dan pengetahuan lebih luas, dan semua peserta dievaluasi dengan instrument dan bahan uji yang sama.

Keuntungan lain metode OSCA yaitu: dapat digunakan untuk menguji berbagai kompetensi yang harus dikuasai peserta didik dalam waktu yang relative singkat, dimana keberhasilan teruji dapat segera diketahui (Yanti, 2009 )

(33)

B. Kerangka Teori

Skema 1 Kerangka teori penelitian

Sumber : Nursalam (2009), Nurhidayah (2009), Slameto (2010) Pendidikan D3 Keperawatan

PROSES

EVALUASI SKILL LAB OUTPUT

Demonstrasi INPUT

Mutu Pembelajaran

SKILL LAB Simulasi dan Experimen

OSCA OSCE

Hambatan – hambatan Proses pembelajaran skill lab Responsiveness Reliability Empaty Assurance tangibles

(34)

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini ditunjukkan dengan gambar : Variabel independent Variabel dependent

Skema 2 Kerangka konsep penelitian Keterangan:

1. Variabel bebas yaitu mutu pembelajaran yang terdiri dari Responsiveness, Reliability, Empaty, Assurance, tangibles 2. Variabel terikat hasil pembelajaran skill lab

3. Variabel yang dikendalikan fasilitas, SDM dan SOP Mutu pembelajaran Skill Lab: 1. Responsiveness 2. Reliability 3. Empaty 4. Assurance 5. tangibles Hasil pembelajara skill lab - Fasilitas - SDM - SOP

(35)

D. Hipotesis

Terdapat hubungan mutu pembelajaran skill lab dengan hasil belajar skill lab mahasiswa tingkat I dan II pada mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) di Akper Widya Husada Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

Surat Izin Praktik selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga medis yang menjalankan praktik setelah memenuhi persyaratan sebagai pengakuan

Dengan derajat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa ada pengaruh antara peningkatan kehadiran dalam kelas pengajaran dan persekutuan secara bersamaan terhadap peningkatan

Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap yaitu varietas sukun yang terdiri dari tiga perlakuan yaitu: A1 (Pati Sukun Batu), A2 (Pati Sukun Duri), dan A3 (Pati

Lebih lanjut, penelitian ini dibatasi menjadi lima submasalah penelitian atas dasar pendapat Kluckhon yakni hakikat hidup manusia, hakikat karya manusia, hakikat

[r]

PENGARUH TERAPI AUDIO VISUAL TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP PERILAKU MENGGOSOK GIGI PADA SISWA DI TK. DHARMA WANITA PERSATUAN SUGIWARAS KECAMATAN CANDI

Dari hasil perhitungan fracture mechanics, analisa perilaku kepecahan dengan menghitung perambatan retak yang terjadi pada struktur scantling support

Kepribadian Guru, Guru Aqidah Akhlak, Pembentukan Karakter Siswa. Penelitian dalam skripsi ini berlatar belakang dari salah satu aspek penting yang mempengaruhi terhadap