• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI UPACARA ADAT NGABUNGBANG DI DESA BATULAWANG KECAMATAN PATARUMAN KOTA BANJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TRADISI UPACARA ADAT NGABUNGBANG DI DESA BATULAWANG KECAMATAN PATARUMAN KOTA BANJAR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Kata kunci: Kebudayaan, Upacara Adat Ngabungbang

¹Dosen Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP Univ. Siliwangi Tasikmalaya ²Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP Univ. Siliwangi Tasikmalaya

TRADISI UPACARA ADAT NGABUNGBANG DI DESA BATULAWANG KECAMATAN PATARUMAN

KOTA BANJAR

Nedi Sunaedi¹ (nedi_pdil@yahoo.com) Elsa Nur Apriani² (elsanurapriani19@gmail.com)

Program Studi Pendidikan Geografi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi

ABSTRAK

Kebudayaan pada hakekatnya adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahkluk sosial, yang digunakan untuk menginterprestasikan dan memahami lingkungan yang dihadapi, dan untuk menciptakan serta mendorong terwujudnya perilaku. Keberagaman kebudayaan tersebut dapat dilihat dari pola kehidupan masyarakatnya sendiri, terutama masyarakat yang hidup di wilayah perkampungan. Permasalahan yang diangkat dalam Penulisan ini adalah: (1) Bagaimanakah proses berlangsungnya Tradisi Upacara Adat Ngabungbang di Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar. 2) Bagaimanakah makna Tradisi Upacara Adat Ngabungbang bagi Masyarakat Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi lapangan, kuesioner, wawancara dan dilengkapi dengan data sekunder dari berbagai sumber yang relevan. Populasi dalam penelitian ini meliputi informan-informan yang kaya dengan pengetahuan yang bersifat mendalam tentang tradisi Upacara Adat Ngabungbang yaitu seorang kuncen, tokoh adat, tokoh agama, punduh, pemain kesenian, dan masyarakat Desa Batulawang. Hasil penelitian menunjukan bagaimana proses berlangsungnya tradisi Upacara Adat Ngabungbang bagi Masyarakat Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar. yaitu melalui berbagai urutan dan tahapan pelaksanaan yang harus di laksanakan yaitu mulai dari tahap persiapan yang meliputi pembentukan kepanitiaan, pemgumpulan dana, persiapan tempat upacara puncak ngabungbang, pelaksanaan pembuatan bẻlẻkẻtẻbẻ, pelaksanaan pembuatan sesajen dan jamuan makan siang, pelaksanaan ritual peletakan sesajen di hulu cai, pelaksanaan ritual unjukan di pusaka, latihan pementasan kesenian, dan membuat jamuan makanan khas. Selanjutnya dilaksanakan acara puncak Ngabungbang denggan prosisi awal yaitu pembukaan yang di isi dengan sambutan-sambutan, pementasan kesenian-kesenian seperti ronggeng gunung, gondang buhun, dan kesenian calung.

(2)

2 – Nedi Sunaedi dan Elsa Nur Apriani., Tradisi Upacara Adat Ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar

ABSTRACT

Culture is essentially the whole of human knowledge as a social creature, which is used to interpret and understand the environment encountered, and to create and promote the establishment of behavior. Cultural diversity can be seen from the pattern of life of their own community, especially people living in the township area. Issues raised in this writing are: 1) How is the process of the ongoing tradition in the village Ceremony Ngabungbang Batulawang Pataruman District of Banjar. 2) What is the meaning of tradition Ceremony for Rural Community Ngabungbang Batulawang Pataruman District of Banjar. This study used a qualitative descriptive method, with data collection through observation, questionnaires, interviews and equipped with secondary data from a variety of relevant sources. The population in this study includes the informants are rich with in-depth knowledge about the tradition Ngabungbang Ceremony is a Kuncen, traditional leaders, religious leaders, Punduh, players arts, and villagers Batulawang. The results show how the process of the ongoing tradition Ngabungbang Ceremony for Rural Community Batulawang Pataruman District of Banjar. namely through the various stages of implementation of the order and must be carried starting from the preparation phase which includes the establishment of a committee, pemgumpulan funds, preparation of a peak ceremony ngabungbang, bẻlẻkẻtẻbẻ manufacturing operations, manufacturing operations and luncheon offerings, rituals laying offerings in the upstream cai, rituals wave heritage, arts performances exercise, and make dinner specialties. Furthermore Ngabungbang top event held at the beginning of opening the prosisi filled with speeches, performances ronggeng the arts such as mountains, gondang Buhun, and art calung.

Culture, Tradition, Traditional Ceremony Ngabungbang.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kebudayaan pada hakekatnya adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahkluk sosial, yang digunakan untuk menginterprestasikan dan memahami lingkungan yang dihadapi, dan untuk menciptakan serta mendorong

(3)

3 – Nedi Sunaedi dan Elsa Nur Apriani., Tradisi Upacara Adat Ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar

terwujudnya perilaku. Pengertian kebudayaan seperti ini menampakkan esensi bahwa kebudayaan adalah seperangkat ide, yang berada dalam pikiran manusia yang tidak dapat dilihat. Keberagaman budaya merupakan sarana atau media untuk mempererat tali persaudaraan antar sesama suku bangsa di Indonesia dan merupakan aset wisata budaya yang dapat menghasilkan pendapatan bagi negara (Koentjoroningrat, 2009:144). Karena kebudayaan merupakan aset bagi suatu bangsa, maka aset tersebut harus dijaga, dirawat, dilestarikan, dan dikembangkan.

Tradisi Upacara Ngabungbang di Desa Batulawang, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar dilaksanakan dengan cara nyaring sapeupeuting (terjaga semalaman) pada malam bulan purnama di tempat yang dianggap suci. Tujuan diadakannya upacara ini adalah untuk membersihkan diri masing-masing warga dengan cara melakukan bersih bumi atau syukur bumi, dengan harapan akan mampu mencapai jatidiri yang suci. Pelaksanaan upacara Ngabungbang meliputi persiapan dan pelaksanaan. Persiapan meliputi damel obor atau damar sewu, damel bẻlẻkẻtẻbẻ, damel sajẻn. Pelaksanaan ritual meliputi seja unjukan, terdiri dua macam do’a-do’a yaitu: tawasul dan pamitan kemudian ijab qabul, menyalakan damar sewu, menyambut gegedẻn, ritual seremonial, ritual doa dan ritual tarian Buhun Ronggeng Gunung.

Pelaksanaan upacara Ngabungbang pada masyarakat Desa Batulawang tersebut memadukan antara unsur religius yaitu Islam dan unsur budaya lokal. Adapun macam-macam sesajen yang harus dipersiapkan terdiri dari sajen rempah-rempah yaitu unsur-unsur yang merupakan hasil bumi dari garapan para penduduk, serta sajen-sajen lainnya yang menjadi simbol dalam Upacara

(4)

4 – Nedi Sunaedi dan Elsa Nur Apriani., Tradisi Upacara Adat Ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar

Ngabungbang seperti: rujak, bubur, kembang tujuh rupa, rokok daun jagung, ketupat segi lima, dan tumpeng. Hal ini, jelas membuktikan bahwa masyarakat Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar masih memegang teguh adat istiadat serta warisan dari leluhur mereka demi untuk menjaga karifan lokal serta budaya yang menjadi identitas serta ciri khas mereka.

Tujuan

Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk menganalisis dan menjelaskan proses berlangsungnya Tradisi Upacara Adat Ngabungbang bagi Masyarakat Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar. 2) Untuk menganalisis dan menjelaskan makna Tradisi Upacara Adat Ngabungbang bagi Masyarakat Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar.

METODE PENELIITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiono. 2012:1). Sehubungan dengan masalah yang penulis teliti, dan masalah yang terjadi pada masa sekarang, maka metode yang penulis gunakan yaitu metode kualitatif yaitu suatu cara untuk pemecahan suatu masalah yang

(5)

5 – Nedi Sunaedi dan Elsa Nur Apriani., Tradisi Upacara Adat Ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar

dipakai untuk mengkaji dan menganalisis berbagai data, gejala dan pristiwa yang ada dan terjadi sekarang ini pada permukaan bumi. Penggunaan metode ini diharapkan dapat mengungkap dan mengkaji masalah yang berhubungan dengan Tradisi Upacara Adat Ngabungbang di Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar.

PEMBAHASAN

Upacara Adat Ngabungbang di Desa Batulawang yaitu mengkaji Budaya masyarakat Desa Batulawang yang senantiasa menjalankan tradisi warisan nenek moyangnya terdahulu. Hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisik Desa Batulawang yaitu adanya sumber mata air yang biasa masyarakat Desa Batulawang menyebutnya dengan Hulu cai. Serta Upacara Adat Ngabungbang yang merupakan region dari masyarakat adat Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar.

Kajian Upacra Adat Ngabungbang termasuk kedalam cabang kajian Geografi Sosial. Bidang kajian yang dikaji antara lain aspek keruangan yang berhubungan dengan karakteristik penduduk, organisasi sosial, unsur kebudayaan dan kemasyarakatan. Dimana dalam hal ini penelitian lebih difokuskan terhadap Upacara Adat Ngabungbang yang senantiasa dipertahankan dan di lestarikan.

Dalam setudi Geografi, Upacara Adat Ngabungbang merupakan kajian lapisan Antroposfer. Dalam hal ini mengkaji aktivitas masyarakat adat Desa Batulawang dalam melaksanakan dan mempertahankan tradisi warisan dari nenek moyangnya yaitu Upacara Adat Ngabungbang. Sebagai sebuah region yang

(6)

6 – Nedi Sunaedi dan Elsa Nur Apriani., Tradisi Upacara Adat Ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar

dimiliki masyarakat, upacara ini sangat dihormati dan dianggap sakral, sehinggga setiap tahun upacara ini selalu dilaksanakan baik meriah ataupun tidak.

1. Pelaksanaan Upacara Adat Ngabungbang di Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar

Upacara Adat Ngabungbang merupakan salah satu region Budaya yang dimiliki masyarakat adat Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar. Upacara Adat Ngabungbang adalah upacara mandi suci dengan niat menyatukan cipta, rasa, dan karsa untuk membuang semua perilaku tidak baik, lahir ataupun batin. Tujuannya, tak lain bermunajat hanya kepada Allah SWT untuk memohon ampunan dan bertobat dari segala kesalahan yang telah diperbuat. Selain itu, ritual ini juga bertujuan memohon kekuatan untuk kebaikan dalam mencapai segala cita-cita hingga mendapatkan peningkatan kualitas pribadi dalam kehidupan.

Tradisi Upacara Ngabungbang di Desa Batulawang, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar dilaksanakan dengan cara nyaring sapeupeuting (terjaga semalaman) pada malam bulan purnama di tempat yang dianggap suci. Tujuan diadakannya upacara ini adalah untuk membersihkan diri masing-masing warga dengan cara melakukan bersih bumi atau syukur bumi, dengan harapan akan mampu mencapai jatidiri yang suci. Pelaksanaan upacara Ngabungbang meliputi persiapan dan pelaksanaan. Persiapan meliputi damel obor atau damar sewu, damel bẻlẻkẻtẻbẻ, damel sajẻn. Pelaksanaan ritual meliputi seja unjukan, terdiri dua macam do’a - do’a yaitu: tawasul dan amitan kemudian ijab qabul, menyalakan damar sewu,

(7)

7 – Nedi Sunaedi dan Elsa Nur Apriani., Tradisi Upacara Adat Ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar

menyambut gegedẻn, ritual seremonial, ritual doa dan ritual tarian Buhun Ronggeng Gunung.

Sifat dan hakikat kebudayaan Upacara Adat Ngabungbang Desa Batulawang terwujud dan terstruktur melalui perilaku dan tindakan adat masyarakat Desa Batulawang yang senantiasa menjaga dan mempertahankan tradisi warisan dari Nenek Moyangnya. Upacara Adat Ngabungbang ini juga memiliki aturan-aturan yang harus ditaati oleh masyarakat adat Desa Batulawang walaupun sifatnya tidak mengikat, dan tidak mendapatkan sanksi apa-apa jika ada yang melanggarnya. Pelaksanaan Upacara Adat Ngabungbang juga sesuai dengan adat Sunda dan ajaran Islam.

2. Makna Upacara Ngabungbang bagi Masyarakat Adat Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar

Makna Upacara Adat Ngbungbang terdapat di hati masing-masing masyarakat Desa Batulawang. Walaupun tidak semua mengerti akan makna yang terkandung dalam Upacara Adat Ngabungbang ini. Yang mengetahui makna dari Upacara Adat Ngabungbang ini hanyalah orang-orang tertenu Seperti Tokoh Agama, Kuncen, Demang, dan Tokoh Masyarakat yang Sudah mengenal lama Upacara Ngabungbang tersebut. makna yang terkandung dalam upacara Adat Ngabungbang ini adalah menjalankan dan melestarikan tradisi nenek moyang terdahulu, menyambut dan memeriahkan datangnya bulan Mulud, untuk mensucikan diri, dan sebagai sarana untuk mempererat tali persaudaraan antara warga masyarakat Desa Batulawang. Dan tetap menjaga kelestarian lingkungan alam sekitar.

(8)

8 – Nedi Sunaedi dan Elsa Nur Apriani., Tradisi Upacara Adat Ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar

Pada masyarakat Desa Batulawang masih ada yang mempunyai paham animisme. Hal ini terlihat dengan adanya sebagian masyarakat yang meyakini hulu cai (mata Air) mempunyai kekeramatan, namun walaupun demikian bukan berarti masyarakat Desa Batulawang menyembahnya melainkan mereka sangat menghormatinya. Mereka berharap keberkahan dari Yang Maha Kuasa melalui hal-hal tersebut.

SIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembuktian pertanyaan penelitian, dapat ditari kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses Berlangsungnya Upacara Adat Ngabungbang di Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar

Puncak Upacara Adat Ngabungbang di Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar kali ini dilaksanakan pada hari sabtu, 06 September 2014. Alasan kenapa masyarakat Desa Batulawang memilih hari sabtu sebagai hari yang cocok untuk Upacara Adat Ngabungbang yaitu karena sebelumnya ketua adat orang yang dipercayai oleh masyarakat Desa Batulawang terlebih dahulu melakukan ritual meminta petunjuk untuk hari pelaksanaan Upacara Adat tersebut. Puncak Upacara Adat Ngabungbang dilaksanakan pada malam hari pukul 19.00 WIB.

Sebelumnya sebelum upacara puncak dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan kegiatan ritual di hulu cai sekaligus penyimpanan sesajen yang

(9)

9 – Nedi Sunaedi dan Elsa Nur Apriani., Tradisi Upacara Adat Ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar

diberikan do’a-do’a oleh Bapak Demang. Kegiatan ritual ini dilaksanakan dua hari sebelum upacara puncak.

Setibanya pada waktu malam Upacara Adat Ngabungbang dilaksanakan, terlebih dahulu dilaksanakan upacara penyambutan gegedẻn dan semua tamu undangan yang dipimpin langsung oleh bapak Demang. ketika dilakukannya sambutan gegedẻn dan tamu undangan dengan diiringi tatabeuhan alat musik tradisional. Dalam Upacara Adat Ngabungbang ini tatabeuhan alat musik tradisional harus dilakukan. Hal ini bermakna bahwa pada zaman dahulu tatabeuhan digunakan untuk memikat agar masyarakat dapat memeluk agama Islam dan sebagai penyemangat dalam mengawali Upacara Adat tersebut

Dalam Pelaksanaan Upacara Adat Ngabungbang ini diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan shalawat Nabi. Hal ini di bertujuan agar Upacara Adat Nabungbang berjalan dengan khidmat dan lancar.

Kemudian setelah acara tersebut Bapak Kepala Desa, Bapak Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Banjar memberikan sanbutan-sambutan dan yang selanjutnya sambutan terakhir dari Ketua Panitia yaitu Bapak Demang sekaligus mnceritakan asal usul Upacara Adat Ngabungbang yang dilaksanakan di Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar. Dalam sambutannya Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Banjar menyampaikan saran-saran dan harapan kepada masyarakat Adat Desa Batulawang,

(10)

10 – Nedi Sunaedi dan Elsa Nur Apriani., Tradisi Upacara Adat Ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar

Setelah sambutan-sambutan selsai dilanjutkan dengan pementasan kesenian-kesenian daerah seperti pementasan Ronggeng Gunung, pementasan Gondang Buhun, dan terakhir pementasan Kesenian Calung yang didatangkan atau disewa sebagai pengiring Upacara Adat Ngabungbang.

2. Makna dan Manfaat Upacara Adat Ngabungbang di Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar

Upacara Adat Ngabungbang merupakan salah satu region budaya yang dimiliki masyarakat adat Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar. Upacara Adat Ngabungbang adalah upacara mandi suci dengan niat menyatukan cipta, rasa, dan karsa untuk membuang semua perilaku tidak baik, lahir ataupun batin. Tujuannya, tak lain bermunajat hanya kepada Allah SWT untuk memohon ampunan dan bertobat dari segala kesalahan yang telah diperbuat. Selain itu, ritual ini juga bertujuan memohon kekuatan untuk kebaikan dalam mencapai segala cita-cita hingga mendapatkan peningkatan kualitas pribadi dalam kehidupan.

Tradisi Upacara Ngabungbang di Desa Batulawang, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar dilaksanakan dengan cara nyaring sapeupeuting (terjaga semalaman) pada malam bulan purnama di tempat yang dianggap suci. Tujuan diadakannya upacara ini adalah untuk membersihkan diri masing-masing warga dengan cara melakukan bersih bumi atau syukur bumi, dengan harapan akan mampu mencapai jatidiri yang suci.

(11)

11 – Nedi Sunaedi dan Elsa Nur Apriani., Tradisi Upacara Adat Ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. PT. Asdi Mahastya.

Referensi

Dokumen terkait

Tradisi wewehan adalah tradisi khas di Kecamatan Kaliwungu, salah satunya yaitu di Desa Plantaran. Wewehan dilaksanakan setahun sekali ketika bulan Maulid

Tradisi makan hare tidak semua dilakukan oleh masyarakat Batak Toba karena bagi suku Batak Toba di Desa Pakpahan Kecamatan Pangaribuan tradisi ini merupakan

Tradisi upacara Malem Selikuran merupakan tradisi tahunan yang dilaksanakan oleh masyarakat desa Nyatnyono tidak dapat dilepaskan dari leluhur dan juga tokoh Islam

Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahwa tradisi berbalas pantun selalu digunakan pada upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Kecamatan Meral

Masyarakat Banjar Kediri Desa Singapadu kaler kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar dalam kehidupan beragamanya tidak terlepas dari upacara/ritual keagamaan

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui prosesi pelaksanaan upacara Nilapati bagi warga Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi di Banjar Roban, Desa Tulikup,

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana prosesi upacara tradisi wiwit padi di desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo, makna simbolik sesaji dalam

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan bahwa dalam upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Desa Pekaka, Kecamatan Lingga Timur, Kabupaten Lingga, tradisi