• Tidak ada hasil yang ditemukan

GENTA GROUP in PLAY STORE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GENTA GROUP in PLAY STORE"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

EYD & Kesalahan

Berbahasa

A p l i ka s i i n i d a p a t d i -download di play store dengan kata kunci “genta group” atau gunakan “qr-code” di bawah.

Kode Aktivasi Aplikasi:

Tes Buta Warna

A p l i ka s i i n i d a p a t d i -download di play store dengan kata kunci “genta group” atau gunakan “qr-code” di bawah.

Kode Aktivasi Aplikasi:

CBT Psikotes

A p l i ka s i i n i d a p a t d i -download di play store dengan kata kunci “genta group” atau gunakan “qr-code” di bawah.

Kode Aktivasi Aplikasi:

GENTA GROUP

in PLAY STORE

(3)

Kata Pengantar

BAB 1. Mengenal Bahasa Indonesia

Isi

Daftar

A. Sekilas Bahasa Indonesia --- 1

B. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia --- 1

C. Ragam Bahasa Indonesia --- 3

D. Ciri Situasi Diaglosia --- 6

E. Pembakuan Bahasa --- 6

F. Bahasa Baku --- 7

G. Bahasa Beku --- 7

H. Bahasa yang Baik dan Benar --- 8

BAB 2. Sejarah Ejaan yang Disempurnakan

A. Ejaan van Ophuijsen --- 9

B. Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) --- 12

C. Ejaan Pembaharuan --- 13

D. Ejaan Melindo --- 14

E. Ejaan Baru (Ejaan LBK) --- 15

F. Ejaan Rumi Bersama --- 15

G. Ejaan yang Disempurnakan (EYD) --- 16

BAB 3. Ejaan yang Disempurnakan

I. PEMAKAIAN HURUF A. Huruf Abjad --- 22

B. Huruf Vokal --- 23

C. Huruf Konsonan --- 24

D. Huruf Diftong --- 25

E. Gabungan Huruf Konsonan --- 25

F. Huruf Kapital --- 25

G. Huruf Miring --- 32

H. Huruf Tebal --- 33

EYD & Kesalahan

Berbahasa

A p l i ka s i i n i d a p a t d i -download di play store dengan kata kunci “genta group” atau gunakan “qr-code” di bawah.

Kode Aktivasi Aplikasi: 1199

Tes Buta Warna

A p l i ka s i i n i d a p a t d i -download di play store dengan kata kunci “genta group” atau gunakan “qr-code” di bawah.

Kode Aktivasi Aplikasi: G486S

CBT Psikotes

A p l i ka s i i n i d a p a t d i -download di play store dengan kata kunci “genta group” atau gunakan “qr-code” di bawah.

Kode Aktivasi Aplikasi: P859

GENTA GROUP

in PLAY STORE

(4)

II. PENULISAN KATA A. Kata Dasar --- 35 B. Kata Berimbuhan --- 35 C. Bentuk Ulang --- 37 D. Gabungan Kata --- 37 E. Pemenggalan Kata --- 38 F. Kata Depan --- 42 G. Partikel --- 43

H. Singkatan dan Akronim --- 43

I. Angka dan Bilangan --- 46

J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya --- 50

K. Kata si dan sang --- 50

III. PEMAKAIAN TANDA BACA A. Tanda Titik (.) --- 51

B. Tanda Koma (,) --- 54

C. Tanda Titik Koma (;) --- 58

D. Tanda Titik Dua (:) --- 59

E. Tanda Hubung (-) --- 60 F. Tanda Pisah (–) --- 62 G. Tanda Tanya (?) --- 62 H. Tanda Seru (!) --- 63 I. Tanda Elipsis (...) --- 63 J. Tanda Petik (“...“) --- 64

K. Tanda Petik Tunggal (‘...‘) --- 65

L. Tanda Kurung ((...)) --- 65

M. Tanda Kurung Siku ([...]) --- 66

N. Tanda Garis Miring (/) --- 66

O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (') --- 67

IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN --- 68

BAB 4. Pedoman Umum Pembentukan Istilah

A. Ketentuan Umum --- 89

B. Proses Pembentukan Istilah --- 90

C. Aspek Tata Bahasa Peristilahan --- 111

D. Aspek Semantik Peristilahan --- 125

BAB 5. Panduan Pembakuan Istilah Komputer

A. Pedoman Khusus Pembentukan Istilah Komputer --- 131

B. Pedoman Khusus Pemakaian Istilah Komputer --- 133

(5)

BAB 6. Kesalahan Berbahasa: Praktik dalam Kehidupan

Sehari-hari

A. Kesalahan Pembetukan Kata --- 161

B. Kesalahan Pemilihan Kata --- 167

C. Kesalahan Penyusunan Kalimat --- 170

D. Kesalahan Penataan Pernalaran --- 176

E. Kesalahan Penerapan Kaidah Ejaan --- 179

F. Kesalahan Bahasa dalam Surat Resmi --- 182

G. Kesalahan Bahasa dalam Media Online --- 198

H. Kesalahan Bahasa dalam Media Cetak --- 199

BAB 7. Analisis Kesalahan Berbahasa

A. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa --- 201

B. Langkah-langkah Menganalisis Kesalahan Berbahasa -- 202

C. Pengertian Kesalahan Berbahasa --- 203

D. Kategori Kesalahan Berbahasa --- 204

E. Sumber Kesalahan Berbahasa --- 206

BAB 8. Sekapur Sirih Penyuntingan Naskah

A. Pendahuluan --- 231

B. Naskah, Penyuntingan Naskah, Penyunting Naskah, dan Editor --- 232

C. Syarat Penyunting Naskah --- 236

D. Kode Etik Penyuntingan Naskah --- 238

E. Copyediting yang Baik dan Benar --- 240

F. Pra-Penyuntingan Naskah --- 244

G. Penyuntingan Naskah --- 249

H. Pasca-Penyuntingan Naskah --- 267

I. Tanda Koreksi --- 270

(6)

 1

Bab 1. Mengenal Bahasa Indonesia

BAB

1

Mengenal Bahasa Indonesia

A.

Sekilas Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan diikrarkan para pemuda Indonesia pada 28 Oktober 1928 dalam Soempah Pemoeda (dibaca dalam EYD, Sumpah Pemuda). Sumpah Pemuda merupakan tonggak persatuan Nusantara yang dipelopori oleh para pemuda.

Ikrar persatuan yang menggelora dalam Sumpah Pemuda tercantum berikut ini.

Kami poetra dan poetri Indonesia

Mengakoe bertoempah darah satoe, Tanah Air Indonesia

Kami poetra dan poetri Indonesia

Mengakoe berbangsa satoe, Bangsa Indonesia Kami poetra dan poetri Indonesia

Mendjoenjoeng bahasa persatoean, Bahasa Indonesia

Sebelum ada ikrar Sumpah Pemuda, bahasa Indonesia masih disebut bahasa Melayu. Bahasa tersebut digunakan sebagai bahasa pengantar (lingua franca) di berbagai wilayah tanah air. Namun setelah diikrarkan Sumpah Pemuda, bahasa Melayu berubah kedudukannya sebagai bahasa persatuan dan bernama bahasa Indonesia.

Bahasa Melayu yang digunakan di Malaysia dan Indonesia telah mengalami perbedaan. Perbedaan dapat terjadi karena pemekaran kosakata yang berbeda. Pemekaran kosakata yang dilakukan Pusat Bahasa dapat melalui penerjemahan, adopsi, dan adaptasi dari berbagai bahasa.

B.

Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang terpenting di kawasan republik kita. Terdapat beberapa patokan yang menyebabkan suatu bahasa menjadi penting, seperti jumlah penutur, luas penyebaran, serta peranannya sebagai sarana ilmu, seni sastra, dan pengungkap budaya.

(7)

 9

Bab 2. Sejarah Ejaan yang Disempurnakan

BAB

2

Sejarah Ejaan yang Disempurnakan

Bahasa merupakan kunci pokok kehidupan manusia. Manusia dapat berinteraksi dengan sesama menggunakan bahasa. Bahasa dapat digunakan jika manusia saling memahami atau saling mengerti. Hal ini berhubungan erat dengan penggunaan sumber daya bahasa yang dimiliki. Oleh karena itu, keseragaman berbahasa sangat penting agar komunikasi berjalan dengan lancar.

Di Indonesia, bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan, khususnya yang berkaitan dengan ejaan. Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.

Ejaan bahasa Indonesia yang kita pakai saat ini menganut sistem tulisan fonemis. Sistem tulisan fonemis adalah bentuk suatu ejaan yang menginginkan serta berusaha untuk melambangkan sebuah fonem itu hanya dengan satu huruf saja. Sejarah Ejaan yang Disempurnakan sebagai berikut.

A.

Ejaan van Ophuijsen

Pada tahun 1900, menurut C. A. Mees, Prof. Charles van Ophuijsen, seorang ahli bahasa dari Belanda mendapat perintah untuk merancang suatu ejaan yang dapat dipakai dalam bahasa Melayu, terutama untuk kepentingan pengajaran. Ketika menyusun ejaan, Charles van Ophuijsen dibantu oleh dua orang pakar bahasa, yaitu Engkoe Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Thaib Soetan Ibrahim. Charles van Ophuijsen berhasil membuat ejaan bahasa Melayu dengan menggabungkan dasar-dasar ejaan Latin dan ejaan Belanda. Ejaan tersebut lazim disebut sebagai “Ejaan van Ophuijsen”.

Penggunaan Ejaan van Ophuijsen diresmikan pada tahun 1901. Ejaan van Ophuijsen digunakan selama 46 tahun, lebih lama dari Ejaan Republik dan baru diganti setelah dua tahun Indonesia merdeka. Huruf-huruf yang mendukung Ejaan van Ophuijsen sebagai berikut:

(8)

 10 Kesalahan Berbahasa: Penggunaan EYD Bunyi vokal A ẻ E i o u Bunyi diftong ai Au Oi oe Bunyi konsonan B P M g k ng D T N dj tj nj R S L j h w Bunyi hamzah ‘ Bunyi ain ‘ Bunyi trema .. Bunyi asing ch Sj Z

Apa Anda masih bingung? Bacalah beberapa hal yang cukup menonjol pada Ejaan van Ophuijsen berikut ini!

a. Huruf y ditulis dengan j. Contoh:

Ejaan van Ophuijsen EYD

saja saya

jang yang

sajang sayang

b. Huruf u ditulis dengan oe. Contoh:

Ejaan van Ophuijsen EYD

soerat surat

soesoen susun

sempoerna sempurna

c. Huruf k pada akhir kata atau di tengah suku kata ditulis dengan tanda koma di atas.

Contoh:

Ejaan van Ophuijsen EYD

ma’mur makmur

tida’ tidak

(9)

 17

Bab 3. Ejaan yang Disempurnakan

BAB

3

Ejaan yang Disempurnakan

KEPUTUSAN

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

No. 0543a/U/1987 tentang

Penyempurnaan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN,

Membaca : Surat Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 6 Desember 1986 No. 5965/F8/UI.7/86

Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 No. 0196/U/1975 telah ditetapkan peresmian berlakunya “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dan “Pedoman Umum Pembentukan Istilah”.

b. bahwa sesungguhnya bahasa itu senantiasa berubah dan berkembang sesuai dengan kehidupan masyarakat. c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada sub a

dan b, dipandang perlu menetapkan penyempurnaan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.

(10)

 19

Bab 3. Ejaan yang Disempurnakan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG

PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, penggunaan bahasa Indonesia dalam beragam ranah pemakaian, baik secara lisan maupun tulisan semakin luas;

b. bahwa untuk memantapkan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara, perlu menyempurnakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2003, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5035);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5554);

4. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Resmi Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Negara Lainnya;

(11)

 20 Kesalahan Berbahasa: Penggunaan EYD

5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

6. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 15); 7. Keputusan Presiden Nomor 121/P/2014 tentang Kabinet

Kerja periode tahun 2014–2019 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 79/P Tahun 2015 tentang Penggantian Beberapa Menteri Negara Kabinet Kerja Periode Tahun 2014–2019;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA.

Pasal 1

(1) Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dipergunakan bagi instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

(2) Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 2

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 3

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

(12)

 21

Bab 3. Ejaan yang Disempurnakan

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 26 November 2015

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

ANIES BASWEDAN Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 30 November 2015 DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 1788 Salinan sesuai dengan aslinya.

Kepala Biro Hukum dan Organisasi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

Aris Soviyani

(13)

 22 Kesalahan Berbahasa: Penggunaan EYD

I. PEMAKAIAN HURUF

A.

Huruf Abjad

Abjad yang dipakai dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf berikut. Huruf Nama Pengucapan Kapital Nonkapital A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z a be ce de e ef ge ha i je ka el em en o pe ki er es te u ve we eks ye zet a bé cé dé é èf gé ha i jé ka èl èm èn o pé ki èr ès té u vé wé èks yé zèt

(14)

 35

Bab 3. Ejaan yang Disempurnakan

II. PENULISAN KATA

A.

Kata Dasar

Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya:

Kantor pajak penuh sesak. Saya pergi ke sekolah. Buku itu sangat tebal.

B.

Kata Berimbuhan

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.

Misalnya: berjalan berkelanjutan mempermudah gemetar lukisan kemauan perbaikan Catatan:

Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau -wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.

Misalnya: sukuisme seniman kamerawan gerejawi

2. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Misalnya: adibusana aerodinamika infrastruktur inkonvensional proaktif purnawirawan

(15)

 51

Bab 3. Ejaan yang Disempurnakan

III. PEMAKAIAN TANDA BACA

A.

Tanda Titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan. Misalnya:

Mereka duduk di sana.

Dia akan datang pada pertemuan itu.

2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.

Misalnya:

a. I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia A. Bahasa Indonesia 1. Kedudukan 2. Fungsi B. Bahasa Daerah 1. Kedudukan 2. Fungsi C. Bahasa Asing 1. Kedudukan 2. Fungsi b. 1. Patokan Umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel 1.2.3 Grafik 2. Patokan Khusus … ...

(16)

 89

Bab 4. Pedoman Umum Pembentukan Istilah

BAB

4

Pedoman Umum Pembentukan Istilah

A.

Ketentuan Umum 1. Istilah dan Tata Istilah

Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dan yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Tata istilah (terminologi) adalah perangkat asas dan ketentuan pembentukan istilah serta kumpulan istilah yang dihasilkannya. Misalnya: • Anabolisme • Demokrasi • Laik terbang • Pemerataan • Perangkap elektron 2. Istilah Umum dan Istilah Khusus

Istilah umum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu, yang karena dipakai secara luas, menjadi unsur kosakata umum. Misalnya: • Anggaran belanja • Daya • Nikah • Penilaian • Radio • Takwa

Istilah khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang tertentu saja.

(17)

 90 Kesalahan Berbahasa: Penggunaan EYD

• Apendektomi • Bipatride • Kurtosis • Pleistosen

3. Persyaratan Istilah yang Baik

Dalam pembentukan istilah perlu diperhatikan persyaratan dalam pemanfaatan kosakata bahasa Indonesia yang berikut.

a. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling tepat untuk mengungkapkan konsep termaksud dan yang tidak menyimpang dari makna itu.

b. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling singkat di antara pilihan yang tersedia yang mempunyai rujukan sama. c. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bernilai rasa

(konotasi) baik.

d. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang sedap didengar (eufonik).

e. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya seturut kaidah bahasa Indonesia.

4. Nama dan Tata Nama

Nama adalah kata atau frasa yang berdasarkan kesepakatan menjadi tanda pengenal benda, orang, hewan, tumbuhan, tempat, atau hal. Tata nama (nomenklatur) adalah perangkat peraturan penamaan dalam bidang ilmu tertentu, seperti kimia dan biologi, beserta kumpulan nama yang dihasilkannya.

Misalnya:

• Aldehida • Natrium klorida • Primat

• Oryza sativa

B.

Proses Pembentukan Istilah

1. Konsep Ilmu Pengetahuan dan Peristilahannya

Upaya kecendikiaan ilmuan (scientist) dan pandit (scholar) telah dan terus menghasilkan konsep ilmiah, yang pengungkapannya dituangkan dalam perangkat peristilahan. Ada istilah yang sudah

(18)

 131

Bab 5. Panduan Pembakuan Istilah Komputer

BAB

5

Panduan Pembakuan Istilah Komputer

Pemerintah melalui Inpres No. 2 Tahun 2001 menginstruksikan penggunaan komputer dengan aplikasi berbahasa Indonesia. Dengan demikian, dilakukan upaya pengindonesiasian istilah yang digunakan dalam komputer.

A.

Pedoman Khusus Pembentukan Istilah Komputer 1. Landasan

Dalam membentuk istilah komputer Indonesia, kumpulan patokan dan saran dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah serta pedoman-pedoman khusus istilah terkait lainnya hendaklah digunakan sebagai penuntun utama. Di samping itu, perlu pula dipakai ketentuan berikut yang merupakan pelengkap khusus Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

2. Bahasa Sumber

Bahasa sumber pembentukan istilah komputer adalah bahasa Inggris yang dipakai sebagai bahasa dasar pengembangan perkomputeran. Mengingat pentingnya peran komputer dalam teknologi komunikasi dan informasi sebagai wahana untuk pelaksanaan komunikasi internasional yang bersifat mengglobal, kemudahan untuk kecepatan saling mengerti antarbangsa supaya mendapat perhatian khusus dalam membentuk peristilahan komputer Indonesia.

Untuk itu, penentuan prioritas dalam mempertimbangkan dan menentukan pemilihan istilah yang akan diterima tidak membedakan prioritas alternatif langkah 1 (bahasa Indonesia lazim), langkah 2 (bahasa Indonesia tidak lazim), langkah 3 (bahasa serumpun lazim), langkah 4 (bahasa serumpun tidak lazim), langkah 5 (penerjemahan bahasa asing), langkah 6 (penyerapan dengan/tanpa penyesuaian ejaan/lafal), dan langkah 7 (penerjemahan dan penyerapan).

3. Tata Cara Penyerapan Istilah Asing

Pemadanan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia dilakukan berdasarkan beberapa ketentuan sebagai berikut:

(19)

 132 Kesalahan Berbahasa: Penggunaan EYD

a. Istilah asing dipadankan dengan bahasa Indonesia yang umum. Contoh:

delete - hapus exit - keluar cancel - batal

b. Istilah asing dipadankan dengan bahasa Indonesia yang tidak lazim.

Contoh:

scan - pindai scanner - pemindai hacker - peretas

c. Istilah asing dipadankan dengan bahasa serumpun yang lazim. Contoh:

batch - tumpak homepage - laman

d. Istilah asing dipadankan dengan bahasa serumpun yang tidak lazim.

Contoh:

discharge - luah download - unduh upload - unggah

e. Istilah asing diserap ke dalam bahasa Indonesia: 1) tanpa melalui proses penyesuaian ejaan

Contoh:

monitor - monitor internet - internet 2) melalui penyesuaian ejaan

Contoh:

access - akses

(20)

 161

Bab 6. Kesalahan Berbahasa: Praktik dalam Kehidupan Sehari-hari

BAB

6

Kesalahan Berbahasa: Praktik dalam

Kehidupan Sehari-hari

Kesalahan umum pemakaian bahasa Indonesia dalam masyarakat merupakan suatu gejala yang wajar. Namun, kesalahan umum itu jangan dibiarkan berlarut-larut. Kesalahan itu harus diatasi dengan segera. Pemakai bahasa harus berupaya meningkatkan keterampilan dalam memperagakan bahasa Indonesia yang sesuai kaidah.

Pertanyaan yang muncul sekarang adalah siapa yang harus membina pemakaian bahasa dan siapa pula yang harus menjadi panutan dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar? Orang atau pihak yang patut menjadi panutan dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar, antara lain presiden dan wakil presiden, para menteri, pemimpin lembaga tinggi negara, pemimpin TNI-Polri, guru dan dosen, wartawan dan penerbit, sekretaris dan pengonsep pidato, serta pemuka agama. Namun, kita sendiri juga harus menjadi panutan bagi orang lain yang belum paham dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

Anda sudah membaca bab-bab sebelumnya dalam buku ini. Jadi, Anda sudah memahami teori-teori berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Pada bab ini akan ditampilkan contoh-contoh kesalahan berbahasa yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

A.

Kesalahan Pembetukan Kata

Pada kehidupan sehari-hari, kita masih melihat atau mendengar pemakaian kata yang salah bentukannya. Kesalahan dapat kita temukan baik pada penulisan maupun pembicaraan. Berikut ini akan dipaparkan beberapa kesalahan pembentukan kata dalam berbahasa Indonesia. 1. Lantik

Pada bahasa jurnalistik, sering kita jumpai penanggalan awalan men-, seperti Presiden lantik para menteri. Hal ini mungkin disebabkan oleh usaha penghematan yang merupakan salah satu ciri bahasa jurnalistik. Jika kita berhitung secara matematis, biaya yang

(21)

 162 Kesalahan Berbahasa: Penggunaan EYD

dikeluarkan untuk imbuhan - cukup besar. Jika dalam satu kolom terdapat lima kata yang berawalan men- dan dalam satu halaman terdapat 8 kolom, itu berarti terdapat 8 x 5 men-. Jika sebuah surat kabar terdiri atas 10 halaman, akan terdapat 10 x 40 men-. Seandainya oplah surat kabar itu 20.000 eksemplar, akan terdapat 20.000 x 10 x 40 men- = 8.000.000 men-, jumlah yang tidak sedikit dan akan menghabiskan kertas sekian rim. Hal ini berarti bahwa redaksi akan membuang sekian puluh ribu rupiah setiap hari. Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.

Kesalahan Umum

a. Presiden lantik para menteri.

b. Rusia akan luncurkan satelit mata-mata pada siang nanti. c. Bank Mandirin gunakan sistem komputer terbaru.

d. Indonesia tempatkan tentara penjaga perdamaian melalui PBB di Kongo.

e. Mentan RI-Vietnam tanda tangani kerja sama pembibitan padi. Kalimat-kalimat tersebut termasuk kalimat aktif transitif, yaitu kalimat aktif yang memiliki objek. Menurut kaidah bahasa, predikat kalimat aktif transitif wajib berawalan men-. Jadi, kalimat-kalimat tersebut harus menggunakan predikat berawalan men-, bukan kata kerja pangkal atau kata kerja imperatif/perintah, seperti lantik. Seharusnya

a. Presiden melantik para menteri.

b. Rusia akan meluncurkan satelit mata-mata pada siang nanti. c. Bank Mandirin menggunakan sistem komputer terbaru.

d. Indonesia menempatkan tentara penjaga perdamaian melalui PBB di Kongo.

e. Mentan RI-Vietnam menandatangani kerja sama pembibitan padi.

2. Merubah

Kata merubah sering kita dengar, baik melalui pembicaraan lisan atau tulisan di masyarakat maupun media massa, seperti kalimat Kita harus dapat merubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik. Kesalahan tersebut karena adanya salah anggapan pemakai bahasa. Kemungkinan mereka mengira bahwa kata dasar yang benar adalah rubah. Hal ini terjadi karena dalam bahasa kita terdapat kata perubahan dan berubah sehingga tampaknya bentuk dasarnya rubah.

(22)

 201

Bab 7. Analisis Kesalahan Berbahasa

BAB

7

Analisis Kesalahan Berbahasa

“Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Pernyataan tersebut tercantum dalam Pasal 36, Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu, semua warga negara Indonesia wajib menggunakan bahasa Indonesia itu dengan baik dan benar. “Apa penggunaan bahasa Indonesia saat ini belum baik dan benar?”. Salah satu cara untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah analisis kesalahan berbahasa. Kita dapat menjelaskan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar melalui analisis kesalahan berbahasa.

A.

Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa

Pengertian analisis kesalahan berbahasa menurut Crystal adalah suatu teknik untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan menginterpretasi secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa di dalam pembelajaran B2 (bahasa asing) dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur yang ada hubungannya dengan kebahasaan. Menurut Corder, analisis kesalahan berbahasa merupakan suatu proses. Jadi, ada prosedur yang harus dituruti selaku pedoman kerja. Prosedur itu melalui beberapa tahap, yaitu: (1) memilih korpus bahasa, (2) mengenali kesalahan dalam korpus, (3) mengklasifikasikan kesalahan, (4) menjelaskan kesalahan), dan (5) evaluasi kesalahan. Dengan demikian, pengertian analisis kesalahan berbahasa adalah suatu proses kerja yang digunakan oleh guru dan peneliti bahasa dengan langkah-langkah pengumpulan data, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat di dalam data, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian taraf keseriusan kesalahan itu.

Faktor kemungkinan kesalahan berbahasa terjadi akibat kebiasaan berbahasa (language habit) yang salah sehingga terjadi kesalahan berbahasa. Kebiasaan ini terjadi secara spontan dan sukar dihilangkan, kecuali lingkungan bahasanya diubah dengan cara menghilangkan stimulus yang membangkitkan kebiasaan itu. Misalnya kebiasaan penggunaan

(23)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilakukan dengan mengambil data klien dari perusahaan otsourching di wilayah Semarang, selanjutnya data dimodelkan dalam bentuk peta graf Hamilton menggunakan

Kejadian kasus HFMD yang diterima selama kurun waktu 5 tahun (2008-2012) berasal dari semua golongan umur dan jenis kelamin, terbanyak ditemukan pada anak-anak

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mutia Zuhara dan Utia Azizah bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) pada pokok bahasan larutan elektrolit

Pada penggunaan MPL, siswa yang mempunyai kecerdasan emosi tinggi memiliki prestasi belajar akuntansi yang sama baiknya dengan siswa yang mempunyai kecerdasan

Karena kini pengguna hijab banyak juga menggunakan pakaian-pakaian yang digunakan oleh mereka yang tak berhijab dengan sedikit modifikasi agar bisa disebut sebagai busana

Berdasarkan dari has il dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa semua ide dan konsep desain dari kios ini mengacu pada prinsip dari desain inklusi, s erta studi lapangan

(d) Indikator nomor 4 kepercayaan idealnya 2 dengan penilaiana sebesar 0,015 i n i menunjukan bahwa skor sikap maksimum konsumen untuk penilaian Obat Paten, Ketersediaan obat

terhadap suatu perkara yang semata-mata harus didasarkan kepada kebenaran, kejujuran dan keadilan. Harus dijauhkan dari tekanan atau pengaruh dari pihak manapun baik oknum,