• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAR2/PROFESIONAL/156/5/2019 PENDALAMAN MATERI BAHASA INDONESIA MODUL 5 KETERAMPILAN BERBAHASA PRODUKTIF. Nama Penulis: Setyawan Pujiono, M.Pd.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAR2/PROFESIONAL/156/5/2019 PENDALAMAN MATERI BAHASA INDONESIA MODUL 5 KETERAMPILAN BERBAHASA PRODUKTIF. Nama Penulis: Setyawan Pujiono, M.Pd."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i DAR2/PROFESIONAL/156/5/2019

PENDALAMAN MATERI BAHASA INDONESIA MODUL 5 KETERAMPILAN BERBAHASA PRODUKTIF

Nama Penulis: Setyawan Pujiono, M.Pd.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan sehingga penyusunan bahan ajar PPG Dalam Jabatan dalam diselesaikan dengan baik.

Kompetensi profesional seorang guru perlu ditanamkan secara utuh kepada para calon guru yang berasal dari lulusan sarjana. Penguasaan materi bidang studi oleh seorang sarjana perlu dilengkapi dengan kompetensi profesional guru. Pengenalan lapangan dan penguasaan pedagogik yang dilengkapi dengan pengalaman dalam melaksanakan tugas profesi guru menjadi bagian penting dalam membangun sumber daya guru Indonesia yang handal dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia Indonesia yang dibutuhkan dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan. Oleh karena itu, penyiapan sumber daya guru profesional yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat yang dikembangkan melalui Pendidikan Profesi Guru perlu direvisi dan disesuaikan agar dapat memenuhi ketentuan profesionalisasi guru.

Modul ini merupakan modul pertama yang berisi tentang Tata Bahasa. Modul ini terdiri atas empat kegiatan belajar: (1) Kerampilan berbicara, (2) Pembelajaran keterampilan berbicara, (3) Keterampilan menulis, dan (4) Pembelajaran keterampilan menulis. Dengan adanya modul 5 ini diharapkan dapat membantu memberikan pemahaman dan penerapan konsep keterampilan berbahasa produktif dalam Bahasa Indonesia.

Sesungguhnya modul ini pastinya mempunyai keterbatasan mengingat luasnya cakupan keilmuan yang seharusnya dimasukkan. Modul ini telah diupayakan dekat dengan materi-materi yang para peserta berikan sebagai guru di sekolah atau bisa dikatakan disesuaikan dengan kebutuhan guru dalam menjalan kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karenya, diharapkan, peserta tidak hanya menggunakan sumber bahan ajar ini saja, tetapi dapat mengakses berbagai sumber pendukung lainnya.

Tidak lupa, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Modul PPG Dalam Jabatan ini. Kerja keras dan sumbangsih dalam penyelesaian bahan ajar ini merupakan bentuk komitmen peningkatan kualitas guru yang merupakan salah satu kunci pembangunan bangsa secara keseluruhan.

(4)

iii DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Kegiatan Belajar 1 Keterampilan Berbicara PENDAHULUAN Deskripsi Singkat ... 2 Relevansi ... 2 Petunjuk Belajar ... 3 INTI Capaian Pembelajaran ... 3 Subcapaian Pembelajaran... 4 Uraian Materi ... 4

A. Hakikat Keterampilan Berbicara ... 4

B. Faktor-Faktor Penunjang Keterampilan Berbicara ... 5

C. Persiapan dan Strategi Keterampilan Berbicara ... 11

D. Ragam Keterampilan Berbicara ... 13

Forum Diskusi ... 17 PENUTUP Rangkuman ... 18 Tes Formatif ... 19 Daftar Pustaka ... 21 Kegiatan Belajar 2 Pembelajaran Keterampilan Berbicara PENDAHULUAN Deskripsi Singkat ... 24 Relevansi ... 24 Petunjuk Belajar ... 25 INTI Capaian Pembelajaran ... 25 Subcapaian Pembelajaran... 25 Uraian Materi ... 26

A. Prinsip Pembelajaran Keterampilan Berbicara ... 26

B. Metode Pembelajaran Keterampilan Berbicara ... 27

C. Evaluasi Pembelajaran Keterampilan Berbicara ... 32

(5)

iv Forum Diskusi ... 44 PENUTUP Rangkuman ... 45 Tes Formatif ... 46 Daftar Pustaka ... 49 Kegiatan Belajar 3 Keterampilan Menulis PENDAHULUAN Deskripsi Singkat ... 51 Relevansi ... 51 Petunjuk Belajar ... 52 INTI Capaian Pembelajaran ... 52 Subcapaian Pembelajaran... 53 Uraian Materi ... 53

A. Konsep Dasar Menulis ... 53

B. Ragam dan Faktor-Faktor Pendukung Menulis ... 54

C. Pendekatan Proses Menulis ... 61

D. Cara Penggalian Ide Menulis ... 65

Forum Diskusi ... 68 PENUTUP Rangkuman ... 68 Tes Formatif ... 69 Daftar Pustaka ... 72 Kegiatan Belajar 4 Pembelajaran Keterampilan Menulis PENDAHULUAN Deskripsi Singkat ... 75 Relevansi ... 75 Petunjuk Belajar ... 76 INTI Capaian Pembelajaran ... 76

Sub Capaian Pembelajaran ... 76

Uraian Materi ... 77

A. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Keterampilan Menulis ... 77

B. Model Pembelajaran Menulis ... 79

C. Penilaian Keterampilan Menulis Berbagai Ragam Teks ... 85

(6)

v Forum Diskusi ... 97 PENUTUP Rangkuman ... 97 Tes Formatif ... 99 Daftar Pustaka ... 101 Tes Submatif ... 102

Kunci Jawaban Tes Formatif KB 1 ... 109

Kunci Jawaban Tes Formatif KB 2 ... 109

Kunci Jawaban Tes Formatif KB 3 ... 109

Kunci Jawaban Tes Formatif KB 4 ... 110

(7)

1

Kegiatan Belajar 1

KETERAMPILAN

BERBICARA

(8)

2

Kegiatan Belajar 1

KETERAMPILAN BERBICARA

PENDAHULUAN Deskripsi Singkat

Bagaimana kabar Anda? Semoga semuanya baik-baik saja dan tetap semangat mempelajari modul bahasa Indonesia ini. Pada Kegiatan Belajar satu ini, Anda akan mempelajari materi inti hakikat berbicara, faktor penunjang kemampuan berbicara, persiapan & strategi berbicara, ragam keterampilan berbicara.

Materi keterampilan berbicara dalam Kegiatan Belajar 1 ini bertujuan untuk membekali peserta agar mampu mengajarkan keterampilan berbicara sesuai dalam Kurikulum 2013. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia secara umum bertujuan agar peserta didik mampu menyimak, mewicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut di dalam Kurikulum 2013 diimplementasikan dalam berbagai genre teks dalam rangka mencapai kompentansi pengetahuan dan keterampilan berbahasa. Kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan keempat keterampilan tersebut saling berhubungan dan saling mendukung dalam pengembangan tiga ranah utamanya, yakni pembelajaran berbahasa, bersastra, dan pengembangan literasi.

Untuk mendukung keberhasilan pembelajaran berbahasa Indonesia, proses pembelajaran menekankan pada penguasaan teori-teori kebahasaindonesiaan dan cara penggunaannya. Oleh karena itu, Kegiatan Belajar 1 ini menekankan pada pembelajaran aspek penggunaan bahasa untuk berkomunikasi secara lisan. Artinya, keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia pada kegiatan ini, agar guru mampu mengajar keterampilan berbicara pada peserta didik dengan efektif.

Relevansi

Kegiatan belajar dalam modul ini bersifat fleksibel, kontekstual, dan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran sesuai karakter sekolah masing-masing. Dalam melaksanakan

(9)

3 pembelajaran, guru diharapkan kreatif dalam pengembangan materi, penggunaan metode, pemilihan media yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah serta tingkat perkembangan kemampuan peserta didik.

Petunjuk Belajar

Terdapat beberapa hal yang perlu Anda perhatikan terkait dengan pembelajaran kita kali ini.

1. Bacalah dengan cermat berbagai materi yang terdapat pada modul ini agar Anda dapat memahami setiap konsep yang disajikan.

2. Berilah tanda-tanda tertentu dan catatan khusus bagian-bagian yang Anda anggap penting.

3. Anda harus mengaitkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lain yang telah Anda pelajari sebelumnya.

4. Anda juga harus menghubungkan berbagai konsep tersebut dengan berbagai kegiatan pembelajaran sehingga Anda dapat memahami dan menjelaskan manfaat konsep tersebut dalam proses pembelajaran.

5. Buatlah rangkuman setelah selesai membaca modul ini. Tidak perlu melihat rangkuman yang sudah ada dalam modul ini. Rangkuman yang terdapat dalam modul ini digunakan sebagai pembanding.

6. Untuk mengetahui penguasaan materi yang telah Anda baca, kerjakan tugas atau latihan yang terdapat pada modul ini. Kerjakan dengan sungguh-sungguh tanpa melihat kunci jawaban terlebih dahulu. Setelah selesai mengerjakan, Anda boleh mencocokkan dengan kunci jawaban.

INTI

Capaian Pembelajaran (CP)

Setelah mempelajari topik ini, Anda diharapkan mampu mengonstruk prinsip kemahiran berbahasa produktif (berbicara) dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

(10)

4

Subcapaian Pembelajaran

Pokok-pokok materi pembelajaran ini ialah guru mampu mengonstruk keterampilan berbicara atau keterampilan berbahasa lisan, yang meliputi:

1. Mampu menjelaskan hakikat keterampilan berbicara

2. Mampu menjelaskan faktor-faktor penunjang keterampilan berbicara 3. Mampu menjelaskan persiapan dan strategi keterampilan berbicara 4. Mampu menjelaskan ragam keterampilan berbicara

Uraian Materi

Untuk mencapai capaian di atas, silakan Anda pelajari dan pahami seluruh materi berikut ini.

1. Hakikat Keterampilan Berbicara

Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang bertujuan untuk mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan secara lisan sebagai proses komunikasi kepada orang lain. Dalam proses berbicara, seseorang akan mengalami proses berpikir untuk mengungkapkan ide dan gagasannya secara luas (divergen thingking). Proses berbicara sangat terkait hubungannya dengan faktor pengembangan berpikir berdasarkan pengalaman yang mendasarinya. Pengalaman tersebut dapat diperoleh melalui membaca, menyimak, pengamatan dan diskusi.

Berbicara merupakan kegiatan komunikasi lisan yang mengikutsertakan sebagian besar dari anggota tubuh kita. Menurut Dipodjojo (1982), komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam usaha menyampaikan pesan secara lisan kepada individu lain, sekelompok orang, yang disebut audience atau majelis. Kegiatan berbicara akan terjadi jika terpenuhinya tiga unsur yaitu: pembicara, pembicaraan atau pesan, dan lawan bicara.

Selain ketiga unsur di atas, ada satu hal yang lebih penting yaitu kesempatan berbicara, artinya: (a) kepada siapa ia berbicara, atau bagaimana keadaan audience itu, (b) kapan waktu bicara yang tepat, (c) tempat dimana ia berbicara. Jika seorang pembicara memperhatikan hal-hal tersebut tentunya proses komunikasi akan terlaksana dengan baik.

(11)

5 Menurut James (dalam Dipodjojo, 1982:64), menyatakan bahwa seseorang ketika berbicara ingin menyampaikan gagasan pada pikiran dan perasaannya, maka orang tersebut adalah pemberi informasi. Informasi tersebut kemudian dirumuskan dalam bentuk sandi. Pada kita bentuk sandi tersebut adalah bahasa Indonesia (ia merupakan penyandi). Hasil perumusan itu merupakan pernyataan (pesan). Pesan itu disampaikan secara lisan melalui saluran udara atau gelombang (saluran). Bunyi tersebut diterima oleh pendengarnya yang mengetahui bahasa Indonesia, orang tersebut disebut penerima.

Seseorang mempunyai kemampuan berbicara dengan baik, tidak begitu saja diperoleh dengan sendirinya. Akan tetapi, orang tersebut akan mengalami proses pengkayaan (berlatih, diskusi, membaca, dan pengalaman) untuk bahan referensi. Jika seseorang semakin banyak pengalaman dan referensi membaca, maka akan semakin menarik pula informasi yang disajikannya saat berbicara. Selain itu, latihan, praktik dan kebiasaan dalam keseharian akan berpengaruh ketika tampil sebagai seorang public speaking. Hal ini dapat dimengerti sebab tindak berbahasa tidak lain daripada mengoperasian kompetensi kebahasaan yang dimiliki. Jadi, baik tidaknya kompetensi siswa, pada umumnya mencerminkan keterampilan berbahasanya.

Untuk meningkatkan kemampuan berbicara perlu adanya latihan secara berkelanjutan. Ada beberapa bentuk tugas kegiatan berbicara yang dapat dilatih untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan berbicara pada peserta didik seperti bercerita, wawancara, bercakap-cakap, berpidato, dan berdiskusi.

2. Faktor Penunjang Keterampilan Berbicara

Kemampuan berbicara seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu penguasaan kebahasaan dan non kebahasaan. Kedua faktor tersebut akan dijelaskan berikut ini.

a. Faktor Kebahasaan

Keefektifan berbicara seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kebahasaan yang dikuasainya. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah: ketepatan

(12)

6

ucapan (tata bunyi), penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, pilihan kata (diksi), dan kalimat efektif.

1) Ketepatan Ucapan (Tata Bunyi)

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat atau cacat tersebut juga dapat menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa dianggap cacat kalau menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan biasa, sehingga terlalu menarik perhatian, mengganggu komunikasi, atau pemakainya (pembicara) dianggap aneh.

Sampai saat ini, bahasa Indonesia belum memiliki ucapan yang baku. Namun demikian, ucapan atau tata bunyi bahasa Indonesia yang dianggap baku adalah tata bunyi yang tidak terpengaruh oleh logat daerah atau dialek daerah tertentu. Seorang pembicara yang baik dituntut untuk dapat menciptakan efek emosional yang diinginkan dengan suaranya.

Pengucapan kata-kata harus jelas terdengar. Untuk itu, gerakan alat-alat ucap terutama lidah, bibir, dan gigi harus leluasa. Gerakan yang tertahan akan mengakibatkan suara yang keluar tidak normal, sehingga kurang jelas terdengar. Demikian juga, volume suara harus sesuai, jangan terlalu lemah dan jangan terlalu keras. Kalau menggunakan pengeras suara, volumenya harus diatur sesuai dengan luasnya ruang dan banyaknya peserta.

Dalam hubungannya dengan olah suara atau tata bunyi ini, Pringgawidagda (2003:9) menyampaikan hal-hal yang harus diperhatikan berikut ini.

(1) Logat baku tidak bercampur dengan dialek tak baku. (2) Lafal harus jelas dan tegas.

(3) Nafas yang kuat agar dapat menguraikan kalimat yang cukup panjang atau tidak terputus dalam wicara.

(4) Tempo (cepat lambat suara) dan dinamik (intonasi, tekanan, aksen) suara.

(13)

7 (5) Penghayatan, berbicara memerlukan penjiwaan agar sesuai dengan

tuntutan situasi dan kondisi.

2) Penempatan Tekanan, Nada, Sendi, dan Durasi

Kesesuaian penempatan atau penggunaan tekanan, nada, sendi, atau tempo dan durasi akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pendengar. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Kesalahan dalam penempatan hal-hal tersebut berakibat pada kurang jelasnya isi dan pesan pembicaraan yang ingin disampaikan kepada lawan bicara. Jika penyampaian materi pembicaraan datar saja, hampir dapat dipastikan akan menimbulkan kejenuhan dan keefektifan berbicara tentu berkurang.

Sebaliknya, kalau dalam berpidato seorang pembicara dapat menggu-nakan hal-hal tersebut secara benar, maka pembicaraan yang dilakukannya akan berhasil dalam menarik perhatian pendengar dan akhirnya pendengar menjadi senang, tertarik dan akan terus mengikuti pembicaraan yang disampaikannya.

Tekanan berhubungan dengan keras lemahnya suara, nada berhubungan dengan tinggi-rendahnya suara, sendi atau tempo berhubungan dengan cepat-lambatnya berbicara, dan durasi atau jeda menyangkut perhentian. Keempat hal itu harus dapat dipadukan secara serasi untuk memperoleh intonasi yang baik dan menarik.

3) Pilihan Kata (Diksi)

Variasi pemakaian bahasa dipengaruhi oleh situasi pembicaraan. Bentuk variasi itu dapat dilihat lewat perwujudan lafal, ejaan, pilihan kata, dan tata kalimat. Faktor penting yang berpengaruh terhadap pilihan kata adalah sikap pembicara, yakni sikap yang berkenaan dengan umur dan kedudukan lawan bicara yang dituju, permasalahan yang disampaikan, dan tujuan informasinya.

Dalam berbicara, pilihan kata yang dilakukan hendaknya yang tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pilihan kata dalam sebuah pembicaraan juga harus disesuaikan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa kita berbicara atau berkomunikasi. Komunikasi akan berjalan lancar dan baik apabila kata-kata yang digunakan pembicara dapat dipahami pendengar dengan baik. Menggunakan kata-kata yang

(14)

8

jelas maksudnya bahwa kata-kata yang digunakan dalam menyampaikan pesan kepada para pendengar tidak boleh menimbulkan arti ganda dan dapat mengungkapkan gagasan secara cermat.

Penggunaan kata-kata yang tepat berarti bahwa kata-kata yang digunakan harus sesuai dengan kepribadian komunikator, jenis pesan, keadaan khalayak, dan situasi komunikasi. Penggunaan kata-kata dalam pidato pertemuan resmi akan berbeda dengan kata-kata yang digunakan dalam pidato pertemuan tidak resmi atau informal. Untuk memperoleh ketepatan dalam penggunaan kata-kata, pembicara perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

a) Hindari kata-kata klise

b) Gunakan bahasa pasaran secara hati-hati c) Hati-hati dalam penggunaan kata-kata pungut d) Hindari vulgarisme dan kata-kata yang tidak sopan e) Jangan menggunakan penjulukan

f) Jangan menggunakan eufemisme yang berlebih-lebihan.

Selain harus tepat dan jelas, kata-kata yang digunakan oleh seorang pembicara juga harus menarik, harus menimbulkan kesan yang kuat, hidup, menarik perhatian para pendengarnya. Untuk dapat menggunakan kata-kata yang menarik, pembicara harus memperhatikan hal-hal berikut ini.

a) Pilihlah kata-kata yang menyentuh langsung diri khalayak.

b) Gunakan kata berona, yaitu kata-kata yang dapat melukiskan sikap dan perasaan, atau keadaan.

c) Gunakan bahasa yang figuratif, yaitu bahasa yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan yang indah (gaya bahasa).

d) Gunakan kata-kata tindak (action words), dengan cara menggunakan kata-kata aktif.

4) Kalimat Efektif

Berpidato pada hakikatnya adalah menyampaikan kalimat-kalimat. Kalimat terdiri ataas kata-kata yang mengandung pengertian. Setiap gagasan, pikiran, konsep, ataupun perasaan seseorang pada dasarnya akan disampaikan kepada orang lain dalam bentuk kalimat-kalimat. Segala pesan yang ingin

(15)

9 disampaikan oleh seorang pembicara akan dapat diterima dengan baik oleh pendengarnya apabila disampaikan dengan kalimat-kalimat yang benar, baik, dan tepat.

Kalimat yang benar adalah kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, yaitu harus disusun berdasarkan kaidah yang berlaku. Kalimat yang baik adalah kalimat yang sesuai dengan konteks dan situasi yang berlaku. Kalimat yang tepat adalah kalimat yang dibangun dari pilihan kata yang tepat, disusun menurut kaidah yang benar, dan digunakan dalam situasi yang tepat pula. Kalimat yang benar dan jelas yang dapat dengan mudah dipahami pendengar sesuai dengan maksud pembicara disebut kalimat efektif.. Kalimat efektif memiliki ciri-ciri keutuhan, perpautan, pemusatan perhatian, dan kehematan.

b. Faktor Non Kebahasaan

Faktor-faktor yang termasuk faktor nonkebahasaan adalah (1) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, (2) kontak mata atau pandangan harus diarahkan kepada audien atau khalayak pendengar, (3) gerak-gerik dan mimik yang tepat, (4) kenyaringan suara, (5) kelancaran, dan (6) relevansi atau penalaran.

1) Sikap yang wajar dan tenang

Kesan pertama dalam berbicara itu sangat menentukan keberhasilan dalam proses pembicaraan berikutnya. Untuk itu, dalam berbicara seorang pembicara harus dapat bersikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku. Sikap dalam berpidato sangat bergantung pada situasi dan kondisi yang ada pada saat seseorang melakukan pembicaraan atau menyampaikan pesan dalam pidato. Dengan sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku dapat menambah kepercayaan pendengar kepada pembicara.

Sikap wajar, tenang, dan tidak kaku akan timbul dalam praktik berbicara salah satunya disebabkan oleh penguasaan materi berbicara oleh pembicara. Kalau seorang pembicara tidak atau kurang siap dengan materi pembicaraan yang akan disampaikan maka akan timbul sikap-sikap yang kurang wajar dalam

(16)

10

dirinya pada saat berbicara Selain penguasaan terhadap materi pembicaraan, faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kesiapan dan latihan yang cukup. 2) Melakukan kontak mata dengan audiens

Melihat audiens secara sekilas sangat penting saat pidato. Pandangan kita terhadap audiens harus merata ke seluruh ruangan. Berikan pandangan positif dan penuh semangat agar audiens konsentrasi terhadap apa yang kita sampaikan. 3) Gerak dan mimik

Gerak gerik dan mimik yang tepat dalam sebuah pidato dapat mendukung dan memperjelas isi pesan yang akan disampaikan. Akan tetapi gerak-gerik dan mimik ini akan menjadi gangguan dalam berpidato apabila dilakukan secara berlebihan. Gerak-gerik berkaitan dengan penggunaan anggota badan untuk memperjelas pesan yang akan disampaikan. Gerak-gerik dalam berpidato atau berkomunikasi antara lain adalah: anggukan dan gelengan kepala, mengangkat tangan, mengangkat bahu, menuding, mengangkat ibu jari, menuding, sikap berdiri, daan sebagainya.

Mimik harus disesuaikan dengan perasaan hati yang terkandung dalam isi pesan pembicaraan yang dilakukan. Mimik adalah ekspresi wajah yang berhubungan dengan perasaan yang terkandung dalam hati. Agar pembicaraan dapat menyenangkan usahakan mimik yang menarik dan memikat, salah satunya dengan banyak tersenyum.

4) Kenyaringan suara

Tingkat kenyaringan suara ini tentunya juga disesuaikan dengan situasi, jumlah pendengar, tempat, dan akustik. Yang penting, ketika berpidato, pendengar dapat menerima suara pembicara dengan jelas dan enak didengar di telinga. Suara yang digunakan tidak terlalu keras atau terlalu pelan. Ketika berbicara dengan mikrofon, maka jangan sampai mikrofon tersebut terlalu dekat dengan mulut, karena suara yang dihasilkannya akan kurang baik dan tidak nyaman didengarkan.

5) Kelancaran

Kelancaran dalam berpidato akan memudahkan pendengar dalam menerima atau menangkap isi pembicaraan. Apabila pembicara menguasai

(17)

11 materi pembicaraan, maka dia akan dapat berpidato dengan lancar tanpa adanya gangguan dalam proses pembicaraannya.

Gangguan atau ketidaklancaran dalam pidato biasanya diakibatkan oleh ketidakmampuan pembicara dalam menguasai materi pembicaraan yang akhirnya berakibat pada ketidakmampuan dalam menguasai pendengar. Kalau orang tidak lancar dalam berpidato, maka yang akan dikeluarkan adalah suara-suara ee, oo, aa, dan sebagainya. Suara-suara-suara seperti ini akan sangat mengganggu proses berbicara dan mempersulit pendengar untuk menangkap pokok pembicaraan, apalagi kalau frekuensi kemunculannya cukup banyak. 6) Relevansi/Penalaran

Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan logis. Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah logis. Hal ini berarti hubungan bagian-bagian dalam kalimat, hubungan kalimat dengan kalimat harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan. Kalau dalam pidato seorang pembicara dapat memperhatikan relevansi atau penalaran dalam proses bicaranya maka akan diperoleh pembicaraan yang efektif.

3. Persiapan dan Strategi Keterampilan Berbicara

Persiapan-persiapan yang perlu dilakukan oleh seseorang sebelum berbicara adalah menganalisis tujuan, menemukan kata kunci, memahami suasana teks, penggunaan bahasa tubuh, dan pemilihan metode. Kelima hal tersebut akan dijelaskan berikut ini.

Pertama, menganalisis tujuan dalam berbicara dapat dirumuskan sebagai proses transfer pengetahuan secara akurat, menumbuhkan minat, mendorong perubahan berperilaku dan merangsang imajinasi/kreativitas. Sebelum berbicara, kita harus dapat menentukan tujuan apa yang akan ditekankan, sehingga audiens dapat menerimanya dengan baik. Jika tujuan tersebut merupakan ajakan perubahan berperilaku, maka pembicara harus memberikan gagasan dan ide-ide untuk memperkuat perubahan tersebut.

Kedua, menentukan kata kunci artinya pembicara menentukan kata kunci secara detail dengan cara menggarisbawahi setiap kata penting. Kata-kata penting

(18)

12

yang dipilih harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin disampaikan. Teknik untuk dapat mengambil inti/penggalan teks adalah dengan mengidentifikasi tiga kata yang mewakili ringkasan isinya. Cara ini dapat meningkatkan keakuratan penafsiran, tetapi memerlukan kerja keras untuk berpikir tentang makna dasar dibalik kata-kata kunci.

Ketiga, pemahaman suasana teks dapat membantu penafsiran dengan tepat. Pemahaman suasana teks seperti riang, sopan, serius, kagum, dan humor harus dimiliki oleh seorang pembicara. Masalah umum bagi seseorang yang belum berpengalaman berbicara adalah belum mampu menentukan tempat pergantian suasana hati. Apabila pergantian suasana tidak tepat, akan mengakibatkan penafsiran yang berbeda.

Keempat, penggunaan bahasa tubuh (gesture) ketika berbicara akan membantu penyampaian pesan secara jelas kepada audiens. Gesture berkaitan erat dengan nilai rasa, perasaan pikiran, dan pemaknaan sesuatu. Oleh karena itu, saat berbicara gesture harus diperhatikan sesuai dengan proporsi dan kebermanfaatannya. Hindarkan gerakan tubuh yang kurang mendukung terciptanya suasana dalam berbicara.

Kelima, pemilihan strategi berbicara dapat dibedakan berdasarkan ada dan tidaknya teks. Strategi-strategi tersebut adalah sebagai berikut.

1) Impromptu (spontan)

Artinya pembicara tidak ada persiapan untuk bicara, jadi sifatnya spontan. 2) Hafalan

Artinya sebelum bicara pembicara telah mempersiapkan naskah pidatonya, kemudian menghafalkannya kata demi kata.

3) Naskah

Artinya ketika bicara pembicara membacakan naskah/teks yang telah disusunnya.

4) Ekstemporan (tanpa teks)

Artinya pembicara hanya membawa catatan-catatan penting yang akan disampaikan ketika dipanggung.

(19)

13 Untuk menjadi pembicara yang handal bukan hal yang mudah. Selain mengetahui strategi-strategi berbicara di atas perlu juga penguasaan materi yang mendalam. Selain itu, Larry King (2007: 63) menyebutkan bahwa terdapat delapan ciri untuk menjadi pembicara yang baik sebagai berikut.

1) Mereka memandang suatu hal dari sudut pandang yang baru, mengambil titik pandang yang tak terduga pada hal-hal yang umum.

2) Mereka mempunyai cakrawala yang luas, yaitu mampu memikirkan dan membicarakan isu-isu beragam pengalaman dari luar kehidupan mereka sehari-hari.

3) Mereka antusias, menunjukkan minat besar pada apa yang mereka perbuat dalam kehidupan mereka, maupun pada apa yang dikatakan pada kesempatan itu.

4) Mereka tidak pernah menceritakan diri mereka sendiri

5) Mereka selalu ingin tahu dan terbuka terhadap kritik dan saran.

6) Mereka menunjukan empati (memposisikan diri pada apa yang dikatakan). 7) Mereka mempunyai selera humor.

8) Mereka punya gaya bicara sendiri.

Selain ciri-ciri di atas, ada satu hal penting sebelum kita berbicara, yaitu “kepandaian memilih topik”. Pemilihan topik ketika akan berbicara menjadi hal penting untuk tercapainya kesuksesan dalam berbicara. Agar pembicaraan menarik, sebaiknya topik dipilih berdasarkan penguasaan kita terhadap kajian tersebut. Selain itu, keaktualan, keakraban, dan kesesuaian terhadap audiens menjadi hal penting untuk menentukan sebuah topik. Dengan pemilihan topik yang baik, menarik, dan tepat akan menjadikan audiens menjadi jelas dan gamblang terhadap apa yang kita sampaikan.

4. Ragam Keterampilan Berbicara

Berbicara adalah mengemukan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman menggunakan alat ucap. Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu (memberikan informasi atau memberikan motivasi). Terkait dengan hal itu,

(20)

14

ragam keterampilan berbicara terbagi menjadi dua jenis yaitu berbicara retorik dan dialektik. Kedua jenis berbicara tersebut akan diurakan secara lengkap berikut ini. a. Berbicara Retorika

Secara etimologis, retorika berasal dari bahasa Yunani, “rhetrike” yang berarti seni kemampuan berbicara yang dimiliki seseorang. Aristoteles dalam bukunya “Rhetoric” mengemukakan pengertian retorika, yaitu kemampuan untuk memilih dan menggunakan bahasa dalam situasi tertentu secara efektif untuk mempersuasi orang lain. Sedangkan menurut Gorys Keraf, retorika adalah suatu istilah secara tradisional yang diberikan pada suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun baik. Hendrikus (1991) mendefinisikan retorika adalah kesenian untuk berbicara baik yang digunakan dalam proses komunikasi antarmanusia.

Kesenian berbicara tidak hanya berbicara lancar tanpa pikiran dan subtansi yang jelas, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat, dan mengesankan. Retorika mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Retorika adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan kesanggupan berbicara. Dalam bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata-kata yang tepat, benar dan mengesankan.

Retorika berarti kesenian untuk berbicara dengan baik. Berbicara retorika adalah pengetahuan seni berbicara untuk mempengaruhi orang lain melalui pembicaraan atau bahasa lisan (Dipodjojo, 1982:66). Kajian berbicara retorika menekankan pada kemampuan seseorang untuk menyampaikan gagasan tanpa adanya jawaban dari komunikan. Komunikan dapat menerima atau menolak apa yang disampaikan komunikator tanpa adanya dialog atau diskusi lanjutan. Artinya, subtansi yang disampaikan komuniktor hanya berjalan satu arah saja tanpa adanya timbal balik dari komunikan. Jadi berbicara retorika merupakan ilmu tentang seni berbicara secara monolog, dimana hanya seorang yang berbicara dan lainnya sebagai audien saja. Bentuk-bentuk yang tergolong dalam retorika monologika adalah pidato, seminar, ceramah, bercerita, dan deklamasi.

(21)

15 Kelima jenis keterampilan berbicara retorika tersebut akan dijelaskan seperti berikut ini.

1) Pidato

Berpidato adalah jenis berbicara yang bersifat satu arah. Audien atau orang lain berperan sebagai penyimak. Seseorang yang berpidato akan terus berbicara tanpa disela oleh audien atau penyimak. Masalah yang disampaikaan biasanya berupa materi pokok pikiran atau pendapat yang dimilikinya. Pidato dilakukan dalam acara-acara resmi dan ada pula yang tidak resmi. Penyampaian materi pidato dapat dilkukan dengan cara bebas (secara langsung) dan ada yang menggunakan teks. Pidato yang menggunakan teks biasanya dilangsungkan dalam acara resmi kenegaraan atau organisasi formal.

2) Ceramah

Ceramah adalah keterampilan berbicara satu arah. Ceramah dilakukan untuk keperluan belajar mengajar di sekolah seperti guru ketika mengajar. Guru ceramah di depan peserta didik untuk menyampaikan materi dan pokok-pokok pikiran. Sementara itu, peserta didik menyimak materi yang disampaikan pendidik.

3) Bercerita

Bercerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan secara lisan, baik dari kejadian nyata (nonfiksi) ataupun tidak nyata (fiksi). Bercerita merupakan sebuah penuturan yang dimaksudkan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Tujuan utama dari bercerita pada dasarnya untuk berkomunikasi dan menyampaikan informasi kepada orang lain. Bercerita memiliki fungsi yang amat penting bagi peserta didik seperti membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak, media penyampain pesan, pendidikan imajinasi, menyalurkan dan mengembangkan emosi, memperkaya pengalaman batin, dan sarana hiburan. Oleh karena itu, pendidik ketika bercerita perlu memperhatikan isi cerita, bahasa cerita, dan karakteristik peserta didiknya.

4) Deklamasi

Deklamasi berasal dari bahasa Inggris “declamation” yang terbentuk dari kata kerja “to declaim” yang berarti berbicara dengan penjiwaan dan perasaan

(22)

16

yang mendalam. Berdeklamasi adalah berbicara yang memiliki sifat dan gaya yang khas. Seorang pendeklamasi seolah-olah mengerti atau bahkan memiliki perasaan yang sama dengan pengarangnya. Deklamasi tergolong berbicara satu arah yang bertujuan agar penonton dapat menikmati keindahan, serta menimbulkan rasa keharuan atau emosional artistik mengenai isinya.

b. Berbicara Dialektika

Berbicara dialektika adalah keterampilan menuangkan hasil pikiran secara teratur, logis, dan teliti yang diawali dengan tesis, antitesis, dan sintesis melalui Bahasa lisan. Berbicara dialektika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, dimana dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan. Bentuk berbicara dialektika adalah diskusi, rapat, wawancara,

talkshow/percakapan dan debat.

1. Diskusi

Kata diskusi berasal dari kata discussus (Latin) yang berarti bertukar pendapat. Diskusi pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang suatu masalah atau untuk memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. Diskusi adalah bertukar pikiran mengenai suatu masalah yang sifatnya actual dan menyankut kepentingan umumdan keputusan yang diambil secarah musyawarah. Komponen dalam diskusi terdiri atas ketua/moderator, notulis, dan peserta diskusi.

2. Seminar

Seminar adalah jenis berbicara yang berlangsung antara seorang pembicara dengan beberapa orang penyimak. Seminar dilakukan dalam ruangan yang dihadiri oleh beberapa audien sebagai penyimak. Audien atau peserta seminar dapat mengajukan pertanyaan dan pendapat atau pokok pikiran yang disampaikan pada pembicara. Dalam acara seminar, pembicara disebut pemateri/Narasumber yang dipandu oleh ketua seminar dan dibantu notulen. 3. Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan antara dua atau lebih yang dilakukan oleh pewawancara dan narasumber. Wawancara merupakan

(23)

17 komunikasi lisan yang dilakukan secara terstruktur secara dua arah baik secara langsung maupun tidak langsung kepada orang lain. Tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang jelas dan akurat dari narasumber dengan pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan kepada narasumber. Selain itu, wawancara juga berfungsi untuk membahas dan menggali informasi tertentu guna mencapai tujuan tertentu. Selain itu, tujuan wawancara secara spesifik dapat digunakan untuk menggali dan mendapatkan data dan informasi dari sumber pertama; melengkapi informasi atau data; mendapatkan konfirmasi serta pengumpulan data lain yang dibutuhkan.

4. Percakapan (talkshow)

Percakapan (talkshow) dilakukan dua orang atau lebih oleh moderator kepada narasumber. Percakapan bertujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat dari narasumber terkait bidang atau keahlian yang dimiliki narasumber. Selain itu, percakapan juga dapat digunakan sebagai kontrol kerja pemerintah dan hiburan bagi khalayak umum.

5. Debat

Debat adalah kegiatan berbicara dalam bentuk dua arah. Masing-masing pembicara beradu argumen (pendapat) masing-masing dengan memberikan alasan-alasan yang logis dan dapat diterima. Debat berisi logika argumentasi yang disampaikan oleh pembicara, terlepas dari gaya bicaranya. Isi debat dinilai dari kekuatan logika, relevansi argumen, dan penggunaan data-data yang terkait dengan topik debat. Sanggahan terhadap argumentasi lawan juga memiliki bobot yang sama dengan argumen, yang harus dibuktikan logika serta relevansinya.

Forum Diskusi

Setelah Anda mempelajari materi keterampilan berbicara, faktor penunjang keterampilan berbicara, dan ragam keterampilan berbicara bentuklah kelompok diskusi di dalam kelas. Diskusikanlah hal-hal berikut ini.

a. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi peserta didik mampu menguasai keterampilan berbicara (dengan baik!

(24)

18

b. Menurut Anda, apa saja yang perlu dilakukan peserta didik ketika tahap persiapan berbicara! Jelaskan dengan runtut dan jelas

PENUTUP Rangkuman

Berbicara merupakan proses mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman dengan alat ucap, sehingga memahami apa yang kita lisankan. Kegiatan berbicara bagi seseorang bermanfaat untuk mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaan kepada orang lain. Persiapan-persiapan yang perlu dilakukan oleh seseorang sebelum berbicara adalah sebagai berikut: menganalisa tujuan, menemukan kata kunci, memahami suasana teks, penggunaan bahasa tubuh, dan pemilihan metode.

Faktor lain yang harus diperhatikan seseorang ketika akan meningkatkan keterampilan berbicaranya ataupun ketika akan berbicara dengan orang lain adalah faktor yang terkait dengan bahasa yang dikenal dengan faktor kebahasaan dan faktor yang terkait dengan teknis pelaksanaan penyampaian materi pembicaraan yang sering disebut dengan istilah faktor nonkebahasaan.

Faktor kebahasaan tersebut antara lain adalah: ketepatan ucapan (tata bunyi), penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, pilihan kata (diksi), dan kalimat efektif. Sedangkan faktor nonkebahasaan tersebut adalah: (1) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, (2) kontak mata atau pandangan harus diarahkan kepada audien atau khalayak pendengar, (3) gerak-gerik dan mimik yang tepat, (4) kenyaringan suara, (5) kelancaran, (6) relevansi atau penalaran.

Berbagai persiapan yang perlu dilakukan oleh seseorang sebelum berbicara antara lain sebagai berikut: 1) menganalisis tujuan, 2) menemukan kata kunci, 3) memahami suasana teks, 4) penggunaan bahasa tubuh, dan 5) pemilihan metode. Sementara itu, pemilihan strategi yang perlu dilakukan oleh pembicara adalah: 1) impromptu (spontan), 2) hafalan, 3) naskah, 4) ekstemporan (tanpa teks).

Ragam keterampilan berbicara terbagi menjadi dua jenis yaitu berbicara retorik dan dialektik. Berbicara retorika terdiri dari pidato, ceramah, bercerita, dan

(25)

19 deklamasi. Sementara itu, berbicara dialektika meliputi diskusi, seminar, wawancara, debat.

Efektivitas berbicara retorika dan dialektika tergantung juga pada teknik bicara. Teknik bicara merupakan syarat bagi retorika. Oleh karena itu, pembinaan teknik bicara merupakan bagian yang penting dalam retorika. Dalam bagian ini perhatian lebih diarahkan pada pembinaan teknik bernafas, teknik mengucap, bina suara, teknik membaca dan bercerita.

Tes Formatif

Setelah Anda mempelajari seluruh materi pembelajaran dan mengerjakan seluruh latihan pada topik ini, silakan kerjakan tes formatif berikut. Pemahaman Anda terhadap materi akan membantu Anda dalam mengerjakan tes formatif ini! 1. Berbicara tergolong dalam keterampilan berbahasa yang bersifat ….

A. reseptif B. produktif C. imajinatif D. komprehensif

2. Komunikasi akan terlaksana dengan baik jika memenuhi tiga unsur, yaitu …. A. komunikator, media, dan komunikan

B. komunikan, relasi, dan media C. komunikator, pesan, komunikan D. komunikan, media, dan relasi

3. Cara yang baik dalam menyampaikan sanggahan ketika berdiskusi adalah … A. Secara santun dan tidak berbelit-belit

B. Dengan suara keras dan tegas C. Disertai kata pembuka dan penutup

(26)

20

4. Berikut ini yang perlu diperhatikan ketika menyusun pidato, kecuali … A. Pengumpulan bahan

B. Garis besar pidato C. Jumlah pendengar D. Uraian secara detail

5. Pidato yang baik harus ditutup dengan cara ….

A. mengaitkan dengan peristiwa yang sedang diperingati B. menggambarkan latar belakang persoalan

C. bertanya jawab dan bertukan informasi dengan audien

D. menyatakan kembali gagasan utama dengan bahasa yang mudah dipahami 6. Berikut ini yang tergolong dalam keterampilan berbicara dialektik adalah....

A. pidato B. pewara C. wawancara D. deklamasi

7. Persiapan yang penting dilakukan seseorang sebelum berbicara, kecuali .... A. menganalisis tujuan

B. mengidentikasi materi penunjang C. memahami suasana teks

D. pemilihan strategi berbicara

8. Pak Bagus meminta para peserta didiknya untuk menceritakan kembali teks cerita yang baru saja ditonton dengan bahasanya sendiri secara lisan. Pernyataan berikut yang sesuai dengan skenario pembelajaran di atas adalah...

A. berpidato B. berdiskusi C. melaporkan

D. merekontruksi cerita

9. Berikut ini yang termasuk retorika monologikal, kecuali…. A. ceramah

B. deklamasi C. pidato D. diskusi

(27)

21 10. Ciri-ciri pembicara yang baik adalah sebagai berikut, kecuali….

A. bercerita banyak tentang diri mereka sendiri

B. selalu ingin tahu dan terbuka terhadap kritik dan saran

C. menunjukan empati (memposisikan diri pada apa yang dikatakan) D. mempunyai selera humor

Daftar Pustaka

Arief, Ermawati. 2001. “Retorika (Seni Berbahasa Lisan dan Tulisan)”. Buku Ajar. Padang: FBSS UNP.

Hendrikus, Wuwur Dori P. 1991. Retorika (Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, dan Bernegosiasi). Yogyakarta: Kanisius.

Anitah, Sri. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Ahmadi, Abu dan Jaka Tri Prastya. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Dipodjojo, Asdi S. 1982. Komunikasi Lisan. Yogyakarta: lukman.

Ginting, Abdurrahman. 2008. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora.

Hendrikus, Dori Wuwur. 1991. Retorika. Yogyakarta: Kanisius.

Huda, Miftahul. 2014. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur & Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

King, larry. 2007. Seni Berbicara. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Mukti U.S. dan Maidar G. Arsjad. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogkakarta: BPFE.

Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pringgawidagda. 2003.

Rakhmat, Jalaludin. 1996. Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(28)

22

Ridha, Akrim. 2004. Seni Menghadapi Publik. Bandung: Syaamil Cipta Media.

Rogers, Natalie. 2004. Berani Bicara di Depan Publik. Bandung: Nuansa. Soeparno. 2008. Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Intan Pariwara.

(29)

23

Kegiatan Belajar 2

PEMBELAJARAN

(30)

24

Kegiatan Belajar 2

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA

PENDAHULUAN Deskripsi Singkat

Bagaimana kabar Anda! Semoga semuanya baik-baik saja dan tetap semangat mempelajari modul bahasa Indonesia ini. Pada Kegiatan Belajar dua ini, Anda akan mempelajari materi inti pembelajaran keterampilan berbicara, metode pembelajaran keterampilan berbicara, evaluasi pembelajaran keterampilan berbicara, implementasi keterampilan berbicara dalam pembelajaran

Materi keterampilan berbicara dalam Kegiatan Belajar dua ini bertujuan untuk membekali guru agar mampu mengajarkan keterampilan berbicara sesuai dalam Kurikulum 2013. Kemampuan pembelajaran keterampilan berbicara harus dikuasai guru dari tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.

Untuk mendukung keberhasilan pembelajaran keterampilan berbicara, proses pembelajaran menekankan pada penguasaan teori-teori berbicara, metode, media, dan cara penggunaannya. Artinya, keberhasilan pembelajaran keterampilan berbicara pada kegiatan ini, agar guru mampu mengajar keterampilan berbicara pada peserta didik dengan efektif.

Relevansi

Kegiatan belajar 2 ini bersifat fleksibel, kontekstual, dan aplikatif untuk menunjang proses pembelajaran keterampilan berbicara yang dilakukan guru. Guru dapat mengembangkan kreativitas pembelajaran sesuai dengan materi, metode dan media pembelajaran yang dipilih. sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah serta tingkat perkembangan kemampuan peserta didik.

(31)

25 Petunjuk Belajar

Terdapat beberapa hal yang perlu Anda perhatikan terkait dengan pembelajaran kita kali ini.

1. Bacalah dengan cermat berbagai materi yang terdapat pada modul ini agar Anda dapat memahami setiap konsep yang disajikan.

2. Berilah tanda-tanda tertentu dan catatan khusus bagian-bagian yang Anda anggap penting.

3. Anda harus mengaitkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lain yang telah Anda pelajari sebelumnya.

4. Anda juga harus menghubungkan berbagai konsep tersebut dengan berbagai kegiatan pembelajaran sehingga Anda dapat memahami dan menjelaskan manfaat konsep tersebut dalam proses pembelajaran.

5. Buatlah rangkuman setelah selesai membaca modul ini. Tidak perlu melihat rangkuman yang sudah ada dalam modul ini. Rangkuman yang terdapat dalam modul ini digunakan sebagai pembanding.

6. Untuk mengetahui penguasaan materi yang telah Anda baca, kerjakan tugas atau latihan yang terdapat pada modul ini. Kerjakan dengan sungguh-sungguh tanpa melihat kunci jawaban terlebih dahulu. Setelah selesai mengerjakan, Anda boleh mencocokkan dengan kunci jawaban.

INTI

Capaian Pembelajaran

Setelah mempelajari topik ini, Anda diharapkan mampu mengonstruk prinsip kemahiran berbahasa produktif (berbicara) dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Subcapaian Pembelajaran

Pokok-pokok materi pembelajaran ini ialah guru mampu mengonstruk keterampilan berbicara atau keterampilan berbahasa lisan, yang meliputi:

1) Mampu menjelaskan prinsip pembelajaran keterampilan berbicara 2) Mampu menjelaskan metode pembelajaran keterampilan berbicara

(32)

26

3) Mampu merancanng evaluasi pembelajaran keterampilan berbicara

4) Mampu mengimplementasikan keterampilan berbicara dalam pembelajaran

Uraian Materi

Untuk mencapai capaian di atas, silakan Anda pelajari, pahami, dan gunakan seluruh materi berikut ini.

1. Pembelajaran Keterampilan Berbicara

Berbicara adalah keterampilan berbahasa yang bersifat produktif berbentuk ucapan kata-kata dari pendapat atau pikiran penuturnya. Berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan, 1985). Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan aktivitas berbahasa yang sering disebut berkata, berbahasa, melahirkan pendapat, berunding dengan mengucapkan bunyi artikulasi atau kata-kata.

Tujuan berbicara untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Selain itu, tujuan utama berbicara adalah berkomunikasi, memberi informasi kepada pendengar, mengajak dan mempengaruhi pendengar, dan menyakinkan lawan bicara. Berbicara dapat digunakan untuk menyampaikan berbagai informasi, menghibur, membujuk, mengajak, menyakinkan, dan menyatakan sesuatu.

Pembelajaran keterampilan berbicara di jenjang SMP dan SMA bertujuan membina dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi serta melatih peserta didik agar menguasai aspek-aspek kemampuan berbahasa secara verbal atau lisan. Keterampilan bercerita diarahkan untuk melatih serta mengajarkan peserta didik berinterakasi dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Keterampilan berbicara juga menuntut peserta didik untuk lebih aktif dan kreatif.

Pembelajaran berbicara berdasarkan kurikulum 2013 masuk dalam Kompetensi Dasar 4 (KD 4). Keterampilan berbicara tergolong dalam kemampuan berbahasa yang bersifat produktif. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya membutuhkan metode dan media yang sesuai. Selain itu, guru harus mampu

(33)

27 merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran berbicara dengan menarik.

Keterampilan berbicara berdasarkan kurikulum 2013 menekankan pada keterampilan menyampaikan secara lisan berbagai teks yang dipelajari. Dengan demikian, dalam merencanakan pembelajaran (RPP) guru harus mampu menyusun indikator, tujuan, langkah-langkah pembelajaran dan evaluasi sesuai dengan keterampilan berbicara yang akan dicapai. Untuk mengukur ketercapaian tersebut diperlukan pula alat ukur (rubrik) penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Metode Pembelajaran Keterampilan Berbicara

Metode pembelajaran merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dari proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang dipilih oleh seorang guru untuk menyampaikan pelajaran agar mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Ahmadi dan Prastya (2005:52) yang mengatakan bahwa metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh seorang guru untuk menyajikan materi pelajaran kepada murid di dalam kelas baik secara individual atau secara kelompok agar materi pelajaran dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh peserta didik dengan baik.

Metode pembelajaran merupakan cara yang dipergunakan guru ketika mengadakan hubungan dengan peserta didik saat berlangsungnya pembelajaran. Ginting (2008: 42) memberikan penjelasan, bahwa metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan sumberdaya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar. Hal ini membuktikan metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang penting, karena keberhasilan pembelajaran bergantung pada cara guru dalam menggunakan metode pembelajaran.

Metode pembelajaran sebagai salah satu penunjang keberhasilan tercapainya pembelajaran tentu memiliki fungsi dalam aktivitas belajar mengajar.

(34)

28

Anitah (2009: 5) mengungkapkan metode pembelajaran ditinjau dari segi prosesnya memiliki fungsi sebagai berikut.

1) Sebagai cara atau alat untuk mencapai tujuan pembelajaran atau membentuk kompetensi siswa.

2) Sebagai gambaran aktivitas yang harus ditempuh oleh siswa dan guru kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

3) Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menentukan alat penilaian dalam pembelajaran.

4) Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan bimbingan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Fungsi metode pembelajaran berkaitan dengan aktivitas dan ketepatan selama guru menjalankan proses belajar mengajar di kelas. Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar fungsi dari metode pembelajaran menjadi penting terutama dalam hal mencapai tujuan dari sebuah pembelajaran. Hal ini mencakup semua gambaran aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran. Penerapan metode pembelajaran berbicara akan diuraikan berdasarkan sintaknya berikut ini.

a. Pendekatan Saintifik

Pendekatan Saintifik adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang supaya peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip melalui kegiatan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan/merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan (Hosnan, 2014). Model saintifik dapat digunakan guru saat pembelajaran menulis maupun berbicara. Berikut ini tabel deskripsi singkat penerapan pendekatan saintifik dalam pelajaran berbicara.

(35)

29

Sintaks Aktivitas Pembelajaran

Mengamati (observing)

- Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak untuk bahan berbicara

Menanya (questioning)

- Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang bersifat hipotesis untuk mendukung kemampuan berbicara (isi, Bahasa, dan nonbahasa)

Mencoba (experimenting)

- Menentukan data yang akan diperlukan dari pertanyaan yang diajukan

- Menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen)

- Mengumpulkan data untuk berbicara

Menalar (associating)

- Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data/kategori - Menyusun urutan data atau ide untuk berbicara Mengkomunikasikan

(communicating) - Menyampaikan hasil konseptualisasi secara lisan.

b. Metode Two Stay Two Stray

Metode Two Stay Two Stray, memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain (Huda (2014: 140). Langkah-langkah pembelajaran berdiskusi terkait isi puisi berkenaan dengan gambaran penginderaan, prasaan, pikiran, dan imajinasi melalui diskusi dengan menggunakan metode Two Stay Two Stray sebagai berikut.

Sintaks Aktivitas Pembelajaran

Berkelompok - Siswa membentuk kelompok masing-masing terdiri dari 4 siswa

Membaca - Membaca teks puisi yang telah dipilih

Berdiskusi

- Berdiskusi teks puisi yang dibaca untuk menemukan gambaran penginderaan, perasaan, pikiran, dan imajinasi dalam puisi

- Dua orang siswa berkunjung ke kelompok lain untuk mencari dan menemukan informasi baru. - Dua siswa tinggal dalam kelompok memaparkan

hasil diskusi mereka kepada dua tamu dari kelompok lain

Pemaparan - Dua siswa sebagai tamu kembali ke kelompok masing-masing untuk memaparkan informasi yang

(36)

30

Sintaks Aktivitas Pembelajaran

ditemukan dari kelompok lain kepada dua siswa yang tinggal di dalam kelompok

- Siswa dalam kelompok berdiskusi membahas informasi yang ditemukan, apakah terdapat persamaan atau perbedaan

Presentasi

- Menyampaikan hasil konseptualisasi secara lisan - Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi

dihadapan kelompok lain untuk menyamakan pendapat dan menyelesaikan perbedaan pendapat.

c. Metode Bermain Peran (role playing)

Metode bermain peran merupakan sebuah metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa khususnya pembelajaran keterampilan bercerita. Soeparno (2008: 101) yang mengatakan, bahwa main peran atau role playing merupakan suatu kegiatan berupa penampilan tingkah laku, sifat, watak, dan perangai suatu peran tertentu untuk menciptakan suatu imajinasi yang dapat melukiskan peristiwa yang sebenarnya.

Metode bermain peran sebagai salah satu metode pembelajaran keterampilan bercerita mempunyai fungsi, tujuan, serta manfaat di dalam penerapanya. Huda (2014: 116) memberikan gambaran mengenai fungsi dari metode bermain peran yaitu, (1) mengeksplorasi perasaan siswa; (2) mentransfer dan mewujudkan pandangan mengenai perilaku, nilai, dan persepsi siswa; (3) mengembangkan skill pemecahan masalah dan tingkah laku; (4) mengeksplorasi pelajaran dengan cara yang berbeda.

Tujuan metode bermain peran seperti yang diungkapkan oleh Soeparno (2008: 101) antara lain: (1) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan berbicara menggunakan kalimat yang sesuai dengan pola yang telah diajarkan; (2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih memahami kalimat- kalimat yang diucapkan orang lain secara tepat sesuai dengan apa yang dimaksudkan; (3) melatih siswa untuk menghadapi situasi yang terjadi di dalam masyarakat yang sebenarnya; (4) mengembangkan dan menanamkan sikap serta

(37)

31 tingkah laku yang baik serta dapat mengoreksi sikap serta tingkah laku yang kurang baik. Langkah-langkah metode bermain peran adalah sebagai berikut.

Sintaks Aktivitas Pembelajaran

Persiapan

- Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari lima orang.

- Guru membagikan skenario yang akan diperankan oleh masing-masing kelompok. Setiap kelompok mendapatkan skenario dengan judul yang berbeda. - Guru membagikan lembar kerja dan bintang untuk

membahas/menilai penampilan masing-masing kelompok.

- Guru mengundi setiap kelompok untuk menentukan urutan praktik bercerita di depan kelas.

- Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal- hal yang belum paham mengenai metode bermain peran.

Pelaksanaan

- Guru mengatur jalannya bermain peran.

- Setiap kelompok maju sesuai nomor undian, setiap kelompok akan bercerita sesuai perannya masingmasing

- Kelompok yang belum mendapatkan giliran akan memperhatikan dan menilai penampilan dari kelompok yang sudah tampil.

- Guru memberikan bantuan kepada siswa jika ada yang mendapatkan kesulitan dalam memainkan peran. - Masing-masing kelompok akan mendapatkan bintang

setelah praktik bercerita sebagai penghargaan dari kelompok lain.

- Kelompok dengan bintang terbanyak menunjukkan bahwa penampilannya terbaik.

- Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulan penilaian setelah selesai praktik bercerita.

Penutup

- Guru dan siswa melakukan diskusi tentang jalannya proses pembelajaran keterampilan bercerita menggunakan metode bermain peran.

- Siswa memberikan kritik dan saran terhadap jalannya proses pembelajaran keterampilan bercerita menggunakan metode bermain peran.

- Guru dan siswa membuat kesimpulan sebagai penutup pembelajaran.

(38)

32

d. Media Kartu Bergambar (Flash card)

Kartu merupakan sebuah media yang terbuat dari kertas dengan ukuran tertentu yang digunakan sebagai alat peraga untuk keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Kartu gambar termasuk ke dalam jenis media visual atau media yang dapat dilihat. Daryanto (2010: 124) mengemukakan bahwa kartu gambar berdasarkan jenisnya merupakan jenis media visual diam yaitu media yang mengandalkan indera penglihatan dan penyajiannya hanya menampilkan gambar diam. Flash card adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata. Maka, kartu gambar atau flash card adalah kartu yang mempunyai ukuran tertentu yang berisikan gambar.

Sintaks Aktivitas Pembelajaran

Membaca

- Peserta didik mendengarkan penjelasan dari guru mengenai materi bercerita dan cara bercerita yang baik.

- Peserta didik mendengarkan penjelasan dari guru mengenai maksud pembelajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan media kartu bergambar serta contoh pembuatan dan penggunaan media kartu bergambar.

Menggambar

- Peserta didik secara berkelompok mempersiapkan cerita tokoh idola.

- Peserta didik membuat kartu bergambar sesuai tokoh idola masing-masing.

- Peserta didik berdiskusi dengan temannya tentang kesesuaian media kartu gambar dan karakter tokoh idola

Bercerita

- Peserta didik maju bercerita tokoh idola menggunakan media kartu bergambar yang telah dibuatnya.

- Guru memberikan apresiasi kepada siswa yang bercerita

3. Evaluasi Pembelajaran Keterampilan Berbicara

Evaluasi pembelajaran dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu penilaian, pengukuran, dan tes. Penilaian merupakan suatu proses untuk mengetahui apakah keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang sudah

(39)

33 ditentukan, pengukuran adalah penilaian yang berupa data-data kuantitatif, dan tes adalah cara untuk mendapatkan informasi tentang peserta didik (Nurgiyantoro, 2009:5).

Ada dua jenis penilaian yang digunakan dalam pembelajaran berbicara, yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung untuk menilai sikap siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Penilaian hasil dilakukan berdasarkan unjuk kerja yang dilakukan siswa ketika menyajikan kompetensi berbicara yang dituntut kurikulum

atau mempresentasikan secara individual. Aspek penilaian yang dapat digunakan

untuk menilai keterampilan berbicara meliputi aspek isi, penguasaan diksi, tuturan kalimat, artikulasi, kelancaran, gestur dan mimik.

Dalam penilaian proses digunakan lembar penilaian sikap (afektif) yang terdiri dari aspek: (1) kedisiplinan; (2) minat; (3) kerja sama; (4) keaktifan; dan (5) tanggung jawab. Dalam penilaian hasil digunakan rubrik penilaian untuk mengetahui kompetensi siswa dalam berbicara. Ada beberapa aspek yang dinilai, yaitu (1) kelancaran menyampaikan pendapat/tanggapan; (2) kejelasan vokal; (3) ketepatan intonasi; (4) ketepatan pilihan kata (diksi); (5) struktur kalimat (tuturan); (6) kontak mata dengan pendengar; (7) ketepatan mengungkapkan gagasan disertai data tekstual.

Guru perlu memperhatikan enam aspek penting terkait penilaian berbicara, yaitu aspek pengetahuan, penguasaan kata, kelancaran, ketelitian, intonasi, gestur

dan mimik. Pertama, aspek pengetahuan adalah aspek untuk menilai kemampuan

siswa atau pelajar terhadap penguasaan suatu materi yang diberikan. Aspek pengetahuan untuk mengetahui sejauh mana seseorang menguasai pengetahuan terkait materi yang disampaikan saat berbicara.

Kedua, penguasaan kosakata menjadi aspek penilaian bagi seorang pengajar untuk menilai sejauh mana atau seberapa banyak kosakata yang dikuasi oleh seorang siswa dalam berbicara. Pembendaharan kosakata dalam sangat pentimg untuk memudahkan pelajar dalam kegiatan berbicara.

(40)

34

Ketiga, kelancaran dalam berbicara juga menjadi salah satu aspek penilaian dari berbicara. Hal yang perlu dinilai dari kelancaran adalah apakah peserta didik sudah sangat lancar, lancar, belum lancar, kurang lancar dan tidak lancer dalam berbicara.

Ketiga, ketelitian dalam berbicara perlu juga diperhatikan karena menjadi bagian dari aspek penilaian, bagaimana penempatan kata dan pemilihan kata digunakan saat berbicara. Berhati-hati dalam berbicara dan menyampaikan secara baik dan teliti agar tidak menyinggung dan menyakiti audien sangat penting diperhatikan dalam penilaian berbicara.

Keempat, intonasi dalam berbicara memberikan keindahan tersendiri dalam berbicara. Mengontrol intonasi saat berbicara perlu juga dilakukan oleh peserta didik. Agar dapat berbicara dengan baik peserta didik perlu mengatur intonasi agar dapat didengar dengan baik oleh audien.

Kelima, gestur dan mimik memberikan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Gestur berfungsi untuk memperjelas subtansi yang disampaikan komunikator melalui gerak anggota tubuh secara teratur agar mudah dipahami. Mimik berfungsi untuk menjalin komunikasi nonverbal melalui kontak mata, senyum, dan ekspresi saat berbicara. Gestur dan mimik menjadi factor pendukung yang sangat penting untuk tercapainya kemampuan berbicara yang baik dan menarik.

Salah satu model yang dapat digunakan dalam penilaian berbicara (khususnya dalam berpidato dan bercerita) adalah sebagai berikut.

(a) keakuratan informasi (b) hubungan antarinformasi (c) ketepatan struktur dan kosakata (d) kelancaran

(e) kewajaran

(41)

35 Untuk masing-masing butir penilaian tidak harus selalu sama bobotnya, bergantung pada apa yang menjadi fokus penilaian pada saat itu. Yang penting, jumlah semua bobot penilaian 10 atau 100 sehingga mempermudah mendapatkan nilai akhir, yaitu (jumlah nilai x bobot):10 atau 100.

Misalnya:

Butir 1: keakuratan informasi berbobot 20, Butir 2: hubungan antarinformasi berbobot 15, Butir 3: ketepatan struktur berbobot 20,

Butir 4: kelancaran berbobot 15,

Butir 5: kewajaran urutan wacana berbobot 15, Butir 6: gaya pengucapan berbobot 15.

Selain itu, alat penilaian dalam berbicara (khususnya wawancara) dapat berwujud penilaian yang terdiri atas komponen tekanan, tata bahasa, kosakata, kefasihan, dan pemahaman. Penilaian ini disusun dengan skala: 1 - 6. Skor 1 berarti sangat kurang dan skor 6 berarti sangat baik. Berikut ini adalah deskripsi masing-masing komponen.

a) Tekanan

Aspek Skor

Ucapan sering tidak dapat dipahami 1

Sering terjadi kesalahan besar dan aksen kuat yang menyulitkan pemahaman

2 Pengaruh ucapan asing (daerah) yang mengganggu dan

menimbulkan salah ucap dan salah pemahaman

3 Pengaruh ucapan asing (daerah) yang mengganggu dan

menimbulkan salah ucap dan tidak mengakibatkan salah pemahaman

4

Tidak ada salah ucapan yang mencolok, mendekati ucapan standar

5

(42)

36

b) Tata Bahasa

Aspek Skor

Penggunaan bahasa hampir selalu tidak tepat 1

Ada kesalahan dalam penggunaan pola-pola secara tetap yang selalu mengganggu komunikasi

2 Sering terjadi dalam pola tertentu karena kurang cermat yang

dapat mengganggu komunikasi.

3 Kadang-kadang terjadi kesalahan dalam pengunaan pola

tertentu, tetapi tidak mengganggu komunikasi.

4 Sering terjadi kesalahan, tetapi bukan pada penggunaan pola. 5 Tidak lebih dari dua kesalahan selama berlangsungnya

kegiatan berwawancara.

6

c) Kosakata

Aspek Skor

pengunaan kosakata tidak tepat 1

penguasaan kosakata sangat terbatas 2

pemilihan kosakata sering tidak tepat dan keterbatasan penggunannya

3 penggunaan kosakata teknis tepat dalam pembicaraan tentang

tertentu, tetapi penggunan kosakata umum secara berlebihan

4 penggunaan kosakata teknis lebih luas dan cermat, kosakata

umum tepat digunakan sesuai dengan situasi sosial.

5

penggunaan kosakata teknis dan umum luas dan tepat. 6

9) Kelancaran

Aspek Skor

pembicaraan selalu berhenti dan terputus-putus. 1

pembicaraan sangat lambat dan tidak ajeg 2

pembicaraan sering ragu, kalimat tidak lengkap 3

pembicaraan lancar dan luas tetapi kadang-kadang kurang. 4

pembicaraan dalam segala hal lancar. 5

(43)

37 e) Pemahaman

Aspek Skor

memahami sedikit isi percakapan yang paling sederhana. 1

memahami dengan lambat percakapan sederhana, perlu penjelasan dan Pengulangan

2 memahami percakapan sederhana dengan baik,

kadang-kadang masih perlu penjelasan ulang.

3 memahami percakapan normal dengan baik, kadang-kadang

masih perlu penjelasan dan pengulangan.

4 memahami segala sesuatu dalam percakapan normal kecuali

bersifat kolokial.

5

memahami sedikit isi percakapan yang paling sederhana. 6

1. Implementasi Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat a) Identitas mata pelajaran, b) Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas, c) Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran, d) kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran, e) tema (khusus SD), f) materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi, g) pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, h) penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan

(44)

38

pencapaian hasil belajar peserta didik, i) alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun, dan j) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.

Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, dan menyenangkan.

Penyusunan RPP oleh guru disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan kondisi lingkungan dan budaya di sekolah masing-masing. Oleh karena itu, guru saat penyusunan RPP hendaknya memperhatikan delapan prinsip. Ke delapan prinsip tersebut yaitu 1) perbedaan individual, 2) partisipasi aktif, 3) berpusat pada peserta didik, 4) pengembangan budaya membaca dan menulis, 5) pemberian umpan balik (penguatan, pengayaan, dan remedi), 6) keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar, 7) mengakomodasi keragaman budaya, dan 8) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif.

RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan satu kali pertemuan atau lebih. Komponen RPP terdiri atas beberapa aspek berikut ini.

1) Identitas sekolah

Identitas sekolah terdiri atas nama satuan pendidikan, mata pelajaran, kelas/semester, materi pokok, dan alokasi waktu. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan

Gambar

Tabel 1. Rubrik Penilaian Menulis Teks Berita

Referensi

Dokumen terkait