SISTEM PENGADAAN DAN DISTRIBUSI AIR PADA
PEMBENIHAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei Boone)
DI INSTALASI PEMBENIHAN UDANG (IPU) GELUNG
BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BPBAP)
SITUBONDO, JAWA TIMUR
TUGAS AKHIR
OLEH :
VINGKY TRIANA HASTA
1522010468
JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN
PANGKEP
3
4
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Pangkep, 02 Juli 2018 Yang Menyatakan,
5
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang tiada terhingga termasuk nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga Tugas Akhir “Sistem Pengadaan Dan Distribusi Air” ini dapat selesai tepat pada waktunya. Tidak lupa pula Penulis haturkan salawat serta salam kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menuntun umat dari alam kegelapan menuju alam yang terang dan kepada orang-orang yang turut mendukung penyelesaian proposal PKPM ini anara lain:
1. Ibu Ir.Hasniar,M.P selaku pembimbing pertama dan ibu Ir. Ratnasari, MP selaku pembimbing anggota yang telah membrikan motivasi, arahan dan bimbingan mulai dari penyusunan propoal PKPM.
2. Ketua jurusan Budidaya Perikanan bapak Ir. Rimal Hamal, M.P
3. Bapak direktur Dr. Ir. Darmawan M.Si Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Tentunya dalam penyusunan Tugas akhir ini tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan agar dalam penyusunan laporan berikutnya menjadi lebih baik. Terima kasih. Wassalamu Alaikum warahmatullahi wabarakatu
Pangkep, 02 Juli 2018
6
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
ABSTRAK ... x
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum ... 3
2.2 Dasar Teknik Pengelohan Air ... 4
2.2.1 Pengertian Air ... 4
2.2.2 Sumber Air ... 4
2.2.3 Kualitas dan Kuantitas Air ... 6
2.3 Sistem Pengelolaan Air ... 12
2.4 Baku Mutu Air untuk Perikanan ... 27
BAB III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat ... 19
3.2 Alat dan Bahan ... 19
7
3.4 Metode Pelaksanaan ... 21
3.5 Parameter yang Diamati ... 22
3.6 Analisi Data ... 23
BAB IV. KEADAAN UMUM LOKASI 4.1 Sejarah berdirinya IPU Gelung ... 24
4.2 Luas, Tata Letal, Topografi dan Geografi ... 26
4.3 Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja ... 26
4.4 Sarana dan Prasarana ... 27
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Jumlah Kebutuhan Air ... 28
5.2 Skema Alur Air di Unit Pembenihan ... 32
5.3 Biosecurity ... 34 BAB V. PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 36 6.2 Saran ... 36 DAFTAR PUSTAKA ... 37 LAMPIRAN ... 39 RIWAYAT HIDUP ... 40
8
DAFTAR TABEL
Hal.
Kualitas Air Pasok ... 17
Kualitas Air Pasok ... 22
Persyaratan Kualitas air Pemeliharaan ... 22
Alat, Spesifikasi dan Kegunaan Alat ... 23
Bahan, Spesifikasi dan Kegunaan Bahan ... 24
9
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Papan nama IPU Gelung ... 25
Skema Proses Pengelolaan Air di Instalasi Pembenihan Udang ... 32
Proses Filterrisasi di Instalasi Pembenihan Udang ... 34
10
ABSTRAK
Vingky Triana Hasta, 1522010468. Sistem Pengadaan Dan Distribusi Air Pada Pembenihan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei Boone) di Instalasi Pembenihan Udang (IPU) Gelung Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo, Jawa Timur dibimbing oleh Ir. Hasniar, M.P dan Ir. Hj. Ratnasari, M.P
.
Tugas Akhir ini disusun dengan tujuan Sistem Pengadaan dan Distribusi Air pada Pembenihan Udang Vaname sehingga dapat menghasilkan kualitas dan kuantitas air yang baik.
Hasil yang diperoleh selama kegiatan adalah jumlah kebutuhan air bak Maturasi/seksi induk (Penampungan ,Aklimatisasi, Pematangan , Pemijahan) , pada bak tersebut memiliki 8 unit yang dibutuhkan selama pemeliharaan induk adalah 256 ton/hari. Pada bak penetasan hanya memiliki 2 unit dengan kebutuhan air 12ton/hari yang dilakukan pergantian pemakain bak. Pada pemeliharaan larva memiliki 10 unit dalam sehari pemeliharaan larva membutuhkan air sebanyak 350 ton/hari dan pada seksi pakan alami memiliki tiga bagian kultur yang masih memiliki jumlah kubutuhan air yang berbeda. Kultur skala.Lab yang memiliki dua unit yaitu kultur menggunakan toples yang bervolume 3 liter dan 10 liter yang setiap harinya digunakan ada 12 toples ,jadi air yang dibutuhkan adalah 72 liter/hari, kemudian untuk Kultur Intermediate ada empat unit yang memiliki volume 2,5 ton dengan kebutuhan 2 ton untuk satu bak jadi untuk empat bak membutuhkan air 8 ton/hari sedangkan untuk Kultul massal ada dua unit yang masing-masing memilki volume berbeda, yang pertama volume 12 ton dengan kebutuhan air 10 ton dan yang kedua dengan volume 3,6 kebutuhan air 3 ton jadi dalam sehari kultur massal membutuhkan air sebanyak 13 ton/hari.
11
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan spesies introduksi yang dibudidayakan di Indonesia. Udang vaname yang dikenal masyarakat dengan vanname ini berasal dari Perairan Amerika Tengah. Negara-negara di Amerika Tengah dan Selatan seperti Ekuador, Venezuela, Panama, Brasil, dan Meksiko sudah lama membudidayakan jenis udang yang dikenal juga dengan pasific whiteshrimp Ditjenkan. (2006).
Dalam meningkatkan produksi udang di indonesia, maka diperlukan terobosan baru dalam usaha budidaya udang. Banyak pilihan spesies, selain udang windu dan udang putih lokal (Penaues marguensis dan Penaues indicus) yang dapat dibudidayakan. Salah satu jenis udang yang dapat dibudidayakan yaitu udang vaname (Litopenaues vannamei).
Kendala dalam kegiatan pembenihan udang vaname adalah kurang stok induk udang yang berkualitas, makanan yang kurang cocok, teknik pemeliharaan larva dan pengelolaan yang belum memadai, hal ini menyebabkan produksi benih yang kualitasnya masih rendah. Salah satu upaya untuk mendapatkan benur berkualitas baik yaitu selalu mengupayakan agar media pembenihan selalu optimal untuk pemeliharaan larva, misalnya dengan melakukan pengelolaan air media larva, pengelolaan pakan dan pengendalian penyakit sebaik mungkin. Oleh karena itu hal ini menjadi salah satu alasan dilakukannya Pengalaman Kerja Praktikum Mahasiswa agar mahasiswa dapat memperluas wawasan dan kompetensi keahlian dalam bidang pembenihan udang vaname.
12
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan laporan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui Sistem Pengadaan Air pada Pembenihan Udang Vaname di Instalasi Pembenihan Udang (IPU) Gelung Balai Perikanan Budidaya Air Payau.
Manfaat tugas akhir ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk Pembenihan Udang Vaname (Litopenaeu vannamei) pada sistem pengadaan dan distribusi air .
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Umum
Air merupakan media tempat hidup organisme perairan, harus mempunyai standar kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan persyaratan hidup Organisme perairan. Kondisi air harus disesuaikan dengan kebutukan optimal bagi pertumbuhan biota ( makhluk hidup ) yang dipelihara. Perairan umum adalah suatu genangan air yang relatif luas yang dimiliki dan dikuasai oleh negara serta dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Perairan umum meliputi danau, waduk, rawa, dan sungai. Pada umumnya perairan umum dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan transportasi, penangkapan ikan, dan sebagai sumber air untuk kehidupan rumah tangga, serta sebagai plasma nutfah perairan Anwar, S. (2009).
Luas perairan umum di Indonesia sekitar 55 juta Ha yang meliputi danau , waduk, sungai, dan rawa dengan potensi pengembangan usaha budidaya sebesar 550,000 Ha Syandri, H & Agustedi (1996) membagi perairan umum berdasarkan wilayah menjadi 6 Kawasan yaitu : Kawasan budidaya, lindung, penangkapan, perhubungan, wisata dan kawasan bahaya.
Secara umum air sebagai lingkungan hidup mempunyai sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi. Agar dapat melakukan pengelolaan kualitas air dalam budidaya maka harus dipahami ketiga parameter kualitas air yang sangat menentukan keberhasilan suatu budidaya.
14
2.2 Dasar Teknik Pengelohan Air 2.2.1 Pengertian Air
Pengertian air adalah senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan dari unsur hidrogen (H2) yang bersenyawa dengan unsur oksigen (O) dalam hal ini
membentuk senyawa H2O. Air merupakan kebutuhan hidup yang sangat vital bagi
kehidupan manusiadan makhluk hidup lainnya.dapat dikatakan air merupakan sumber daya yang terbatas. Selama ini kebutuhan manusia akan air sangatlah besar. Jika kita melihat dari segi penggunaan, maka air tidak pernah lepas dari segala aspek kehidupan manusia. Mulai dari hal kecil, seperti air minum untuk melepas dahaga hingga kincir air yang dimanfaatkan sebagai penghasil energy listrik. Dari segi keberadaannya pun ada bermacam-macam jenis air. Di bumi ini hampir 71 persen permukaanya merupakan wilayah perairan. Termasuk negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan. Yang berarti ketersediaan air untuk manusia sangat berlimpah. akan tetapi konsumsi air meningkat dua kali lipat dalam kurun waktu 50 tahun terakhir Effendi, H. (2000).
Air merupakan media tempat hidup organisme perairan. Organisme perairan merupakan sumber daya hayati yang dimanfaatkan manusia. Kondisi air harus disesuaikan dengan kebutukan optimal bagi pertumbuhan biota ( makhluk hidup ) yang dipelihara. Air laut yang bersih harus tersedia sepanjang waktu dengan jumlah yang cukup, Sehubungan dengan itu, diperlukan bak sedimentasi, bak filter, dan bak penampungan air (bak reservoir) laut yang siap pakai.
2.2.2 Sumber Air
Sumber air untuk pembenihan air terdiri atas air laut dan air tawar yaitu sebagai berikut :
15 1. Air Laut
Air laut adalah air laut atau samudra. Air laut memiliki kadar garam rata-rata 3,5%, artinya dalam 1 liter (1000 ml) air laut terdapat 35 gram garam (garam dapur/NaCl). Walaupun kebanyakan air laut didunia memiliki kadar garam sekitar 3,5%, air laut juga berbeda-beda kandungan garamnya World Ocean Atlas, (2001).
Untuk mendapatkan air tawar drari laut bisa dilakukan dengan cara osmosis terbalik, suatu proses penyaringan air laut dengan menggunakan tekanan dialirkan melalui suatu membran saring. Sistem ini disebut SWRO (Seawater Reserver Omosis) dan banyak digunakan pada kapal laut atau instalasi air bersih dipantai dengan bahan baku air laut. Menurut Subaidah et al. (2006) menyatakan bahwa untuk mendapatkan air laut yang baik maka dibutuhkan instalasi air laut yang terdiri dari filter, pompa, dan jaringan distribusi air laut.
2. Air Tawar
Air tawar ialah air yang tidak berasa lawan dari air asin. Merupakan air yang tidak mengandung banyak larutan garam dan larutan mineral di dalamnya. Saat menyebutkan air tawar, orang biasanya merujuk ke air dari sumur, danau, sungai, salju dan es. Air tawar juga berarti air yang dapat dijadikan minuman sebagai manusia. Air samudra dan lautan tersusun dari banyak garam natrium clorida (NaCl) hingga air terasa asin, yang tidak bisa dan tidak nyaman untuk dikomsumsi oleh manusia. Air tawar digunakan untuk mencuci bak dan peralatan produksi, menurunkan kadar salinitas air laut di dalam bak pemeliharaan induk, sebagai pelarut pakan buatan untuk larva dan digunakan untuk bahan pembius alami pada saat seleksi induk udang vaname agar tidak banyak begerak dan stres
16 yang dapat menyebabkan kematian. Selain itu, air tawar juga digunakan untuk kebutuhan sehari-hari karyawan IPU Gelung, BPBAP Situbondo. Hal ini sesuai dengan pendapat Suyanto dan Panjaitan (1984) yang menyatakan bahwa suplai air tawar yang kontinyu merupakan keharusan pada hatchery untuk menurunkan salinitas pada saat mengaklimitasikan biota, mencuci, dan keperluan lainnya.
2.2.3 Kualitas dan Kuantitas Air
Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji penampakan (bau dan warna). Air yang dapat digunakan sebagai budidaya harus mempunyai standar kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan persyaratan hidup organisme. Air yang dapat digunakan sebagai media harus dipelajari agar organisme air dapat dibudidayakan sesuai kebutuhan manusia sebagai sumber bahan pangan yang bergizi dan relatif harganya murah. Air yang dapat memenuhi kriteria yang baik untuk hewan dan tumbuhan tingkat rendah yaitu plankton sebagai indikator paling mudah bahwa air tersebut dapat digunakan untuk budidaya perikanan.
Hal ini dikarenakan organisme ini merupakan produsen primer sebagai pendukung kesuburan perairan. Oleh karena itu kondisi perairan/ air harus mampu menyiapkan kondisi yang baik, terutama untuk tumbuhan tingkat rendah (Fitoplankton) dalam proses asimilasi sebagai sumber makanan hewan terutama ikan. Secara umum air sebagai lingkungan hidup mempunyai sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi. Agar dapat melakukan pengelolaan kualitas air dalam budidaya maka harus dipahami ketiga parameter kualitas air yang sangat menentukan keberhasilan suatu budidaya ikan. Parameter kualitas air yang akan
17 sangat menentukan keberhasilan suatu usaha budidaya ikan dan bagaimana cara melakukan pengukuran terhadap parameter kualitas air tersebut agar dapat selalu dipantau perubahan kualitas air dalam wadah budidaya ikan.
A. Parameter kualitas air a. Sifat Fisik
1. Suhu Air
Menurut Nontji (1987), suhu air merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam pengkajian-pengkajian kelautan. Data suhu air dapat dimanfaatkan bukan saja untuk mempelajari gejala-gejala fisika dalam laut, tetapi juga dengan kaitannya kehidupan hewan atau tumbuhan. Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim (drastis) Kordi dan Andi (2009).
2. Kecerahan
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan prose fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh kedalam perairan, begitu pula sebaliknya Erikarianto, (2008).
Menurut Kordi dan Andi (2009). Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan kedalam air dan dinyatakan dalam (%). Kemampuan cahaya matahari untuk tembus sampai kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (tubidity) air. Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai
18 dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakan yang tidak keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh. Air yang tidak terlampau keruh dan tidak pula terlampau jernih, baik untuk kehidupan ikan dan udang budidaya.
3. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat didalam perairan. Pengertian salinitas yang sangat mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang terdapat pada suatu perairan. Hal ini dikarenakan salinitas ini merupakan gambaran tentang padatan total didalam air setelah menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. Garam-garam yang ada di air payau atau air laut pada umumnya adalah Na, Cl, NaCl, MgSO4 yang menyebabkan rasa pahit pada air laut, KNO3
dan lainlain. Salinitas dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut dengan Refraktometer atau salinometer. Satuan untuk pengukuran salinitas adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau promil (o/oo). Nilai salinitas untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0–5 ppt, perairan payau biasanya berkisar antara 6–29 ppt dan perairan laut berkisar antara 30–35 ppt.
b. Sifat Kimia 1. Oksigen
Menurut Wibisono (2005), konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu, makin tinggi suhu, makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut oksigen terlarut ( Dissolved Oxygen/DO ) berasal dari dua sumber, yakni dari atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis fitoplakton dan berjenis tanaman laut. Keberadaan oksigen terlarut ini sangat memungkinkan untuk langsung
19 dimanfaatkan bagi kebanyakan organisme untuk kehidupan, antara lain proses respirasi dimana oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolisme) bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan Co2 dan H2
o .
Oksigen yang diperlukan biota air umtuk pernafasannya harus terlarut dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga bila ketersediaannya didalam air tidak mencukupikebutuhan biota akan terlambat. Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan pada metabolisme ikan Kordi dan Andi, (2009).
2. Karbondioksida
Karbondioksida (Co2), merupakan gas yang yang dibutuhkan oleh
tumbuh-tumbuhan air renik maupun tingkat tinggi untuk melakukan proses fotosintesis. Meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun kandungannya yang berlebihan sangat mengganggu, bahkan menjadi racun secara langsung bagi biota budidaya, terutama dikolam dan ditambak, Kordi dan Andi, (2009).
Meskipun presentase karbondioksida di atmosfer relatif kecil akan tetapi keberadaan karbondioksida diperairan relatif banyak, karena karbondioksida memiliki kelarutan yang relatif banyak.
3. pH Air
Menurut Andayani, (2005) pH adalah cerminan derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni terdiri dari ion H+ dan OH- dalam jumlah berimbang hingga pH air murni biasa 7.
20 Makin banyak ion OH+ dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi pH. Cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya, makin banyak H+ makin rendah Ph dan cairan bersifat masam. Ph antara 7-9 sangat memadai kehidupan bagi air.
pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif , malah dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah (keasaman tinggi), kandungan oksigrn terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas naik dan selera makan akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktifitas naik dan selera makan akan berkurang, hal ini sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5-9,0 dan kisaran optimal adalah pH 7,5-8,7 ( Kordi dan Andi, 2009 ).
c. Sifat Biologi
Parameter biologi dari kualitas air yang biasa dilakukan pengukuran untuk kegiatan budidaya ikan adalah tentang kelimpahan plankton, benthos dan perifiton sebagai organisme air yang hidup di perairan dan dapat digunakan sebagai pakan alami bagi ikan budidaya. Kelimpahan plankton yang terdiri dari phytoplankton dan zooplankton sangat diperlukan untuk mengetahui kesuburan suatu perairan yang akan dipergunakan untuk kegiatan budidaya. Plankton sebagai organisme perairan tingkat rendah yang melayang-layang di air dalam waktu yang relatif lama mengikuti pergerakan air. Plankton pada umumnya sangat peka terhadap
21 perubahan lingkungan hidupnya (suhu, pH, salinitas, gerakan air, cahaya matahari dll) baik untuk mempercepat perkembangan atau yang mematikan. Berdasarkan ukurannya, plankton dapatdibedakan sebagai berikut :
1. Macroplankton (masih dapat dilihat dengan mata telanjang/ biasa/tanpa pertolongan mikroskop).
2. Netplankton atau mesoplankton (yang masih dapat disaring oleh plankton net yang mata netnya 0,03 – 0,04 mm).
3. Nannoplankton atau microplankton (dapat lolos dengan plankton net diatas). Berdasarkan tempat hidupnya dan daerah penyebarannya, plankton dapat merupakan :
� Limnoplankton (plankton air tawar/danau) � Haliplankton (hidup dalam airmasin)
� Hypalmyroplankton (khusus hidup di air payau) � Heleoplankton (khusus hidup dalam kolam-kolam)
� Petamoplankton atau rheoplankton (hidup dalam air mengalir, sungai)
Menurut SNI 8307.1:2014 Pengelolaan kualitas air pasok yang digunakan selama proses produksi induk diupayakan untuk memenuhi pesyaratan sesuai tabel.1
22 Tabel.1 Kualitas air pasok
No Parameter Satuan Nilai
1. Suhu oC 28-33
2. Salinitas g/l 30-34
3. Ph - 7,0-8,5
4. Oksigen terlarut mg/l >4
5. Alkalinitas mg/l 100-120
6. Bahan Organic total mg/l <55
7. Padatan terlarut total mg/l 150-200
2.4 Sistem Pengelolaan Air
Keberhasilan budidaya ikan ditentukan oleh keberhasilan dalam pengelolaan air , baik dari segi kuantitas maupun kualitas air. Sumber air laut harus memenuhi kriteria cukup dalam jumlah, jernih, salinitas 29-34 ppt, tidak terdeteksi kadar logam berat. Untuk menjamin kualitas air baku yang baik yang perlu diantisipasi dari awal adalah penentuan lokasi unit pembenihan.Setelah mendapatkan sumber air baku yang baik, berikutnya yang penting adalah system produksi air bersih. Pada prinsipnya sistem produksi air bersih diarahkan bisa menghasilkan air yang bersih dan steril. Untuk membuat air bersih biasanya dilakukan tahap pengendapan, filterisasi secarafisik kemudian disterilkan Anwar, S. (2009).
Bak pengendapan sangat besar peranannya dalam upaya memperoleh air bersih. Dengan tahap pengendapan ini, maka beban filter fisik (biasanya sand filter) tidak terlalu berat dan air yang diproduksi lebih bersih. Kebutuhan kapasitas bak pengendapan masing-masing unit pembenihan berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan air bersih harian, tingkat kekeruhan air baku dan sistem filter fisik yang digunakan. Semakin tinggi kebutuhan air, semakin tinggi tingkat kekeruhan dan
23 semakin sederhana tahapan filter fisiknya, maka semakin besar bak pengendapan yang diperlukan.
Terdapat banyak sekali desain filter fisik untuk mendapatkan air bersih. Pada prinsipnya filter fisik ini bekerja dengan manyaring air yang dilewatkan ke filter baik secara gravitasi maupun dengan tekanan pompa. Untuk lebih efektifnya filter ini biasanya dibuat bertahap dari tingkat penyaringan kasar ke tingkat yang lebih halus. Untuk memudahkan pemeliharaan filter terutama untuk pembersihan filter, maka harus dilengkapi sistem back wash. Prinsip back wash adalah dengan mengalirkan air pada bahan filter dengan arah yang terbalik, sehingga mampu mengeluarkan kotoran yang nyangkut di filter. Untuk pemeliharaan filter ini secara periodic dilakukan pembersihan total atau bahkan diganti bahan filternya. Sterilisasi air ada yang menggunakan alat berupa ozonator, ultraviolet dan ada yang menggunakan bahan kimia berupa kaporit. Akhir-akhir ini mulai banyak penggunaan filter berupa membran yang dikenal dengan ultrafilter. Di dalam bak sterilisasi tersebut dilakukan sterilisasi dengan chlorinasi, yaitu dengan memberikan kaporit dengan dosis 15-20 ppm. Untuk menetralkannya diaerasi kuat hingga 3-4 hari, jika belum netral ditambahkan Na-Thiosulfat secukupnya hingga netral (perlu dicek dengan chlorine test). Tahap terakhir adalah distribusi, dengan memompakan air ini ke jaringan distribusi melalui karbon aktif presure
filter Kangkan, A.L., (2006) .
Air merupakan media hidup untuk komoditas budidaya perairan, yang didalamnya terdapat kandungan oksigen terlarut, makan dan sumber mineral di dalamnya yang dibutuhkan oleh komoditas budidaya. Adapun yang perlu diperhatikan antara lain:
24
Sumber Air
Yang perlu diperhatikan:
Lokasi sumber air Waktu pengambilan air
Memenuhi kualitas dan kuantitas air
Pengendapan Air
Air yang berasal dari sumber air di berikan waktu tenggang sesuai dengan mutu dan jumlah air.
Yang perlu di perhatikan:
Di perlukan design atau rancangan guna meningkatkan mutu sumber air Kadar partikel air (TSS) turun hingga 60 ppm
Jumlah air cukup untuk memasok kebutuhan budidaya
Sterilisasi Air
Sebuah kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi atau mencegah hama atau penyakit yang berada di air dan diyakini dapat mengganggu proses budidaya. Yang perlu diperhatikan:
Menyaring air dengan kasa kelambu di mulut pipa air masuk. Kasa kelambu di jahit rangkap dan diberi kotak penyangga
Air dimasukan ke kolam pengendapan dan disaring menggunakan plankton net/kasa sablon ukuran 160 mikron dengan diameter 50 cm senjang 3-4 meter.
Apabila menggunakan bahan kristida netral seperti Trichlorfon (divpon) 1 ppm, dipterex 2 ppm dan saprovon 2 ppm diperlukan waktu 5-7 hari untuk menetralkan air.
25 Menggunakan bahan kalsium hyphochlorite (kaporit) 15-30 ppm.
Diperlukan waktu 1-3 untuk menetralkan. Tolak ukur:
Bau khas disenfektan menghilang Populasi bakteri dan molluska menurun Virion negeatif
Pengisian air
Pengisian air harus melalui petak tandon dengan tujuan untuk mengurangi resiko masuknya hana, penyakit maupun virus ke area budidaya. Petak tandon adalah kolam/tambak yang terdiri dari sekat-sekat yang terbuat dari dinding bata, berfungsi sebagai tempat pengendapan air. Petak tandon dapat terdiri dari rumput laut, ikan herbivora, dan ikan karnivora.
Penggantian Air
Penggantian air dilakukan apabila terjadi penurunan parameter kualitas air tambak/kolam/bak.
Yang perlu diperhatikan:
Secara visual dapat dilihat dari kejernihan (warna) air dan terdapat suspensi dari plankton yang mati.
Adanya buih yang besar dengan ukuran lebih dari 2cm dan tidak pecah oleh kinci air dari jarak 6 m
Kandungan bahan organik lebih dari 60 ppm dan BOD yang lebih dari 10 ppm Yang perlu dicermati:
26 Pergantian air dapat dilakukan dengan membuang bagain dasar dan
penyiponan
Menurut SNI 8307.1:2014 Pengelolaan air
a) Pergantian air 5%-30% perhari disesuaikan kualitas air pemeliharaan b) Air buangan sesuai SNI prosedur biosekuriti (kesling) pada pembenihan
udang
c) Pemberian kapur diberikan sebanyak 10 mg/l untuk mempertahankan pH air 7,5 – 8,5
d) Penambahan probiotik tiap tiga kali sehari sekali sesuai label kemasan dan terdaftar di Kementrian Kelautan dan Perikanan
27
2.3 Baku Mutu Air Untuk Perikanan
Menurut O-fish (2010) , kualitas iar secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan denga uatu kegiatan atau keperluan tertentu. Baku mutu air untuk Budidaya sangatlah diperlukan agar dalam membudidayakan ikan kita bisa menghasilkan ikan dengan kualitas tinggi dan kesehatan dari ikan pun bisa terjamin. Setelah mendapatkan sumber air baku yang baik, berikutnya yang penting adalah system produksi air bersih. Pada prinsipnya sistem produksi air bersih diarahkan bisa menghasilkan air yang bersih dan steril. Untuk membuat air bersih biasanya dilakukan tahap pengendapan, filterisasi secara fisik kemudian disterilkan.
Menurut SNI 8307.1:2014 Pengelolaan kualitas air yang digunakan selama proses produksi induk diupayakan untuk memenuhi pesyaratan sesuai tabel.2.1 dan 2.2
Tabel.2.1 Kualitas air pasok
No Parameter Satuan Nilai
1. Suhu oC 28-33
2. Salinitas g/l 30-34
3. pH - 7,0-8,5
4. Oksigen terlarut mg/l >4
5. Alkalinitas mg/l 100-120
6. Bahan Organic total mg/l <55
28 Tabel.2.2 Persyaratan kualitas air pemeliharaan
No Parameter Satuan Nilai
1. Suhu oC 28-33
2. Salinitas g/l 30-34
3. pH - 7,5-8,5
4. Oksigen terlarut mg/l >4,0
5. Alkalinitas mg/l 100-150
6. Bahan Organic total mg/l <90
7. Amoniak mg/l <0,1
29
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktim Mahasiswa (PKPM) yang dilakukan pada tanggal 08 Februari - 07 Mei 2018 di Instalasi Pembenihan Udang (IPU) Gelung, Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo Jawa Timur.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pengadaan air pada pembenihan udang vaname adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Alat, spesifikasi dan kegunaan alat yang digunakan pada persiapan tambak budidaya udang vaname.
N o
Alat Sfesifikasi Kegunaan
1. Pompa 15 Hp Sebagai penyerap air sekaligus mendorong air untuk menuju ke penampungan
2. Pipa Propylene Sebagai saluran air
3. Bak filter Beton Sebagai penampung bahan penyaringan
4. Reservoar Beton Sebagai bak penampungan air
5. Tower Beton Sebagai bak penampungan air
6. Bak
pemeliharaan
Beton Sebagai wadah dalam kegiatan budidaya
7. Filter bag 10 µ Penyaring air yang dialirkan pada setiap bak
8. Ember Plastik Sebagai wadah penampungan kaporit
30 Tabel 3.2. Bahan, spesifikasi dan kegunaan bahan yang digunakan pada sistem
pengadaan air di pembenihan udang vaname.
No Bahan Sfesifikasi Kegunaan
1. Air laut - Sebagai media pemeliharaan
2. Pasir Kwarsa Sebagai bahan penyaring air
3. Batu Apung - Sebagai bahan penyaring air
4. Ijuk - Sebagai bahan penyaring air
5. Arang - Sebagai bahan penyaring air
6. Kaporit - Sebagai sterilisasi air
7. Clorin test - Mengecek kenetralan air
8. Tio sulfat - Menetralkan air
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang di gunakan dalam kegiatan ini terdiri atas obseevasi , wawancara dan partisipasi.
a. Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif adalah keterlibatan dalam suatu kegiatan yang dilakukan secara langsung di lapangan. Partisipasi aktif yang dilakukan pada kegiatan maturasi udang vaname meliputi: persiapan wadah, seleksi induk, manajemen kualitas air, manajemen pemeliharaan induk udang vaname, manajemen pakan, pengendalian hama dan penyakit, maturasi, serta panen nauplius.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini dilakukan dengan melakukan tanya jawab dengan karyawan yang bertugas di IPU Gelung, BPBAP Situbondo. Wawancara pada praktek kerja lapang ini meliputi: sejarah
31 berdirinya IPU Gelung BPBAP Situbondo, keadaan umum, struktur organisasi, sarana dan prasarana, serta permasalahan maupun kendala yang dihadapi
c. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis pada gejala yang diselidiki di lapangan. Dalam observasi yang dilakukan berupa kegiatan Data kualitas air laut.
3.4 Metode Pelaksanaan
Adapun tahapan yang dilakukan dalam proses pengadaan dan distribusi air pada pembenihan udang vaname yang di lakukan di IPU Gelung Situbondo sebagai berikut:
Air laut yang digunakan berasal dari perairan Selat Madura. Pengambilan air laut dengan menggunakan pompa hisap yang dipasang pada pinggir pantai dengan ketinggian 1 meter dengan jarak kurang lebih 750 meter berkekuatan 15 PK yang dialirkan melalui pipa berdiameter 4 inchi yang diujung pipa diberi lubang 10-15 µ dan beri penutup pipa kemudian masuk ke dalam filterisasi sebelum dialirkan ke dalam bak pemeliharaan dengan waktu 1 jam . Ini dimaksudkan agar air media yang digunakan jernih dan bebas dari bakteri patogen. Menurut Subaidah et al. (2006) menyatakan bahwa untuk mendapatkan air laut yang baik maka dibutuhkan instalasi air laut yang terdiri dari filter, pompa, dan jaringan distribusi air laut. Dimana hasil dari penyaringan sand filter dapat dilihat dari air laut yang tampak jernih. Material yang digunakan di IPU Gelung Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo yaitu ijuk, pasir kwarsa, batu apung. Penyaringan yang dilakukan sebanyak tiga kali dengan urutan penempatan material filter yang digunakan dari atas kebawah antara lain pasir kwarsa, batu apung dan ijuk serta arang kayu yang disusun secara terpisah dari
32 material lainnya pada bak yang berbeda bersebelahan dengan bak filter sebelumnya yang bertujuan untuk menyaring partikel-partikel yang tersuspensi pada air laut. Setelah proses filterisasi kemudian air tersebut dialirkan ke dalam bak penyimpanan air (reservoir) dengan waktu 10 jam, kemudian dilakukan
treatment menggunakan kaporit sebanyak 10-15 ppm yang berfungsi sebagai
desinfektan terhadap mikroorganisme pathogen pembawa penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Subaidah et al. (2006), yang menyatakan bahwa bak filter mekanis di isi dengan beberapa material untuk menyaring partikel-partikel yang tersuspensi pada air laut dan beberapa material ijuk, arang kayu serta pasir kwarsa. Setelah di aerasi selama 2 jam untuk menetralkan air yang telah di
treatment menggunakan kaporit setelah itu air di cek menggunakan clorine test
untuk mengetahui apakah air tersebut sudah netral apa tidak, jika air belum netral air di treatment kembali menggunakan Tio sulfat sebanyak 5 ppm setelah itu diamkan selama 24 jam. Air yang telah dinetral di filter lagi mengunakan sand filter yang hanya berisi pasir kwarsa saja, kemudian dialirkan kembali ke bak resevoar setelah itu di alirkan ke tower sebagai bak penampungan dengan waktu 6 jam, lalu dialirkan ke bak pemeliharaan dan pakan alami dengan masing-masing waktu yang dibutuhkan untuk mengisi bak sekitar 30 menit.
3.5 Parameter yang Diamati
Jenis Parameter yang diamati pada kegiatan Sistem Pengadaan dan Distribusi Air pada Pembenihan meliputi, Jumlah Kebutuhan Air, Skema Alur Air Laut di Unit Pembenihan dan Biosecurity.
33
3.6 Analisis Data
Data kualitas air laut dianalisis secara deskriptif, kemudian dibandingkan dengan standar mutu untuk pemebenihan udang vaname sesuai standar nasional indonesia (SNI) dan data data sekunder yang didapat di Instalasi Pembenihan Udang serta literatur yang didapatkan, guna memperoleh gambaran kesesuaianya untuk budidaya udang vaname khususnya pembenihan.