• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KELAYAKAN USAHA PEMBIBITAN AYAM RAS PEDAGING (BROILER)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KELAYAKAN USAHA PEMBIBITAN AYAM RAS PEDAGING (BROILER)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

KAJIAN KELAYAKAN USAHA PEMBIBITAN AYAM RAS

PEDAGING (BROILER)

Irna Ariany Putri 105009014

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

iranyputri@gmail.com Unang, Ir, M.Sc

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

unang17@yahoo.com

Hj. Tenten Tedjaningsih, Ir., M.Si

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

tenten_ks@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek teknis dan finansial dari kegiatan pembibitan ayam broiler. Aspek teknis meliputi kegiatan pembibitan, penetasan, produksi telur, daya tetas dan DOC layak jual/Salable Chick. Dan aspek finansial meliputi kelayakan finansial, yaitu NPV, Net B/C dan IRR serta dikaji pula tentang Payback Periods, Analisis Sensitivity dan Break Even Point. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus pada seorang pengusaha pemilik PT. Tanjung Mulya Perkasa yang menjalankan usaha pembibitan ayam broiler di Desa Sindangherang Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari aspek teknis kegiatan pembibitan terdiri dari tiga tahap, kegiatan penetasan terdiri dari sembilan tahap. Dari 23.920 Parent Stock, menghasilkan 3.674.985 butir telur. Telur yang menetas sebanyak 2.904.788 dan DOC/Salable Chick (DOC layak jual) sebanyak 2.424.747 ekor. Daya tetas sebesar 84,78 persen sedangkan persentase salable chick sebesar 83,47 persen. Dari aspek finansial dikatakan layak dengan NPV sebesar Rp 9.727.940.879, Net B/C 2,69 dan IRR 48,95 persen, serta Payback Periods 2 tahun 4 bulan. Berdasarkan Sensitivity Analysis, perubahan harga jual DOC lebih sensitif terhadap tingkat kelayakan usaha pembibitan ayam broiler dengan Net B/C 1,42 sedangkan perubahan harga pakan tidak terlalu sensitif terhadap kelayakan usaha dengan Net B/C 1,99. Serta BEP sebelum pajak sebesar 550.395 ekor dan Rp 2.751.977.327, BEP setelah pajak sebesar 611.597 ekor dan Rp 3.057.985.613.

Kata kunci : Kelayakan Usaha, Pembibitan Ayam, BEP, Evaluasi Proyek ABSTRACT

This study purposed to know technical and financial aspects from broiler breeding. The technical aspects included breeding, incubation, egg production, hatchability and DOC/salable chick. And the financial aspects included financial feasibility, namely NPV, Net B/C and IRR and also studied about Payback Periods, Sensitivity Analysis and Break Even Point. The study method was used the case study on a businessman owner of PT. Tanjung Mulya Perkasa who had business of broiler chicken breeding in Sindangherang Village, Panumbangan District, Ciamis Regency.

(2)

2

The results showed that from the technical aspects of breeding consists of three phases, incubation activity consists of nine phases. From 23.920 Parents Stock, produced 3.674.985 eggs. Eggs that hatched were 2.904.788 and DOC/salable chick were 2.424.747 chickens. Hatchability was 84,78 percent while the percentage of salable chick was 83,47 percent. From the financial aspects were said feasible with a NPV of Rp. 9.727.940.879, Net B/C 2,69 and IRR 48,95 percent, and Payback Periods was 2 years and 3 months. Based Sensitivity Analysis, the change of selling price DOC was more sensitive to level of feasibility business broiler chicken breeding with Net B/C 1,42 while the change of feed price was not more sensitive to level of feasibility business with Net B/C 1,99. And BEP before tax was 550.395 chickens and Rp. 2.751.977.327, BEP after tax was 611.597 chickens and Rp. 3.057.985.613.

Keywords : Feasibility, Chicken Breeding, BEP, Project Evaluation

PENDAHULUAN

Prospek dan potensi dari usaha ayam ras pedaging (broiler) cukup cerah, kebutuhan ayam broiler di Indonesia dari tahun ke tahun semakin tinggi. Bahkan, kebutuhan akan daging ayam akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat dan kesadaran akan pentingnya gizi keluarga. Perkembangan sektor lain, seperti industri dan jasa (katering, pariwisata, hotel, dan restoran) juga turut memacu permintaan akan produk peternakan. Harga daging ayam broiler juga relatif lebih murah dibandingkan dengan harga daging ternak lainnya termasuk daging ayam kampung.

Ayam broiler merupakan jenis ayam pedaging unggul dan sudah banyak diternakkan di Indonesia. Broiler atau biasa dikenal masyarakat dengan sebutan ayam negeri, memiliki performance yang sangat baik dengan karakteristik khusus seperti pertumbuhan yang cepat, memiliki daging yang tebal, serta masa pemeliharaan yang relatif singkat. Disisi lain broiler dikenal sebagai ayam yang manja, karena memerlukan perlakuan istimewa untuk mendukung pertumbuhannya serta sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Kondisi yang tidak nyaman akan mengakibatkan ayam stres sehingga daya tahan tubuh menurun dan mudah terserang penyakit. Selain aspek lingkungan, keberhasilan usaha pembibitan ayam broiler juga ditunjang dengan terpenuhinya sarana produksi baik dalam aspek kualitas maupun kuantitasnya.

Produksi Ayam Broiler Tahun 2005 – 2009 Per Provinsi (Ton)

No Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009 1 Jawa Barat 259.749 276.195 279.851 335.151 348.557 2 Jawa Timur 128.342 143.643 148.855 115.193 119.801 3 DKI Jakarta 67.054 83.768 128.480 128.480 115.632 4 Jawa Tengah 61.638 81.203 65.026 73.191 76.118 5 Sumatera Utara 41.778 39.055 35.098 35.283 36.694 Lainnya 220.502 237.399 285.476 331.436 320.074 Jumlah 779.108 861.263 942.786 1.018.734 1.016.876 Sumber : Kementrian Pertanian, 2010

(3)

3

Jawa Barat merupakan produsen ayam broiler terbesar secara nasional (Tabel 1). Pada tahun 2009, produksi komoditas ini mencapai sekitar 34,27 persen produksi nasional. Berdasarkan data Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Ciamis merupakan produsen ayam broiler paling tinggi ke-2 di Jawa Barat setelah Bogor.

Sarana produksi yang paling dominan dalam usaha peternakan adalah pakan, bibit dan obat-obatan. Ketiga sarana produksi tersebut sering menjadi masalah bagi peternak rakyat, terutama bibit yaitu ayam umur sehari atau day old chick (DOC), karena ketersediannya tidak menentu. Padahal bibit/DOC memegang peranan penting untuk menghasilkan produk, baik jumlah maupun mutu produk. Ketersediaan DOC harus senantiasa ada untuk menjamin kelangsungan produksi. Oleh sebab itu, kontinuitas pasokan DOC harus terus dijaga dan dikontrol. Kontribusi DOC dalam penampilan produksi ternak yang bermutu baik sebesar 30 persen (F. Rahardi, 2003).

Masalah yang dihadapi adalah sering terjadi kelangkaan DOC (biasanya menjelang hari raya), karena kegiatan pembibitan masih dikuasai oleh perusahaan skala besar. Perusahaan skala besar umumnya adalah integrator, yang menguasai semua rantai perkembangbiakan ayam mulai dari pembesaran ayam hingga pengolahannya, seperti Charoen Pokphand yang menguasai bisnis peternakan DOC hingga pabrik pengolahan daging ayam, menguasai 30 persen pangsa pasar produksi broiler di Indonesia. Japfa Comfeed yang berbisnis sama, memegang 20 persen. Malindo 8 persen, Sierad Produce 5 persen, CJ 6 persen, Wonokoya 6 persen, dan produsen komersial lainnya memegang 25 persen (Dani Prasetya, 2011).

Kelangkaan atau fluktuasi suplai DOC terutama terjadi bagi para peternak rakyat, karena bisnis DOC dikuasai sepenuhnya oleh para integrator. Oleh sebab itu, untuk menjaga kontinuitas suplai pada level peternak rakyat, harus dibangun usaha pembibitan (Breeding) pada skala kecil.

Banyak yang beranggapan bahwa usaha pembibitan (Breeding) dan penetasan (Hatchery) membutuhkan biaya dan teknologi yang tinggi. Teknologi sangat diperlukan untuk mendukung usaha peternakan, dengan teknologi produksi ternak dapat meningkat. Faktanya di wilayah Priangan Timur khususnya Ciamis, sudah ada perusahaan peternakan relatif skala kecil yang memproduksi DOC sendiri, yaitu PT. Tanjung Mulya Perkasa.

Untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha pembibitan ayam broiler, penting dilakukan penelitian dilihat dari aspek teknis dan ekonomi. Maka dari itu peneliti ingin mengkaji dan meneliti tentang kelayakan usaha pembibitan ayam ras pedaging (broiler).

Salah satu cara untuk mempertahankan populasi ayam yaitu dengan pembibitan. Usaha pembibitan adalah usaha di bidang peternakan yang menghasilkan ternak untuk dipelihara,

(4)

4

bukan untuk dikonsumsi. Perkembangan usaha pembibitan ini berkembang seiring dengan perkembangan usaha ayam ras di Indonesia. Ada empat usaha pembibitan ayam ras (Bambang S, 2012), yaitu :

1. Pembibitan untuk menghasilkan pure line (PL) atau ayam berdarah murni. 2. Pembibitan untuk menghasilkan great grand parent stock (GGPS).

3. Pembibitan untuk menghasilkan grand parent stock (GPS). 4. Pembibitan untuk menghasilkan parent stock (PS).

Pembibitan ayam broiler bertujuan untuk menghasilkan bibit ayam sendiri. Dalam penelitian kali ini, mengkaji tentang pembibitan Parent Stock (PS) untuk menghasilkan Final Stock (FS). Kegiatan pembibitan ayam broiler ini terdiri dari tiga tahap, yaitu Brooding, Growing dan Laying, masa produksi pembibitan mulai dari DOC umur satu hari hingga masa afkir sekitar 64 minggu. Produk yang dihasilkan dari kegiatan pembibitan adalah telur tetas.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode studi kasus. Kasus di dalam penelitian ini adalah kasus pada seorang pengusaha yang menjalankan usaha pembibitan ayam broiler di Kab. Ciamis. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja atau purposive dengan pertimbangan perusahaan tersebut merupakan salah satu perusahaan yang sudah lama melakukan usaha pembibitan ayam broiler secara kontinyu.

Data dan informasi yang terkumpul dianalisis berdasarkan analisis teknis dan analisis finansial.

Analisis teknis

Analisis teknis dilakukan dengan metode deskriptif untuk memberikan gambaran kegiatan usaha pembibitan ayam broiler di PT. Tanjung Mulya Perkasa Kab. Ciamis. Data teknis meliputi kegiatan pembibitan, penetasan, produksi telur, daya tetas dan DOC layak jual (salable chick).

Analisis finansial

Analisis finansial usaha dilakukan untuk mengukur kinerja usaha pembibitan ayam, analisis finansial dapat dihitung dengan menggunakan evaluasi proyek. Kriteria Investasi yang biasa digunakan dalam Evaluasi Proyek di antaranya :

(5)

5

a) Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) dari suatu proyek, merupakan nilai sekarang (Present Value) dari selisih antara Benefit (manfaat) dengan Cost (biaya) pada Discount Rate tertentu. Net Present Value (NPV) menunjukkan kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost (biaya).

Cara penghitungan NPV adalah sebagai berikut :

NPV =

𝐵𝑡− 𝐶𝑡 ( 1+𝑖 )𝑡 𝑡=𝑛 𝑡=0

NPV = ∑

𝑡=𝑛𝑡=0

(𝐵

𝑡

− 𝐶

𝑡

) ( 𝐷𝐹 )

NPV = ∑

𝑡=𝑛𝑡=0

( 𝑁𝑒𝑡 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 )( 𝐷𝐹 )

Keterangan :

Bt = Benefit pada tahun ke-t Ct = Biaya pada tahun ke-t DF = Discount factor

i = Tingkat bunga yang berlaku n = Lamanya periode waktu

Kaidah keputusan dari NPV adalah :

 Jika nilai NPV positif, berarti layak diusahakan

 Jika nilai NPV negatif, berarti tidak layak diusahakan

b) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif. Net B/C menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat akan diperoleh dari setiap biaya yang dikeluarkan.

Cara penghitungan Net B/C adalah sebagai berikut : Net B/C = ∑ 𝐵𝑡− 𝐶𝑡 ( 1+𝑖 )𝑡 𝑡=𝑛 𝑡=0 ∑ 𝐵𝑡− 𝐶𝑡 ( 1−𝑖 )𝑡 𝑡=𝑛 𝑡=0 Net B/C = ∑𝑡=𝑛𝑡=0 (𝐵𝑡− 𝐶𝑡) (𝐷𝐹) ∑𝑡=𝑛𝑡=0 (𝐶𝑡− 𝐵𝑡) (𝐷𝐹)

Net B/C = ∑ (Net Benefit Positif)(DF) 𝑡=𝑛

𝑡=0

∑𝑡=𝑛𝑡=0(Net Benefit Negatif)(DF) Net B/C = ∑𝑡=𝑛𝑡=0NPV Positif

∑𝑡=𝑛𝑡=0NPV Negatif

Kaidah keputusan dari Net B/C Ratio adalah:

(6)

6

Jika B/C Ratio < 1, maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan

c) Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah suatu ktiteria investasi untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun dan IRR juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman.

Cara perhitungan IRR adalah sebagai berikut : IRR = 𝑖1+

NPV+

NPV+− NPV− ( i2− i1 ) Keterangan :

i1= Discount Factor (Tingkat Bunga) pertama dimana diperoleh NPV positif i2= Discount Factor (Tingkat Bunga) pertama dimana diperoleh NPV negatif

Jika nilai IRR lebih besar daripada suku bunga bank yang berlaku pada saat ini (discount rate), maka proyek tersebut layak untuk diusahakan dan sebaliknya jika IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga bank (discount rate), maka proyek tersebut tidak layak untuk diusahakan.

d) Payback Periods ( PP )

PP digunakan untuk mengukur jangka waktu atau kecepatan kembalinya dana investasi yang telah dikeluarkan. Dihitung dengan menggunakan rumus Net Benefit Kumulatif, semakin cepat waktu pengembalian maka semakin baik untuk diusahakan.

e) Sensitivity Analysis

Dalam kegiatan proyek selalu berhadapan dengan masa mendatang, baik benefit yang akan diperoleh maupun segala macam cost yang dikeluarkan. Di masa yang akan datang banyak hal-hal atau perubahan-perubahan yang tidak pasti yang mungkin dapat terjadi. Ketidakpastian tersebut dicoba dilihat dengan Sensitivity Analysis.

Sensitivity Analysis merupakan suatu alat untuk menganalisis masalah resiko dan ketidakpastian yang mungkin dihadapi oleh suatu proyek di masa-masa mendatang. Ketidaktepatan perkiraan yang akan dianalisis adalah:

1) Terjadinya kenaikan biaya, terutama biaya operasional (cost overrun ).

2) Dengan adanya proyek, produk meningkat yang memungkinkan untuk turunnya harga produk, sehingga akan menurunkan benefit. Harga produk (DOC) sering tidak menentu, skenario yang dibuat adalah untuk mencari atau mengetahui perubahan yang terjadi pada saat harga jual DOC turun 20 persen.

f) Break Even Point (BEP)

BEP merupakan suatu keadaan dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian, pada saat keadaan tersebut dicapai hasil penjualan sama dengan jumlah

(7)

7

biayanya. Dengan kata lain, suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan atau revenue (penghasilan) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja (Danang Sunyoto, 2013).

Cara perhitungan BEP adalah sebagai berikut : BEP (unit) = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 ( 𝐹𝐶 )𝑃 𝑢 ⁄ − 𝑉𝐶 𝑢⁄ BEP (rupiah) = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 ( 𝐹𝐶 ) 1− 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 PEMBAHASAN 1. Keragaan Teknis

a) Persiapan Kegiatan Pembibitan

Persiapan yang dilakukan dalam mengelola pembibitan adalah menentukan lokasi kandang yang memenuhi syarat. Lokasi dapat digunakan untuk jangka waktu yang panjang. Setelah itu, mempersiapkan sarana pembibitan seperti kandang dan perlengkapannya, serta berbagai perlengkapan lainnya, seperti mesin tetas, gudang, kantor, dan mess karyawan.

 Menentukan Lokasi

Beberapa pertimbangan perusahaan dalam menentukan lokasi yaitu : a. Lokasi yang dipilih sesuai peruntukannya

b. Akses jalan dan sirkulasi udara baik

c. Sumber air bersih cukup, keamanan dan kondisi sosial baik d. Keamanan baik

e. Kondisi sosial masyarakat baik

Membuat Kandang dan Bangunan Hatchery

Kandang dibangun di atas perbukitan sehingga mendapatkan sirkulasi udara yang baik. Sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang sehingga mampu menghangatkan seluruh kandang, namun dengan atap yang lebar terik matahari siang dan sore dapat dihindari.

Bangunan hatchery dibuat permanen agar bisa bertahan lama, dan di dalamnya terdiri dari beberapa ruangan penunjang, diantaranya ruang penerimaan telur, ruang sortasi, cooling room, ruang mesin setter dan hatcher.

 Pengadaan Mesin Tetas

Keterangan : P = Harga u = Jumlah unit

(8)

8

Jenis mesin tetas yang digunakan adalah mesin tetas otomatis/modern, umumnya memiliki kapasitas besar, bisa mencapai 100.000 butir telur. Mesin ini digunakan di pembibitan ayam ras dengan populasi induk mencapai ribuan ekor.

 Membangun Mess Karyawan, Gudang dan Kantor

Pembangunan dilakukan untuk mendukung kelancaran operasional usaha, termasuk kegiatan administrasi dan jual beli. Bangunan pendukung pada usaha pembibitan ayam broiler yaitu kantor, gudang, dan mess karyawan.

 Mempersiapkan Beberapa Peralatan Pendukung

 Vaksin, Vitamin dan Obat-obatan

b) Pemeliharaan DOC Parent Stock

1) Kandang

Persyaratan yang di penuhi dalam kandang pemeliharaan DOC, yaitu :

 Suhu Ideal

Kepadatan DOC Parent Stock

 Perawatan Kandang 2) Pakan

3) Minum

4) Vaksin, Vitamin dan Obat-obatan

c) Pembibitan

Dalam pembibitan, kegiatannya hampir sama dengan pembesaran ayam petelur, DOC Parent Stock dibudidayakan sampai bertelur.

1) Brooding 2) Growing 3) Laying

d) Penetasan

Tata urutan atau proses di penetasan / hatchery yaitu : 1) Penerimaan Telur 2) Sortasi 3) Cooling Room 4) Pre Warming 5) Setter 6) Candling

(9)

9 8) Hatcher

9) Full chick (panen)

e) Daya Tetas dan Salable Chick

Dari 23.920 Parent Stock (PS) yang terdiri dari 20.800 betina dan 3.120 jantan yang ada, data teknis secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4 :

Tabel 4. Data Teknis Pembibitan Ayam Broiler

Penerimaan dalam bentuk fisik per produksi % Butir / ekor

Produksi telur 3.674.985

Jumlah telur rusak/tidak layak tetas 2,49 91.661 Jumlah telur utuh/layak tetas 97,51 3.583.324

Jumlah telur infertile 4,39 157.259

Jumlah telur fertile 95,61 3.426.066

Telur yang tidak menentas 15,22 521.277

Telur yang menetas (Hatch) 84,78 2.904.788

DOC tidak layak jual 16,53 480.041

DOC layak jual (Salable Chick) 83,47 2.424.747

Ayam afkir betina 17.198

Ayam afkir jantan 2.580

Sumber : Data Primer Diolah, 2014

Berdasarkan hasil perhitungan didapat persentase telur yang menetas (hatch) / daya tetas sebesar 84,78 persen dan DOC layak jual sebesar 83,47 persen. Persentase telur yang menetas dan salable chick yang dijual tidak sama setiap minggunya

.

2. Analisis Finansial a) Biaya Investasi

Biaya investasi yang paling besar pada kegiatan pembibitan adalah kandang, DOC PS dan kendaraan (truck). Biaya pembangunan kandang sangat besar mengingat kapasitas DOC yang banyak yaitu 23.920 ekor, dengan kapasitas akhir kandang yaitu 4 ekor/m2. Untuk biaya pembelian DOC Parents Stock, biaya yang dikeluarkan hanya biaya untuk 20.000 ekor PS betina. Karena dengan membeli 20.000 ekor PS betina, maka akan mendapatkan bonus PS betina 4 persen atau 800 ekor dan bonus PS jantan 15 persen atau sekitar 3.120 ekor sehingga total yang didapat TMP adalah 23.920 ekor PS (betina dan jantan).

Sedangkan pada kegiatan penetasan, biaya investasi yang paling besar adalah mesin tetas, mesin tetas memiliki harga yang mahal karena TMP telah menggunakan mesin tetas yang modern.

(10)

10 b) Biaya Operasional

Biaya operasional yang paling besar dalam kegiatan pembibitan adalah pakan, tenaga kerja dan biaya obat-obatan. Pakan dan obat-obatan merupakan sapronak yang sangat penting, pakan diberikan sesuai dengan standar yang ada di perusahaan.

Sedangkan dalam kegiatan penetasan biaya yang paling tinggi adalah tenaga kerja, kegiatan di penetasan hampir sama seperti pabrik yang memiliki banyak tenaga kerja dan dibantu oleh mesin, sehingga tidak banyak memerlukan biaya lain. Untuk kebutuhan air, karena lokasi penetasan berada di pinggir sungai dan dekat dengan pegunungan, maka air didapatkan secara gratis dari sekitar.

c) Penerimaan

Penerimaan dalam usaha pembibitan ayam broiler ini, selain dari penjualan produk utama yaitu DOC Final Stock, juga ada beberapan penerimaan tambahan. Jumlah penerimaan dari usaha pembibitan ayam broiler salama satu periode produksi sebesar Rp. 14.237.084.575. d) Tingkat Kelayakan Investasi

1) NPV

Discount rate yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 persen. Hasil perhitungan terhadap aliran kas bersih selama 21 tahun diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 9.727.940.879. Nilai NPV yang positif menunjukkan bahwa pembibitan ayam broiler layak atau menguntungkan.

2) Net B/C

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Net B/C 2,69 yang berarti setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah akan diperoleh tambahan manfaat sebesar 2,69 kali lipat. Net B/C lebih besar dari satu menunjukkan pembibitan ayam broiler layak untuk diusahakan.

3) IRR

Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh nilai IRR sebesar 48,95 persen. Nilai IRR lebih besar dari pada tingkat suku bunga (20%), maka pembibitan ayam broiler layak untuk diusahakan.

e) Payback Periods (PP)

Perhitungan PP dilakukan dengan cara menghitung net benefit kumulatif. Berdasarkan hasil perhitungan, jangka waktu pengembalian modal yang diinvestasikan yaitu 2 tahun 4 bulan.

(11)

11

f) Sensitivity Analysis

Dalam kegiatan pembibitan ayam broiler, semua biaya yang dikeluarkan dan benefit yang diperoleh tiap tahun semuanya akan diperkirakan berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan sebelumnya atau yang sudah ada.

Dengan demikian mungkin saja terjadi kekeliruan atau ketidaktepatan perkiraan, maka dari itu diperlukan adanya Sensitivity Analysis. Asumsi dan skenario yang digunakan dalam kegiatan pembibitan dan penetasan ayam broiler adalah :

1) Biaya operasional yaitu pakan naik 20 dan 50 persen dari perkiraan semula, sedangkan biaya lain tetap.

2)

Harga produk (DOC Final Stock) turun 20, 25 dan 30 persen dari perkiraan

semula, sedangkan biaya lain tetap.

Hasil NPV, Net B/C, IRR dan PP pada Sensitivity Analysis Terhadap Kenaikan Biaya Pakan Indikator Aktual Harga Pakan Naik 20 % Harga Pakan Naik 50 % NPV DF 20% (Rp) 9.727.940.879 5.660.204.929 (691.396.842)

Net B/C 2,69 1,99 0,92

IRR (%) 48,95 38,18 18,67

PP 2 tahun 4 bulan 2 tahun 7 bulan 5 tahun 5 bulan Sumber : Data Primer Diolah, 2014

Hasil NPV, Net B/C, IRR dan PP pada Sensitivity Analysis Terhadap Penurunan Harga DOC FS

Indikator Harga DOC Turun 20% Harga DOC Turun 25% Harga DOC Turun 30% NPV DF 20% (Rp) 2.694.011.358 908.668.992 (906.948.198)

Net B/C 1,42 1,13 0,88

IRR (%) 28,66 23 18

PP 2 tahun 10 bulan 5 tahun 1 bulan 5 tahun 6 bulan Sumber : Data Primer Diolah, 2014

g) Break Even Point (BEP)

Hasil Perhitungan Break Even Point (BEP)

No. Uraian Per Siklus

(sebelum pajak)

Per Siklus (setelah pajak) A PENDAPATAN USAHA

1 Jumlah Panen (ekor) 2.424.747 2.424.747 2 Harga jual per ekor 5.000 5.000 3 Penjualan 12.123.735.000 12.123.735.000 B BIAYA TETAP 971.824.100 971.824.100 BIAYA VARIABEL 7.842.399.635 8.270.826.796 BREAK EVEN POINT (BEP) (Rupiah) 2.751.977.327 3.057.985.613

BEP Ekor 550.395 611.597

Sumber : Data Primer Diolah, 2014

Pada perhitungan sebelum pajak, jumlah penjualan DOC minimal 550.395 ekor per sekali produksi, jumlah rupiah dari hasil penjualan atau jumlah penerimaan perusahaan TMP minimal Rp 2.751.977.327 per sekali produksi dan jika kurang maka perusahaan akan

(12)

12

mengalami kerugian. Sedangkan hasil perhitungan setelah pajak menunjukkan bahwa penjualan DOC minimal 611.597 dan jumlah penerimaan minimal Rp 3.057.985.613.

P

ENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut :

1. Tahapan kegiatan pemibitan yaitu brooding, growing dan laying. Tahapan kegiatan penetasan yaitu penerimaan telur, sortasi, cooling room, pre warming, setter, candling, transfer, hatcher dan full chick. Persentase daya tetas telur dan DOC yang layak dijual (salable chick) masih dibawah standar SOP perusahaan.

2. Hasil perhitungan analisis finansial pada kegiatan usaha pembibitan ayam broiler ini menunjukkan bahwa :

a. Kegiatan usaha layak untuk diusahakan/dijalankan.

b. Modal yang diinvestasikan dapat dikembalikan dalam jangka waktu 2 tahun 4 bulan.

c. Penurunan harga jual DOC lebih sensitif terhadap tingkat kelayakan usaha pembibitan ayam broiler daripada kenaikan biaya pakan.

d. Break Even Point (BEP) volume produksi dan penerimaan pada kegiatan pembibitan broiler sebelum pajak yaitu 550.395 ekor DOC dan Rp 2.751.977.327, setelah pajak yaitu 611.597 ekor DOC dan Rp 3.057.985.613.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Besarnya persentase daya tetas telur, dipengaruhi oleh kualitas telur tetas, sedangkan kualitas telur tetas dipengaruhi oleh kualitas dari Parent Stock itu sendiri. Maka dari itu sebaiknya perlakuan terhadap Parent Stock harus lebih baik dan ditingkatkan lagi. Terutama dalam hal sanitasi, baik kebersihan kandang ataupun kebersihan dari para pegawai. Perlengkapan kandang juga harus diperhatikan, bisa dengan menambah penutup di bagian sisi kandang, untuk mengantisipasi udara dingin pada malam hari. 2. Untuk lebih memaksimalkan penerimaan, sebaiknya jumlah DOC Parent Stock yang ada

ditambah agar mesin tetas bisa dimanfaatkan penuh. Pembibitan DOC jangan dilakukan bersamaan, apabila DOC pada kandang pertama mulai bertelur peternak membeli DOC yang baru, agar pada saat kandang pertama afkir, DOC yang kandang 2 mulai bertelur

(13)

13

sehingga tidak ada kekosongan telur untuk ditetaskan. Lokasi kedua kandang harus berbeda, untuk menghindari adanya resiko penyebaran penyakit. Penyebaran penyakit sangat rentan terjadi akibat pemeliharaan ayam dengan umur yang berbeda. Saat ini, pada bulan pertama sampai bulan ke enam, mesin tetas tidak dimanfaatkam tetapi disewakan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Choliq, Rivai Wirasasmita, Sumarna Hasan. 1999. Evaluasi Proyek. Pionir Jaya. Bandung.

Ahmad Said. 2006. Membuat dan Mengelola Mesin Tetas. Dharma Utama Publishing. Jakarta. B. Sarwono. 1991. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Bambang Suharno. 2012. Agribisnis Ayam Ras. Penebar Swadaya. Jakarta.

Broto Wibiwi, T. Sartika. 2010. Analisa Kelayakan Usaha Pembibitan Ayam Kampung (Lokal) Penghasil Day Old Chick (DOC) di Tingkat Petani (Studi Kasus Kelompok Peternak Ayam Buras “ BAROKAH “ di Ciamis). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak. Bogor. 3 - 4 Agustus : 714 – 723.

Danang Sunyuto. 2013. Analisis Laporan Keuangan untuk Bisnis (Teori dan kasus). CAPS. Yogyakarta.

Dani Prasetya. 2011. Industri Pengembangbiakan Ayam Didominasi Pemain Besar.

http://industri.kontan.co.id/news/industri-pengembangbiakan-ayam-didominasi-pemain-besar. [ 𝑑𝑖𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠 20 𝑀𝑒𝑖 2014 ]

F. Rahardi, Rudi Hartono. 2003. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ferry Tamalluddin. 2012. Ayam Broiler, 22 Hari Panen Lebih Untung. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ken Suratiyah. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ropik Hidayat. 2010. Breeding Farm Parents Stock Ayam Pedaging.

http://prakerinbreeding.blogspot.com/. [ 𝑑𝑖𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠 21 𝑀𝑒𝑖 2014 ]

Tim Karya Tani Mandiri. 2009. Pedoman Budidaya Ayam Broiler. Nuansa Aulia. Bandung. Utary Evy Cahyani. 2010. Analisis Rantai Nilai dan Keunggulan Kompetitif Ayam Ras

Pedaging di kabupaten Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Witono Hidayat Yuliadi. 2014. Sukses Ternak Ayam Tanpa Modal. Padi. Jakarta

Zainal Abidin. 2002. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Pedaging. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian adalah menghasilkan produk bioetanol dari nira sawit yang berasal dari pohon sawit yang sudah tidak produktif dan ditebang dengan optimalisasi proses

Menurut Edhy Sutanta (2003 : 9-10) Informasi merupakan hasil pengolahan data sehingga menjadi bentuk yang penting bagi penerimanya dan mempunyai kegunaan sebagai

Titik-titik tersebut memiliki tingkat kebisingan yang tinggi karena untuk titik 2, 3, dan 4 berada di pinggir jalan dan di tandai dengan kontur berwarna merah, dan titik 6 dan 9

Penerapan pembelajaran integrasi sangat di dukung dari yayasan dengan adanya pembinaan guru di bawah naungan Yayasan Muhammad Yaqub, Membelikan buku yang selanjutnya

Intensitas Pengurasan tangki septik yang dilakukan yaitu 46% tidak pernah melakukan pengurasan, 4% melakukan pengurasan lebih dari 6 tahun, 15% melakukan pengurasan 4-6 tahun,

Ba k Fractal juga menjadi merek segala macam produk yang dihasilkan oleh Piksel Indonesia dengan menggunakan piran lunak kami, jBa k.. Dalam bidang teknologi, Piksel Indonesia

[9] Setelah itu, peneliti menggunakan analisis SWOT untuk mengembangkan strategi UMKM di sentra industri rajut Binong Jati dalam menghadapi ASEAN Econommic Community

Sehubungan dengan kegiatan E-Lelang Umum Dengan Pasca Kualifikasi Pengadaan Jasa Sewa Kendaraan Dinas Operasional Cabang Jakarta Tangerang Tahun 2017, bersama ini Kami