• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Berbagai Tingkat DMF (Dimethylformamide)...Nevaya Erlandani S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Penambahan Berbagai Tingkat DMF (Dimethylformamide)...Nevaya Erlandani S"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Penambahan Berbagai Tingkat DMF (Dimethylformamide) Sebagai

Agen Krioprotektan terhadap Keutuhan Membran Plasma dan Recovery Rate

Semen Beku Domba Lokal

Effect of DMF (Dimethylformamide) Addition On The Membrane Sperm

Integrities and Recovery Rate of Native Ram Frozen Semen

*Nevaya Erlandani Suherlan**Soeparna**Kundrat Hidajat

Universitas Padjadjaran

*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

E-mail : nevayaerlandani15@gmail.com

Abstrak

Penelitian mengenai pengaruh penambahan berbagai tingkat DMF sebagai agen krioprotektan terhadap keutuhan membran plasma dan recovery rate semen beku domba Lokal telah dilaksanakan di Laboratorium Reproduksi Ternak dan Inseminasi Buatan, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan DMF (dimethylformamide) dan mengetahui tingkat penambahan krioprotektan DMF yang paling baik terhadap keutuhan membran plasma dan recovery rate semen beku domba Lokal. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan penambahan agen krioprotektan yaitu Gliserol 5%, DMF 3%, DMF 5% dan DMF7%. Setiap perlakuan diulang lima kali. Uji lanjut untuk melihat perbedaan pengaruh antar perlakuan adalah Uji Duncan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan agen krioprotektan nyata (P < 0,05) berpengaruh terhadap keutuhan membran plasma spermatozoa dan recovery rate semen beku domba Lokal; dan tingkat penambahan agen krioprotektan DMF sebesar 5 % menghasilkan pencapaian persentase membran plasma dan recovery rate semen beku domba Lokal yang paling baik.

Kata Kunci : Dimethylformamide, Semen beku, Keutuhan membran plasma, Domba Lokal, Recovery rate

Abstract

The study concerning DMF (Dimethylformamide) addition as cryoprotectant agent on sperm’s membrane integrity and recovery rate of Native ram’s frozen semen has been conducted on Animal Reproduction Labolatory of Animal Husbandry Faculty, Padjadjaran University, in Jatinangor, Sumedang, West Java. The aim of this study are to find out the effect and the best level of DMF addition (Dimethyl-formamide) on sperm’s membrane integritity and recovery rate of Native ram’s frozen semen. Completely randomized design and Duncan’s test were use in the experiment. Experiment of this research consist of four treatments of cryoprotect-ant agent addition, i.e. Glycerol 5%, DMF 3%, DMF 5%, and DMF 7%. Each treatment was replicated five times. Result of this research indicated that addition of cryoprotectan agents significantly (P < 0.05) affected sperm’s membrane integrity and recovery rate of Native ram’s frozen semen. The 5% of DMF is the best level to maintain both of sperm’s membrane integrity and recovery rate of Natives ram’s frozen semen.

(2)

PENDAHULUAN

Peningkatan kebutuhan pangan asal ternak akan sejalan dengan peningkatan jumlah

penduduk yang ada di Indonesia. Permintaan konsumen akan kebutuhan protein hewani yang semakin tinggi menuntut para peternak agar menghasilkan ternak-ternak secara kuantitas maupun kualitas. Salah satu komoditi ternak yang saat ini memenuhi kebutuhan protein asal hewani adalah ternak domba. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan untuk memperoleh ternak yang berkualitas yaitu keterbatasan pejantan unggul untuk mengawini ternak betina. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan daya guna pejantan unggul yang terbatas tersebut adalah melalui penerapan teknologi inseminasi buatan menggunakan semen beku. Pembekuan semen dilakukan dalam suhu rendah yaitu pada suhu -196o C. Hal ini bertujuan untuk menekan proses metabolisma dari spermatozoa.

Proses pembekuan akan mengakibatkan meningkatnya tekanan osmosis, terjadi cold shock, pembentukan kristal es ekstra dan intraseluler yang dapat menyebabkan kerusakan membran spermatozoa. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yaitu, menambahkan komponen agen krioprotektan dalam pengencer sebagai pelindung spermatozoa. Berdasarkan bahan aktif yang dikandungnya, krioprotektan digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok alhokol (Etilen Glikol dan Gliserol) dan amida (Methilformamida dan Dimethylformamida) (Arifiantini dan Supriatna, 2007). Dasar pemilihan krioprotektan selain mengandung bahan aktif yang mampu melindungi sel dari kerusakan, krioprotektan harus mempunyai bobot molekul yang kecil agar memudahkan penetrasinya ke dalam sel (Squires, dkk. 2004 dan Alvarenga, 2005 yang dikutip oleh Kostaman dan Setioko, 2011).

Gliserol merupakan agen krioprotektan yang paling banyak digunakan dalam proses pembekuan semen. Saat ini, penggunaan amida sebagai agen krioprotektan dalam pengencer semen sudah mulai digunakan pada semen kambing, kuda, kelinci, itik dan ayam, akan tetapi penggunaan DMF pada sperma domba belum banyak dilakukan. Amida memiliki bobot molekul lebih rendah yang menyebabkan daya penetrasinya lebih baik dibandingkan dengan gliserol . Toksisitas amida yang lebih rendah dari gliserol juga merupakan satu sifat yang menguntungkan (Arientie, dkk. 2013). Salah satu jenis amida yang sering digunakan dalam proses pembekuan semen adalah DMF (Dimethylformamide). DMF memiliki berat molekul 73,10 g/mol dengan berat jenis 0,95 dan mudah larut di dalam air serta sangat stabil (Kostaman dan Setioko, 2011).

(3)

Keberhasilan proses pembekuan semen dapat diukur melalui tingkat pemulihan (recovery rate) yaitu perbandingan motilitas sperma hasil pembekuan dengan motilitas sperma pada semen segar dan tingkat keutuhan membran plasma sperma. Semakin tinggi nilai kedua variable tersebut maka dapat diartikan bahwa proses pembekuan semen berlangsung dengan baik.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan berbagai tingkat DMF terhadap keutuhan membran plasma dan recovery rate semen beku domba Lokal dan mengetahui tingkat penambahan krioprotektan DMF yang menghasilkan keutuhan membran plasma dan recovery rate semen beku domba Lokal paling tinggi.

BAHAN DAN METODE

Ternak percobaan yang digunakan yaitu satu ekor domba Lokal jantan sebagai sumber semen yang ditampung dua kali dalam seminggu. Domba tersebut berumur 24 bulan dengan bobot badan 41,4 Kg yang dipelihara di Breeding Station Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran. Metode penelitian yang digunakan dengan metode eksperimental laboratoris menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan dalam penelitian ini terdiri dari 4(empat) perlakuan yaitu P1= Larutan pengencer Tris-

kuning telur + Gliserol 5%, P2 = Larutan pengencer Tris- kuning telur + DMF 3%, P3 = Larutan

pengencer Tris- kuning telur + DMF 5% dan P4 = Larutan pengencer Tris- kuning telur + DMF 7%.

1. Alat dan Bahan Penelitian

Peralatan yang digunakan adalah satu set vagina buatan, termometer, tabung penampung, mikroskop, hemacytometer, kamar hitung Neubauer, batang pengaduk, pH meter, cover glass, pembakar bunsen, gelas objek, timbangan analitik, spatula, gelas ukur, beaker glass, tabung reaksi, rak tabung, pipet mikro, tip pipet, kertas saring, aluminium foil, lemari pendingin, sterofoam, kawat, selang, corong, penjepit besi, straw, inkubator, tabung reaksi dan rak tabung. Adapun bahan yang digunakan yaitu air hangat dengan suhu 400 C dan 380C, vaseline, larutan NaCl, eosin, Tris, kuning telur, fruktosa, penicillin, strepromycin, Gliserol,

DMF, akuabides dan N2 cair.

2. Persiapan Media Pengencer

Pengencer Tris- kuning telur yang terdiri dari 3,634 gr, asam sitrat 1,99 gr, fruktosa 0,5 gr dilarutkan dengan akuabidest hingga mencapai 100 ml. Kuning telur ditambahkan dalam konsentrasi 20%(v/v). Adapun antibiotika Penicillin dan Streptomycin ditambahkan dengan konsentrasi masing-masing 1000 IU/ml dan 1000 µg dalam setiap ml pengencer. Pengencer dibagi menjadi 2 fraksi yaitu fraksi A dan B. Fraksi A terdiri dari pengencer dan semen, sedangkan fraksi B terdiri dari pengencer dan krioprotektan.

(4)

3. Koleksi dan Evaluasi Semen

Penampungan semen dilakukan menggunakan vagina buatan dan ditampung sebanyak 2 kali dalam seminggu. Evaluasi dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Evaluasi makroskopis meliputi: volume semen, konsistensi, warna dan pemeriksaan pH. Evaluasi secara mikroskopis meliputi: gerakan massa sperma, perhitungan konsentrasi spermatozoa total, motilitas sperma, abnormalitas sperma. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi keutuhan membran plasma dan Recovery rate. Evaluasi MPU dilakukan dengan menggunakan metode Hypoosmotic Swelling Test (HOS test), menggunakan larutan hipoosmotik yang tebuat dari 0,179 gr NaCl yang dilarutkan dalam 100 ml akuabides (Herdis, dkk. 2002). Sebanyak 0,1 ml semen ditambah 9,9 ml HOST, selanjutnya diinkubasi selama 30 menit pada suhu 370C. Preparat ulas tipis dibuat pada gelas objek dan diamati dibawah mikroskop. Sperma dengan ekor membengkak, melingkar dan menggembung memiliki membran plasma yang masih utuh (Rusdin, 1997). Recovery Rate; Dihitung dengan melakukan perbandingan persentase sperma motil pasca thawing dan sperma motil segar (Garner dan Hafez, 2000).

4. Kriopreservasi Semen

Setelah semen dicampurkan kedalam pengencer, dilakukan proses Gliserolisasi yang dilakukan dengan mencampurkan Fraksi B kedalam Fraksi A sebanyak ¼ bagian selama 15 menit sekali. Semen dikemas kedalam straw dengan volume 0,25 ml, lalu ekuilibrasi selama 4 jam dalam lemari pendingin bersuhu 50C. Rancang styrofoam yang di dalamnya terdapat kotak logam pada bagian bawah dan keranjang kawat diatasnya. Nitrogen cair sebanyak 2,5 liter dimasukan dalam kotak logam, lalu straw disimpan pada keranjang kawat dan atur agar tidak bertumpuk. Biarkan gas Nitrogen menguapi straw dengan jarak 5 cm selama 7-8 menit. Straw dimasukan ke dalam Nitrogen cair seluruhnya. Thawing menggunakan air hangat 38o C selama 30 detik. Gunting bagian ujung straw dan lakukan evaluasi.

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kualitas Semen Segar

Berdasarkan hasil evaluasi makroskopik dan mikroskopik, disajikan pada Tabel. 4 di bawah ini : Tabel 1. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Penelitian

Karakteristik Semen Nilai rataan

Volume (ml) 0,88 ± 0,083

Warna Krem

Bau Khas anyir

Konsistensi Kental

pH 6,7 ± 0,19

Gerakan massa +++

Konsentrasi spermatozoa (juta sel /ml) 324 ± 29,63

Motilitas progresif (%) 79,57%± 0,017

Abnormalitas spermatozoa (%) Membran Plasma Utuh (%)

6,05 %± 0,027 81,6% ± 6,06

Volume semen hasil penampungan dalam penelitian ini sesuai dengan standar volume semen domba yang berkisar antara 0,5 – 2 ml/ ejakulat ( Garner dan Hafez, 2000), namun lebih rendah dari volume semen yang dilaporkan Herdis, dkk (2005) pada domba Garut (1,1 ml.) Perbedaan volume hasil penampungan tersebut dapat dipengaruhi oleh perbedaan bangsa/strain ternak, kondisi individu ternak, kualitas pakan yang diberikan, frekuensi dan waktu penampungan.

Warna dan bau yang dihasilkan dari semen domba segar hasil penelitian secara berturut-turut yaitu krem dan berbau anyir. Warna semen domba yang normal yaitu putih krem sampai dengan krem. Konsistensi sperma yang dihasilkan yaitu kental, dengan konsentrasi sperma total yang diperoleh yaitu 324 ± 29,63 x107 spermatozoa/ ml. Konsentrasi sperma yang diperoleh sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan Garner dan Hafez (2000) yang menyatakan bahwa sperma domba berada pada kisaran 200 – 300 x107 spermatozoa/ ml. Feradis (2007) melaporkan bahwa konsentrasi sperma domba ST. Croix yaitu 3785 ± 343,79 juta/ml. Semakin tinggi konsentrasi sperma, maka dosis inseminasi yang dihasilkan akan semakin banyak.

(6)

Rataan pH semen domba dalam penelitian ini adalah 6,7 ± 0,19. Nilai tersebut relatif sama dengan yang diporkan Feradis (2007) yaitu 6,8. Secara umum Toilehere (1993) mengemukakan bahwa pH semen domba berada pada kisaran 6,2 – 7. Peningkatan aktivitas metabolisme sperma akan meningkatkan asam laktat, sehingga pH semen akan rendah. Rataan gerakan massa yang diperoleh yaitu +++, yang ditunjukan dengan gelombang hitam besar dan pergerakan sperma yang cepat. Semen yang baik dan memenuhi syarat untuk diproses menjadi semen cair atau semen beku adalah yang memiliki nilai gerakan massa ++ atau +++ (Toelihere, 1993; Herdis, 2012).

Rata- rata motilitas sperma segar yang dihasilkan yaitu 79,57% ± 0,017 Presentase ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil Herdis (2005) yaitu sebesar 74,17 ± 2,24. Menurut Garner dan Hafez (2000) sperma domba memiliki rentang motilitas 60% - 80%. Rataan abnormalitas semen segar dalam penelitian ini yaitu 6,05 % ± 0,027. Hasil ini lebih rendah bila dibandingkan dengan laporan Feradis (2007) bahwa sperma domba ST. Croix memiliki abnormalitas 8,33 %. Menurut Garner dan Hafez (2000) abnormalitas sperma domba berada pada kisaran 5-20 %.

Keutuhan membran plasma dalam semen segar dalam penelitian ini mencapai 81,6% ± 6,06. Nilai tersebut sedikit lebih rendah dari yang dikemukakan Herdis, dkk (2005) yang menemukan keutuhan membran plasma sperma domba segar sebesar 85,00 % ± 1,00. Berdasarkan hasil evaluasi secara makroskopis dan mikroskopis, semen hasil penampungan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan penelitian atau dioleh lebih lanjut sebagai semen beku (Evans dan Maxwell, 1987; Toelihere, 1993; Garner dan Hafez, 2000; Rizal, dkk. 2002).

2. Pengaruh Krioprotektan DMF Terhadap Keutuhan Membran Plasma Sperma Domba

Berdasarkan hasil Analisis Sidik Ragam, tingkat penambahan DMF nyata (P < 0,05) berpengaruh terhadap keutuhan membran plasma semen domba Lokal. Gliserol 5 % menghasilkan keutuhan membran plasma sperma domba Lokal yang nyata (P < 0,05) lebih baik dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh krioprotektan DMF. Gliserol telah terbukti pada beberapa hasil penelitian memberikan perlindungan yang baik terhadap kualitas spermatozoa pasca thawing. Penelitian Herdiawan (2004) menunjukan persentase MPU yang lebih tinggi, yaitu 47,46%; sedangkan Herdis dkk. (2005) melaporkan keutuhan membran plasma pasca thawing semen beku domba yaitu 58,17 %. Penelitian sebelumnya pun memperlihatkan bahwa gliserol mampu menghasilkan tingkat keutuhan membran plasma sperma sebesar 43,17% (Rizal, dkk. 2002).

(7)

Data hasil penelitian mengenai pengaruh penambahan berbagai tingkat DMF (Dimethylformamide) sebagai agen krioprotektan terhadap keutuhan membran plasma semen beku domba Lokal disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2. Keutuhan Membran Plasma Semen Beku domba Lokal pada Berbagai Tingkat Kandungan Dimethylformamide Perlakuan (%) Ulangan Gliserol 5% DMF 3% DMF 5% DMF 7% ...%... 1 43,92 13,76 20,57 18,00 2 35,23 15,68 23,22 22,68 3 43,47 13,29 22,19 21,87 4 40,60 17,09 25,00 22,90 5 38,43 11,39 23,29 17,69 Total 201,65 71,21 114,27 103,14 Rata- rata 40,33a) 14,24c) 22,85b) 20,62 b)

Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada baris Rata-rata menunjukan perbedaan yang nyata (P < 0,05).

Gliserol dan DMF termasuk dalam golongan krioprotektan intraseluler yang bekerja menembus ke dalam sel dan memiliki kemampuan menggantikan sebagian air yang hilang saat proses pembekuan. Melalui sifat kerja kedua jenis krioprotektan tersebut, peningkatan konsentrasi elektrolit, pembentukan kristal es dan perubahan tekanan osmotik yang terjadi selama proses pembekuan semen dapat ditanggulangi (Toelihere, 1993). Selain itu, menurut Rizal, dkk (2002), gliserol mampu menurunkan titik beku larutan, sehingga memberikan kesempatan pada sel untuk mengeluarkan air serta mampu mengubah secara fisik kristal es yang terbentuk menjadi lebih lembut.

Penggunaan DMF pada konsentrasi 5% dan 7 % memberikan hasil yang nyata (P < 0,05) lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi DMF 3%. Hal itu menunjukan bahwa kadar DMF 3 % belum cukup efektif untuk memelihara keutuhan membran plasma sperma; dan kadar DMF 7 % sudah mulai menunjukan kecenderungan negatif. Konsentrasi DMF di atas 5 % tampaknya sudah mulai memunculkan efek toksiknya terhadap spermatozoa domba Lokal. Efektivitas agen krioprotektan dalam melindungi spermatozoa dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasinya. Krioprotektan memang dibutuhkan

(8)

untuk melindungi spermatozoa, tetapi pada konsentrasi tertentu dapat bersifat toksik (Soeparna dan Arifiantini, 2013).

Ketika melalui proses pembekuan, terjadi pengeluaran air secara besar-besaran didalam sel sehingga mengakibatkan peningkatan konsentrasi elektrolit yang dapat mengakibatkan kerusakan membran sel. Membran sperma terdiri atas molekul lemak, terutama fosfolipid yang tersusun ganda dengan protein (Soeparna dan Arifiantini, 2013). Kurangnya daya protektif DMF melindungi sperma dari proses pembekuan karema DMF termasuk dalam krioprotektan yang memiliki sifat hidrofobi (hipofili) (Best, 1999 dalam Wati, 2001), sehingga senyawa ini memiliki kecenderungan bereaksi dengan lipid dan mempengaruhi ikatan lipid-lipid ataupun lipid-protein sehingga mengubah bangun atau konfigurasi dinding sel (Park dan Graham, 1992 dalam Wati, 2001).

3. Pengaruh Krioprotektan DMF Terhadap Recovery Rate dalam Kriopreservasi Semen Domba

Berdasarkan hasil analisis ragam, tingkat penambahan DMF memberikan pengaruh nyata terhadap Recovery rate semen beku domba Lokal. Gliserol 5 % menghasilkan recovery rate domba Lokal yang nyata (P < 0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh krioprotektan DMF. Data hasil penelitian mengenai pengaruh penambahan berbagai tingkat DMF (Dimethylformamide) terhadap recovery rate semen beku domba Lokal dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Recovery Rate Semen Beku Domba Lokal pada Berbagai Tingkat Kandungan Dimethylformamide Ulangan Perlakuan Gliserol 5% DMF 3% DMF 5% DMF 7% ...%... 1 50,70 15,99 25,14 24,08 2 60,63 18,14 31,89 29,33 3 54,74 11,76 27,37 25,50 4 51,47 10,07 32,72 27,68 5 48.24 11,75 28,95 24,72 Total 265,78 67,71 146.07 13,.31 Rata-rata 53,16a) 13,54c) 29.21b) 26,26 b)

Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada baris Rata-rata menunjukan perbedaan yang nyata (P < 0,05).

(9)

Adapun penggunaan DMF 5 % dan DMF 7 % tidak menunjukan perbedaan secara statistik, tetapi keduanya nyata (P < 0,05) lebih baik dibandingkan dengan hasil penggunaan DMF 3 %. Recovery rate berfungsi untuk menilai kemampuan spermatozoa yang pulih kembali setelah melalui proses pembekuan. Selain itu, recovery rate menunjukan efisiensi dari proses pembekuan yang dilakukan. Semakin tinggi nilai recovery rate, maka proses pembekuan yang dilakukan semakin baik.

Tingginya nilai Recovery Rate hasil proses pembekuan yang menggunakan krioprotektan Gliserol menandakan bahwa proses pembekuan semen domba dengan krioprotektan Gliserol berhasil dengan baik. Hasil penelitian Herdiawan (2004), menunjukan nilai Recovery Rate yang lebih tinggi yaitu 54,84%. Tingginya nilai Recovery Rate menandakan jumlah spermatozoa pasca thawing yang motil juga tinggi. Hal ini berkaitan dengan tingginya tingkat keutuhan membran plasma spermatozoa yang mendukung proses metabolisme untuk menghasilkan pergerakan spermatozoa berjalan dengan baik.

DMF 3% memberikan hasil yang paling rendah (13,54%) dari seluruh perlakuan. Recovery Rate yang rendah diakibatkan motilitas pasca thawing yang dihasilkan rendah pula. Hal ini menandakan proses pembekuan semen domba dengan menggunakan DMF 3% tidak dianjurkan. Rusaknya membran sel spermatozoa akibat perubahan sturuktur membran sel diduga menjadi penyebab rendahnya motilitas selain itu konsentrasi krioprotektan terlalu sedikit sehingga tidak mampu melindungi spermatozoa dari pembentukan kristal es dan perubahan tekanan osmotik akibat pembekuan.

DMF 5% memberikan nilai Recovery Rate yang paling baik yaitu 29,21% bila dibandingkan dengan DMF 3% (12,54%) dan tidak berbeda jauh dengan DMF 7% ( 26,26%). Perlindungan krioprotektan DMF dengan konsentrasi 5% paling optimal untuk mencegah kerusakan membran plasma diantara konsentrasi DMF lainnya, tetapi tetap tidak lebih baik bila dibandingkan dengan Gliserol. Berbeda dengan hasil penelitian Arifiantini dan Supriatna (2007), pembekuan semen kuda menggunakan DMF 5% menghasilkan nilai Recovery Rate sebesar 39,3%. Begitu pula dengan hasil yang ditunjukkan oleh proses pembekuan semen ayam yang dilaporkan Sopiyana, dkk (2006), konsentrasi DMF 5% memberikan Recovery Rate lebih tinggi yaitu sebesar 42,87%. Hal ini menunjukan adanya perbedaan respon sperma terhadap krioprotektan DMF berdasarkan jenis ternak.

(10)

Faktor utama yang berperan dalam motilitas sperma adalah adenosin tri-phospat (ATP). Oleh karena itu, sperma harus mampu menghasilkan ATP dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi. Aspartat aminotransferase (AspAT) merupakan enzim utama yang terdapat pada bagian tengah ekor sperma, tepatnya di bagian selubung mitokondria (Bearden, dkk 2004; Nelild 2005; Soeparna dan Arifiantini 2013). Keutuhan membran plasma berhubungan dengan motilitas spermatozoa. Sumber pemberi energi untuk menghasilkan pergerakan sperma berasal dari bagian tengah ekor sperma. Proses ini berlangsung dalam helix mitokondria. Bagian ini kaya akan phospholipid, lechitin dan plasmalogen (Toilehere, 1979). Kerusakan membran pada bagian tengah akan menyebabkan terlepasnya enzim Aspartat aminotransferase ke dalam plasma semen sehingga produksi ATP akan terhenti dan akan menyebabkan sperma tidak dapat bergerak (Colenbrander, dkk., 1992; Soeparna dan Arifiantini 2013).

SIMPULAN

1. Penambahan berbagai tingkat Dimethylformamide (DMF) berpengaruh terhadap keutuhan membran plasma dan recovery rate semen beku domba Lokal.

2. Penambahan DMF 5% menghasilkan keutuhan membran plasma dan recovery rate semen beku domba Lokal yang paling tinggi.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan banya terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Soeparna, MS. sebagai Pembimbing Utama dan kepada Ir. Kundrat Hidajat, M.Sc. sebagai Pembimbing Anggota yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing serta memberikan arahan, masukan, motivasi yang sangat bermanfaat untuk penulis selama pelaksanaan penelitian. Tidak lupa, kepada Dr. Nurcholidah Solihati, S.Pt., M.Si., Drh. Dwi Cipto Budinuryanto, MS. dan Dr. Nena Hilmia, S.Pt., M.Si yang telah memberikan masukan dan perbaikan dalam penulisan. Saya ucapkan terimakasih juga kepada rekan penelitian Dini Nurmariah E.P, Labib Abdillah, Tian Rahmat S atas kerjasamanya selama penelitian.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Arientie ,O.S, T.L Yusuf, D. Sajuthi dan R.I Arifiantini. 2013. Pengaruh Krioprotektan Gliserol dan Dimethilformamida dalam Pembekuan Semen Kambing Peranakan Etawah Menggunakan Pengencer Tris Modifikasi. JITV.Vol 18. No4: 2, 8

Arifiantini, R.I. dan I. Supriatna. 2007. Kriopreservasi Semen Kuda Menggunakan Berbagai Krioprotektan pada Pengencer Susu Skim. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner Vol 12.No 2 : 2, 5

Evans, G., dan W.M.C. Maxwell, 1987. Salamon’s Artificial Insemination of Sheeps and Goat’s. Butterworth. London

Feradis, 2007. Karakteristik Sifat Fisik Semen Domba ST. Croix. Jurnal Peternakan Vol 4. No 1:3 Garner, D. L., E. dan S. E. Hafez. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. In: Reproduction in

Farm Animals. 7th Ed B Hafez/ESE Hafez Lippincott Williams & Wilkins. USA.

Herdiawan, I. 2004. Pengaruh Laju Penurunan Suhu dan Jenis Pengencer terhadap Kualitas Semen Beku Domba Priangan. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner Vol 9. No 2 : 2

Herdis, I. Kusuma., M. Surachman., M Riza., I.K Sutama., I. Inounu., B Purwantara., dan I Arifiantini. 2002. Peningkatan Kualitas Semen Beku Domba Garut Melalui Penambahan α- Tokoferol ke Dalam Pengencer Susu- Skim Kuning Telur. JITV Vol 7. No 1. : 3

Herdis, M.R Toilehere, I. Supriatna, B Purwantara., dan RTS Adikara. 2005. Optimalisasi Waktu Ekuilibrasi dan Metode Pencairan Kembali pada Proses Pembekuan Semen Domba Garut(Ovis Aries). Animal Production. Vol 7. No 2. 81-88

______________________________________________________. 2005. Optimalisasi Kualitas Semen Domba Garut (Ovis aries) melalui Penambahan Maltosa ke dalam Pengencer Semen Tris Kuning Telur. Media Kedokteran Hewan. Vol.21.No.2.

Herdis, M. Rizal, A. Boediono, R.I. Arifiantini, T. Saili, A.S. Aku. dan Yulnawati. 2005. Optimasi Kualitas Semen Beku Domba Garut melalui Penambahan Trehalosa ke dalam Pengencer Kuning Telur. J.Indon.Trop.Anim.Agric. 30(4) ; 5

Herdis, 2012. Pengaruh Waktu Penampungan Semen Terhadap Gerakan Massa Spermatozoa dan Tingkah Laku Kopulasi Pejantan Domba Garut. Jurnal Sains dan teknologi Indonesia Vol.14 No.1. Hal 38-43.

Kostaman, T. dan A.R. Setioko. 2011. Perkembangan Penelitian Teknik Kriopreservasi untuk Penyimpanan Semen Unggas. Wartazoa. Vol 21. No3: 3

Rizal, M., M.R. Toelihere, T.L. Yusuf, B. Purwantara , dan P. Situmorang. 2002. Kualitas Semen Beku Domba Garut dalam Berbagai Konsentrasi Gliserol. JITV. Vol7.No.3: 4-6

Rusdin. 1997. Pengaruh Macam Pengencer dan Lama Pembekuan terhadap Kualitas Spermatozoa Domba. Thesis. Universitas Padjadjaran. Bandung.

(12)

Soeparna dan R. I. Arifiantini. 2013. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Kuda. IPB Press. Bogor.

Sopiyana, S., S. Iskandar , T. Susanti, dan D. Yogaswara ., 2006. Pengaruh Krioprotektan DMA, DMF dan Glycerol Pada Proses Pembekuan Semen Ayam Kampung. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner : 6

Toelihere, M.R. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Cetakan ke sepuluh. Angkasa. Bandung ____________.1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa. Bandung

Wati. S. 2001. Efektifitas Dimethylformamide (DMF) Sebagai Krioprotektan Untuk Kriopreservasi Ookista Eimeria tenella yang Disimpan dalam Nitrogen Cair Bersuhu -1960C. Institut Pertanian Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam finansial dan ekonomi, divestasi (divestiture) adalah pengurangan beberapa jenis aset baik dalam bentuk finansial atau barang, dapat pula disebut penjualan

Loyalitas dapat diartikan sebagai suatu komitmen yang mendalam untuk melakukan pembelian ulang produk atau jasa yang menjadi preferensinya secara konsisten pada masa

Penelitian kuantitatif dipilih di dalam penelitian ini karena sampel yang digunakan adalah sampel dari populasi auditor yang bekerja di KAP yang terdaftar di BPK RI

Perancangan Apartemen Mid- Rise Pekunden ini diharapkan mampu menyelesaikan persoalan hunian yang kurang layak huni, mampu menambah jumlah hunian untuk melayani permintaan banyak

Dari data biaya pengadaan dan penyimpanan, serta dari data jumlah produksi dan penyaluran cangkang kelapa sawit yang terhitung dari September 2013 sampai dengan

Intervensi keperawatan yang disusun adalah dengan manajemen energi dimana dalam NIC : Energy management : Energy Management : kaji aktivitas pasien sehari- hari,

Data primer meliputi karakteristik sampel (umur, jenis kelamin, dan riwayat kesehatan), konsumsi pangan, penyelenggaraan makanan, status gizi, kandungan zat gizi setiap menu. Data

Model Manajemen Strategik Lingkungan Scanning Lingkungan Sosial Lingkungan Industri Eksternal Struktur Wewenang Budaya Sumber Daya Kompetensi Asset, dll Internal Implementasi