PROFIL KESEHATAN PROVINSI PAPUA
TAHUN 2013
DINAS KESEHATAN PROVINSI PAPUA
2014
Jln. Raya Abepura – Kotaraja Telp. (0967) 581240, 581558, Fax, (0967) – 581065,
J A Y A P U R A KODE POS 99225
E-mail : [email protected] / [email protected]
TIM PENYUSUN
Pengarah
drg. Aloisius Giyai, M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua
Ketua
dr. Silwanus A.Sumule, SpOG(K) Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Papua
Editor
dr. Aaron Rumainum drg. Agnes Ang
Dra. Selly, Apt
Pata Tandirerung, SKM,M.Si
Anggota
I Kadek Hermanta, SKM. M.Si; Drs. Benny Erari; Saryono, SKM; Orgenes Tabisu, SKM; Artha B.A.Panggabean, SKM; Irwan,AMG; Bagus; Paskalis Howai, SKM;
Hasniati; Ani Wahyuni; Selly Kaya
Kontributor
Bidang Bina Pelayanan Kesehatan; Bidang Bina PP & PL; Bidang Bina Ketenagaan; Bidang Bina Jamsarkes; Sub.Bagian Keuangan; Instalasi Farmasi;
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur patut kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa oleh karena berkat Rahmat dan Anugerah-Nya sehingga penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 dapat diselesaikan
Profil Kesehatan Provinsi Papua sebagai sarana untuk menggambarkan situasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, pencapaian indikator pembangunan kesehatan di Kabupaten/Kota secara spesifik, dan sumber daya kesehatan di Provinsi Papua. Oleh karena itu, Profil Kesehatan dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi pembangunan kesehatan di kabupaten/kota di Provinsi Papua dari tahun ke tahun.
Profil ini telah diupayakan untuk memberikan gambaran tentang kesehatan yang menjadi tanggungjawab Dinas Kesehatan sebagai instansi pelayanan publik sektor kesehatan, namun disadari bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam menyajikannya. Untuk itu, saran dan masukan untuk menyempurnakan profil ini tetap kami harapkan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan perlu disampaikan kepada :
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang telah menyampaikan bahan berupa Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 2013.
2. Seluruh pejabat dan staf di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Papua yang telah mendukung dan melaksanakan tugas-tugas pembangunan di sektor kesehatan
3. Tim Penyusun Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 yang telah bekerja sehingga dapat tersusun profil ini.
4. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam menyelesaikan profil ini.
Harapan kami semoga profil ini bermanfaat bagi pembangunan kesehatan dii Provinsi Papua dan pihak lain yang membutuhkannya.
Jayapura, Oktober 2014 Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Papua
drg. ALOISIUS GIYAI, M.Kes
iii
D A F T A R I S I
Halaman
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel V
Daftar Gambar Vi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penyusunan Profil 1
C. Sistematika Penulisan Profil 2
BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 3
A. Keadaan Geografis 3
B. Iklim 4
C. Pemerintahan 4
D. Kependudukan 4
E. Pendidikan 5
F. Perhubungan dan Transportasi 5
G. Ekonomi 6
H. Keadaan Lingkungan 6
I. Keadaan Perilaku Masyarakat 13
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 18
A. Mortalitas 18
B. Morbiditas 21
C. Status Gizi 36
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 42
A. Pelayanan Kesehatan Dasar 42
B. Pelayanan Kesehatan Rujukan 51
iv Halaman
D. Perbaikan Gizi Masyarakat 63
E. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar 65
BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN 67
A. Sarana Kesehatan 67
B. Tenaga Kesehatan 71
C. Pembiayaan Kesehatan 72
BAB VI PENUTUP 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1 Resume Profil Kesehatan Tahun 2013
v
D A F T A R T A B E L
Halaman
Tabel 2.1 Proporsi Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Sumber Air Minum menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
7
Tabel 2.2 Proporsi Rumah Tangga Berdasarkan Penggunaan
Fasilitas Tempat Pembuangan Air Besar menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
8
Tabel 2.3 Proporsi Rumah Tangga Berdasarkan JenisTempat Pembuangan Air Besar menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
9
Tabel 2.4 Proporsi Rumah Tangga Yang Memiliki Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi menurut Kabupaten /Kota di Provinsi Papua
10
Tabel 2.5 Proporsi Rumah Tangga Berdasarkan Cara Pengelolaan Sampah menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013
11
Tabel 2.6 Proporsi Rumah Tangga Berdasarkan Kepadatan Hunian
menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
12
Tabel 2.7 Proporsi Rumah Tangga dalam Perilaku Pencegahan Gigitan Nyamuk menurut Kabupaten di Provinsi Papua
13
Tabel 2.8 Proporsi Rumah Tangga dalam Perilaku Menguras Bak Mandi menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
14
Tabel 2.9 Persentase Penduduk Sepuluh Tahun ke Atas Yang Berperilaku Banar Menyikat Gigi menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013
15
Tabel 2.10 Persentase Penduduk Sepuluh Tahun ke Atas menurut Kebiasaan Merokok dan Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013
16
Tabel 2.11 Persentase Rumah Tangga yang memenuhi Kriteria Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013
16
Tabel 3.1 Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup Provinsi Papua Tahun 2002 , 2007 dan 2012
18
Tabel 3.2 Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000 Kelahiran Hidup Provinsi Papua dan Nasional
19
Tabel 3.3 Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup Provinsi Papua dan Nasional
20
Tabel 3.4 Incidence dan Prevalence Malara Menurut Kabupaten di Provinsi Papua
22
Tabel 3.5 Penemuan Penderita Filariasis di Provinsi Papua Tahun
vi
Halaman
Tabel 3.6 Insidence dan Periode Prevalence Diare Menurut
Kabupaten/Kota Di provinsi Papua
25
Tabel 3.7 Insidence Diare Balita dan Insidence Pneumonia Balita menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
26
Tabel 3.8 Period Prevalensi ISPA, Insiden dan Period Prevalensi Pneumonia menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
29
Tabel 3.9 Prevalense Penyakit Asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), Kankes menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
30
Tabel 3.10 Angka Penemua Kasus Baru (NCDR) Kusta per 100.000 Penduduk di Provinsi Papua dan Nasional
31
Tabel 3.11 Angka Cacat Tingkat 2 Kusta Per 100.000 Penduduk di Provinsi Papua dan Nasional
31
Tabel 3.12 Prevalensi Diabetes, Hipertiroid pada Umur ≥ 15 Tahun dan Hipertensi Pada Umur ≥ 18 Tahun menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
32
Tabel 3.13 Prevalensi Jantung Koroner, Gagal Jantung, Stroke menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
33
Tabel 3.14 Prevalensi Penyakit Gagal Ginjal Kronis, Penyakit Batu Ginjal, Penyakit Sendi menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
34
Tabel 3.15 Prevalensi Penduduk yang Bermasalah Gigi dan Mulut dalam 12 Bulan terakhir sesuai Effective Medical Demand menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
35
Tabel 3.16 Prevalensi Status Gizi Balita(BB/U) menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
36
Tabel 3.17 Prevalensi Status Gzi Balita (TB/U) menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
37
Tabel 3.18 Prevalensi Status Gizi Balita (BB/TB) menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
38
Tabel 3.19 Prevalensi Rumah Tangga Yang Mengkonsumsi Garam
Beryodium Berdasarkan Tes Cepat menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
40
Tabel 3.20 Persentase Anak Umur 6 – 59 Bulan Yang menerima Kapsul Vitamin A Selama Enam Bulan Terakhir menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
41
Tabel 4.1 Cakupan Pelayanan Antenatal K1 dan K4 di Provinsi
Papua Tahun 2010 – 2013 44
Tabel 4.2 Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan di Provinsi Papua
vii
Halaman
Tabel 4.3 Cakupan Kunjungan Neonatus (KN 1 dan KN Lengkap di Provinsi Papua Tahun 2010-2013
48
Tabel 4.4 Cakupan Pelayanan KB Aktif di Provinsi Papua Tahun 2010-2013
49
Tabel 4.5 Cakupan Desa Universal Child Immunization (UCI) di Provinsi Papua dan Nasional Tahun 2010 - 2013
50
Tabel 4.6 10 (Sepuluh) Besar Penyakit Rawat Jalan dan Rawat Inap Dilayani Melalui Program Jamkespa di Provinsi Papua Tahun 2013
53
Tabel 4.7 Pencapaian Program TB Paru di Provinsi Papua Tahun 2007 - 2013
59
Tabel 4.8 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Anak Balita dan Ibu Nifas di Provinsi Papua Tahun 2010 - 2013
63
Tabel 4.9 Cakupan Pemberian Tablet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil di
Provinsi Papua Tahun 2010 – 2013 64
Tabel 4.10 Cakupan Gizi Pada Balita di Provinsi Papua Tahun 2011 - 2013
64
Tabel 4.11 Cakupan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar di Provinsi Papua Tahun 2011 - 2013
viii
D A F T A R G A M B A R
Halaman
Gambar 3.1 Umur Harapan Hidup (UHH) Provinsi Papua dan
Nasional Tahun 2002 - 2011
21
Gambar 3.2 Situasi Penyakit Malaria di Provinsi Papua Tahun 2003 - 2013
23
Gambar 3.3 Jumlah Penderita Klinis Malaria, Slide Darah Malaria Diperiksa dan Positif Malaria di Provinsi Papua Tahun 2004 – 2013
23
Gambar 3.4 Jumlah Penderita HIV dan AIDS di Provinsi Papua
Tahun 2003 – 2013 28
Gambar 3.5 Prevalensi Status Gizi Balita di Provinsi Papua Tahun 2007, 2010 dan 2013 Berdasarkan BB/U dan BB/TB
39
Gambar 4.1 Persentase Cakupan K1 menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013
44
Gambar 4.2 Persentase Cakupan K4 menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013
45
Gambar 4.3 Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013
46
Gambar 4.4 Persentase Cakupan KB Aktif Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013
49
Gambar 4.5 Persentase Desa Uci Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013
51
Gambar 4.6 Angka Kesakitan Malaria/Annual Parasite Incidence (API) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013
55
Gambar 4.7 Kasus Baru HIV/AIDS Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013
56
Gambar 4.8 Piramida Layanan HIV dan IMS 57
Gambar 4.9 Persentase Penemuan TB BTA Positif Baru Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013
60
Gambar 4.10 Penemuan Kasus Baru Kusta Tipe PB dan Tipe MB di Provinsi Papua Tahun 2001 - 2013
61
Gambar 4.11 Penemuan Kasus Baru Kusta Tipe PB dan Tipe MB Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013
ix
Halaman
Gambar 5.1 Jumlah Puskesmas di Provinsi Papua Tahun 2004 – 2013
67
Gambar 5.2 Jumlah Puskesmas Non Rawat Inap dan Puskesmas
Rawat Inap menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013
68
Gambar 5.3 Rasio Puskesmas terhadap Penduduk menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGDalam dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa keberhasilan manajemen kesehatan sangat ditentukan antara lain oleh tersedianya data dan informasi kesehatan, dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, dukungan hukum kesehatan serta administrasi kesehatan. Lebih lanjut. Sistem Kesehatan Nasional terdiri dari 6 (enam) Subsistem, yakni
1) Subsistem Upaya Kesehatan, 2) Subsistem Pembiayaan Kesehatan,
3) Subsistem Sumberdaya Kesehatan,
4) Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan 5) Subsistem Pemberdayaan Masyarakat, 6) Subsistem Manajemen Kesehatan.
Di era otonomi daerah saat ini, kualitas informasi kesehatan provinsi sangat ditentukan oleh kualitas sistem informasi kesehatan di kabupaten/kota, dimana salah satunya adalah produk profil kesehatan kabupaten/kota. Profil Kesehatan merupakan buku statistik kesehatan untuk menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di kabupaten/kota.
B. TUJUAN PENYUSUNAN PROFIL
Penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 bertujuan untuk menggambarkan situasi derajat kesehatan, upaya kesehatan serta pencapaian indikator pembangunan kesehatan di Kabupaten/Kota secara spesifik dan sumberdaya kesehatan di Provinsi Papua. Oleh karena itu, Profil Kesehatan dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi pembangunan kesehatan di kabupaten/kota di Provinsi Papua dari tahun ke tahun.
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 2
C. SISTEMATIKA PENULISAN PROFIL
Penyajian Profil Kesehatan Provinsi Papua tahun 2013 ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menyajikan tentang latar belakang, tujuan dan sistematika Profil Kesehatan.
Bab II : Gambaran Umum
Bab ini menyajikan tentang situasi wilayah yang meliputi : keadaan geografis, Iklim, pemerintahan, kependudukan, pendidikan, sosial dan budaya, perhubungan dan transportasi, ekonomi, keadaan lingkungan di Provinsi Papua.
Bab III : Situasi Derajat Kesehatan
Bab ini menyajikan tentang Angka Kematian, Angka Kesakitan dan Status Gizi Masyarakat.
Bab IV: Situasi Upaya Kesehatan
Bab ini menyajikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan, pencegahan dan pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar.
Bab V : Sumber Daya Kesehatan
Bab ini menyajikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 3
BAB II
GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA
A. KEADAAN GEOGRAFIS
Provinsi Papua memiliki luas wilayah 316.553,1 km2, terletak antara 1300 - 1410 Bujur Timur dan 20 25’ - 90 Lintang Selatan. Provinsi Papua berbatasan langsung :
Sebelah Utara : Samudra Pasifik
Sebelah Selatan : Laut Arafuru
Sebelah Barat : Provinsi Papua Barat
Sebelah Timur : Negara Papua New Guinea (PNG)
Letak topografi Provinsi Papua pada ketinggian berkisar antara 0 - 3.000 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Puncak Jaya dengan
ibukota Mulia merupakan daerah tertinggi dengan ketinggian 2.980 meter di atas permukaan laut. Sedangkan Kota Jayapura merupakan daerah terendah dengan ketinggian 4 meter di atas permukaan laut.
Berdasarkan letak topografi Provinsi Papua dikelompokkan dalam 2 strata yaitu :
1. Daerah dataran dan pesisir pantai yaitu : Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Keerom, Sarmi, Biak, Supiori, Kepulauan Yapen, Waropen, Memberamo Raya, Memberamo Tengah, Nabire, Timika, Merauke, Asmat, Mappi, Boven Digoel
2. Daerah pegunungan yaitu : Kabupaten Jayawijaya,Tolikara, Yalimo, Lanny Jaya, Yahukimo, Pegunungan Bintang, Puncak Jaya, Puncak, Nduga, Paniai, Intan Jaya, Dogiyai, dan Deiyai.
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 4
B. I K L I M
Berdasarkan data BPS Papua, Selama tahun 2013, hujan terjadi setiap bulan di Provinsi Papua. Rata-rata curah hujan di Papua berkisar antara 1.572mm3 (Enarotali) sampai 6.770mm3 (Timika). Sementara banyaknya hari hujan di Papua berkisar antara 193 hari (Merauke) – 318 hari (Timika).
Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2013, suhu udara Papua berkisar antara 17,80C sampai 27,90C. Suhu udara maksimum terjadi di stasiun Sentani (31,90C), sedangkan suhu udara minimum terjadi di stasiun Enarotali (14,80C).
C. PEMERINTAHAN
Pada tahun 2013, Beberapa kabupaten di Provinsi Papua terus mengalami pemekaran sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001 tentang otonomi khusus Provinsi Papua. Pada tahun 2005, Provinsi Papua terdiri dari 19 kabupaten dan 1 kota dengan 250 kecamatan dan 2.442 kelurahan/desa. Pada tahun 2013, mekar menjadi 28 kabupaten dan 1 kota dengan 440 kecamatan dan 4.003 desa/kelurahan. Kabupaten Yahukimo memiliki jumlah kecamatan dan desa terbanyak (51 kecamatan dan 518 desa) dan Kabupaten Yalimo memiliki jumlah kecamatan dan desa paling sedikit (5 kecamatan dan 27 desa).
D. KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk Papua tahun 2013 adalah 3.032.488 jiwa yang tersebar di 29 kabupaten/kota. Jumlah penduduk terbesar 272.544 jiwa mendiami Kota Jayapura.
Secara keseluruhan, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Hal ini tercermin dari angka rasio jenis kelamin sebesar 112,16, yang berarti terdapat 112 laki-laki setiap 100 perempuan.
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 5 Dengan luas wilayah 316.553,07 km2, kepadatan penduduk di Papua sebanyak 10 jiwa per km2. Kepadatan tertinggi terjadi di Kota Jayapura, yakni 287 jiwa per km2, diikuti Kabupaten Jayawijaya (87 jiwa per km2) dan Kabupaten Mimika (85 jiwa per km2). Sedangkan kepadatan terendah terjadi di Kabupaten Mamberamo Raya, yakni kurang dari 1 jiwa per km2.
Penduduk Papua berdasarkan kelompok umur ternyata didominasi oleh kelompok usia muda (0-14 tahun). Kecilnya proporsi penduduk usia tua (kelompok usia 55 tahun keatas) menunjukkan bahwa tingkat kematian penduduk usia lanjut sangat tinggi. Selain itu, komposisi penduduk seperti di atas menyebabkan rasio ketergantungan (dependency ratio) di Papua tahun 2013 cukup tinggi, yaitu sebesar 66,89 persen.
E. PENDIDIKAN
Dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dimana tingkat pendidikan juga menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan sumber daya manusia.
Berdasarkan data BPS Papua, Pada tahun 2013, terdapat 2.289 unit sekolah dasar, 540 unit sekolah menengah pertama dan 197 unit sekolah menengah atas dan 93 unit sekolah menengah kejuruan. Sementara jumlah murid sekolah dasar sebanyak 399.444 orang, jumlah murid sekolah menengah pertama sebanyak 106.482 orang, jumlah murid SMA sebanyak 31.965 orang dan jumlah murid SMK sebanyak 9.907 orang.
F. PERHUBUNGAN DAN TRANSPORTASI
Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Tersedianya jalan yang berkualitas akan meningkatkan usaha pembangunan khususnya dalam upaya memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dan jasa dari suatu daerah ke daerah lain.
Berdasarkan data tahun 2013, panjang jalan di seluruh wilayah Papua mencapai 3.563 km. Berdasarkan pengelolaannya, 59,25 persen merupakan
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 6 jalan negara 40,75 persen merupakan jalan provinsi. Berdasarkan jenis permukaannya, 51,45 persen dari seluruh jalan di wilayah Papua merupakan jalan aspal, 9,89 persen berupa jalan dengan permukaan beton dan sisanya (38,66 persen) merupakan jalan kerikil dan tanah.
G. EKONOMI
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam waktu satu di wilayah tersebut. PDRB dapat menggambarkan kondisi perekonomian di suatu wilayah pada waktu tertentu.
Nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas sektor ekonomi di Provinsi Papua menunjukkan trend yang positif. Pada tahun 2011, nilai PDRB atas dasar harga berlaku di Provinsi Papua diestimasi sebesar 76,50 trilliun rupiah. Nilai ini terus bertambah hingga pada tahun 2013 mencapai 93,14 trilliun rupiah.
PDRB atas dasar harga konstan yang secara umum menggambarkan dinamika produksi seluruh aktivitas sektor ekonomi di Provinsi Papua, pada tahun 2013 diperkirakan mencapai 24,62 trilliun rupiah. Dibanding tahun sebelumnya, perekonomian Papuatumbuh 14,84 persen
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan. Berdasarkan data BKKBN Provinsi Papua, Penduduk miskin pada September 2013 yang berjumlah 960,56 ribu orang (31,52 persen). Dilihat menurut tipe daerah, penduduk miskin di Papua terkonsentrasi di daerah perdesaan
H. KEADAAN LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik atau buruknya status derajat kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan ada beberapa indikator seperti
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 7 persentase rumah tangga terhadap akses air minum, persentase rumah tangga menurut sumber air minum, persentase rumah tangga menurut dinding terluas, persentase rumah tangga menurut tempat pembuangan limbah, dan persentase rumah tangga menggunakan jamban sehat.
Tabel 2.1
Proporsi Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Sumber Air Minum menurut Kabupaten di Provinsi Papua, Riskesdas 2013
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 8 Proporsi Rumah Tangga berdasarkan Penggunaan Fasilitas Tempat Pembuangan
Air Besar menurut Kabupaten di Papua, Riskesdas 2013
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 9 Tabel 2.3
Proporsi Rumah Tangga berdasarkan Jenis Tempat Pembuangan Air Besar menurut Kabupaten di Papua, Riskesdas 2013
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 10 Proporsi Rumah Tangga yang memiliki Akses terhadap Fasilitas Sanitasi
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 11 Tabel 2.5
Proporsi Rumah Tangga berdasarkan Cara Pengelolaan Sampah menurut Kabupaten di Papua, Riskesdas 2013
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 12 Proporsi Rumah Tangga berdasarkan Kepadatan Hunian
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 13
I. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT
Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang
berpengaruh terhadap kesehatan, akan disajikan beberapa indikator yaitu ....
Tabel 2.7
Proporsi Rumah Tangga dalam Perilaku Pencegahan Gigitan Nyamuk menurut Kabupaten di Provinsi Papua, Riskesdas 2013
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 14 Proporsi Rumah Tangga dalam Perilaku Menguras Bak Mandi
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 15 Tabel 2.9
Persentase Penduduk Sepuluh Tahun ke Atas yang Berperilaku Benar Menyikat Gigi menurut Kabupaten di Provinsi Papua, Riskesdas 2013
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 16 Persentase Penduduk Umur Sepuluh Tahun menurut Kebiasaan Merokok
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 17 Tabel 2.11
Persentase Rumah Tangga yang memenuhi Kriteria Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menurut Kabupaten di Provinsi Papua, Riskesdas 2013
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 18
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. MORTALITASGambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini :
a. Angka Kematian Bayi (AKB).
Data angka kematian bayi yang mendekati akurat saat ini hanya bisa kita dapatkan melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah apalagi di Provinsi Papua yang mana transportasi dan informasi merupakan kendala utama. Sementara data kematian dari fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan dan kasus yang tempatnya mudah untuk akses dengan pelayanan kesehatan dan yang tidak terakses pelayanan kesehatan tidak tercatat. Papua merupakan daerah yang sulit untuk akses pelayanan kesehatan sehingga kalau angka kematian berdasarkan laporan pasti mempunyai angka bias yang tinggi
Tabel 3.1
Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 Kelahiran Hidup Provinsi Papua dan Nasional
Sumber : SDKI Tahun
2002 2007 2012
AKB per 1.000 Kelahiran Hidup di Provinsi Papua
56 41 54
AKB per 1.000 Kelahiran Hidup Nasional
31 32
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 19 Untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs) Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun 2015, perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja keras karena AKB di Provinsi Papua masih tinggi yaitu 54 per 1.000 kelahiran hidup.
b. Angka Kematian Balita (AKABA).
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA merepresentasikan peluang terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum 5 tahun. Millenium Development Goals (MDGs) menetapkan nilai normative AKABA, yaitu sangat tinggi ( > 140), tinggi ( 71-140), sedang (20-70) dan rendah ( < 20).
Tabel 3.2
Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000 Kelahiran Hidup Provinsi Papua dan Nasional
Sumber : SDKI
c. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator dalam pelaksanaan pembangunan bidang kesehatan, selain itu juga sebagai indikator kesejahteraan dan derajat kesehatan masyarakat. Angka kematian Ibu menurut angka Survei Demografi & Kependudukan Indonesia (SDKI). SDKI - Tahun 2007 2012 AKABA per 1.000 Kelahiran Hidup di Provinsi Papua 64 115 AKABA per 1.000 Kelahiran Hidup Nasional 44 40
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 20 Tabel 3.3
Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup Provinsi Papua dan Nasional
Untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 yang diharapkan AKI dapat menurun menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup memerlukan upaya percepatan yang lebih besar dan kerja keras yaitu dengan mengatasi penyebab kematian ibu diantaranya :
a). Kematian bumil penyebabnya adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, dan lain-lain;
b). Kematian ibu melahirkan penyebabnya adalah perdarahan dan lain-lain;
c). Kematian ibu nifas (bufas) penyebabnya adalah infeksi.
d. Umur Harapan Hidup (UHH)
Disamping angka kematian bayi/balita dan angka kematian ibu, umur harapan hidup (UHH) juga digunakan untuk menilai derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat baik kabupaten/kota, provinsi bahkan nasional/negara. Umur harapan hidup juga menjadi salah satu indikator dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia. Adanya perbaikan dalam pelayanan kesehatan dapat diindikasikan dengan adanya peningkatan angka harapan hidup. Angka Umur Harapan Hidup Provinsi Papua pada tahun 2011 sebesar 68,9 tahun meningkat 0,7 tahun bila dibandingkan tahun 2009 (68,2 tahun)..
SDKI - Tahun
2000
2007
2012
AKI per 100.000 Kelahiran Hidup di Provinsi Papua
362
573
AKI per 001.000 Kelahiran Hidup Nasional
307
228
359
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 21 Gambar 3.1
Umur Harapan Hidup (UHH) Provinsi Papua dan Nasional Tahun 2002 - 2011
Sumber : BPS Papua Tahun 2012 B. MORBIDITAS
Pola penyakit di Provinsi Papua sampai saat ini masih didominasi penyakit menular seperti malaria, TB Paru, HIV/AIDS, diare dan lainnya. Sedangkan infeksi virus HIV dari waktu ke waktu semakin tinggi. Disamping itu pola penyakit tidak menular juga telah muncul seperti diabetes militus, hipertensi, stroke, jantung koroner dan lain-lain, yang semua itu harus kita waspadai dengan segera.
Berdasarkan data riset kesehatan dan rekapitulasi data laporan yang ada, maka angka kesakitan penyakit sebagai berikut :
1. Penyakit Menular
a. Penyakit Malaria.
Penegakan diagnosa penderita secara cepat dan pengobatan yang cepat dan tepat merupakan salah satu upaya penting dalam rangka pemberantasan penyakit malaria disamping pengendalian vektor potensial. Untuk di wilayah pemberantasan malaria dilakukan dengan model pasif case deteksi atau menunggu pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. 66,2 68,7 69,0 69,2 65,2 67,9 68,1 68,2 68,9 63 64 65 66 67 68 69 70 2002 2007 2008 2009 2011 Nasional Papua
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 22 Tabel 3.4
Insidence dan Prevalence Malaria menurut Kabupaten, Provinsi Papua, Riskesdas 2013
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 23 Gambar 3.2
Situasi Penyakit Malaria di Provinsi Papua Tahun 2003 – 2013
Sumber : Bidang Bina PPdan HIV Keterangan :
Annual Malaria Incidence (AMI) atau angka klinis malaria per 1.000 penduduk.
Annual Parasite Incidence (API) atau angka penderita malaria per 1.000
penduduk.
Jumlah pemeriksaan slide darah malaria yang diperiksa dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan hal ini sejalan dengan pedoman kemenkes RI yang mengharuskan konfirmasi laboratorium, jumlah slide darah malaria yang diperiksa adalah seperti gambar di bawah ini.
Gambar 3.3
Jumlah Penderita Klinis Malaria, Slide Darah Malaria Diperiksa, dan Positif Malaria di Provinsi Papua
Tahun 2004 – 2013
Sumber : Bidang Bina PP dan HIV
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Klinis 432.4 369.5 277.2 303.7 221.3 271.9 389.0 493.0 720.4 457.4 Diperiksa 170.2 205.9 180.9 216.0 212.6 215.1 371.7 437.3 671.6 453.9 Positif 97.97 120.6 90.36 124.3 104.7 85.06 141.6 168.5 241.1 170.9 -100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 800.000 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 AMI 247 235 200 133 149 101 169 164 169 214 138 API 51 71 65 43 61 48 56 64 58 77 50 0 50 100 150 200 250 300
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 24 b. Filaria
Data penemuan penderita filariasis dengan Survei Darah Jari (SDJ) kasus tanpa gejala pada beberapa kampung yang berbeda di Provinsi Papua, menunjukkan angka Mikrofilaria Rate (angka penduduk yang ditemukan anak cacing filaria dalam darahnya) sebagai berikut di bawah ini :
Tabel 3.5
Penemuan Penderita Filariasis di Provinsi Papua Tahun 2006 – 2010
SURVEI DARAH
JARI
2006
2007
2008
2009
2010
Diperiksa (orang)
5.239
1.008
1.375
1.607
401
Positif Mikrofilaria
453
129
48
7
30
Mikrofilaria Rate ( %)
8,6
12,8
3,5
0,4
7,5
TAHUN
Sumber : Bidang Bina PP dan HIV
Dari tabel diatas menunjukkan terdapat angka mikrofilaria dari terendah 0,4 % sampai dengan yang tertinggi 12,8 %. Jika suatu kampung hasil mikrofilaria ratenya menunjukkan angka ≥ 1 %, untuk memutuskan mata rantai penularan filaria di kampung tersebut wajib dilakukan pengobatan massal filaria pada semua penduduk yang berumur 2 tahun ke atas.
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 25 c. Diare
Tabel 3.6
Insidence dan Periode Prevalence Diare menurut Kabupaten di Provinsi Papua, Riskesdas 2013
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 26 Tabel 3.7
Insidence Diare Balita dan Insidence Pneumonia Balita menurut Kabupaten di Provinsi Papua, Riskesdas 2013
d. Penyakit HIV/AIDS.
Ringkasan hasil Survei Terpadu Biologi & Perilaku (STBP) di Populasi Umum di Tanah Papua 2013
1. Prevalensi HIV pada populasi umum di Tanah Papua tahun 2013 adalah 2,3%. Pada tahun 2006 pernah dilakukan survei dg metode pemeriksaan HIV yg berbeda dengan hasil prevalensi HIV 2,4%.
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 27 2. Prevalensi HIV lebih tinggi pada suku Papua, 2,9 % dibandingkan
bukan Papua, 0,4 % dan yang tidak disunat, 2,4% dibandingkan dengan laki-laki yang disunat, 0,1%.
3. Prevalensi Sifilis aktif pada populasi umum di Tanah Papua adalah 4,5%.
4. Prevalensi Sifilis aktif lebih tinggi pada suku Papua, 5,7% dibandingkan dengan bukan Papua, 0,4% dan yang tidak disunat, 4,8% dibandingkan laki-laki yang disunat, 1,1%.
5. Proporsi penduduk yang memiliki pengetahuan komprehensif HIV di Tanah Papua masih rendah (9,2%), penduduk yang tinggal di dataran rendah memiliki tingkat pengetahuan komprehensif lebih baik dibandingkan penduduk di daerah pegunungan.
6. Penggunaan kondom pada hubungan seks berbayar terakhir pada tahun 2013 sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2006, tetapi penggunaan kondom secara konsisten masih rendah pada hubungan seks di luar nikah dalam 12 bulan terakhir.
Rekomendasi Survei Terpadu Biologi & Perilaku (STBP) di Populasi Umum di Tanah Papua 2013
1. Peningkatan cakupan tes HIV di populasi & ibu hamil untuk meningkatkan penemuan kasus HIV untuk dilakukan tatalaksana kasus HIV yang memadai.
2. Peningkatan cakupan tes Sifilis di populasi & ibu hamil untuk meningkatkan penemuan kasus Sifilis untuk dilakukan tatalaksana kasus Sifilis yang memadai.
3. Penguatan promosi kondom komprehensif untuk hubungan seks di luar nikah.
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 28 4. Peningkatan pengetahuan komprehensif (tahu cara mencegah
HIV, memiliki persepi yg benar ttg cara penularan HIV, memiliki pengetahuan bahwa orang HIV+ tidak dapat dideteksi dg hanya melihat tampilan fisik) di populasi umum dengan strategi komunikasi yg lebih efektif.
5. Mempertimbangkan Sunat Medis Sukarela.
Secara kumulatif mulai tahun 1992 hingga Desember 2013, terdapat 16.050 kasus telah dilaporkan terjangkit HIV. Perkembangan penemuan penderita HIV dan AIDS dari tahun 2003 - 2013 sebagai berikut :
Gambar 3.5
Jumlah Penderita HIV dan AIDS di Provinsi Papua Tahun 2003 -2013
Sumber : Bidang Bina PP dan HIV
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 HIV 225 342 317 285 340 276 179 236 1.12 925 94 AIDS 117 127 276 323 480 488 209 494 2.56 1.60 519 -500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 29 e. ISPA
Data riset tahun 2013 menunjukkan bahwa period prevalensi ISPA tertinggi berdasarkan diagnosis gejala (DG) ditemukan di Kabupaten Kabupaten Tolikara (66,0%) dan terendah di kabupaten Asmat 10,2%, sementara berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (D) prevalensi ISPA tertinggi di Kabupaten Pegunungan Bintang 34,1% dan terendah di Kabupaten Puncak 2,2%.
f. Pneumonia
Tabel 3.8
Period Prevalensi ISPA, Insiden dan Period Prevalensi Pnemonia, menurut Kabupaten di Provinsi Papua, Riskesdas 2013
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 30 g. Penyakit TB Paru
Tabel 3.10
Prevalensi Penyakit Asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), Kanker, menurut Kabupaten di Provinsi Papua, Riskesdas 2013
Pada tahun 2011, prevalensi di tingkat nasional yang diperoleh dari modeling estimasi jumlah orang dengan TB adalah sebesar 214 per 100.000 penduduk dengan interval 181 – 252 per 100.000 penduduk. Sedangkan WHO sebesar 281 per 100.000 penduduk dengan interval 130 – 489 per 100.000 penduduk. Indikator CDR per provinsi tidak dapat ditampilkan lagi sebagai indikator penemuan kasus TB, sesuai dengan WHO (global), sejak tahun 2011, indikator yang digunakan saat ini adalah Case Notification Rate (CNR). CDR tidak lagi digunakan sebagai
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 31 indikator karena indikator ini memasukan insidens dalam rumus perhitungan. Insidens ini hanya berlaku di tingkat pusat/nasional dan tidak dapat disagregasi di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. (Sumber : Direktorat PPML). Angka kesembuhan BTA Positif di Provinsi tahun 2013 adalah 48,3.%, menurun 22,3% bila dibandingkan tahun 2012 (70,6%). Target MDGs 2015 diharapkan angka kesembuhannya menjadi 85%.
h. Penyakit Kusta.
Tabel 3.6
Angka Penemuan Kasus Baru (NCDR) Kusta per 100.000 penduduk di Provinsi Papua dan Nasional
Sumber : Direktorat PPML.
Tabel 3.7
Angka Cacat Tingkat 2 Kusta per 100.000 Penduduk di Provinsi Papua dan Nasional
Sumber : Direktorat PPML. Tahun 2010 2011 2012 NCDR Kusta per 100.000 Penduduk di Provinsi Papua 40,10 50,00 42,50 NCDR Kusta per 100.000 Penduduk di Nasional 7,22 8,30 7,76 Tahun 2010 2011 2012 Angka Cacat Tk. 2 Kusta per 100.000 Penduduk di Provinsi Papua 0,68 1,26 1,95
Angka Cacat Tk. 2 per 100.000 Penduduk di
Nasional
0,77
0,84
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 32
2. Penyakit Tidak Menular.
Semakin meningkatnya arus globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada prilaku dan gaya hidup masyarakat, serta situasi lingkungan misalnya perubahan pola konsumsi makan, berkurangnya aktifitas fisik dan meningkatnya polusi lingkungan. Perubahan tersebut secara tidak disadari telah membawa pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan meningkatnya kasus-kasus penyakit menular seperti Hipertensi, Stroke, Jantung, Diabetes dan lain sebagainya, namun untuk data-data secara pasti belum ada walaupun sekilas sudah mulainya keluhan atau penyebab kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular ini sudah meningkat.
Tabel 3.8
Prevalensi Diabetes, Hipertiroid pada Umur ≥ 15 Tahun dan Hipertensi pada Umur ≥ 18 Tahun menurut Kabupaten di Provinsi Papua,
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 33 Prevalensi Jantung Koroner,Gagal Jantung, Stroke
menurut Kabupaten di Provinsi Papua, Riskesdas 2013
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 34 Tabel 3.10
Prevalensi Penyakit Gagal Ginjal Kronis, Penyakit Batu Ginjal, Penyakit Sendi menurut Kabupaten di Provinsi, Riskesdas 2013
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 35 Prevalensi Penduduk yang bermasalah Gigi dan Mulut dalam 12 bulan
terakhir sesuai effective medical demand menurut Kabupaten di Provinsi Papua, Riskesdas 2013
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 36
C. STATUS GIZI
Tabel 3.12
Prevalensi Status Gizi Balita (BB/U) menurut Kabupaten, Riskesdas 2013
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 37 Tabel 3.13
Prevalensi Status Gizi Balita (TB/U) menurut Kabupaten, Riskesdas 2013
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 38 Tabel 3.14
Prevalensi Status Gizi Balita (BB/TB) menurut Kabupaten, Riskesdas 2013
Prevalensi status gizi balita di Provinsi Papua berdasarkan riskesdas 2013 adalah Gizi Buruk dan kurang sebesar 21,9% (BB/U), sangat pendek dan pendek sebesar 40,1% (TB/U), dan sangat kurus dan Kurus sebesar 14,8% (BB/TB).
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 39 Prevalensi Status Gizi Balita Provinsi Papua Tahun 2007, 2010, 2013
Berdasarkan BB/U, TB/U dan BB/TB
Sumber : Riskesdas 2007, Riskesdas 2010, dan Riskesdas 2013
Keterangan :
BB/U = Berat Badan per Umur (Katagori Gizi Buruk, Gizi Kurang, Gizi Baik dan Gizi Lebih) TB/U = Tinggi Badan per Umur (Katagori Sangat Pendek, Pendek dan Normal)
BB/TB = Berat Badan per Tinggi Badan (Katagori Sangat Kurus, Kurus, Normal, dan Gemuk) 6,6 14,6 20,2 17,4 6,0 7,0 10,5 6,3 10,0 13,3 15,0 8,2 5,7 10,7 5,7 13,9 18,0 19,2 5,3 6,8 19,9 -5,0 10,0 15,0 20,0 25,0
Gz.Buruk Gz. Kurang Sgt Pendek Pendek Sgt Kurus Kurus Gemuk
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 40 Tabel 3.16
Prevalensi Rumah Tangga yang Mengkonsumsi Garam Beryodium Berdasarkan Test Cepat di Kabupaten Kota, Riskesdas 2013
Pemberian kapsul vitamin A kepada Balita, diberikan setahun dua kali yaitu pada bulan Februari dan Agustus sejak anak berusia enam bulan. Kapsul merah dosis 100.000 IU diberikan kepada bayi 6-11 bulan dan kapsul biru dosis 200.000 IU untuk anak umur 12-59 bulan.
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 41 Persentase Anak umur 6-59 bulan yang menerima Kapsul Vitamin A
Selama Enam Bulan Terakhir Menurut Kabupaten, Riskesdas 2013
Anak umur 6-59 bulan yang menerima Kapsul vitamin A di Provinsi Papua berdasarkan riset tahun 2007 sebanyak 59,9%, riset tahun 2010 sebanyak 69,8%, riset tahun 2013 sebanyak 53,1%
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 42
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
Secara umum upaya kesehatan terdiri dari atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta untuk memelihara meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat.
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.
Berikut ini diuraikan upaya kesehatan yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir, khususnya untuk tahun 2013.
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut.
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya.
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 43 Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua jenis pelayanan kesehatan, dari posyandu sampai rumah sakit pemerintah maupun fasilitas kesehatan swasta.
a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)
Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan,baik kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur. Hal ini dilakukan guna menghindari gangguan sedini mungkin dari segala sesuatu yang membahayakan terhadap kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya.
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat) seperti pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan
kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal pada trimester satu. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester satu, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Cakupan tersebut dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil.
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 44 Tabel 4.1
Cakupan Pelayanan Antenatal K1 dan K4 di Provinsi Papua Tahun 2010 - 2013
Cakupan pelayanan K1 di Provinsi Papua tahun 2012 sebesar 67,9% dan tahun 2013 menurun menjadi 58,1%. Cakupan K1 tertinggi adalah Kabupaten Sarmi 117,2%. Cakupan secara rinci dapat dilihat pada tabel 28 terlampir dan gambar dibawah.
Gambar 4.1
Persentase Cakupan K1 Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Papua Tahun 2013
Sumber : Bidang Bina Kesga dan Masyarakat
Tahun 2010 2011 2012 2013 K1 53,1 % 72,0 % 67,9 % 58,1 % K4 22,9 % 30,4 % 34,3 % 33,6 % 99,9 34,1 100,0100,0106,7100,0 38,5 2,8 100,0 60,2 100,0100,0 38,2 28,9 1,5 117,2 109,1 91,3 50,5 93,8 8,7 15,3 70,1 64,7 16,2 13,7 59,0 0,0 55,9 58,5 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0 Me ra u ke J.Wijay a Kab . J p r N ab ire K.Y ap en B.N u m fo r Pa n iai P.J ay a Mi mik a B .Di goe l Ma p p i As m at Y.Kim o P.Bin ta n g To lika ra Sarmi Ke ero m Warop en Su p iori M.Ra ya N d u ga L.J ay a M.T en gah Yalim o Pu n cak Do giy ai I. Jay a De iy ai Kot a Jp r P.P ap u a % Cakupan K1
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 45 Cakupan pelayanan K4 di Provinsi Papua tahun 2012 sebesar 34,3%, dan tahun 2013 menurun menjadi 33,6%, yang tertinggi Kabupaten Nabire (77,2%). Cakupan pelayanan K4 secara rinci dapat dilihat pada gambar dibawah ini dan tabel 28 terlampir.
Gambar 4.2
Persentase Cakupan K4 Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013
Sumber : Bidang Bina Kesga dan Masyarakat
b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan. Hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional).
51,9 8,4 54,8 77,2 35,3 73,7 26,9 11,7 41,1 48,5 48,5 43,8 5,6 12,6 1,5 51,1 59,7 56,9 19,7 14,3 2,2 6,0 24,5 21,7 4,2 5,8 41,2 0,0 70,7 33,6 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 Me ra u ke J.Wij ay a Kab . J p r N ab ire K.Y ap en B.N u m fo r Pa n iai P.J ay a Mim ika B.Dig o el Ma p p i As m at Y.Kim o P.Bin ta n g To lika ra Sarmi Keero m Wa ro p en Su p iori M.Ra ya N d u ga L.J ay a M.T en gah Yalim o Pu n cak Dogiy ai I. Jay a De yai Ko ta J p r P.P ap u a % Cakupan K4
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 46 Tabel 4.2
Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan di Provinsi Papua 2010 – 2013
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2012 di Provinsi Papua sebesar 52,3%, tahun 2013 menurun menjadi 46,3%, yang tertinggi Kabupaten Merauke (109,8%). Gambaran cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dapat dilihat pada gambar di bawah ini dan tabel 28 terlampir.
Gambar 4.3
Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
Tahun 2013
Sumber : Bidang Bina Kesga dan Masyarakat
Tahun
2010 2011 2012 2013
Cakupan oleh Nakes
27,9 % 45,7 % 52,3 % 46,3 % 109,8 29,0 92,9 100,0 78,9 38,7 15,0 15,0 45,0 74,2 73,3 39,2 32,1 15,5 0,0 99,3 74,9 64,9 36,7 28,4 0,0 2,8 24,930,3 1,2 6,7 22,1 0,0 84,4 46,3 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 Mer au ke J.Wij ay a Kab . J p r N ab ire K.Y ap en B.N u m fo r Pan iai P.J ay a Mim ika B.Dig o el Ma p p i Asmat Y.Kim o P .Bin ta n g To lika ra Sarmi Ke ero m Wa ro p en Su p iori M.R ay a N d u ga L.J ay a M.T en gah Yalim o Pu n cak Dogiy ai I. Jay a De yai Kot a Jp r P.P ap u a
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 47 c. Deteksi Resiko, Rujukan Kasus Risti dan Penanganan Komplikasi
Kegiatan deteksi dini dan penanganan ibu hamil
beresiko/komplikasi kebidanan perlu lebih ditingkatkan baik di fasilitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) maupun di masyarakat. Resiko tinggi (risti)/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risti/komplikasi kebidanan meliputi Hb < 8 g%, tekanan darah tinggi (sistole>140mmHg, diastole>90mmHg), oedeme nyata, eklamsia,pendarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan >32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur.
Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan Puskesmas, beberapa ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (Risti) memerlukan pelayanan kesehatan lebih lanjut karena terbatasnya kemampuan dan sarana dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai.
Cakupan ibu hamil resiko tinggi/komplikasi yang ditangani oleh tenaga kesehatan di Provinsi Papua tahun 2012 sebesar 22,2%, tahun 2013 menurun menjadi 19,2%. Cakupan penanganan komplikasi neonatal di Provinsi Papua tahun 2012 sebesar 22,3%, tahun 2013 meningkat menjadi 8,6% Secara terinci dapat dilihat dalam tabel 31 terlampir.
d. Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN2)
Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan neonatus (0 -28 hr) minimal 2 kali, satu kali pada umur ke 0-7 (KN1) dan yang kedua pada umur 8-28 hari (KN2).
Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan bayi juga melakukan konseling
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 48 terhadap Ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotensi, Pemberian Asi dini dan Asi exsklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian Imunisasi); Pemberian Vitamin K, Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA.
Tabel 4.3
Cakupan Kunjungan Neonatus (KN 1 dan KN Lengkap) di Provinsi Papua 2010 – 2013
Cakupan KN1 di Provinsi Papua tahun 2012 sebesar 49,9%, tahun 2013 menurun menjadi 32,3 %. Cakupan KN lengkap (KN 3 kali) di Provinsi Papua tahun 2012 sebesar 33,9%, tahun 2013 menurun. Menjadi 27,0 %. Secara lengkap terdapat dalam tabel 36 terlampir
2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya
kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi.
Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita biasanya antara 15 – 49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau jarak
kelahiran, wanita atau pasangan lebih diprioritaskan untuk menggunakan
alat/cara KB.
Tingkat pencapaian Pelayanan Keluarga Berencana dapat
digambarkan melalui cakupan peserta KB yang ditunjukkan melalui peserta
KB aktif, kelompok sasaran program yang sedang menggunakan alat Tahun 2010 2011 2012 2013 KN 1 44,4 % 71,4 % 49,9 % 32,3 % KN Lengkap (KN 3 Kali) 32,4 % 66,2 % 33,9 % 27,0 %
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 49 kontrasepsi, tempat pelayanan serta jenis kontrasepsi yang digunakan
akseptor.
Tabel 4.4
Cakupan Pelayanan KB Aktif di Provinsi Papua 2010 – 2013
Cakupan pelayanan KB Aktif di Provinsi Papua tahun 2012 sebesar
30,0%, tahun 2013 menurun menjadi 18,1%. Secara terinci dapat dilihat
pada gambar di bawah ini dan tabel 35 terlampir.
Gambar 4.4
Persentase Cakupan KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013
Tahun 2010 2011 2012 2013 Cakupan KB Aktif 27,5
%
41,1 % 30,0 % 18,1 % 36,7 4,0 26,7 39,5 25,3 42,5 8,6 9,9 32,8 12,4 22,0 0,0 0,0 0,0 0,0 23,6 53,2 16,0 34,1 3,6 4,3 3,1 10,8 4,8 0,0 0,0 0,0 0,0 43,2 30,0 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 Me ra u ke J.Wij ay a Kab . J p r N ab ire K.Y ap en B.N u m fo r Pa n iai P.J ay a Mim ika B .Di goe l Ma p p i As m at Y.Kim o P.Bin ta n g To lika ra Sarmi Ke ero m Wa ro p en Su p iori M.Ra ya N d u ga L.J ay a M.T en gah Yalim o Pu n cak Dogiy ai I. Jay a De iy ai Kot a Jp r P.P ap u a % Cak. KB AktifProfil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 50
3. Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi umur 0-1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi untuk wanita Usia Subur/Ibu hamil (TT) dan imunisasi untuk Anak SD (Kelas 1: DT dan kelas 2-3 TT), sedangkan kegiatan imunisasi tambahan atas dasar ditemukannya masalah seperti Desa Non UCI, potensial/Risti KLB, ditemukannya/diduga adanya virus Polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis.
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proporsi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan Immunisasi (PD3I). Dalam hal ini Pemerintah mentargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa/kelurahan.
Tabel 4.5
Cakupan Desa Universal Child Immunization (UCI) Tahun 2010 – 2013 Di Provinsi Papua dan Nasional
Sumber : * Dirjen PP dan PL Kemenkes RI Dan Profil Kesehatan Provinsi Papua
Secara Nasional diharapkan pencapaian Desa/Kelurahan UCI 90%. Tahun 2010 pencapaian Desa UCI di Provinsi Papua baru mencapai 20,1% tahun 2012 dan menurun menjadi 14,4 % tahun 2013, Hal ini masih sangat jauh dibawah Target Nasional. Capaian UCI tertinggi
Tahun 2010 2011 2012 2013 Desa UCI di Provinsi Papua * 59,0 % 57,0 % 18,0 % Desa UCI di Provinsi Papua 22,8 % 21,3 % 20,1 % 14,4 % Desa UCI Nasional * 75,3 % 74,1 % 79,3 %
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 51 Kabupaten Keerom 93,4%, terdapat 19 Kabupaten yang tidak ada datanya. Untuk lebih jelas lihat gambar di bawah ini dan tabel 38 terlampir.
Gambar 4.5
Persentase Desa UCI Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013
Sumber : Bidang Bina PP dan HIV
B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
Upaya kesehatan perorangan yang bertujuan meningkatkan akses
keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan yang aman melalui sarana
pelayanan kesehatan perorangan baik di puskesmas, rumah sakit,dan
fasilitas kesehatan lainnya. Beberapa kegiatan upaya kesehatan perorangan
adalah peningkatan kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan bagi penduduk
miskin di kelas III di rumah sakit dan lain-lain.
1. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Upaya kesehatan perorangan dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta untuk memelihara, meningkatkan kesehatan
serta mencegah dan menyembuhkan/memulihkan kesehatan perorangan.
53,6 0,0 79,9 40,7 0,0 31,2 0,0 0,0 0,0 41,1 62,8 0,0 0,0 0,0 0,0 28,4 93,4 0,0 55,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 51,3 14,4 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0 Me rau ke J.W ijaya Kab . Jp r N ab ire K.Y ap en B. N u mfo r Pa n iai P .Ja ya Mi mik a B. Di go el Map p i A smat Y.Kimo P. Bin tan g To likar a Sarmi Ke ero m W aro p en Su p io ri M.R aya N d u ga L.Ja ya M. Ten gah Yali mo Pun cak Do gi yai I. Jaya De iyai Ko ta Jp r P. Pa p u a % Desa UCI
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 52 Upaya pelayanan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan bagi
masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan dan pelayanan
rawat inap baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi
masyarakat yang mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga berat.
Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya
dilihat dari berbagai segi, yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan
tingkat efisiensi pelayanan. Beberapa indikator standar terkait dengan
pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain
pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata lama hari perawatan (LOS),
rata-rata tempat tidur dipakai (BTO), rata-rata selang waktu pemakaian
tempat tidur (TOI), persentase pasien keluar yang meninggal (GDR) dan
persentase pasien keluar yang meninggal <24 jam perawatan (NDR).
Data rumah sakit dapat dilihat pada tabel 59 dan 60 terlampir.
2. Pelayanan Jaminan Kesehatan
Salah satu program yang memberi kontribusi dalam peningkatan
kesehatan masyarakat adalah program jaminan kesehatan masyarakat.
Program ini bertujuan meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan
terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai
derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.
Program ini penting mengingat masih besarnya jumlah penduduk
yang berada di bawah garis kemiskinan. Mereka yang termasuk kelompok
miskin (gakin) seringkali direpotkan masalah biaya saat berhadapan
dengan problem kesehatan. Melalui program ini,gakin bisa terbebas dari
beban biaya kesehatan.
Selain pembiayaan melalui Program Jaminan Kesehatan yang di dukung melalui dana pusat, di Provinsi Papua mempunyai kebijakan
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 53 khusus yaitu pembebasan pelayanan kesehatan kepada masyarakat papua yang tidak mampu atau sering dikenal dengan pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat asli papua yang tidak mampu (Jamkespa). Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Papua nomor : 6 tahun 2009 tentang Pembebasan Biaya Pelayanan Kesehatan
Dana yang digunakan untuk membiayai pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat asli papua yang tidak mampu, bersumber dari dana
otonomi khusus, pada tahun 2013 di alokasikan sebesar Rp. 78.644.150.000.- (Tujuh Puluh Delapan Juta Enam Ratus Empat
Puluh Empat Juta Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah) dana tersebut disalurkan melalui 19 RSUD Kabupaten di Provinsi Papua, alokasi dana tersebut tidak termasuk 3 Rumah Sakit Pemerintah Provinsi Papua yaitu RSUD Jayapura, RSUD Abepura dan RS Jiwa Abepura. Dana Jamkespa digunakan untuk pembiayaan :
a. Biaya Operasional b. Biaya Administrasi c. Jasa Pelayanan
d. Pengadaan obat, bahan habis pakai, dan lain lain. e. Pembiayaan rujukan
Tabel 4.6
10 (Sepuluh) Besar Penyakit Rawat Jalan dan Rawat Inap Dilayani Melalui Program Jamkespa di Provinsi Papua Tahun 2013
NO JENIS PENYAKIT PROPORSI
1 ISPA 15.6% 2 MALARIA 15.2% 3 PNEUMONIA 6.1% 4 T B PARU 4.6% 5 GEA 3.2% 6 GAST RIT IS 3.0% 7 DIARE 2.8% 8 BRONCHIT IS 1.4% 9 DYSPEPSIA 1.2% 10 HIV/AIDS 0.9% LAIN-LAIN 45.9% JUMLAH 100.0%
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 54
C. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT
Secara umum kita masih menghadapi beban ganda dalam pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya beberapa penyakit menular, sementara penyakit tidak menular atau degeneratif mulai meningkat. Disamping telah timbul pula berbagai penyakit baru. Program pencegahan dan pemberantasan penyakit bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan dari penyakit menular dan mencegah penyebaran serta mengurangi dampak sosial akibat penyakit sehingga tidak terjadi masalah kesehatan.
Upaya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada
pelaksanaan surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan penderita
secara dini yang ditindaklanjuti dengan penanganan secara cepat melalui
pengobatan penderita. Di samping itu pelayanan lain yang diberikan adalah
upaya pencegahan dengan pemberian imunisasi, upaya pengurangan faktor
resiko melalui kegiatan untuk peningkatan kualitas lingkungan serta
peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan penyakit
menular yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan. Uraian secara singkat
berbagai upaya tersebut seperti berikut ini :
1. Pengendalian Penyakit Malaria
Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat terutama di Papua, berdampak kepada
penurunan kualitas sumberdaya manusia yang dapat menimbulkan
berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan berpengaruh kepada stabilitas
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 55 yang tepat merupakan salah satu upaya penting dalam rangka
pemberantasan penyakit malaria disamping pengendalian vektor potensial.
Angka kesakitan malaria yang dinilai menggunakan API (Annual
Parasite Incidence) per 1.000 penduduk di Provinsi Papua tahun 2012
sebesar 77 pada tahun 2013 menurun menjadi 50,3. Lengkapnya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini dan tabel 24 terlampir
Gambar 4.6
Angka Kesakitan Malaria/ Annual Parasite Incidence( API) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013
Sumber : Bidang Bina PP dan HIV Keterangan :
Annual Parasite Incidence (API) atau angka penderita malaria per 1.000 penduduk.
2. Pengendalian Penyakit IMS, HIV dan AIDS
Saat ini Penyakit IMS, HIV dan AIDS merupakan salah satu masalah utama penyakit menular di Provinsi Papua. Karena selain menyangkut aspek epidemiologis, penyakit ini juga terkait aspek sosial & politik yang sangat kental. Untuk itu Pemerintah Daerah Provinsi Papua melalui Dinas Kesehatan Provinsi Papua memberikan perhatian yang sangat besar
15 9 215 115 58 19 25 0 211 66 19 82 0 0 0 89 392 82 69 59 0 0 0 23 0 0 13 0 38 50 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 M er au ke J.Wi jaya Kab. Jpr Nabir e K.Y ap en B.Num for Pan ia i
P.Jaya Mimika B.Digoel Map
pi Asm at Y.K imo P.B inta ng Tolikar a Sar m i Kee rom War op en Sup ior i M .Raya Ndug a L.Ja ya M .T en ga h Yalim o Pun cak
Dogiyai I. Jaya Deiyai Kota
Jpr
P.P
ap
ua
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 56 dengan melaksanakan program pengendalian penyakit IMS, HIV dan AIDS dengan dukungan pendanaan bersumber OTSUS Provinsi, dan juga melalui Dana bantuan Global Fund untuk perkuatan layanan termasuk pelatihan tenaga.
Kesadaran untuk memeriksakan diri yang mulai tumbuh dimasyarakat terutama kelompok yang berisiko serta semakin meningkatnya layanan memberikan dampak pada pertambahan jumlah kasus HIV dan AIDS yang ditemukan.
Kumulatif kasus HIV/AIDS per 31 Desember 2012 di Provinsi Papua sebanyak 13.276 kasus, pada 31 Desember 2013 bertambah sebanyak 2.774 kasus (sehingga Kasus Kumulatif HIV/AIDS per 31 Desember 2013 menjadi 16.050 kasus) peningkatan kasus baru HIV/AIDS tahun 2013 tertinggi di Kabupaten Mimika 840 kasus.
Gambar 4.7
Kasus Baru HIV/AIDS menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Papua Tahun 2013
Sumber : Bidang Bina PP dan HIV
Untuk menjawab kebutuhan usaha pencegahan dan penanggulangan HIV yang sangat mendesak, sarana dan prasana memadai mutlak dibutuhkan, salah satunya adalah layanan kesehatan yang dapat mengakomodir kebutuhan klien HIV maupun penyakit infeksi menular
152 1 338 617 60 - - -840 24 1 - - - 63 - - - 28 - - - - - - 35 2 -613 -100 200 300 400 500 600 700 800 900 M er au ke J.Wi jaya Kab . Jp r Nabir e K.Y ap en B.Numfor Pan iai
P.Jaya Mimika B.Digoe
l Map pi Asm at Y.K imo P.B inta ng Tolikar a Sar mi Kee rom War op en Sup ior i M .Ra ya N duga L.Jaya M .T en ga h Yalim o Pun cak D ogiyai I. Jaya Deiy ai Kota Jpr HIV/AIDS
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 57 seksual. Akses layanan berjenjang mulai dari tingkat akar rumput (masyarakat) hingga tingkat provinsi telah dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memperluas akses layanan kesehatan dan mempermudah masyarakat memanfaatkan layanan-layanan tersebut. Perkuatan sistem layanan kesehatan masyarakat dalam rangka percepatan Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS di Provinsi Papua mulai bergerak pada awal tahun 2007 dengan konsep minimal 1 Rumah Sakit dan 1 pusat
layanan kesehatan masyarakat ditingkat Kabupaten/Kota dapat
memberikan layanan paripurna HIV dan IMS, dengan kata lain desentralisasi layanan berkesinambungan mutlak dibutuhkan, seperti pada piramida berikut.
Gambar 4.8